Anda di halaman 1dari 17

MIND MAPPING

ISPA
MIND MAPPING ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS)

PENGERTIAN
PATOFISIOLOGI
Infeksi 1.Saluran Prenapasan Akut
(ISPA) merupakan infeksi saluran Perjalanan alamiah penyakit ISPA
pernafasan atas atau bawah, dan ETIOLOGI
1. Tahap prepatogenesis : belum
dapat menyebabkab berbagai
ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri menunjukkan reaksi apa-apa.
spectrum penyakit yang parah dan
dan rickettsia serta jamur. Virus penyebab 2. Tahap inkubasi : virus merusak
mematikan (Lebun & Agus Somia, lapisan epitel dan lapisan
2017). ISPA adalah infeksisaluran ISPA antara lain golongan Miksovirus
mukosa.
pernafasan yang menyerang organ (termasuk didalamnya virus influenza, virus
3. Tahap dini penyakit : dimulai
seperti tenggorokan, hidung, dan para-influensa), Koronavirus, Pikonavirus, dari munculnya gejala
paru-paru yang disebabkan oleh Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab penyakit,timbul gejala demam
bakteri dan virus (Wijayaningsih, ISPA antara lain Streptokokus hemolitikus, dan batuk.
stafilokokus, Pneumokokus, influenza, ,. 4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi
Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksiela menjadi empat yaitu dapat
2013) burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah sembuh sempurna,sembuh
Kokiodoides imitis, Histoplasma kapsulatum, dengan atelektasis,menjadi
MANISFESTASI KLINIS Blastomises dermatitidis, Aspergilus, kronos dan meninggal akibat
Fikomesetes (Lebun & Agus Somia, 2017 pneumonia.
rinitis, nyeri tenggorokan, batuk
dengan dahak kuning/ putih kental,
nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan KLASIFIKASI PEMERIKSAAN PENUNJANG
meningkat antara 4-7 hari disertai
malaise, mialgia, nyeri kepala, 1. Bukan Pneumonia : gejala batuk pilek tidak 1. Pemeriksaan Darah Rutin
anoreksia, mual, muntah dan diketahu, peningkatan frekuensi napas, 2. Analisa Gas darah (AGD)
insomnia. Bila peningkatan suhu tidak menujukan adanya trikan dinding dada 3. Foto rontgen toraks
berlangsung lama biasanya bawah, ke dalam
4. Kultur virus dilakukan untuk
menunjukkan adanya penyulit. 2. Pneumonia berat : batuk pilek pada balita,
penoingkatan nafas cepat kesukaran menemukan RSV
bernafasa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PENATALAKSANAAN
SDKI : Pola Nafas Tidak Efektik
PENGKAJIAN :
1. Sistomatik :sesuai gejala. SLKI : Pola Napas
Antibiotic tidak efektif untuk 1. Identitas
virus 2. Riwayat penyakit dahulu SIKI : Manajemen Jalan Napas
2. Obat kumur :mengurang nyeri 3. Riwayat penyakit keluarga
tenggorokan 4. TTV
3. Antihistamin :menurunkan 5. Keadaan umum
rhinorrhea 6. Inspeksi : memberan mukosa faring
4. Vitamin C dan Espektoran kemerahan DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Vaksinasi 7. Palpasi : adanya demam, pembesaran
SDKI : Gangguan Ventilasi
DAFTAR PUSTAKA kelenjar limfe
Spontan
8. Perkusi : suara paru normal/ tidak
Sofia, 2017. Faktor Risiko Lingkungan
Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di 9. Aukultasi : suara ronkhi kedua sisi SLKI : Pemantauan Respirasi
Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya
Kabupaten Aceh Besar. Journal Action, Aceh SIKI : Pemantauan Resvirasi
nutrition journal. Mei 2017; 2(1): 43-50
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Wulandari D & Purnamasari L. 2015. Kajian
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan SDKI : BersihanaJalan Napas Tidak Efektif
Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Indonesian
Journal On Medican Science. Vol: 2 No:2 SLKI : Berisahan Jalan Napas
Literatur Riview

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


No Nama Penulis Dan Judul Background Tujuan Metoda Dan Ringkasan Hasil
Tahun
1 Chania Henita, Dkk Pengaruh Teknik Perkusi Sulitnya anak mengeluarkan sekret Tujuan peneliti untuk Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu
(2020) Dan Vibrasi Terhadap menjadi pemicu utama anak yang mengetahui pengaruh (quasy experiment) dengan Nonequivalent Pretest-
Pengeluaransputum Pada mengalami Infeksi saluran pernafasan pemberian nafas dalam Posttest Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15
Balita Dengan Ispa Di atas, upaya untuk membersihkan jalan dan batuk efektif responden dengan teknik pengambilan sampel
Puskesmas Indralaya nafas yaitu dengan cara nafas dalam terhadap kebersihan jalan menggunakan Quota Sampling sebanyak 15 responden.
dan batuk efektif. Nafas dalam dan nafas pada anak infeksi Proses penelitian diawali dengan pre test untuk
batuk efektif penting dilakukan pada saluran pernafasan atas mengetahui kebersihan jalan nafas dengan menggunakan
anak yang mengalami ISPA. Tindakan di Puskesmas Dau lembar observasi, lalu melakukan nafas dalam 3 kali
ini bertujuan untuk menghilangkan Malang sehari selama 3 hari, setelah itu diadakan pengukuran
gangguan pernapasan dan menjaga kembali (post test) dengan lembar observasi yang sama.
paru-paru agar tetap bersih. Pemberian Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil
nafas dalam dan batuk efektif pada penelitian didapatkan bahwa sebelum diberikan
anak dilakukan setiap dua jam sekali pembelajaran tentang teknik nafas dalam dan batuk
yang didampingan orangtua. efektif, responden memiliki mean 1,87dan simpanan
baku (SD) 0,352 sedangkan sesudah di berikan nafas
dalam dan batuk efektif responden memiliki mean 1,67.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan nilai signfikansi 0,048 dimana nilai
signifikansi tersebut kurang dari 0,05 yang artinya ada
pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap
keefektifan bersihan jalan nafas
2 Faisal, Andi Muh. Clapping dan Vibration Salah satu diagnosa keperawatan yang Penelitian ini bertujuan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
(2020) Meningkatkan Bersihan muncul pada penyakit ISPA adalah untuk mengetahui one group pretest posttest design. Sampel dalam
Jalan Napas pada Pasien ketidak efektifan bersihan jalan napas, efektifitas pemberian penelitian 16 pasien ISPA yang ditentukan dengan
ISPA bersihan jalan napas dan efektif clapping dan vibration teknik accidental sampling. Data dikumpulkan
terhadap tiga dari lima indikator terhadap bersihan jalan menggunakan lembar observasi. Analisis data
bersihan jalan napas yaitu takipneu napas pada pasien ISPA menggunakan uji Mc Nemar. Hasil penelitian
(frekuensi napas >20x/i), sputum, dan di RSUD Labuang Baji menunjukkan bahwa clapping dan vibration efektif
ronchi. Selain itu, terjadi perbaikan Kota Makassar. meningkatkan bersihan jalan napas (p=0.000) dan efektif
terhadap empat dari lima indikator Penelitian ini merupakan terhadap indikator besihan jalan napas, yaitu penurunan
penilaian outcome setelah dilakukan penelitian eksperimen frekuensi pernapasan (p=0.031), penurunan produksi
intervensi. Indikator tersebut yaitu dengan one group pretest sputum (p=0.000) dan ronchi (p=0.001). Sehingga
dispneu, batuk, frekuensi napas, posttest design disimpulkan bahwa clapping dan vibration efektif
sputum dan ronchi. Sehingga meningkatkan bersihan jalan napas pada pasien ISPA.
disimpulkan bahwa clapping dan
vibration efektif terhadap bersihan
jalan napas pada pasien ISPA.
intervensi yang dapat direncanakan
untuk meningkatkan bersihan jalan
napas yaitu pemberian fisioterapi dada
(clapping dan vibration).
3. Besinung Ira dkk ASuhan Keperawatan Pada Latar belakang Penyakit infeksi Diketahuinya asuhan Studi Kasus dengan pendekatan proses keperawatan
(2019) Anak Dengan Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sering keperawatan gangguan dengan subyek penelitian yaitu satu pasien anak yang
Saluran Pernapasan Akut terjadi pada anak balita disebabkan si- kebutuhan oksigenasi didiagnosis ISPA. Keluarga pasien mengatakan
(Ispa) Di Ruangan stem pertahanan tubuh anak yang pada anak dengan anaknya mengalami batuk berlendir dan mengalami
Anggrekrsd Liun Kendage rendah Inflamasi pada anak dengan infeksi saluran kesulitan mengeluarkan lendir, N 120x/m, RR
Tahuna ISPA dapat menyebabkan terjadinya pernapasan akut 32x/menit, dan SB 38Oc Implementasi berupa
penyempitan jalan napas sehingga mengukur TTV, mengkaji batuk klien, menganjurkan
anak mengalami gangguan minum air hangat, dan mengatur posisi pasien untuk
oksigenasi. memaksimalkan ventilasi.

4. Rahmi Dwi Nuzulia, Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Tujuan studi kasus ini Berdasarkan hasil studi kasus, setelah dilakukan
(2020) Anak Dengan Kasus Infeksi (ISPA) adalah infeksi akut yang adalahmengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan pada klien selama 3x24
Saluran Pernafasan Akut melibatkan organ saluran pernafasan asuhan keperawatan pada jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi,
(Ispa) Diruang Dahlia bagian atas dan saluran pernafasan anak dengan Infeksi hipertermi teratasi dan ketakutan teratasi.
Rumah Sakit Daerah Balung bagian bawah. Infeksi ini disebabkan Saluran Pernafasan Akut
Kabupaten Jember oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA (ISPA) secara tepat
akan menyerang host, apabila melalui proses
ketahanan tubuh (immunologi) keperawatan mulai dari
menurun. Penyakit ISPA ini paling pengkajian, perumusan
banyak dtemukan pada anak di bawah diagnosa, rencana
lima tahun karena pada kelompok usa keperawatan,
ini adalah kelompok yang memiliki implementasi dan
sistem kekebalan tubuh yang masih evaluasi.
rentan terhadap berbagai penyakit
5. Rahmawati Laily Upaya Mempertahankan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Memberikan pengalaman Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan studi
(2017) Bersihan Jalan Napas Pada merupakan salah satu penyebab yang nyata kepada kasus pada pasien ISPA di Puskesmas Polokarto dan
Anak Dengan Ispa kematian tersering pada anak di negara penulis dalam dirumah pasien. . Cara yang digunakan penulis yaitu
berkembang. Masalah yang biasanya penatalaksanaan upaya melalui pengumpulan data primer dan data sekunder.
terjadi yaitu ketidakefektifan bersihan yang harus dilakukan Data primer diperoleh dari observasi langsung ke pasien,
jalan napas. Bersihan jalan napas untuk memberikan wawancara langsung dengan pasien dan keluarga,
merupakan hal yang penting karena asuhan keperawatan pemeriksaan fisik sedangkan data sekunder diperoleh
jalan napas merupakan jalan utama guna mempertahankan dengan melihat data rekam medis, dan didukung dengan
untuk melakukan proses sirkulasi udara bersihan jalan napas pada jurnal serta buku yang menyangkut tema ISPA. Hasil:
dalam tubuh sehingga dalam pasien anak dengan pasien menunjukkan kepatenan/kelonggaran jalan napas,
mempertahankan kelangsungan infeksi saluran hidung sudah tidak terasa tersumbat, batuk sudah
metabolisme sel diperlukan fungsi pernapasan akut. berkurang setelah diberikan tindakan. Adanya pengaruh
respirasi yang adekuat. Apabila inhalasi uap untuk mempertahankan bersihan jalan
bersihan jalan napas tidak napas.
dipertahankan maka pasien akan
mengalami sumbatan pada jalan napas
sehingga terjadi ketidakefektifan
bersihan jalan napas
6 Mardiah Wiwi dkk Intervensi Perawatan Infeksi Penularan Infeksi Saluran Pernafasan Memberikan Intervensi Beberapa intervensi yang dilakuan orang tua pada balita
(2018) Saluran Pernafasan Atas Atas pada Bayi usia dibawah Lima Keperawatan Pada dengan ISPA sebagai berikut: sebanyak 4 orang tua
Pada Bayi Dibawah Usia Tahun seringkali terjadi. Dampak yang Perawatan Infeksi (11,76%) orang tua melakukan intervensi melakukan
Lima Tahun Di Rumah Di paling dirasakan adalah sesak nafas, Saluran Pernafasan Atas pencegahan orangtua balita tidak menggunakan masker,
Kabupaten Bandung pilek, demam, kelelahan dan Pada Bayi usia dibawah masih banyak yang batuk bersin sembarangan, sebanyak
kelemahan sehingga balita berkurang Lima Tahun Di Rumah. 21 (61,76) orang tua balita dengan ISPA Mengkonsumsi
aktifitasnya padahal proses tumbuh Melalui Partisipasi kader, obat obat yang di berikan oleh tenaga kesehatan di
kembang pada balitas sangatlah penyuluhan, Puskesmas, sebanyak 34 (100%) orang tua melakukan
penting. Jika tidak segera ditangani pendampingan, diskusi intervensi melakukan pencegahan orangtua balita
dengan benar dapat menyebabkan dengan kader dan Mengkonsumsi obat obat yang di berikan oleh tenaga
penyakit lainnya seperti faringitis, petugas kesehatan kesehatan di Puskesmas, Memberi makanan tambahan
pneumonia dan penyakit infeksi Puskesmas Jayamekar jus buah, bubur nasi dan sebanyak 32 (94,11). orang tua
lainnya.Virus flu sangat mudah serta sosialisasi dengan balita dengan ISPA Memberi vitamin C dan Vitamin D
menular, memberikan Intervensi mahasiswa dilanjutkan serta sebanyak 22 (64,7), Mengkonsumsi obat obat yang
Keperawatan Pada Perawatan Infeksi dengan pengkajian, di berikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas,
Saluran Pernafasan Atas Pada Bayi intervensi dan Memberi makanan tambahan jus buah, bubur nasi
usia dibawah Lima Tahun Di Rumah implementasi yang telah
dilakukan orang tua
balita dengan ISPA
7 Apriyani Heni (2015) Identifikasi Diagnosis Salah satu kegiatan yang penting dalam Penelitian ini bertujuan Penelitian dengan rancangan deskriptif dilakukan selama
Keperawatan Pada Pasien Di proses keperawatan adalah pengkajian mengidentifikasi 1 bulan terhadap 30 responden pasien dengan gangguan
Ruang Paru Sebuah Rumah keperawatan. Pengalaman diagnosis keperawatan pernapasan menggunakan accidental sampling dan 2
Sakit menunjukkan bahwa sering sekali yang dialami pasien yang responden perawat untuk penegakan diagnosis
perawat kesulitan dalam menentukan dirawat di Ruang Paru di keperawatan .Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diagnosis keperawatan spesifik yang RSD HM Ryacudu hanya 2 diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh
dialami oleh pasien.Hal ini mungkin Kotabumi Lampung perawat ruangan yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif
karena pengkajian keperawatan yang Utara. dan Pola napas tidak efektif. Sedangkan diagnosis
tidak terstruktur dengan baik. Sejauh keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti lebih
ini belum ada standar asuhan beragam meliputi aspek biopsikososial spiritual.
keperawatan yang disepakati terkait Bersihan jalan napas tidak efektif dialami oleh 100%
perawatan pasien dengan gangguan responden, pola napas tidak efektif dialami oleh 100%
pernapasan. responden, risiko trauma vascular dialami oleh 100%
responden, defisit perawatan diri: mandi, berpakaian,
makan, dan aliminasi, dialami oleh 93% responden,
kesiapan meningkatkan pengetahuan dialami oleh 90%
responden, mual dialami oleh 77% responden, gangguan
body image dialami oleh 70% responden
8 Hanafi Cahaya Putri Penerapan Fisioterapi Dada Anak yang menderita gangguan pada Tujuan literature review Hasil penelitian yang dilakukan oleh (dengan responden
& Andi Arniyanti untuk Mengeluarkan Dahak sistem pernapasan seringkali ini adalah untuk yang digunakan berusia 3 – 5 tahun sebanyak 30 balita
(2020) pada Anak Yang Mengalami mengalami kelebihan produksi lendir mengetahui pengaruh yang terdiri dari 15 responden kelompok kontrol dan 15
Jalan Napas Tidak Efektif di paru-parunya. Dahak biasanya akan dari penerapan fisioterapi responden kelompok intervensi dengan menggunakan
menumpuk hingga kental dan menjadi dada untuk uji statistik yaitu uji Mc Nemar. Setelah dilakukan
sulit untuk dikeluarkan. Salah satu mengeluarkan dahak fisioterapi dada yaitu perkusi dada (clapping) dan vibrasi
tindakan keperawatan yang efektif pada anak yang maka terjadi peningkatan pengeluaran sputum. Balita
dapat mengeluarkan dahak pada anak mengalami jalan napas yang tidak keluar sputumnya sebesar (26,7%) dan
yang mengalami jalan napas tidak tidak efektif. sputum yang keluar sebesar (73,3%) sehingga
efektif adalah fisioterapi dada. didapatkan nilai p value yaitu 0,002 dan terdapat
pengaruh yang signifikan pada nilai p value = 0,002 (p
value < 0,05). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
adanya perbedaan pengeluaran sputum sebelum dan
setelah diberikan perkusi dada (clapping) dan vibrasi
pada balita di Puskesmas Inderalaya.

9 Besinung Ira dkk ASuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Penelitian ini bertujuan Studi Kasus dengan pendekatan proses keperawatan
(2019) Anak Dengan Infeksi (ISPA) adalah infeksi akut yang untuk mengetahui dengan subyek penelitian yaitu satu pasien anak yang
Saluran Pernapasan Akut didiagnosis ISPA. Keluarga pasien mengatakan
melibatkan organ saluran pernafasan efektifitas pemberian
(Ispa) Di Ruangan anaknya mengalami batuk berlendir dan mengalami
Anggrekrsd Liun Kendage bagian atas dan saluran pernafasan clapping dan vibration kesulitan mengeluarkan lendir, N 120x/m, RR
Tahuna bagian bawah. Infeksi ini disebabkan terhadap bersihan jalan 32x/menit, dan SB 38Oc Implementasi berupa
mengukur TTV, mengkaji batuk klien, menganjurkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA napas pada pasien ISPA
minum air hangat, dan mengatur posisi pasien untuk
akan menyerang host, apabila di RSUD Labuang Baji
ketahanan tubuh (immunologi) Kota Makassar. memaksimalkan ventilasi.
menurun. Penyakit ISPA ini paling Penelitian ini merupakan
banyak dtemukan pada anak di bawah penelitian eksperimen
lima tahun karena pada kelompok usa dengan one group pretest
ini adalah kelompok yang memiliki posttest design
sistem kekebalan tubuh yang masih
rentan terhadap berbagai penyakit
10 Rahmi Dwi Nuzulia, Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Tujuan studi kasus ini Berdasarkan hasil studi kasus, setelah dilakukan
(2020) Anak Dengan Kasus Infeksi (ISPA) adalah infeksi akut yang adalahmengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan pada klien selama 3x24
Saluran Pernafasan Akut melibatkan organ saluran pernafasan asuhan keperawatan pada jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi,
(Ispa) Diruang Dahlia bagian atas dan saluran pernafasan anak dengan Infeksi hipertermi teratasi dan ketakutan teratasi
Rumah Sakit Daerah Balung bagian bawah. Infeksi ini disebabkan Saluran Pernafasan Akut
Kabupaten Jember oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA (ISPA) secara tepat
akan menyerang host, apabila melalui proses
ketahanan tubuh (immunologi) keperawatan mulai dari
menurun. Penyakit ISPA ini paling pengkajian, perumusan
banyak dtemukan pada anak di bawah diagnosa, rencana
lima tahun karena pada kelompok usa keperawatan,
ini adalah kelompok yang memiliki implementasi dan
sistem kekebalan tubuh yang masih evaluasi.
rentan terhadap berbagai penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang satu atau lebih dari saluran pernafasan, mulai dari saluran pernafasan atas
(hidung) sampai saluran pernafasan bawah (alveoli) beserta jaringan adneksa lainnya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA yang mengenai jaringan
paru-paru akan mengakibatkan ISPA berat dan dapat menjadi pneumonia (Chania
Henita, 2020). Berdasarkan data World Health Organization (2016) infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular didunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahunnya akibat
ISPA. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak dan orang lanjut usia,
terutama di negara berkembang dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit ISPA di Indonesia
menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang pernah dialami, yaitu
sebesar 9,3% dan tertinggi pada kelompok usia 1-4 tahun, yaitu sebesar 13,7%
( Besinung Ira, 2019 )

ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh


kurang lebih 4 juta anak balita setiap tahunnya (Suriani, 2018). Penyakit ISPA masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensi di
Indonesia tetap tinggi per tahunnya yaitu sekitar 21,6% di daerah perkotaan. Hasil
Survei Kesehatan Rumah (Rahmi Nuzulia 2019). Infeksi saluran pernapasan adalah
suatu keadaan saluran pernapasan atas yaitu hidung, faring, dan laring yang
mengalami inflamasi sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas berupa
retraksi dinding dada pada saat melakukan pernapasan (Wahyuningsih dkk, 2017).

Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali


mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak atau sputum biasanya
akan menumpuk hingga kental dan menjadi sulit untuk dikeluarkan Penyakit pada
sistem pernapasan yang paling sering diderita oleh anak antara lain infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA), pneumonia, asma dan tuberculosis (Aryayuni dan Siregar,
2019). Produksi sputum yang berlebih mengakibatkan terjadinya inflamasi yang
menyebabkan terjadinya penyempitan jalan napas. Hal ini dapat menimbulkan gejala
berupa dispnea, wheezing, serta batuk. Gejala ini menyebabkan terjadinya masalah
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu ketidakefektifan jalan napas Nelsonn
(Besinung Ira, 2019 ).

Pada sebagian besar kasus saluran pernapasan yang dialami anak tergolong
ringan, namun pada sepertiga kasus lainnya harus membuat anak mendapatkan
penanganan secara khusus) Penyakit pada sistem pernapasan menyebabkan terjadinya
peningkatan lendir di paru-paru. Dahak akan menumpuk hingga kental sehingga
menjadi susah untuk dikeluarkan Hal ini akan menyebabkan respon batuk dan
membuat pasien mengalami jalan napas yang tidak efektif (Ningrum et al, 2019).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidak mampuan dalam
mempertahankan kebersihan jalan nafas dari benda asing yang menyumbat di saluran
pernapasan. Terjadiya obstruksi di jalan napas karena menumpuknya dahak atau
sputum pada saluran napas yang menyebabkan ventilasi menjadi tidak memadai.
(Hanafi & Aryanti, 2020).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan individu tidak


mampu mengeluarkan sekret dari saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan
jalan nafas. Gejala dari ketidakefektifan jalan nafas adalah batuk, sesak nafas, suara
nafas abnormal (ronchi), penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung.
Pengeluaran sekret yang tidak lancar akibat jalan nafas tidak efektif adalah penderita
akan mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas didalam paru
sehingga dapat timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah. Tahap
selanjutnya pasien akan mengalami penyempitan jalan nafas sehingga terjadi
perlengketan jalan nafas (Chania Henita, 2020). Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas merupakan ketidakmampuan dalam mempertahankan kebersihan jalan nafas
dari benda asing yang menyumbat di saluran pernapasan. Terjadiya obstruksi di jalan
napas karena menumpuknya dahak atau sputum pada saluran napas yang
menyebabkan ventilasi menjadi tidak memadai (Hanafi & Aryanti, 2020).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas sehingga terjadi sumbatan pada jalan nafas
yang berupa dahak Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien dengan jalan napas tidak
efektif adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi, meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bernapas, mengeluarkan
sputum, meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, dan
untuk mencegah risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi seperti kerusakan
kulit dan jaringan (Hanafi & Aryanti, 2020).

Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan


oksigen. Oksigen ini digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagi organ atau sel. Tubuh akan mengalami
kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian apabila tidak tersedianya
oksigen selama kurun waktu tertentu. Otak merupakan organ yang sangat sensitif
terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen
hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit
menyebabakan terjadinya kerusakan sel otak secara permanen (Besinung Ira, 2019 ).

Diagnosis keperawatan adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan penumpukan sekret ditandai dengan data subjektif demam,
pilek, batuk berlendir susah mengeluarkan sekret disertai dengan hidung tersumbat,
dan sulit bernafas dan data objektif Klien tampak lemas, tanda-tanda vital nadi,
respirasi, dan irama nafas tidak teratur (Aryayuni C, Siregar T. 2019). Intervensi
keperawatan pada kasus ini meliputi 1) ukur tanda-tanda vital, 2) kaji batuk pasien, 3)
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, 4) kaji sekret, 5) atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan, dan 6) kolaborasi pemberian terapi (Besinung
Ira, 2019 ).

Fisioterapi dada merupakan salah satu terapi penting dalam pengobatan pada
penyakit pernapasan untuk anak-anak yang menderita penyakit pernapasan
Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi non farmakologis yang digunakan
dengan kombinasi untuk mobilisasi sekresi pulmonal (Yanwar, 2016). Tujuan utama
dilakukannya fisioterapi dada adalah untuk membersihkan obstruksi jalan nafas,
mengurangi hambatan jalan nafas, meningkatkan pertukaran gas dan mengurangi
kerja pernafasan. Teknik yang berbeda digunakan pada pasien anak-anak: 1) terapi
fisik dada konvensional seperti perkusi dada (clapping) dan getaran dalam kombinasi
dengan posisi drainase postural, dada gemetar dan batuk terarah dan 2) teknik
berbasis aliran: ekspirasi pasif lambat atau paksa dapat membantu memobilisasi
sekresi ke arah trakea dan memicu batuk yang membantu mengeluarkan sekresi
(Purnamiasih, 2020).
Daftar Pustaka

Aryayuni C, Siregar T. 2019. Pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum


pada anak dengan penyakit gangguan pernafasaan di poli anak rsud kota
depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia. 2(2): 34–42.

Besinung Ira. (2019) Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (Ispa) Di Ruangan Anggrek Rsd Liun Kendage Tahuna.
Jurnal Ilmiah Sesebanua, Volume 3, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 22-26

Chania Henita. (2020). Pengaruh Teknik Perkusi Dan Vibrasi Terhadap


Pengeluaransputum Pada Balita Dengan Ispa. Keperawatan 25-30

Hanafi & Aryanti, (2020). Penerapan Fisioterapi Dada untuk Mengeluarkan Dahak
pada Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif. Jurnal Keperawatan
Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020 hal 44-45

Purnamiasih DPK. 2020. Pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis pada
anak dengan pneumonia. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia. 5(10):
1053–1064

Rahmi Nuzulia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Diruang Dahlia Rumah Sakit Daerah Balung
Kabupaten Jember. Keperawatan 45-51

Wahyuningsih, S., Sitti, R. & Syahrul, B. 2017. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) pada Balita di Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima . Higiene, Vol 3 (2): 98-105
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING)

PADA ANAK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) PADA ANAK


PENGERTIAN Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukanpada klien
yang mengalami retensi dan gangguan oksigenasi yang
memerlukanbantuan untuk mengencerkanatau
mengeluarkan sekresi.
TUJUAN 1. Membersihkan jalan nafas dari akumulasi sekret.
2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
3. Mencegah penumpukan secret.
PERALATAN 1. Alas/perlak
2. Stetoskop
3. Air hangat dalam baskom
4. Tissue
5. Handuk kecil
6. Bengkok
7. Handscon
TAHAP PRA 1. Melakukan pengecekan program terapi
INTRAKSI 2. Menyiapkan air panas dalam baskom
3. Menambahkan minyak kayu putih pada air panas
yang akan digunakan.
4. Membawa alat di dekat pasien dengan benar
TAHAP INTRAKSI 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menanyakan nama dan tanggal lahir pasien
(melihat gelang pasien)
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada keluarga pasien.
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan keluarga
pasien.
1. Mencuci Tangan
2. Menjaga privacy klien.
3. Memasang alas/perlak dan bengkok pada pangkuan
dan air panas pada baskom di lantai.
4. Mengatur posisi pasien (tengkurap di pangkuan)
dengan wajah menghadap ke baskom yang berisi
air panas.
5. Menutup kepala pasien dengan handuk kecil agar
aroma minya kayu putih dapat terhirup dengan
benar.
6. Lakukan clapping dengan cara tangan perawat
menepuk punggung secara bergantian
7. Lakukan vibrasi pada punggung pasien saat dahak
keluar, kemudian bersihkan area mulut dan hidung
pasien dengan tissue.
8. Berikan minyak kayu putih pada punggung dan
telapak kaki pasien.
9. Melakukan auskultasi paru.
10. Merapikan keadaan pasien.
TAHAP TERMINASI 1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien.
3. Merapikan alat-alat
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.
SUMBER Suci Miharti, 2016. Penerapan Fisioterapi Dada (Clapping)
Untuk Mengeluarkan Dahak Pada Anak Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Di Ruang Melati Rsud Dr.
Soedirman Kebumen. Stikes Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai