LITERATUR RIVIEW DENGAN MASALAH KEPERAWATAN : BERSIHAN
JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
Dosen Koordinator dan Pembimbing Akademik : Ns. Sumiati Sinaga., M.Kep
Stase Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
Muhammad Novan Ahadinata
P2002037
PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT
TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA 2020/2021 LITERATUR RIVIEW DENGAN MASALAH KEPERAWATAN : BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA TB PARU
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Menurut SDKI (2017) penyebab dari bersihan jalan nafas meliputi dua penyebab yaitu fisiologis dan situasional, penyebab fisiologis yaitu spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan napas, proses infeksi, respon alergi dan efek agen farmakologis (mis, anastesi) sedangkan untuk aspek situasional meliputi merokok aktif, merokok pasif dan terpajan polutan. Tanda dan gejala yang akan muncul pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu adanya bunyi nafas tambahan berupa wheezing dan/atau ronkhi yang bisa ditemukan juga pada pasien penderita TBC. Sedangkan menurut NANDA (2018) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau dengan cara obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan pada jalan nafas. (NANDA, 2018). Penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas secara fisiologis adalah spasme jalan napas,neuromuskular tidak berfungsi, adanya sumbatan dalam jalan nafas, ditemukan saluran nafas buatan, sekresitergalang, proses infeksi dan respon alergi. Sedangkan penyebab Tuberkulosis paru secara situsional yaitu perokok aktif atau perokok pasif dan terpajan polutan (PPNI, 2016). Ketidakupayaan pasien dalam memobilisasikan sekresi yang mengakibatkan menumpuknya suatu secret. Normal suatu secret pada jalan pernafasan akan bisa diberhentikan dengan merubah posisi seperti batuk efektif. Pada saat pasien imobilise secret yang terkumpul dijalan nafas akibat gaya tarik bumi dapat mengganggu proses dari disfusi O2 dan CO2 didalam alveoli. Dan upaya batuk efektif guna mengeluarkan secret juga bisa terhambat karena tonus otot-otot pernafasan yang melemah, hal tersebut menyebabkan permasalahan yaitu bersihan jalan nafas. Menurut Herdman (2018). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau penyumbatan pada saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas Obstruksi saluran napas disebabkan oleh menumpuknya sputum pada jalan napas yang akan mengakibatkan ventilasi menjadi tidak adekuat. Untuk itu perlu dilakukan tindakan memobilisasi pengeluaran sputum agar proses pernapasan dapat berjalan dengan baik guna mencukupi kebutuhan oksigen tubuh (Endrawati, Aminingsih S, & Ariasti D, 2014). Pada penyakit TB paru ditularkan melalui airborne yaitu inhalasi droplet yang mengandung kuman mycobacterium tuberculosis. Pasien TB paru akan mengeluh batuk yang disertai dahak dan atau batuk berdarah, sesak napas, nyeri pada daerah dada, keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan tandatanda berupa peningkatan frekuensi napas, irama nafas tidak teratur, dan ronchi (Ardiansyah, 2015). Merujuk pada manifestasi tersebut, masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas (Herdman, 2018). Diagnosa keperawatan yang biasa diambil dari penyakit TB paru adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dikarenakan pada saat dilakukan pemeriksaan pada pasien, didapatkan data pasien batuk disertai dahak, sesak nafas, suara nafas Ronchi (+), Wheezing (+), terdapat gangguan pada pasien saat beraktivitas dan istirahat, pemeriksaan BTA hasilnya positif. Bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu akibat dari sekret yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien, atau hambatan saluran nafas upaya menjaga jalan napas tetap paten. Penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas secara fisiologis adalah spasme jalan napas,neuromuskular tidak berfungsi, adanya sumbatan dalam jalan nafas, ditemukan saluran nafas buatan, sekresi tergalang, proses infeksi dan respon alergi. Sedangkan penyebab Tuberkulosis paru secara situsional yaitu perokok aktif atau perokok pasif dan terpajan polutan (PPNI, 2016). Daftar Pustaka
Ardiansyah, M. (2015). Buku Ajar Medical Bedah. Jakarta : Diva Pres
Endrawati, Aminingsih S, dan Ariasti D. (2014). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap Kebersihan Jalan Napas pada Pasien ISPA di Desa Pucung Eromoko Wonogiri. Kosala. Volume 2 Nomor 2 September 2014. Hal: 28 Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : defenisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC Herdman &Kamitsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.Jakarta : EGC PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI. NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.