Disusun Oleh:
A. Definisi
Payudara merupakan kelenjar yang memproduksi ASI yang tersusun dari
unit yang disebut lobulus. Kelenjar payudara dihubungkan melalui
sekumpulan duktus laktiferus yang bergabung membentuk saluran drainase,
berakhir di papilla mammae. Papilla mammae dikelilingi jaringan yang
hiperpigmentasi disebut areola mammae. Jaringan fibroelastik dan jaringan
lemak berfungsi menyokong struktur payudara. Payudara terdapat di atas
muskulus pektoralis mayor, yang terdapat di dinding thoraks anterior.
Terletak setinggi kosta II hingga kosta VI dan dari sternum hingga linea
aksilaris media. Sedangkan papilla mammae terletak setinggi sela iga
(spatium intercostale – SIC) IV (Suryani, 2018)
Jika ditemukan masa atau keadaan abnormal di payudara, lokasinya dapat kita
deskripsikan pada salah satu kuadran. Dapat juga kita deskripsikan
berdasarkan gambaran jam pada permukaan payudara.
Gambar 4. Pembagian kuadran payudara
B. Etiologi
Faktor Risiko Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan
insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun,
riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM
atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada
payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat
menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat
reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan
(Pharmaceuticals, 2017)
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan kanker payudara yaitu
(Masyarakat, Yulianti, & Henry, 2016)
1. Usia
Peningkatan risiko pada umur reproduktif diduga berhubungan dengan
paparan hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap
payudara.
2. Usia Menopause
Usia menopause berkaitan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proses poliferasi jaringan
payudara.
5. Perokok pasif
The U.S. Environmental Protection Agency, The U.S. National
Toxicology Program, The U.S. Surgeon General, dan The International
Agency for Research on Cancer perokok pasif dapat menyebabkan
kanker pada manusia terutama kanker paru-paru. Beberapa penelitian
juga menemukan bahwa perokok pasif diduga meningkatkan risiko
kanker payudara, kanker rongga hidung, dan kanker nasofaring pada
orang dewasa serta risiko leukemia, limfoma, dan tumor otak pada anak-
anak.
6. Konsumsi Alkohol
Perempuan yang mengkonsumsi lebih dari satu gelas alkohol per hari
memiliki risiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi.
7. Aktivitas Fisik
Wanita dengan aktifitas fisik yang rendah memiliki risiko lebih besar
untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang
memiliki kebiasaan berolahraga atau aktifitas fisik yang tinggi. Dengan
aktivitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat dicapai
keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Aktivitas
fisik atau olahraga yang cukup akan mengurangi risiko kanker payudara
tetapi tidak ada mekanisme secara biologik yang jelas sehingga tidak
memenuhi aspek biologic plausibility dari asosiasi kausal. Olahraga
dihubungkan dengan rendahnya lemak tubuh dan rendahnya semua kadar
hormon yang berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Aktivitas fisik atau olahraga yang
cukup akan berpengaruh terhadap penurunan sirkulasi hormonal sehingga
menurunkan proses proliferasi dan dapat mencegah kejadian kanker
payudara. Dalam mengurangi resiko kanker payudara aktivitas fisik
dikaitkan dengan kemampuan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,
menurunkan lemak tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon.
C. Manifestasi
Selama ini yang terjadi pada penderita adalah baru diketahui bahwa
dirinya terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri atau sakit pada
payudara atau setelah benjolan tumbuh semakin membesar pada jaringan
payudaranya. Penderita yang mengalami kondisi seperti itu sebenarnya sudah
teserang kanker payudara stadium lanjut. Keterlambatan tersebut tentu akan
mempersulit penyembuhan. Padahal, akan lebih mudah penyembuhannya jika
serangan kanker payudara dapat diketahui secara dini.
Penderita yang terkena payudara stadium awal atau dini tidak
merasakan adanya nyeri atau sakit pada payudaranya. Namun demikian, jika
payudara di raba, da benjolan yang tumbuh didalamnya. Besar kecilnya
benjolan yang tumbuh tersebut sangat bervariasi tergantung seberapa cepat
penderita bisa mendeteksinya. Setelah melewati stadium dini atau memasuki
stadium lanjut, gejala serangan kanker payudara semakin banyak seperti
berikut ini:
1. Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara
2. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin membesar
3. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
4. Mulai timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng
5. Kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk
6. Terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitaman dari
puting susu.
7. Ada perubahan pada puting susu: gatal ada rasa seperti terbakar, erosi
dan terjadinya retraksi
8. Ada perubahan suhu pada kulit: hangat, kemerahan dan panas
D. Komplikasi
Walaupun jarang, setelah pembedahan dapat terjadi infeksi, selulit,
hematoma, dan lebih tidak umum, terjadi limfedena. Komplikasi yang
mungkin dari pembedahan payudara meliputi limfedema, infeksi, seroma,
hematoma dan selulit. Oleh karena klien sering kali dipulangkan beberapa
hari setelah pembedahan, maka mereka harus diajari untuk melaporkan
manifestasi yang tidak biasa sejak dini. Adanya bukti infeksi, seperti demam,
menggigil, atau area kemerahan atau inflamasi di sepanjang garis insisi, harus
dilaporkan kepada dokter. Adanya peningkatan drainase, bau busuk, atau
pemisahan pada lokasi insisi harus dilaporkan segera.
