Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MASALAH DIAGNOSA MEDIK : CHF

Disusun Oleh:
Elva Vera Fauziah
P2002014

PTOGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020/2021
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PSIK STIKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA

Nama mahasiswa : Muhammad Novan Ahadinata


Tempat praktek : ITKES WHS Samarinda
Tanggal : 25-01-2021

I. Identitas diri klien


Nama : Tn. T Suku : Kutai
Umur : 65 tahun Pendidikan : SMA
Jemis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : SWASTA
Alamat : Jl. M Yamin Lama bekerja : 5 tahun
Tanggal masuk RS : 25 Januari 2021
Status perkawinan : Menikah Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2021
Agama : Islam Sumber Informasi : Keluarga

II. Riwayat penyakit

1. Keluhan utama saat masuk RS :


Klien mengatakan nyeri pada saat BAK, dan BAK keluar hanya sedikit-sedikit

2. Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengatakan pada tanggal 10 Desember 2021 malam merasa kesakitan pada saat
BAK, BAK sering namun sedikit-sedikit, kemudian pada tanggal 20 Desember 2021
pagi klien memutuskan untuk periksa ke RS AWS dan dilakukan tindakan pemasangan
kateter.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Klien mengatakan pada tahun 2019 pernah MRS di klinik selama 5 hari karena operasi
pengangkatan batu kandung kemih.

2
Genogram :

Tn. T,
usia: 55 th

: Laki-laki ? : Tidak

: Perempuan : Garis perkawinan

: Klien : Garis keturunan


: Meninggal : Serumah

4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan:
Tn. T mengalami diagnosa medis yaitu BPH (BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA)/kanker prostat

III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan:
Klien mengatakan sudah sejak lama mengetahui tentang masalah kesehatan yang
dialaminya saat ini.

2. Pola nutrisi/metabolic Program diit RS:


Saat dirumah sakit klien mengurangi makanan yang tinggi garam dan makanan tinggi natrium.

3
Intake makanan:
Sebelum sakit :
Klien mengatakan asupan makan sebelum sakit baik, frekuensi makan 3x sehari dengan
nasi dan lauk pauk
Saat sakit :
Klien mengatakan asupan nutrisi saat sakit berkurang, frekuensi makan 1x sehari
Intake cairan:
Sebelum sakit :
Klien mengatakan mengkonsumsi air putih 6-8 gelas perhari
Saat sakit:
Klien mengatakan hanya minum sedikit air putih dan sekarang kloen mengkonsumsi air
putih sebanyak 2-4 gelas perhari

3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum sakit :
Klien mengatakan buang air besar 2×/hari dengan konsistensi lunak, warna kuning,
bau yang khas.
Saat sakit :
Klien mengatakan saat sakit buang air besar 1×/hari dengan konsistensi lunak.
b. Buang air kecil
Sebelum sakit :
Klien mengatakan Buang air kecil 5-6 kali, warna urine bening, bau khas urine, klien
melakukan buang air kecil secara mandiri serta pasien tidak mengalami gangguan
dalam buang air kecil
Saat sakit :
klien mengatakan saat ini terpasang kateter.

4. Pola aktifitas dan latihan:


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √

4
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

Oksigenasi:
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sesak napas
Saat sakit :
Klien mengatakan tidak megalami sesak napas.

5. Pola tidur dan istirahat


(lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur)
Sebelum sakit :
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur pada malam hari 7-8 jam
Saat sakit :
Klien mengatakan saat sakit tidur klien pada malam hari 4-5 jam, dikarenakan pasien
mengalami nyeri di daerah kemaluan.

6. Pola persepsual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
a. Penglihatan : klien tidak mengalami gangguan penglihatan
b. Pendengaran : klien tidak mengalami gangguan pendengaran
c. Pengecap dan penciuman klien berfungsi dengan baik. Sensori klien masih mampu
membedakan sensori tajam dan tumpul sekalipun harus dengan tekanan yang kuat.

7. Pola persepsi diri


(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
Klien mengatakan bahwa pada saat ini klien menerima dan menyerahkan keadaan
sakitnya kepada Tuhan. Klien selalu berharap agar dalam kondisi yang sehat.

