Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA COLON


DI RUANG TERATAI 1 RUMAH SAKIT POLRI

Laporan ini disusun guna memenuhi tugas praktik klinik


Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Ns. Mareta Dea Rosaline, Sp.Kep M.Kep

Disusun Oleh :
Hillalia Nurseha
2110721107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai anus. Panjangnya
bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar berbentuk tabung muskular berongga
dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis
ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar
6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil. Usus besar
terdiri dari bagian yaitu caecum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid dan rectum.

Struktur usus besar:


a. Caecum
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus besar.
Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum terletak pada fossa
iliakakanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya
saekum seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak bebas,
tetapi tidak mempunyai mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di
sebelah medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika caecalis,
menghasilkan suatu kantong peritoneum kecil, recessus retrocaecalis.
b. Kolon Asenden
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah
kanan abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan
dan di hati membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura
coli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum.
c. Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak
bebas karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum
majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura
coli dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya
tidak tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga
terletak di regio umbilikus.
d. Kolon desenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari
atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri,
bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
e. Kolon sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan
berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior
(pelvic brim) sampai peralihan 14 menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat
peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm
di atas anus. Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada
dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
f. Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan
panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva
dorsoventral. Mukosa rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar.
Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri.
2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3
bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian ini
dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang
dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari
usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,
dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang
mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3
sling : atas, medial dan depan.

2. Pengertian
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni
bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal
dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor
(Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah keganasan yang berasal
dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar)
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Menurut PNPK KEMENKES RI, ca colon adalah keganasan yang berasal
dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan
atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus). Sebagian besar
terdapat di kolon ascendens (30%), diikuti oleh kolon sigmoid (25%), rektum
(20%), kolon descendens (15%) dan kolon transversum (10%) (John Hopkins
Medicine Colon Centre, 2015).

3. Klasifikasi
Klasifikasi ca colon menurut American Joint Committee on Cancer 2010
dalam (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

Tabel Penilaian tumor primer (T) pada ca colon


T Penilaian Tumor
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada ditemukan tumor primer
Tis Carsinoma in situ : intraepitelial atau invasi lamina propria
T1 Tumor invasi sub mukosa
T2 Tumor invasi muscularis propria
T3 Tumor invasi sepanjang muscularis propria hingga jaringan
perikolorektal
T4a Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral
T4b Tumor secara langsung menginvasi atau melengket ke organ
Tabel Penilaian penyebaran kelenjar getah bening (N) pada ca colon
N Kelenjar Getah Bening
NX Kelenjar Getah Bening regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis KGB
N1 Metastasis pada 1 – 3 KGB regional
N1a Metastasis pada 1 KGB regional
N1b Metastasis pada 2 – 3 KGB regional
N1c Deposit tumor pada subserosa, mesentrium, atau pericolic non
peritoneal atau jaringan perirektal tanpa metastasis KGB
N2 Metastasis pada ≥4 KGB regional
N2a Metastasis pada 4 – 6 KGB regional
N2b Metastasis pada ≥7 KGB regional

Tabel Metastasis jauh (M) pada ca colon


M Penilaian Metastasis
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
M1a Metastasis terjadi pada satu organ atau sisi (hati, paru, ovarium,
KGB non regional)
M1b Metastasis terjadi pada >1 organ / sisi atau di peritoneum

4. Etiologi
Penyebab dari kanker kolon ini belum diketahui pasti tetapi berdasarkan
American Cancer Society tahun (2014), faktor resikonya dibagi menjadi dua yaitu
yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
Tidak Dapat dimodifikasi :
a. Keturunan dan riwayat keluarga
Seseorang dengan orang tua, saudara atau anak yang memiliki kanker
kolorektal memiliki 2 sampai 3 kali risiko mengembangkan penyakit
dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai riwayat kanker kolorektal
di keluarga (American Cancer Society, 2014). Jika terdapat riwayat keluarga yang
didiagnosis pada usia muda atau jika ada anggota keluarga lebih dari satu orang
yang terkena, risiko meningkat hingga 3 sampai 6 kali. Sekitar 20% dari semua
pasien kanker kolorektal memiliki saudara dengan riwayat kanker kolorektal. Dan
sekitar 5% dari pasien kanker kolorektal mempunyai sindrom genetik yang
menyebabkan penyakit ini yang paling umum adalah Lynch syndrome (juga
dikenal sebagaihereditary non-polyposis colorectal cancer) (American Cancer
Society, 2014).
b. Riwayat polip adenomatous
Salah satu penyebab yang meningkatkan risiko ca colon. Hal ini
terutamanya apabila ukuran polip besar atau jika lebih dari satu. Seseorang
dengan inflammatory bowel disease, kondisi dimana terjadi peradangan usus
selama jangka waktu yang panjang, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
kolorektal (iagnost cancer society, 2014). Inflammatory bowel disease yang
paling umum adalah ulcerative colitis dan penyakit crohn (American Cancer
Society, 2014).

