Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH DIAGNOSA


MEDIS CA. MAMAE STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh:

Muhammad Novan Ahadinata


NIM. P2002037

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS
2020/2021
LANDASAN TEORI
MEDIS

A. Definisi
Payudara merupakan kelenjar yang memproduksi ASI yang tersusun dari
unit yang disebut lobulus. Kelenjar payudara dihubungkan melalui
sekumpulan duktus laktiferus yang bergabung membentuk saluran drainase,
berakhir di papilla mammae. Papilla mammae dikelilingi jaringan yang
hiperpigmentasi disebut areola mammae. Jaringan fibroelastik dan jaringan
lemak berfungsi menyokong struktur payudara. Payudara terdapat di atas
muskulus pektoralis mayor, yang terdapat di dinding thoraks anterior.
Terletak setinggi kosta II hingga kosta VI dan dari sternum hingga linea
aksilaris media. Sedangkan papilla mammae terletak setinggi sela iga
(spatium intercostale – SIC) IV (Suryani, 2018)

Gambar 1. Kedudukan payudara berada didinding thorax

Tiap payudara mengandung jaringan limfe, 90% mengalirkan cairan


limfenya ke kelompok nodi lymphatici yang terdapat di axilla ipsilateral,
sedangkan 10% sisanya mengalirkan limfe menuju ke nodi lymphatici
parasternalis, yang terletak di sebelah dalam sternum (tidak dapat diperiksa
dari luar). Jalur aliran limfe ini penting pada keadaan adanya karsinoma
mammae, yaitu merupakan tempat yang pertama kali adanya metastase.
Gambar 3. Aliran lymphe glandula mammae

Jika ditemukan masa atau keadaan abnormal di payudara, lokasinya dapat kita
deskripsikan pada salah satu kuadran. Dapat juga kita deskripsikan
berdasarkan gambaran jam pada permukaan payudara.
Gambar 4. Pembagian kuadran payudara

Payudara dibagi menjadi 4 kuadran yaitu :


- Superolateral
- Superomedial
- Inferolateral
- Inferomedial

Kanker payudara merupakan neoplasma ganas atau kumpulan sel


abnormal yang tumbuh pada jaringan payudara mengalami kelainan dengan
kata lain pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan
pertumbuhan jaringan normal, tumbuh infiltratif dan destruktif (merusak)
serta dapat bermetastase sehinga akan tumbuh infiltratif dan destruktif
(merusak) serta dapat bermetastase sehingga akan tetap tumbuh dengan cara
yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan itu berhenti.
Kanker payudara terjadi karena meningkatnya aktivitas proliferasi atau
memperbanyak diri sel pada payudara serta kelainan yang menurunkan atau
menghilangkan regulasi kematian sel (apoptosis). Hilangnya kontrol atas
proliferasi sel dan apoptosis mengakibatkan sel berpoliferasi secara terus
menerus tanpa adanya batas kematian. Apoptosis menyebabkan
ketidakmampuan dalam mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan pada
DNA, sehingga sel-sel abnormal tumbuh terus menerus tanpa kendali (Savira
& Suharsono, 2016).
Gambar 5. Gambar Ca. Mamae sesuai stadium

Kanker payudara/ Breast Cancer (BC) merupakan kanker yang


menyebabkan angka mortalitas tertinggi pada wanita diantara kanker yang
lain. Pada tahun 2020 penderita kanker payudara di perkirakan akan
meningkat empat kali lipat dibandingkan 2012 yang berjumlah 1.7 juta.
Insidensi penderita kanker payudara adalah 20% dari seluruh keganasan. Di
Indonesia kanker payudara menempati urutan kedua kanker paling banyak
pada perempuan. Sekitar 30% dari kanker yang ada di Indonesia adalah
kanker payudara. Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk
semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar
347.792 orang. Penderita kanker payudara sering terlambat mengetahui
penyakitnya, sehingga datang kerumah sakit ketika sudah masuk stadium
akhir. Deteksi awal sangat diperlukan agar pengobatan penderita kanker
payudara lebih cepat dilakukan. Menurut Purwanto (2010) yang termasuk
deteksi awal kanker payudara adalah pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI), USG, Mamografi, biopsi awal, dan skrining awal oleh dokter.
SADARI kanker payudara merupakan teknik skrining yang dapat dilakukan
oleh semua orang dan efektif mengurangi angka mortalitas kanker payudara.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan
SADARI kanker payudara seperti umur, pengalaman, pengetahuan,
pendidikan, asuransi kesehatan. (Irawan, 2018).

B. Etiologi
Faktor Risiko Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan
insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun,
riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM
atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada
payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat
menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat
reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan
(Pharmaceuticals, 2017)
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan kanker payudara yaitu
(Masyarakat, Yulianti, & Henry, 2016)
1. Usia
Peningkatan risiko pada umur reproduktif diduga berhubungan dengan
paparan hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap
payudara.

2. Usia Menopause
Usia menopause berkaitan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proses poliferasi jaringan
payudara.

3. Lama pemakaian kontrasepsi


Wanita yang memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun
memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker payudara. Berlebihnya
proses poliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas poliferasi sel
dan pengaturan kematian sel yang sudah terprogram (apoptosis) akan
mengakibatkan sel payudara berpoliferasi secara terus menerus tanpa
adanya batas kematian.

4. Pola makan dan diet


a. Pola diet
Faktor diet dan nutrisi serta aktifitas fisik saat ini menjadi fokus
utama dalam penelitian mengenai gaya hidup yang mempengaruhi
kejadian kanker payudara. Penelitian yang berfokus pada pengaruh
aktifitas fisik serta diet dan nutrisi dalam kejadian kanker payudara
dikarenakan gaya hidup mengkonsumsi diet dan nutrisi yang baik
serta melakukan aktifitas fisik secara teratur dilakukan bukan hanya
sebagai pencegahan agar tidak menderita kanker payudara tetapi
gaya hidup tersebut juga dapat dilakukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup penderita kanker payudara
b. Pola makanan berserat
Diet makanan berserat berhubungan dengan rendahnya kadar
sebagian besar aktivitas hormon seksual dalam plasma, tingginya
kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), serat akan
berpengaruh terhadap mekanisme kerja penurunan hormon estradiol
dan testoteron.
c. Pola makanan berlemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet et. al melakukan studi prospektif
selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dan ternyata ada
hubungannya dengan risiko kanker payudara pada perempuan umur
34 sampai dengan 59 tahun

5. Perokok pasif
The U.S. Environmental Protection Agency, The U.S. National
Toxicology Program, The U.S. Surgeon General, dan The International
Agency for Research on Cancer perokok pasif dapat menyebabkan
kanker pada manusia terutama kanker paru-paru. Beberapa penelitian
juga menemukan bahwa perokok pasif diduga meningkatkan risiko
kanker payudara, kanker rongga hidung, dan kanker nasofaring pada
orang dewasa serta risiko leukemia, limfoma, dan tumor otak pada anak-
anak.

6. Konsumsi Alkohol
Perempuan yang mengkonsumsi lebih dari satu gelas alkohol per hari
memiliki risiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi.

7. Aktivitas Fisik
Wanita dengan aktifitas fisik yang rendah memiliki risiko lebih besar
untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang
memiliki kebiasaan berolahraga atau aktifitas fisik yang tinggi. Dengan
aktivitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat dicapai
keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Aktivitas
fisik atau olahraga yang cukup akan mengurangi risiko kanker payudara
tetapi tidak ada mekanisme secara biologik yang jelas sehingga tidak
memenuhi aspek biologic plausibility dari asosiasi kausal. Olahraga
dihubungkan dengan rendahnya lemak tubuh dan rendahnya semua kadar
hormon yang berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Aktivitas fisik atau olahraga yang
cukup akan berpengaruh terhadap penurunan sirkulasi hormonal sehingga
menurunkan proses proliferasi dan dapat mencegah kejadian kanker
payudara. Dalam mengurangi resiko kanker payudara aktivitas fisik
dikaitkan dengan kemampuan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,
menurunkan lemak tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon.

8. Riwayat Kanker Payudara pada keluarga


Wanita dengan yang memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga
memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki riwayat kanker payudara pada
keluarga. Gen BRCA yang terdapat dalam DNA berperan untuk
mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal. Dalam kondisi
tertentu gen BRCA tersebut dapat mengalami mutasi menjadi BRCA1
dan BRCA2, sehingga fungsi sebagai pengontrol pertumbuhan hilang dan
memberi kemungkinan pertumbuhan sel menjadi tak terkontrol atau
timbul kanker. Seorang wanita yang memiliki gen mutasi warisan
(termasuk BRCA1 dan BRCA2) meningkatkan risiko kanker payudara
secara signifikan dan telah dilaporkan 5-10% kasus dari seluruh kanker
payudara. Pada kebanyakan wanita pembawa gen turunan BRCA1 dan
BRCA2 secara normal, fungsi gen BRCA membantu mencegah kanker
payudara dengan mengontrol pertumbuhan sel. Namun hal ini tak
berlangsung lama karena kemampuan mengontrol dari gen tersebut
sangat terbatas.

C. Manifestasi
Selama ini yang terjadi pada penderita adalah baru diketahui bahwa
dirinya terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri atau sakit pada
payudara atau setelah benjolan tumbuh semakin membesar pada jaringan
payudaranya. Penderita yang mengalami kondisi seperti itu sebenarnya sudah
teserang kanker payudara stadium lanjut. Keterlambatan tersebut tentu akan
mempersulit penyembuhan. Padahal, akan lebih mudah penyembuhannya jika
serangan kanker payudara dapat diketahui secara dini.
Penderita yang terkena payudara stadium awal atau dini tidak
merasakan adanya nyeri atau sakit pada payudaranya. Namun demikian, jika
payudara di raba, da benjolan yang tumbuh didalamnya. Besar kecilnya
benjolan yang tumbuh tersebut sangat bervariasi tergantung seberapa cepat
penderita bisa mendeteksinya. Setelah melewati stadium dini atau memasuki
stadium lanjut, gejala serangan kanker payudara semakin banyak seperti
berikut ini:
1. Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara
2. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin membesar
3. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
4. Mulai timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng
5. Kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk
6. Terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitaman dari
puting susu.
7. Ada perubahan pada puting susu: gatal ada rasa seperti terbakar, erosi
dan terjadinya retraksi
8. Ada perubahan suhu pada kulit: hangat, kemerahan dan panas

D. Komplikasi
Walaupun jarang, setelah pembedahan dapat terjadi infeksi, selulit,
hematoma, dan lebih tidak umum, terjadi limfedena. Komplikasi yang
mungkin dari pembedahan payudara meliputi limfedema, infeksi, seroma,
hematoma dan selulit. Oleh karena klien sering kali dipulangkan beberapa
hari setelah pembedahan, maka mereka harus diajari untuk melaporkan
manifestasi yang tidak biasa sejak dini. Adanya bukti infeksi, seperti demam,
menggigil, atau area kemerahan atau inflamasi di sepanjang garis insisi, harus
dilaporkan kepada dokter. Adanya peningkatan drainase, bau busuk, atau
pemisahan pada lokasi insisi harus dilaporkan segera.

E. Patofisiologi
Kanker payudara adalah tumor ganas yang secara khas dimulai pada sel
epitel duktal-lobuler payudara dan menyebar melalui sistem limfatik ke nodus
limfatik aksila. Tumor lalu dapat bermetastasis ke bagian lain yang jauh,
termasuk paru-paru, liver, tulang dan otak. Penemuan kanker payudara pada
nodus limfatik aksila adalah indikator kemampuan tumor untuk potensi
penyebaran jauh dan tidak hanya pertumbuhan ke bagian sekitar yang
berdekatan dengan payudara. Kebanyakan kanker payudara primer adalah
adenokarsinoma yang berlokasi pada kuadran atas luar dari payudara.
E. WOC
F. Penatalaksanaan
Gen Hormon Radiasi
(kembar monozygote (penggunaan obat Makanan (marangsang
yang terdapat pada anti konseptiva (makanan yang pertumbuhan sel
kanker payudara, ibu oral/hormon mengandung lemak) abnormal kanker)
yang mempunyai tiwayat estrogen, jangka
kanker payudara) panjang)

Hiperplasia Sel

Carsinoma in Situ

Stroma jaringan ikat disekitar


sel diinvasi oleh sel

Carcinoma Mammae

Mendesak jaringan sekitar


Mendesak ke sel saraf Mendesak pembuluh darah

Menekan jaringan pada mammae Mengalami Interup padasi sel Aliran darah terhambat

Nyeri kronik
Mammae membengkak Hipoksia

Massa tumor mendesak Necrose jaringan

Perfusi pada jaringan Bacteri patogen


terganggu

Ulkus Resiko Infeksi

Gangguan Integritas kulit


Gangguan Integriras kul
F. Penatalaksanaan Medik

Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa


yang lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi
padakanker payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya
penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek
terapi yang diharapkan, juga mempunyai 11 beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien
dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia,
comorbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri
pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai
berikut:
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi,
adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate)
atau setelah beberapa waktu (delay).

2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi.
b. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8
siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping
yang masih dapat diterima.

3. Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan


penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.Terapi Hormonal

Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam


menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi
pemeriksaan tersebut dengan baik.
a. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal
positif.
b. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV
c. Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi
ajuvan utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi
tidak lebih baik dari hormonal terapi.
d. Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan
pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah
menopause dan Her2-. Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-
10 tahun.

4. Terapi Target
a. Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
b. Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan
IHK yang Her2 positif.
c. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik
(selama satu tahun: tiap 3 minggu).
d. Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan.

5. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana kanker payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker
payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Indikasi/tujuan Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan
pada semua kasus kanker payudara (ESMO Level 1, grade A). Hal ini
disebabkan radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan
mengurangi angka kematian karena kanker payudara dan memiliki
kesintasan yang sama dengan pasien kanker payudara stadium dini yang
ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara dapat
diabaikan pada pasien kanker payudara pasca BCS berusia > 70 tahun
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1
a. Reseptor estrogen +
b. Klinis N0
c. T1 yang mendapat terapi hormonal

6. Target Radiasi
Pendefinisian target radiasi untuk radioterapi 2 dimensi menggunaan
prinsip penanda tulang dan batas-batas anatomi. Batas-batas lapangan
radiasi pada kanker payudara dengan teknik 2 dimensi
a. Batas medial: garis mid sternalis.
b. Batas lateral: garis mid aksilaris atau minimal 2 cm dari payudara
yang dapat teraba.
c. Batas superior: caput clacivula atau pada sela iga ke-2.
d. Batas inferior: 2 cm dari lipatan infra mammary Batas dalam: 2-2.5
cm dari tulang iga sisi luar ke arah paru.
e. Batas luar: 2 cm dari penanda di kulit. Pendefinisian target radiasi
untuk radioterapi 3 dimensi harus berdasarkan terminologi
International Commission on Radiation Units and Measurements -
50 (ICRU-50); yaitu gross tumor volume (GTV), clinical target
volume (CTV) dan planning target volume (PTV).
1) GTV: tidak ada, karena pasca operasi radikal atau eksisi luas.
2) CTV: berdasarkan ESTRO consensus guideline on target
volume definition for elective radiation therapy for early stage
breast cancer (Radiother Oncol 2015).
3) PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi
posisi yang digunakan
G. Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi/biodata :
Meliputi identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat

2. Riawayat penyakit sekarang


Biasnaya klien masuk rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit bewarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri

3. Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat ca mammae sebelunya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan peyinaran pada bagian dada ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya seperti kanker ovarium atau kanker
serviks

4. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae ataupun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.

5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital dibagian posterior
b. Rambut
Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak
c. Mata
Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata, mata anemis,
tidak ikterik, dan tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Normanya bentuk dan posisi simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran
e. Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan
f. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
g. Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
h. Dada
Adanya kelainan kulit berupa ulserasi atau tanda-tanda radang
i. Hepar
Biasanya tidak ada pembesaran hepar
j. Ekstermitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ektermitas

6. Pengkajian 11 pola fungsional gordon


a. Persepsi dan manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksa benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan
biasa
b. Nutrisi-metabolik
Kebiasaan diet buruk biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
menelan, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi
d. Aktivitas dan latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri
e. Kognitif dan persepsi
Bisanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan
ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik
f. Istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri
g. Persepsi dan konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan
akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h. Peran dan hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi sosial
i. Reproduksi dan seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan
j. Koping dan toleransi stres
Biasaya klien akan mengalami stres yang berlebihan dan
keputusasaan
k. Nilai dan keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.
H. Pemeriksaan Diagnostik

Biopsi payudara (jarum atau eksisi) Biopsi ini memberikan diagnosa


definitife terhadap massa dan
berguna untuk klasifikasi histologi
pentahapan dan selaksi terapi yang
tepat.

Foto Thorax Foto thoraks dilakukan untuk


mengkaji adanya metastase

CT scan atau MRI CT scan dan MRI teknik scan yang


dapat mendeteksi penyakit
payudara, khusunya massa yang
lebih besar, atau tumor kecil,
payudara mengeras yang sulit
diperiksa dengan mammografi

Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi dapat membantu


dalam membedakan antara padat
dan kista dan pada wanita yang
jaringan payudaranya keras; hasil
komplemen dari mammografi
Mammografi Mammografi memperlihatkan
struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak
teraba atau tumor yang pada tahap
awal.
I.Diagnosa Keperawatan

SDKI SIKI SLKI


Ganguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka
kulit/jaringan b.d Setalah dilakukan tindkan Mengidentifikasi dan
Faktor mekanis keperawatan …x24 jam ekspetasi meningkatkan penyembuhan
(penekanan kulit). integritas kulit dan jaringan luka serta menceggah terjadinya
Ditandai dengan : meningkat. komplikasi.

Gejala dan tanda Kriteria hasil Dikaji Tujuan Intervensi


mayor Kerusakan 1 5 1. Observasi :
Objektif : jaringan 1.1 Monitor karakteristik luka
Kerusakan jaringan Kerusakan 1 5 (mis. Drainase, warna,
lapisan
dan/atau lapisan kulit ukuran, bau)
kulit
1.2 Monitor tanda-tanda infeksi
Nyeri 1 5
Gejala dan tanda Kemerahan 1 5 2. Terapeutik :
minor 2.1 Lepaskan balutan dan
Objektif : plester secara perlahan
a. Nyeri 2.2 Bersihkan dengan cairan
b. Kemerahan NaCl atau pembersih
nontoksik
2.3 Pasang balutan sesuai jenis
luka
2.4 Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
2.5 Jadwalkan perubahan yaitu
posisi setiap waktu 2 jam
2.6 Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis. Vitamin
A, vitamin C, Zinc, asam
amino), sesuai indikasi
3. Edukasi
3.1 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
3.2 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi pemberian
antibiotik
Nyeri kronik b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Kerusakan sistem saraf Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi dan mengelola
Ditandai dengan : keperawatan …×24 jam pengalaman sensoria tau
ekspektasi tingkat nyeri menurun. emosional yang berkaitan
Gejala dan tanda dengan kerusakan jaringan atau
mayor Kriteria hasil Dikaji Tujuan fungsional dengan onset
Subjektif : Keluhan 1 5 mendadak atau lambat dan
Mengeluh nyeri nyeri berinteraksi ringan hingga berat
Meringis 1 5 dan konstan.
Objektif : Sikap 1 5
a. Tampak meringis protektif Intervensi
b. Gelisah Gelisah 1 5 1. Observasi
c. Tidak mampu Kesulitan 1 5 1.1 Identifikasi lokasi,
menuntaskan tidur karakteristik, durasi,
aktivitas Berfokus 1 5 frekuensi, kualitas intensitas
pada diri
nyeri
sendiri
Gejala dan tanda Pola tidur 1 5 1.2 Identifikasi skala nyeri
minor 1.3 Identifikasi faktor yang
Objektif : memperberat dan
a. Bersikap memperinggan nyeri
proktektif (mis. 1.4 Identifikasi pengetahuan
Posisi dan keyakinan tentang nyeri
menghindari 1.5 Monitor efek samping
nyeri) pemberian analgetik
b. Pola tidur berubah 2. Terapeutik
c. Berfokus pada diri 2.1 Berikan teknik
sendiri nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin)
2.2 Kontrol lingkungan yang
memperbesar rasa nyeri
(mis. Satu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
2.3 Fasilitas istirahat dan tidur
2.4 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
3.1 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
3.2 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3.3 Anjurkan analgetik secara
tepat
3.4 Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi pemberian
analgetik
Risiko infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan
Kanker Setelah dilakukan tindakan Infeksi
keperawatan …×24 jam 1. Observasi:
1.1 Monitor tanda dan
Faktor Resiko : ekspektasi tingkat nyeri menurun.
gelaja infeksi
a. Penyakit kronis
2. Terapeutik:
b. Ketidakadekuatan Kriteria hasil Dikaji Tujuan 2.1 Berikan perawatan
pertahanan tubuh Demam 1 5 kulit pada area edema
primer (kerusakan Kemerahan 1 5 2.2 Cuci tangan sebelum dan
integritas kulit) Nyeri 1 5 sesudah kontak dengan
Bengkak 1 5 pasien dan lingkungan
pasien
3. Edukasi:
3.1 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
3.2 Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka dan
luka operasi
4. Kolaborasi:
4.1 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Black, M Joyce & Hawks Hokanson Jane. (2017). Keperawatan Medikal Bedah :
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8 Buku 2. Elsevier
Irawan, E. (2018). FAKTOR-FAKTOR PELAKSANAAN SADARI/ BREAST
SELF EXAMINATION (BSE) KANKER PAYUDARA (Literature
Review). Jurnal Keperawatan BSI, 6(1). https://doi.org/10.31311/.V6I1.3690
Masyarakat, J. K., Yulianti, I., & Henry, S. (2016). Penelitian faktor resiko ca.
mamae. 4.
Pharmaceuticals, R. (2017). Kanker payudara. Obat Kanker Payudara, 0–3.
Savira, F., & Suharsono, Y. (2016). SKRIPSI CA.MAMAE. Journal of Chemical
Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Suryani. (2018). Pemeriksaan Payudara. 8–42.

Anda mungkin juga menyukai