8. Pola seksualitas dan reproduksi


(fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.)
a. Tanggal menstruasi : Tidak ada
b. Masalah menstruasi : Tidak ada
c. Kontrasepsi : Tidak ada
d. Masalah seksual b/d penyakit : klien tidak memiliki masalah seksual

5
9. Pola peran hubungan
(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan):
a. Tanggapan pasien tentang perannya : klien saat dirumah masih mampu menjalankan
perannya sebagai seorang suami
b. Komunikasi : klien memiliki komunikasi dengan baik oleh keluarga dan tetangga
sekitar rumah, klien sehari-hari menggunakan bahasa indonesia dan banjar.
c. Hubungan dengan orang lain : klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan sangat dekat kepada anak dan istrinya serta memiliki hubungan yang baik
dengan tetangga.
d. Kemampuan / Kesanggupan pasien terhadap melaksanakan perannya : klien
mengatakan masih mampu melaksanakan perannya.

10. Pola managemen koping-stess


(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini):
a. Perhatikan utama tentang perawatan dirumah sakit atau penyakit (finansial,
perawatan diri) : Pasien tidak ada masalah
b. Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : klien mengatakan tidak ada
c. Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : Klien mengatakan tidak pernah
d. Keadaan emosi dalam sehari-hari : Klien mengatakan selalu sabar dan tetap tenang

11. Sistem nilai dan keyakinan


(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)
a. Agama : Islam
b. Pengaruh agama dalam kehidupannya : Yakin dengan agama sendiri karena ini hanya cobaan
c. Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : Tidak ada

IV.Pemeriksaan fisik
(cephalocaudal) yang meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi keluhan yang dirasakan saat ini
TD : 150/70 mm/H RR : 24 x/m N : 90 x/m S : 36,5 oC
BB/TB : 60kg/165cm

Kepala :
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, rambut berwarna hitam, rambut tebal dan tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, rambut halus

Mata dan Telinga (Penglihatan dan pendengaran)

6
a. Penglihatan
 Berkurang  Ganda  Kabur  Buta/gelap
Klien mengatakan penglihatannya masih bisa melihat dengan jelas terhadap suatu objek
 Visus : dioptri Intensitas : Tidak ada intensitas nyeri
 Sklera ikterik : (ya/tidak) bagian penglihatan.

 Konjungtiva : (anemis/tidak anemis)


 Nyeri : (ya/tidak)
 Kornea : Jernih/keruh/berbintik
 Alat bantu : Tidak ada/lensa kontak/kaca mata

b. Pendengaran
√ Normal  Berdengung  Berkurang  Alat bantu  Tuli
Klien mengatakan masih bisa mendengar dengan jelas dan saat diberikan respon dengan
bisikan dengan rambut klien, klien mendengar dengan jelas.
Keluhan lain:
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan lain pada pendengarannya.

Hidung:
Inspeksi : Simetris, tidak ada massa, bernapas dengan cuping hidung (+), tidak ada sumbatan
Palpasi : Tidak ada benjolan atau benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan

Mulut/Gigi/Lidah:
Inspeksi :
Mulut : Bersih tidak ada lesi, bibir simetris, tidak berbau, adanya sianosis, mukosa bibir
kering
Gigi : Gigi tampak bersih, tidak ada karies, kebiasaan gosok gigi selama dirumah 2x
sehari.
Lidah : Berwarna kepink, tidak kotor dan berwarna putih.
Palpasi : Terdapat platum berwarna kepink menggunakan tongspatel, refleks muntah
baik, tidak ada tongsil atau amandel.

Leher :
Inspeksi : Tidak ada sianosis, saat minum air untuk melihat gerakan menelannya sama,
tidak ada gondok.
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan pada vena jugularis (JVP), tidak ada pembesaran
kelenjar, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.

Respiratori

7
a. Dada : Simetris (pengembangan dada kanan dan kiri simetris), tidak ada memar pada dada atau
kemerahan, tidak ada nyeri tekan
b. Batuk : ya/tidak; produktif/tidak produktif
Karakteristik Sputum : berwarna kuning dan berbusa
c. Napas bunyi : vesikuler/lainnya, jelaskan
 Sesak napas saat :

 Ekspirasi  Inspirasi  Istirahat  Aktivitas

Tipe pernapasan:
 Perut  Dada  Biot
 Kussmaul  Cynestokes  Lainnya

Frekuensi napas : 24 x/menit


Penggunaan otota sesoris : (ya/tidak), Napas Cuping Hidung : (+)
Fremitus : Tidak ada
Sianosis : (ya/tidak)
Keluhan lain : Klien tidak memiliki keluah yang lain.

Kardiovaskular
Riwayat Hipertensi: Tidak memiliki riwayat hippertensi. Masalah jantung : Klien
memiliki riwayat penyakit jantung sejak 5 tahun yang lalu.
Demam Rematik : Tidak ada
Bunyi Jantung : S3 (gallop ventrikel) atau S4 (gallop atrium)
Fersikuler:
Irama : Ireguler
Kualitas : normal
Murmur : Tidak ada murmur jantung

 Nyeri dada, Intensitas : Palpitasi

 Pusing  Cianosis
Capillary refill :

 Riwayat Keluhan lainnya : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan yang lain.
 Edema, lokasi : kaki, tangan serta perlu bengkak. grade : I
 Hematoma, lokasi : Tidak ada hematoma

Neurologis

8
Rasa ingin pingsan/pusing : Pusing
Sakit Kepla: Lokasi nyeri : Kepala Frekuensi :
 GCS: Eye =4 Verbal =5 Motorik =6
 Pupil : isokor/unisokor
 Reflek cahaya : Reflek cayaha klien baik
 Sinistra : +/- cepat/lambat
 Dextra : +/- cepat/lambat
 Bicara : Saat berbicara artikulasi klien jelas

 √ Komunikatif  Aphasia  Pelo


 Keluhan lain : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan yang lain.

 Kesemutan  Bingung  Tremor  √Gelisah  Kejang


Klien mengatakan merasa gelisah.

 Koordinasi ekastemitas

 √ Normal  Paralisis, Lokasi :  Plegia, Lokasi :


 Keluhan lain : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan yang lain.

Integumen
 Warna kulit

 Kemerahan  √ Pucat  Sianosis  Jaundice  Normal


 Kelembaban :

 Lembab √Kering
 Turgor : elastis / tidak elastic

 √ > 2 detik  < 2 detik Keluhan lain

Keluahan yang lain : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan yang lain

Abdomen
Nyeri Tekan : Terdapat nyeri tekan bagian perut
Lunak/keras : Keras karena mengalami pembengkakan
Massa : Terdapat massa. Ukuran/Lingkar Perut : 80 cm
Bising usus : 8 x/menit
Asites : Adanya asites (penumpukan cairan) dibagian abdomen yang menyebabkan pembengkakan
Keluhan lain : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan yang lain

9
Muskuloskeletal
 Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada intensitas : Tidak ada
 Kaku sendi, lokasi : Tidak ada
 Bengkak sendi, lokasi : Bagian kaki dan tangan mengalami pembengkakan
 Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : Tidak ada
 Alat bantu, jelaskan : Tidak ada
 Pergerakan terbatas, jelaskan : Karena klien merasa lemas
 Keluhan lain, jelaskan : Klien mengatakan tidak memiliki keluah yang lain

Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak ada
Penggunaan alat kontrasepsi : Klien mengatakan tidak menggunakan alat
kontrasepsi
Masalah/kesulitan seksual : Klien mengatakan tidak memiliki masalah
seksual
Perubahan terakhir dalam frekuensi : Klien mengatakan tidak ada

V. Program terapi:
1. Cefotaxim IV 2x1

2. Kalnex IV 3x500 mg

3. Dycinon IV 3x1

4. Vit C IV 1x500 mg

Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium


(dimulai saat anda mengambil sebagai kasus kelolaan, cantumkan tanggal
pemeriksaan, dan kesimpulan hasilnya)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Tanggal, 10/09/2018
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Jumlah Leukosit
7.41 10^3/ µL 4.0 – 11.0
Jumlah Eritrosit
5.73 10^6/ µL (H) 4.50 – 5.50
Hemoglobin
10.7 g/dL (L) 13.0 – 17.0
Hematokrit
37.5 % (L) 40.0 – 50.0
MCV

10
MCH 65.4 fL (L) 82.0 – 92.0
MCHC 18.7 pg (L) 27.0 – 31.0
Jumlah Trombosit 28.5 g/dL (L) 32.0 – 37.0
RDW-SD 214 10^3/ µL 150 – 400
RDW-CV 44 fL 35 – 47
PDW 19.9 % (H) 11.5 – 14.5
MPV 8.9 fL (L) 9.0 – 13.0
P-LCR 8.8 fL 7.2 – 11.1
PCT 16.7 % 15.0 -25.0
Hitung Jenis 0.190 % 0.150 – 0.400
Neutrofil
Limfosit 59.9 % 50 – 70
Monosit 27.8 % 20 – 40
9.2 % (H) 2–8
Eosinofil 2.6 % 1–3
Basofil 0.5 % 1–1
Jumlah Neutrofil 4.4 10^3/µL 1.5 – 7.0
Jumlah Limfosit 2.1 10^3/µL 1.0 – 3.7
Jumlah Monosit 0.68 10^3/µL 0.16 – 1.00
Jumlah Eosinofil 0.2 10^3/µL 0 – 0.8
Jumlah Basofil 0.0 10^3/µL 0 – 0.2
KOAGULASI
Bleeding, clotting
Masa Perdarahan
2.10 menit 1.0 – 3.00
Masa Pembekuan
12.45 menit 8.00 – 15.00
GULA
Glukosa Darah Sewaktu
177 mg/dL < 180
FAAL GINJAL
Ureum
BUN 21.8 mg/dL 18 – 55
Kreatinin 10.2 mg/dL 10.0 – 20.0
FAAL HEPAR 0.86 mg/dL < 1.20
SGOT
SGPT 32 U/L 0 – 37
34 U/L 0 – 41

Pemeriksaan penunjang

11
Rontgen Thorax CTR 60 %

VI. Analisa Data

No Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah


1. Data Subjektif : Kerusakan pusat miiksi di medula
Klien mengatakan sering kencing spinalis
namun keluarsedikit

Data Objektif : Kerusakan simpatis dan


Pasien terpasang kateter parasimpatis

Tidak terjaadi koneksi dengan otot


detrusor

Menurunnya relaksasi otot


spinkter

Obtruksi uretra

Urin sisa meningkat

Dilatasi bladder/distensi abdomen

Retensi Urine

2. P : Klien mengatakan nyeri, nyeri Benign Prostatic Hyperplasia Nyeri Akut b/d Prosedur
(BPH) Operasi
semakin terasa ketika kecing dan

12
bergerak, nyeri hilang ketika
tidur. Tindakan Pembedahan TURP
Q : Klien mengatakan nyeri seperti
disayat benda tajam (perih) dan
Trauma Bekas Resectocopy
terasa seperti terbakar.
R : Klien mengatakan nyeri pada
Rangsangan Saraf Diameter kecil
alat kelaminnya.
S : Klien mengatakan skala nyeri 5
Saraf Aferen memberi respon
menggunakan skala nyeri
numerik.
Nyeri Akut
T : Klien mengatakan nyeri hilang
timbul saat merasa
ingin kencing.

DO:
• Keadaan umum: Cukup
• Kesadaran composmentis
• GCS : 4-5-6
• TTV:
- TD: 130/80 mmHg
- N: 88 x/menit
- S:36,30C
- RR: 20 x/menit
• Klien post operasi TUR-P
3. Data subjektif : Adanya proses pembedahan Gangguan Mobilitas Fisik
1. Klien mengatakan mengalami
kelemahan pada anggota gerak
bagian bawah dan pasien Terputusnya kontinuitas jaringan
mengatakan seluruh aktivitas di
bantu oleh keluarganya.
Pembatasan gerak pada pasien
Data Objektif :
1. Klien tampak lemah pada
ekstermitas bawah Keterbatasan retan gerak/
2. gangguan mobilitas fisik

VII. Diagnosa Keperawatan


1. Retensi Urin b.d peningkatan tekanan uretra

13
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, latihan fisik berlebih)
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri Akut

Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas fisik Dukungan Mobilisasi


Setelah dilakukan tindakan
Memfasilitasi pasien untuk
keperawatan diharapkan … meningkatkan aktivitas pergerakan

×24 jam ekspektasi Mobilitas fisik


fisik meningkat.

Intervensi :

Kriteria hasil: Observasi


1. Pergerakan ekstermitas (4) 1.1 identifikasi adanya nyeri atau
2. Kekuatan otot (4) keluhan fisik lainnya
3. Rentang gerak (ROM) (4) 1.2 identifikasi teloransi fisik
4. Nyeri (2) melakukan pergerakan
5. Gerakan terbatas (4) 1.3 monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
2.1 fasilitas aktifitas mobilisasi
dengan alat bantu
2.2 fasilitas melakukan mobilisasi
dini
Edukasi
3.1 Jelaskan tujuan prosedur
mobilisasi
3.2 anjurkan melakukan mobilisi
dini
3.3 anjurkan mobilisasi sederhana

14
yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

LAPORAN ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

Nama mahasiswa :
Ruang : Kelompok :

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien Usia : Tn.T, usia: 55 th
2. Diagnosa medis : CA mamae
3. Pemenuhan kebutuhan : Nyeri
4. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut
5. Tindakan yang : Buli-buli dingin
6. dilakukan
7. Tanggal tindakan : 15-01-2021
8. Waktu : 09:00
B. STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL BULI-BULI PANAS

1. Pengertian Memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh


untuk tujuan terapeutik
2. Tujuan tindakan 1. menurunkan suhu tubuh
2. mencegah peradangan meluas
3. mengurangi kongesti
4. mengurangi perdarahan setempat

