Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit yang menyerang bagian sumsum tulang yang
menyebabkan kerusakan sumsum tulang sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan
dalam proses pembentukan darah. Kasus leukemia khususnya di Indonesia banyak
ditemui pada laki-laki, sedangkan untuk prognosisnya leukemia akut lebih buruk
dibandingkan dengan leukemia kronis karena ditandai dengan suatu perjalanan penyakit
yang sangat cepat, mematikan dan memburuk.
Angka kejadian leukemia tidaklah terlalu tinggi. Namun, meskipun angka kejadian
leukemia tidaklah terlalu tinggi, penderita leukemia memerlukan penanganan yang cepat
dan tepat. Untuk itu peran perawat sangatlah diperlukan baik secara promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Melihat begitu kompleks permasalahan leukemia ini dan
pentingnya peran perawat dalam penanganan kasus ini, maka perlu dipelajari asuhan
keperawatan yang tepat dalam penatalaksanaan pasien dengan leukemia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
1. Jelaskan pengertian dari leukemia?
2. Jelaskan tentang klasifikasi leukemia?
3. Jelaskan tentang tanda dan gejala leukemia?
4. Jelaskan tentang penyebab leukemia?
5. Jelaskan tentang patofisiologi leukemia?
6. Jelaskan tentang pathway leukemia?
7. Jelaskan tentang pemeriksaaan diagnostic?
8. Jelaskan konsep asuhan keperawatan leukemia?
9. Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien leukemia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit leukemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi leukemia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit leukemia
4. Untuk mengetahui penyebab leukemia
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit leukemia
6. Untuk mengetahui pathway leukemia
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic leukimia
8. Memahami konsep asuhan keperawatan leukemia
9. Menerapkan asuhan keperawatan pada klien leukemia

BAB II
TEORI KONSEP
A. Pengetian
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah.
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan
lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk selsel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan
mati dan sel-sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang proses yang teratur
ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak
membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih
abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga
terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa
leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari
sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
B. Kalisifikasi leukemia
1.
Leukemia akut
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB), leukemia akut
terbagi menjadi 2 (dua), Acute Limphocytic Leukemia (ALL) dan Acute
Myelogenous Leukemia (AML). Sedangkan Leukemia Kronis juga dibagi
menjadi 2 yaitu Leukemia Mielogenus Kronis (CML) dan Leukemia
Limfositik Kronis (CLL).
a. Luekemia Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL
jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam

sumsum

tulang

dan

jaringan

perifer,

sehingga

mengganggu

perkembangan sel normal. Acute Limphocytic Leukemia (ALL) sendiri


terbagi menjadi 3, yakni :
1. L1
Sel-sel leukemia terdiri dari limfoblas yang homogen dan L1 ini
banyak menyerang anak.
2. L2
Terdiri dari sel sel limfoblas yang lebih heterogen bila
dibandingkan dengan L1. ALL jenis ini sering diderita oleh
orang dewasa.
3. L3
Terdiri dari limfoblas yang homogen, dengan karakteristik
berupa sel Burkitt. Terjadi baik pada orang dewasa maupun
2.

anak-anak dengan prognosis yang buruk


Leukemia Mielogenus Akut (AML) mengenai sel stem hematopeotik yang
kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit,
eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi
meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik

3.

yang paling sering terjadi.


Leukemia kronis
Leukemia Mielogenus Kronis (CML)terbagi menjadi 8 tipe :
a. Mo (Acute Undifferentiated Leukemia)
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut
sebagai AML dengan diferensiasi minimal .
b. M1 (Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi)
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat
dari kasus AML. Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic
granules dan Auer rods. Dan sel leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe
1 tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana tipe 1 dominan di M1
c. M2 (Akut Myeloid Leukemia)
Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara
morfologi berbeda, dengan jumlah granulosit dari promielosit yang
berubah menjadi granulosit matang berjumlah lebih dari 10 % . Jumlah
sel leukemik antara 30 90 %. Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel
sumsum tulang di M2 adalah mielosit dan promielosit .
d. M3 (Acute Promyelocitic Leukemia)

Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi


berat, stain mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam
bentuk

maupun

ukuran,

kadang-kadang

berlobul

Sitoplasma

mengandung granula besar, dan beberapa promielosit mengandung


granula berbentuk seperti debu . Adanya Disseminated Intravaskular
Coagulation ( DIC ) dihubungkan dengan granula-granula abnormal ini.
e. M4 (Acute Myelomonocytic Leukemia)
Terlihat 2 ( dua ) type sel, yakni granulositik dan monositik , serta sel-sel
leukemik lebih dari 30 % dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan
M1, dibedakan dengan cara 20% dari sel yang bukan eritroit adalah sel
pada jalur monositik, dengan tahapan maturasi yang berbeda-beda.
Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4
adalah peningkatan proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari
5% darisel yang bukan eritroit, disebut dengan M4 dengan
eoshinophilia. Pasienpasien dengan AML type M4 mempunyai respon
terhadap kemoterapi-induksi standar.
f. M5 (Acute Monocytic Leukemia)
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah
monoblas, promonosit, dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana
sel monosit dominan adalah monoblas, sedang pada M5b adalah
promonosit dan monosit. M5a jarang terjadi dan hasil perawatannya
cukup baik.
g. M6 (Erythroleukemia)
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda
dari gambaran morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran
morfologi abnormal berupa bentuk multinukleat yang raksasa.
Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi yang tidak sejalan
antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic Syndrome
(MDS) jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit .
M6 jarang terjadi dan biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi
standar .
h. M7 ( Acute Megakaryocytic Leukemia )

Beberapa

sel

tampak

berbentuk

promegakariosit/megakariosit.

( Yoshida, 1998; Wetzler dan Bloomfield, 1998 ).Leukemia Mielogenus


Kronis (CML) juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel sistem
mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di
bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
C. Tanda dan Gejala
Adapun tanda-tanda leukemia adalah sebagai berikut:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah kurang.
Penderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah dan terkadang sesak nafas.
2. Terserang Infeksi
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksius. Pada penderita leukemia, produksi sel darah
putih tdak sebagaimana mestinya (abnormal) sehingga fungsinya pun menjadi
tidak normal. Akibatnya penderita rentan terpapar inveksi virus/bakteri.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaksis) atau perdarahan bawah kulit
(ptechie). Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara
spontan.
4. Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini sebagai akibat dari penekanan jaringan dimana hal tersebut
diakibatkan oleh sel darah putih memaksa sumsum tulang untuk mendesak
padat.
5. Pembesaran Organ Hati dan Limpa (hepatomegali dan spleenomegali)

Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran


hati, limfe dan nodus limfe.
Gejala-gejala lain yang ditunjukan oleh penderita leukemia adalah kelemahan,
kelelahan fisik, sesak nafas, mual, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan.

D. Etiologi
Penyebab leukemia sampai saat ini belum banyak diketahui dengan pasti, akan
tetapi terdapat factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconis Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld,

sindroma

Kleinfelter,

D-Trisomy

sindrome,

sindroma

von

Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) .


Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan
adalah Acute T- Cell Leukemia .
3. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada
kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang

selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga
pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para
pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari AML, antara lain : produk produk minyak, cat , ethylene
oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.
5. Herediter
Herediter disini maksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki
Sindrom Down lebih rentan terkena Leukemia dibanding yang tidak.
Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih rentan dibanding yang normal.
E. Patofisiologi
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel
pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel
darah merah . Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan
kecenderungan terjadinya perdarahan . Kegagalan mekanisme pertahanan selular
karena penggantian sel darah putih oleh sel lekemik, yang menyebabkan
tingginya kemungkinan untuk infeksi .
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sebagai berikut:
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet

terganggu

sehingga

akan

menimbulkan

anemia

dan

trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
system pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan
jaringan.
d.
Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian.

F. Pathway

Faktor etiologi
Faktor pencetus
Mutasi somtaik sel induk
Poliferasi neoplastik dan defferentiation arrest
Akumulasi sel muda dalam sumsum tulang

Hiperkatabolik

Gagal sumsum tulang

Katabolisme meningkat
Kaheksia

anemia perdarahan dan infeksi


Keringat malam
Hiperurukemia sel leukemia inhibisi hematopoisesis normal

Gagal ginjal

gout
Inflitrasi ke organ

Tulang

Darah

Nyeri tulang

RES

tempat ekstramedular lain

sindrom hiperviskositas

G. Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.
5.

Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik


Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
Retikulosit : jumlah biasaya rendah
Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature

6.
7.
8.
9.

PTT : memanjang
LDH : mungkin meningkat
Asam urat serum : mungkin meningkat
Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan

mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
H. Penatalaksanaan
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan
kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia.
Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase induksiDimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase
ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan Lasparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan
hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. KonsolidasiPada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang
beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan

leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah


antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia.
Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia
di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid
kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon
untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah
mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien
mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh
biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian,
pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya
harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan
melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang
memadai.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus 5
Seoramg ibu berusia 45 tahun, mengeluh mengalami palpitasi, ia juga mengatakan bahwa ia
mengalami fatigue (mengarah pada anemia), disfagia (mengarah pada orofaringeal candidiasis
sekunder terhadap neutropenia, dan mudah bruising dan epitaksis ( mengarah pada
trombositopenia). Baru-baru ini ia dirawata dirumah sakit dengan pneumonia. Tanda-tanda vital
menunjukan adanya fever (suhu 38,7 o C), takikardi ringan (heart rate/HR 105).
Pemeriksaan fisik: wajah pucat, kulit dan tosil petekie hemoragi, gusi hipertrofi, orongfaring
terdapat plak putih, aksila limfadenopati, sternal tenderness, dan hepatosplenomegali.
Hasil laboraturium ditemukan pasien mengalami anemia (Hb 9) jumlah platelet rendah (40.000),
leukopenia (2.000), ciculatimg blast dengan auer rods (cari gambar sesuai dengan kondisi ini),
peningkatan asam urat dan LDH. Urin : hiperuricosuria, biopsi sumsum tulang tampak
peningkatan proporsi sel blast (>20%).

Istilah-istilah:
-

Palpitasi
Fatigue
Disfagia
Orofaringeal candidiasis
Neutropenia
Bruising
Epitaksis
Trombositopenia
Pneumonia

1. Pengkajian
A. Identitas
Biodata klien
Nama
: Ny. A
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
B. Keluhan utama : mengeluh palpitasi, mengalami fatigue, disfagia, dan mudah bruising
dan epistaksis.
- Riwayat kesehatan sekarang: leukimia myel
- Riwayat kesehatan dahulu: sebelumnya Ny. A tidak pernah mengalami penyakit
-

tersebut.
Riwayat kesehatan keluarga : dari keluarga Ny. A tidak ada megalami penyakit

tersebut.
C. Umum
- Kesadaran
- Tekanan darah
- Nadi
- Suhu
- Pernafasan
D. Fisik
-

Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Skeletal
Integumen

: composmentis
:
: takikardi ringan (HR: 105)
: adanya fever (suhu 38,7 o C),
:
: simetris
: pucat
:
: epitaksis (mengarah pada trombositopenia)
: hipertropi gusi
: orofaring terdapat plak putih
: terdapat pneumonia
: hepatomegali, spenomefali, limfodenopati
:
: kulit dan tonsil ptekie, mudah memar

E. Data fokus
- Ds : klien mengeluh mengalami palpitasi, mengalami fatigue, disfagia, mudah
-

bruising, dan epistaksis.


Do : wajah pucat, kulit dan tosil petekie hemoragi, gusi hipertrofi, orongfaring
terdapat

plak

putih,

aksila

limfadenopati,

sternal

tenderness,

dan

hepatosplenomegali.
F. Data penunjang
- Anemia
: Hb 9
- Platelet rendah : 40.000
- Leukopenia
: 2.000
- Circulating blast dengan auer rods.
- Peningkatan asam urat LDH:
- Urin
: hiperuricosuria
- Biopsi sumsum tulang tampak peningkatan proporsi sel blast (>20%)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan berhubungan dengan anemia
Tujuan: setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan
Kriteria hasil:
- Melaporkan penurunan tingkat keletihan
- Meningkatnya keikutsertaan dlam aktivitas secara bertahap
- Istirahat ketika mengalami keletihan.
- Melaporkan dapat tidur lebih baik.
- Melaporkan engeri yang adekuat untuk ikutserta dalam aktivitas.
- Mengonsumsi diet dengan masukan protein dan kalori yang dianjurkan.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kesulitan
menelan.
Tujuan : intake nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil:
- Mengonsumsi cairan dan makanan yang adekuat.
- Menunjukan penggunaan distraksi, relaksasi dan imajinasi ketika diindikasikan.
- Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan.
c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek toksik kemoterapi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan integritas kulit.
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi perasaan negatif dan positif serta ancaman terhadap citra diri
- Melakukan langkah-langkahuntuk mengatasi laserasi kulit.
3. Intervensi

Dx

Intervensi

Rasional

a. Berikan dorongan untuk istirahat a. Selama istirahat, energi dihemat dan


beberapa periode selama siang hari,

tingkat energi diperbaharui. Beberapa

terutama sebelum dan setelah latihan

kali periode istirahat singkat mungkin

fisik.

lebih bermanfaat dibanding satu kali

b. Tingkatkan jam tidur total pada


malam hari.
c. Atur kembali jadwal setiap hari dan
atur aktivitas

untuk menghemat

pemakaian energi
d. Berikan dorongan untuk mengurangi
beban

kerja

pekerjaan,

dengan

mengurangi jumlah jam kerja per


minggu
e. Berikan

dorongan

untuk

teknik

relaksasi, imajinasi mental

periode istirahat yang panjang.


b. Tidur mrmbantu untuk memulihkan
tingkat energi
c. Pengaturan kembali aktivitas dapat
mengurangi kehilangan energi dan
mengurangi stressor.
d. Mengurangi
beban

kerja

akan

mengurangi stress fisik dan psikologis


dan meningkatkan periode istirahat
atau relaksasi
e. Peningkatan relaksasi dan istirahat
psikologis akan menurunkan keletihan

f. Kolaborasi pemberian produk darah


sesuai yang diresepkan.

fisik.
f. Penurunan
mencetuskan

hemoglobin
klien

pada

akan
keletihan

akibat penurunan ketersediaan oksigen.


2.

a. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah a. Setiap klien berespon secara berbeda
pemberian obat dengan kesukaan

terhadap makanan setelah kemoterapi,

dan toleransi klien.

makanan kesukaan dapat meredakan


mual dan muntah klien.

b. Cegah pandangan, bau, dan bunyibunyi yang tidak menyenangkan

b. Sensasi tidak menyenangkan dapat


menstimulasi pusat mual dan muntah.

dilingkungan.
c. Menurunkan
c. Gunakan distraksi relaksasi dan
imajinasi
kemoterapi.

sebelum

dan

sesudah

ansietas

menunjang mual muntah.

yang

dapat

d. Berikan

antimetik,

sedatif,

dan
d. Kombinasi terapi obat berupaya untuk

kortikosteroid yang diresepkan

mengurangi

mual

muntah

melalui

kontrol berbagai faktor pencetus.


e. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat e. Volume cairan yang adekuat akan
sebelum selama dan sesudah
mengencerkan kadar obat, mengurangi
pemberian obat. Kaji intake dan
stimulasi reseptor muntah.
uotput cairan.
f. Berikan dukungan kepada klien agar f. Mengurangi rasa kecap yang tidak
menyenangkan.
dapat menjaga personal hygine
dengan baik.
g. Meningkatakan rasa nyaman akan
g. Berikan tindakan pereda nyeri bila
meningkatkan toleransi fisik terhadap
diperlukan
gejala yang dirasakan.
3.

a. Berikanperawatankulit yang cemat, a. karena area ini cenderung mengalami


terutama di dalammulutdandaerah
perianal.
b. Ubah posisi dengan sering

ulserasi
b. untuk

merangsang

sirkulasi

dan

mencegah tekanan pada kulit.


c. mempertahankan
c.

Mandikandengan

air

kebersihan

tanpa

mengiritasi kulit.

hangatdansabunringan.
d. efek kemerahan atau kulit kering dan
d.

Kajikulit

yang

keringterhadapefeksampingterapikan
ker.

pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam


area

radiasi

pada

beberapa

kemoterapi.
e. membantu mencegah trauma kulit.

agen

e. Anjurkan

pasien

untuk

tidak f.

untuk meminimalkan iritasi tambahan

menggaruk dan menepuk kulit yang


kering.
f. Anjurkan

memilihpakaian

yang

longgardanlembutdiatas area yang


teradiasi

4. Implementasi
Tanggal/waktu
Dx
Selasa, 07 Mei 1.

Tindakan
Memberikan

2013
08.00-08.30

dorongan

Respon
untuk Klien

istirahat

istirahat beberapa periode selama

sebelum

dan

siang hari, terutama sebelum dan

melakukan aktifitas

sesuai
sesudah

setelah latihan fisik


meningkatkan jam tidur total pada
Klien tidur dengan nyenyak

malam hari.
Mengatur kembali jadwal setiap hari
untuk

menjalani

dan
2.

mengatur

aktivitas

menghemat pemakaian energi


Menyesuaikan diet sebelum dan

pada malam hari


Klien bersedia
jadwal latihan

sesudah pemberian obat dengan

kesukaan dan toleransi klien

Mencegah pandangan, bau, dan


bunyi-bunyi

3.

11.00-12.30

tidak

menyenangkan dilingkungan.
Mengunakan distraksi relaksasi dan
imajinasi

yang

klien

sebelum

dan

kemoterapi.
Memberikanperawatankulit

sesudah

Klien dapat mengatasi halhal yang dapat memicu mual-

yang

muntah

cemat,

di

terutama

dalammulutdandaerah perianal.
Mengubah posisi dengan sering
Mandikandengan

Memberikan

dorongan

melakukan

air

1.

dapat

distraksi dan relaksasi

hangatdansabunringan.

Rabu, 8 mei 2013


10.30-11.00

Klien

untuk

Klien tidak megalami laserasi

klien

klien
Klien bersedia mengurangi
jam kerja.

mengurangi beban kerja pekerjaan,


dengan mengurangi jumlah jam

kerja per minggu


Memberikan dorongan untuk teknik
relaksasi, imajinasi mental

Klien besrsedia melakukan


teknik relaksasi.

Kolaborasi pemberian produk darah


sesuai yang diresepkan.

2.

Memberikan antimetik, sedatif, dan

Klien sedikit takut tetapi mau


dilakukan transfusi

kortikosteroid yang diresepkan


Memastikan hidrasi cairan yang
adekuat sebelum selama dan sesudah
pemberian obat dan mengkaji intake

Klien tidak mengalami mual-

dan uotput cairan.


Memberikan dukungan kepada klien
agar dapat menjaga personal hygine

3.

14.30-15.00

5.

yang

keringterhadapefeksampingterapikan
ker.

Klien

kooperatif

dalam

memberikan penjelasan.

dengan baik.
Memberikan tindakan pereda nyeri
bila diperlukan
Megkajikulit

muntah

Klien merasa personal hygine


nya baik.

Menganjurkan pasien untuk tidak


menggaruk dan menepuk kulit yang
kering.
Menganjurkanmemilihpakaian yang

longgardanlembutdiatas area yang

Klien tidak mengalami nyeri

Klien

kooperatif

dalam

memberikan penjelasan

teradiasi

Klien bersedia untuk tidak


mengaruk kulit

Klien bersedia mengenakan


pakian yang disarankan

5. Evaluasi
Tanggal
07 Mei 2013

Dx
1

Catatan Perkembangan
S : klien mengatakan jarang lelah.
O : pola istirahat/tidur diikuti dengan
baik.
A : masalah intoleransi aktivitas sedikit
teratasi.
P : lanjutkan intervensi berikutnya

2
S:
O:
A:
P : lanjutkan intervensi berikutnya.
3
S: klien mengatakan tidak megalami
laserasi kulit
O:
A: masalah resiko integritas kulit sedikit
teratasi

Paraf

P: lanjutkan intervensi berikutnya


08 Mei 2013

S : klien yakin akan kesembuhannya.


O : jadwal latihan diikuti dengan baik
dan semangat.
A : masalah intoleransi aktivitas teratasi.
P : intervensi tetap dilakukan.

S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:

Anda mungkin juga menyukai