E. Patofisiologi
Kanker payudara adalah tumor ganas yang secara khas dimulai pada sel
epitel duktal-lobuler payudara dan menyebar melalui sistem limfatik ke nodus
limfatik aksila. Tumor lalu dapat bermetastasis ke bagian lain yang jauh,
termasuk paru-paru, liver, tulang dan otak. Penemuan kanker payudara pada
nodus limfatik aksila adalah indikator kemampuan tumor untuk potensi
penyebaran jauh dan tidak hanya pertumbuhan ke bagian sekitar yang
berdekatan dengan payudara. Kebanyakan kanker payudara primer adalah
adenokarsinoma yang berlokasi pada kuadran atas luar dari payudara.
E. WOC
F. Penatalaksanaan
Gen Hormon Radiasi
(kembar monozygote (penggunaan obat Makanan (marangsang
yang terdapat pada anti konseptiva (makanan yang pertumbuhan sel
kanker payudara, ibu oral/hormon mengandung lemak) abnormal kanker)
yang mempunyai tiwayat estrogen, jangka
kanker payudara) panjang)
Hiperplasia Sel
Carsinoma in Situ
Carcinoma Mammae
Menekan jaringan pada mammae Mengalami Interup padasi sel Aliran darah terhambat
Nyeri kronik
Mammae membengkak Hipoksia
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai
berikut:
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi,
adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate)
atau setelah beberapa waktu (delay).
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi.
b. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8
siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping
yang masih dapat diterima.
4. Terapi Target
a. Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
b. Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan
IHK yang Her2 positif.
c. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik
(selama satu tahun: tiap 3 minggu).
d. Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan.
5. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana kanker payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker
payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Indikasi/tujuan Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan
pada semua kasus kanker payudara (ESMO Level 1, grade A). Hal ini
disebabkan radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan
mengurangi angka kematian karena kanker payudara dan memiliki
kesintasan yang sama dengan pasien kanker payudara stadium dini yang
ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara dapat
diabaikan pada pasien kanker payudara pasca BCS berusia > 70 tahun
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1
a. Reseptor estrogen +
b. Klinis N0
c. T1 yang mendapat terapi hormonal
6. Target Radiasi
Pendefinisian target radiasi untuk radioterapi 2 dimensi menggunaan
prinsip penanda tulang dan batas-batas anatomi. Batas-batas lapangan
radiasi pada kanker payudara dengan teknik 2 dimensi
a. Batas medial: garis mid sternalis.
b. Batas lateral: garis mid aksilaris atau minimal 2 cm dari payudara
yang dapat teraba.
c. Batas superior: caput clacivula atau pada sela iga ke-2.
d. Batas inferior: 2 cm dari lipatan infra mammary Batas dalam: 2-2.5
cm dari tulang iga sisi luar ke arah paru.
e. Batas luar: 2 cm dari penanda di kulit. Pendefinisian target radiasi
untuk radioterapi 3 dimensi harus berdasarkan terminologi
International Commission on Radiation Units and Measurements -
50 (ICRU-50); yaitu gross tumor volume (GTV), clinical target
volume (CTV) dan planning target volume (PTV).
1) GTV: tidak ada, karena pasca operasi radikal atau eksisi luas.
2) CTV: berdasarkan ESTRO consensus guideline on target
volume definition for elective radiation therapy for early stage
breast cancer (Radiother Oncol 2015).
3) PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi
posisi yang digunakan
G. Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi/biodata :
Meliputi identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital dibagian posterior
b. Rambut
Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak
c. Mata
Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata, mata anemis,
tidak ikterik, dan tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Normanya bentuk dan posisi simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran
e. Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan
f. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
g. Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
h. Dada
Adanya kelainan kulit berupa ulserasi atau tanda-tanda radang
i. Hepar
Biasanya tidak ada pembesaran hepar
j. Ekstermitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ektermitas
Black, M Joyce & Hawks Hokanson Jane. (2017). Keperawatan Medikal Bedah :
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8 Buku 2. Elsevier
Irawan, E. (2018). FAKTOR-FAKTOR PELAKSANAAN SADARI/ BREAST
SELF EXAMINATION (BSE) KANKER PAYUDARA (Literature
Review). Jurnal Keperawatan BSI, 6(1). https://doi.org/10.31311/.V6I1.3690
Masyarakat, J. K., Yulianti, I., & Henry, S. (2016). Penelitian faktor resiko ca.
mamae. 4.
Pharmaceuticals, R. (2017). Kanker payudara. Obat Kanker Payudara, 0–3.
Savira, F., & Suharsono, Y. (2016). SKRIPSI CA.MAMAE. Journal of Chemical
Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Suryani. (2018). Pemeriksaan Payudara. 8–42.