15
5. mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
6. agar luka menjadi bersih
3. Prinsip tindakan Bersih
(rasional) R: agar dapat mengurangi bakteri pada tubuh klien
4. Indikasi 1. Pasien hipertermia (suhu tubuh yang tinggi )
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti
radang persendian
4. Adanya abses
5. Kontraindikasi 1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Perdarahan/edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis
6. Alat 1. Buli-buli hangat / WWZ (Warm Water Zack) dan
sarungnya
2. Perlak dan alasnya
3. Termos berisi air panas
4. Thermometer air
5. Lap kerja
7. Pra interaksi 1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Mencuci tangan
3. Siapkan alat
8. Interaksi 1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
9. Kerja 1. Menjaga privacy
R: Agar klien merasa nyaman dan klien tidak merasa
malu sehingga harus menjaga privasi klien.
2. Mengatur pasien dalam posisi senyaman mungkin.
R: Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal
mungkin.
3. Mengisi WWZ dengan air panas 1/2 – 3/4 (saat mengisi air,
WWZ diletakkan rata dengan kepala, WWZ ditekuk
sampai permukaan air kelihatan agar udara tidak masuk)
R: Agar menjaga suhu untuk tetap stabil
4. Menutup dengan rapat dan membalik kepala WWZ di

16
bawah untuk menyakinkan bahwa air tidak tumpah.
R: Agar air tidak tumpah dari tempatnya dan untuk
memastikan ada atau tidaknya kebocoran yang bisa
mengenai klien
5. Mengeringkan WWZ dengan lap kerja agar tidak basah,
lalu bungkus dengan sarung WWZ
R: Agar saat terapi dilaksanakan pakaian klien tidak
terkena basah dan agar panas air tidak langsung
menyentuh kulit, takutkan kulit melepuh
6. Meletakan pengalas di bawah daerah yang di pasang
WWZ
R: Agar menjaga bila ada air yamg keluar tidak mengenai
tempat tidur pasien
7. Meletakkan WWZ pada bagian tubuh yang akan di
kompres dengan kepala WWZ mengarah keluar tempat
tidur.
R: Agar dapat mengurangi rasa nyeri klien dan membuat
klien nyaman
8. Memantau respons pasien
R: Agar perawat mengambil tindakan evaluasi untuk
menentukan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai.
9. Perapikan pasien
R: Agar klien merasa nyaman kembali
10. Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan / respon
klien
2. Berpamitan dengan pasien
3. Dokumentasikan hasilnya
4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
6. Cuci tangan
11. Referensi Fitri Yasdi. (2013). SOP Pemasangan Buli-buli Panas.
Puskesmas Anjir Pasar
C. ANALISA
KETERAMPILAN BULI-BULI PANAS

1. Bahaya yang mungkin 1. Suhu air yang terlalu panas


terjadi dan cara Bisa menyebabkan iritasi serta luka bakar pada kulit Cara
pencegahan pencegahan : terapi panas harus digunakan dengan hati-
hati dan di pantau dengan cermat untuk menghindari

17
cedera kulit dan dengan suhu 38-40˚C
2 Identikasi tindakan 1. Mengkaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui
keperawatan lainnya kelainan yang timbul akibat pemberian kompres dengan
untuk mengatasi buli-buli panas
masalah tersebut 2. Mengganti buli-buli setelah 20 menit dipasang dengan air
panas lagi, sesuai yang dikehendaki
3 Identifikasi masalah 1. Resiko gangguan integritas kulit b/d Kemerahan
keperawatan lain yang R : Karena suhu tidak sesuai dengan suhu yang di
mungkin muncul anjurkan 30-40°C
(rasional)
4 Evaluasi diri 1. Tidak menanyakan lokasi nyeri kepada klien secara
langsung hanya melihat RM
2. Tidak meletakkan pengalas di bawah daerah yang di
pasang buli-buli panas
3. Tidak mengkaji skala nyeri setelah dilakukan tindakan
pemberian buli-buli panas
4. Tidak mencuci tangan setelah melakukan tindakan
5 Rencana tindak lanjut 1. Observasi rasa nyeri pada pasien
2. Evaluasi skala nyeri: P : Preventive yang menunjukan, Q : K
ualitas nyeri yang dirasakan, R : Daerah lokasi nyeri, S :
Skala yang di rasakan dengan bantuan instrument paint
rating scale, T : durasi rasa nyeri yang di rasakan klien
6 Referensi Girsang Verawati. (2017). Pergaruh Pemberian Kompres
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Pada Ibu
Primigravida Kala I Fase Aktif di Praktek Bidan Mandiri Rina
dan Klinik Ayah Benda Medan. Politeknik kesehatan
KEMENKES RI Medan Jurusan Kebidanan.

18

Anda mungkin juga menyukai