Dapat Dimodifikasi :
a. Aktifitas Fisik
Sebuah tinjauan literatur ilmiah telah menemukan bahawa seorang yang
aktif dari segi fisik mempunyai risiko 25% lebih rendah terkena kanker usus
berbanding seseorang yang tidak aktif.Sebaliknya pada pasien ca colon yang
kurang aktif mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi berbandingkan mereka
yang lebih aktif (American Cancer Society, 2014).
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi
terjadinya kanker kolorektal pada laki-laki dan kanker usus pada perempuan
(american iagno society, 2014). Obesitas perut (diukur keliling pinggang)
merupakan faktor risiko yang lebih penting berbanding obesitas keseluruhan baik
pada laki-laki dan perempuan(American Cancer Society, 2014).
c. Diet
Konsumsi daging merah atau daging diproses secara berlebihan akan
meningkatkan risiko terjadinya kanker di usus besar dan juga rektum. Alasan
untuk ini belum jelas tetapi mungkin terkait dengan karsinogen (zat penyebab
kanker) yang terbentuk ketika daging merah dimasak pada suhu yang tinggi
selama jangka waktu yang panjang atau aditif nitrit yang digunakan untuk
pengawetan (American Cancer Society, 2014).
d. Merokok
Pada bulan iagnost 2009, international agency for research on cancer
melaporkan bahwa ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa tembakau
dalam rokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Asosiasi tampaknya lebih
kuat pada rektum dari ca colon (American Cancer Society, 2014).
e. Alkohol
Ca colon dikaitkan dengan konsumsi alkohol berat dan sedang. Seseorang
yang mempunyai purata hidup dengan konsumsi alkohol 2 hingga 4 minuman per
hari memiliki risiko 23% lebih tinggi terkena Ca colon dibandingkan dengan
mereka yang mengkonsumsi 1 minuman per hari (American Cancer Society,
2014).

5. Patofisiologi dan Patoflow


Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian
besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika
polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding
usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan
nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil
yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam
lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker
kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus,
submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar,
kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan.
Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran
tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai
namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat
juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder
seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area
lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau
selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks, 2014).
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan
20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada
kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga
dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai
paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
6. Manifestasi klinis
Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):
a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi atau
perubahan pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini berlangsung selama
beberapa minggu hingga bulan. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai
perubahan bentuk dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras,
lalu lunak, dan seterusnya)
b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses, seringkali
hanya dapat dideteksi di laboratorium
c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas atau rasa
sakit yang berulang
d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang air besar
e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih
f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya

7. Komplikasi
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan (obstruksi) saluran
cerna. Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor yang memenuhi saluran usus.
Adanya sumbatan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan
nyeri perut. Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami
kebocoran (perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang berat seperti
nyeri perut hebat, perut terlihat membesar dan tegang, muntah, serta infeksi berat.
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan perdarahan. Hal
tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar rektum, salah satu bagian
terakhir usus besar. Perdarahan tumor dapat menyebabkan penderitanya
kehilangan darah yang cukup banyak, sehingga menimbulkan anemia (kekurangan
sel darah merah).
Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor ke organ
yang lain. Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi pada berbagai jenis
kanker, terutama yang sifatnya ganas. Organ tubuh yang paling sering menjadi
sasaran metastasis sel kanker usus adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput
rongga perut. Metastasis dapat menimbulkan gejala sesuai organ yang terkena,
misalnya benjolan di sekitar leher, sesak napas, dan nyeri perut serta perut yang
semakin membesar (Timurtini, 2019).

8. Penatalaksanaan Medis
Medis
 Terapi primer yang dilakukan kepada klien untuk pengobatan dengan cara
pembedahan. Terapi kemoterapi digunakan sebagai tambahan untuk menjaga
tumor tidak tumbuh lagi. Kemoterapi digunakan untuk menekan pertumbuhan sel
kanker yang ada di hepar. Radiasi yang diberikan bisa dengan sendiri-sendiri dan
bersamaan. Terapi kombinasi dapat meningkat survival klien ca colon.
 Pembedahan
Tiga dari empat klien menjalani operasi ca colon dan 60% menjalani pengobatan.
Intervensi operasi tergantung dari jenis kanker, lokasi, stadium, dan keadaan
umum klien (Blaks & Hawks 2009). Kadang operasi ca colon ini memerlukan
tindakan kolostomi. Prosedur kolostomi dilakukan dengan membuat lubang
dinding perut atau abdomen yang berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan
feses (Kozier & Erb,2009).

Keperawatan
 Pre operasi
Perawat pre operasi klien sering ditemukan dengan penurunan berat badan dan
perubahan kebiasaan buang air besar. Untuk mendapatkan gambaran yang akurat
dari manifestasi klinis pada klien perlu dikaji faktor resiko seperti riwayat
keluarga mempunyai penyakit kanker. Pengkajian abdomen dilihat
ketidakabnormalnya abdomen, nyeri, distensi, dan adanya massa.
Mengidentifikasi kecemasan klien dan dukungan support system, mulai dari
penjelasan tentang pengobatan dan prosedur yang akan dilakukan, memberikan
kesempatan kepada klien untuk berdiskusi tentangprosedur yang akan dilakukan
oleh tim kesehatan. Jika dilakukan kolostomi maka tindakan kolostomi diperlukan
enterostomal therapy nurse untuk edukasi tentang kolostomi dan perawatanya
(Blaks & Hawks 2009).
 Post operasi
Setelah klien keluar dari ruangan ICU keruangan perawatan, perawat tetap
melakukan pengkajian dan intervensi seperti pada ruangan perawatan intensif.
Pengkajian yang dilakukan pada keadaan post anastesi general dapat
menyebabkan komplikasi sehingga tetap memerlukan monitor system respiratori,
kardiovaskuler, renal dan cairan elotrolit.
Perawat harus melakukan perawatan khusus terhadap klien ini terutama pada
bagian abdomen yang sudah di operasi seperti perawatan luka, jika ada melakukan
kolostomi dan terpasang drain, maka harus melakukan pengantian dressing dan
memonitor output drain harus dilakukan dengan baik (Blaks & Hawks 2009).

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker
kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018).
a. Pemeriksaan Laboratorium Klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk
menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau
kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain pemeriksaan
darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang merupakan pemeriksaan
rutin.
b. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan laboratorium patologi anatomi pada kanker kolorektal adalah
terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun
reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi yang
merupakan diagnosa definitif. Dari 26 pemeriksaan histopatologi inilah dapat
diperoleh karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal
ini.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau
menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan
memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90%
dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan
bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai
alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien
yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi.
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa
kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan
dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaitu selang lentur berdiameter
kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera. Kolonoskopi merupakan
cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran
kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%,
lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%.
Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang
sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan
perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).
a. Biasanya indetitas klien terdiri nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur
penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan. Pada ca colon lebih sering
terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering ditemukan ca colon dan pada laki-
laki lebih sering terjadi kanker rekti.

b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah melakukan
tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien merasakan tidak nyaman dengan
kondisinya yang sekarang, lagi pula kalau klien ada tindakan kolostomi maka
klien akan sangat merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di
tutup maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak bisa
bergerak banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas dan
letih, dan nafsu makan akan menurun.
 Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis ulseratif
yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada usus besar, dan diet dan
konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi serat.
 Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi kanker yang
menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang sifatnya dominan.
c. Pemeriksaan fisik
1). Mata : Kunjungtiva anemis.
2). Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecahpecah dan berbau
3). Leher : Distensi vena jugularis (JVP).
4). Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bissing usus
dan kembung.
5). Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan malnutrisi).

d. Pengkajian fungsional
1). Aktivitas dan Istirahat (kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa
gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalaman karena akibat reaksi nyeri sudah
pembedahan).
2). Pernafasan (klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang
dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun).
3). Sirkulasi (takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan
nyeri), ada perubahan pada tanda-tanda vital misalnya tekanan darah meningkat,
nadi takikardi, pernafasan cepat, suhu meningkat).
4). Intergritas ego (ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak
berdaya/tak ada harapan).
5). Eliminasi (fasesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang kolostomi di
bagian area abdomen).
6). Makan/cairan (mual dan muntah juga sering dirasakan oleh klien setelah
dilakukan operasi, maka dari itu akan menimbulkan penurunan berat badan pada
klien tapi itu hanya pada awal-awal post operasi tetapi lama kelamaan sudah
terbiasa).
7). Muskulosketal (klien mengalami penurunan kekuatan otot akibat sudah insisi
pembedahan itu hanya untuk sementara saja).
8). Seksualitas (tidak bisa melakukan hubungan seksual/ fekuensi menurun).
9). Hubungan sosial (ketidakefektifan ber interaksi dan besosialitas dengan
masyarakat karena sakit).

Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilisasi
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuahan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna makanan.

b. Post operasi
1) Risiko infeksi
2) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status kesehatan).
3) Gangguan citra tubuh berhehubungan dengan penyakit, cedera.

Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan keperawatan selam 3 x 24 jam  Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen cidera diharapkan nyeri berkurang secara komprehensif termasuk
fisik (pembedahan) Tujuan : lokasi, karakteristik, durasi
 Pain level frekuensi, kualitas dan faktor
 Pain control presipitasi
 Comfort level  Observasi reaksi nonverbal
KH : dan ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri  Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui
menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk  Kaji kultur yang
mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
berkurang dengan menggunakan  Evaluasi bersama pasien dan
manajemen nyeri tim kesehatan lain tentang
 Mampu mengenali nyeri ketidakefektifan
(skala, intensitas, frekuensi dan kontrol nyeri masa Iampau
tanda nyeri)  Bantu pasien dan keluarga
 Menyatakan rasa nyaman untuk mencari dan menemukan
setelah nyeri berkurang dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy


berhubungan keperawatan selam 3 x 24 jam  Bantu klien untuk
dengan tirah baring diharapkan nyeri berkurang mengidentifikasi aktivitas yang
dan imobilisasi Tujuan : mampu dilakukan
 Energy conservation  Bantu untuk memilih
 Activity tolerance aktivitas konsisten yang sesuai
 Self Care : ADLs dengan kemampuan fisik,
KH : psikologi dan sosial
 Berpartisipasi dalam aktivitas  Bantu untuk mengidentifikasi
fisik tanpa disertai peningkatan dan mendapatkan sumber yang
tekanan darah, nadi dan RR diperlukan untuk aktivitas yang
 Mampu melakukan aktivitas diinginkan
sehari-hari (ADLs) secara  Bantu untuk mendapatkan
mandiri alat bantuan aktivitas seperti
 Tanda-tanda vital normal kursi roda, krek
 Energy psikomotor  Bantu untuk mengidentifikasi
 Level kelemahan aktivitas yang disukai
 Mampu berpindah: dengan  Bantu klien untuk membuat
atau jadwal latihan diwaktu luang
tanpa bantuan alat  Bantu pasien/keluarga untuk
 Status kardiopulmunari mengidentifikasi kekurangan
adekuat dalam beraktivitas
 Sirkulasi status baik  Sediakan penguatan positif
 Status respirasi : pertukaran bagi yang aktif beraktivitas
gas dan ventilasi adekuat  Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
 Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program
terapi yang tepat

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


nutrisi kurang dari keperawatan selam 3 x 24 jam:  Kaji adanya alergi makanan
kebutuahan tubuh Tujuan :  Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan  Monutrional status : Food and untuk menentukan jumlah
dengan ketidak fluid Intake kalori dan nutrisi yang
mampuan KH : dibutuhkan pasien.
mencerna makanan 1. Mampu mengontrol nyeri  Anjurkan pasien untuk
pada klien meningkatkan intake Fe
2. Melaporkan bahwa nyeri  Anjurkan pasien untuk
berkurang meningkatkan protein dan
3. Mengatakan rasa nyaman vitamin C
setelah nyeri berkurang  Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
(Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada tahap ini perawat menggunakan semua
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap
klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post op ca colon pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen. Interdependen
dan dependen.

Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi,
teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan.
Format evaluasi mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru. P :
planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah
baru, selesai (tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Diyono, Mulyanti, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan,
Dilengkapi Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi Nanda Nic Noc
Firdaus, Y. (2017). Penatalaksanaan Pada Setiap Stadium Kanker Kolon.
Fitriatuzzakiyyah, Sinuraya, & Puspitasari. (2017). Cancer Therapy with
Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy and Its Development in
Indonesia. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(4), 311–320.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2017.6.4.311
Johns Hopkins Medicine Colon Cancer Centre, 2015. Colorectal Cancer
Overview. Available from
Kemenkes RI. (2019a). Faktor Risiko Kanker. 21(1), 1–9.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2015). Panduan Penatalaksanaan
Kanker kolorektal. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal, 76.
Kumar, Vinay, Cotran, et al. 2007. Buku Ajar Patologi Anatomi Edisi 7 Vol. 2.
Jakarta : EGC pp 367-378 Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015,
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC: Jogja: Mediaction Publishing.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis. 103. Potter, &
Perry. (2011). Implementasi keperawatan. 114 PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.).
Jakarta: DPP PPNI.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai