Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Pada leukemia dapat
terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Corwin,
2009). AML adalah salah satu jenis leukemia dimana terjadi proliferasi
neoplastik dari sel mieloid, ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit
imatur yang berlebihan (Anies, 2009).
Jenis-jenis leukemia
a. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya
usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit

immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga


mengganggu perkembangan sel normal..
d. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain
(Corwin, 2009).
2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker
sebelumnya
c. Terpapar zat-zat

kimiawi

seperti

benzen,

arsen,

kloramfenikol,

fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.


d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
e. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
f. Kelainan kromosom.
(Smeltzer, 2001).
3. Manifestasi Klinik
a. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang. Gejala LGK antara
lain rasa lelah, penurunan BB, rasa penuh di perut dan mudah berdarah.
Pada pemeriksaan fisis hamper selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada
90% kasus. Juga sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan
hepatomegali. Kadang-kadang ada purpura, perdarahan retina, panas,
pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
b. Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Gejala penderita LMA antara lain rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang,
anemia, petekie, perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar
getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga
ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan
mielomonositik.
c. Leukemia limfositik kronik

Gejala LLK antara lain limfadenopati, splenomegali, hepatomegali,


infiltrasi alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit), anemia hemolitik,
trombositopenia,

hipogamaglobulinemia

dan

gamopati

monoklonal

sehingga penderita mudah terserang infeksi.


d. Leukemia limfoblastik akut
Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut: rasa lelah, panas tanpa
infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan
berat badan dan sering ditemukan suatu masa yang abnormal. Pada
pemeriksaan

fisis

ditemukan

splenomegali

(86%),

hepatomegali,

limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimoses dan perdarahan retina.


(Anies, 2009).
4. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa:
Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LMK adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LMK
juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga
sistem imun tidak efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya
yang normal.
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan LMK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar
getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.
(Smeltzer, 2001).
5. Patofisiologi dan Pathway
Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya

overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari
sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel
darah putih yang sagat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain
seperti penurunan produsi eritrosit mengakibatkan anemia, trombosit menjadi
menurun mengakibatan trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih
yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia mengakibatkan
mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya
terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum
tulang dan periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan
nyeri tulang. Disamping itu infilrasi keerbagai organ seperti otak, ginjal, hati,
limpa, kelenjar limfe menyebabkn pembesaran dan gangguan pada organ
terkait (Corwin, 2009).

Pathway

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan
penyakit penyerta.
a. Penatalaksanaan Medis
1) Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 6,9% pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan massif dapat diberikan trombosit.
2) Pelaksanaan kemoterapi, Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi
Fase induksi : dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa di tegakan pada
fase ini diberikan kortikosteroid (prednisone) vinaistim, dan Lasparagiginasi. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang

ditemukan jumlah sel muda berkurang dari 5%.


Fase Profilaksis Sistem Saraf Pusat : pada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine, dan hydrocortisone melalui intra thecal
untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi iridiasi cranial
hanya dilakukan pada pasien leukemia yang mengalami gangguan

Sistem Saraf Pusat.


Konsolidasi : pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh., secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Untuk memulai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang maka pengobatan dihentikan. Sementara atau dosis obat

dikurangi.
3) Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan
alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa
dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia aplastik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pendekatan psikososial harus diutamakan
2) Ruangan aseptik dan bekerja secara aseptic
(Reeves, 2001).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
2) Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor
herediter misal kembar monozigot)
b. Pola Gordon
1) Aktivitas
: kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2) Sirkulasi
: palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran
mukosa pucat.
3) Eliminsi
: diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses
hitam, penurunan haluaran urin.
4) Integritas ego
: perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah
terangsang, ansietas.
5) Makanan/cairan : anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis,
penurunan BB dan disfagia
6) Neurosensori
: penurunan

koordinasi,

disorientasi,

pusing

kesemutan, parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.


7) Nyeri
: nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku
hati-hati gelisah
8) Pernafasan
: nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi,
gemericik, penurunan bunyi nafas
9) Keamanan
: gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak
terkontrol, demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus
limfe.
10) Seksualitas

: perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi,

menoragia.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
2) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hiotam tanpa pus
3) Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali.

4) Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal,


inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Leukemia granulositik kronik (LMK)
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis lebih dari
50.000/mm3, pergeseran ke kiri pada hitung jenis, trombositemia,
kromosom Philadelphia, kadar fosfatase alkali leukosit rendah atau
sama sekali tidak ada, kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah. Pada
pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariositdan aktivitas granulopoesis.
2) Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Pemeriksaan penanda imunologik

dengan

memakai

monoklonal menyokong penegakan diagnosa LMA.


3) Leukemia limfositik kronik
Pemeriksaan darah tepi menunjukkan limfositosis

antibodi

lebih

dari

50.000/mm3, pada sumsum tulang didapatkan infiltrasi merata oleh


limfosit kecil, yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
4) Leukemia limfoblastik akut
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan
biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%).
Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas.
Jumlah leukosit netrofil seringkali rendah, demikian pula kadar Hb dan

trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel


blas yang dominan.
(Reeves, 2001).
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien antara lain :
a. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan
tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit
immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan :
mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik
c. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus
limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia
pengobatan antileukemik
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan
laju metabolik
e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
f. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran darah
sekunder adanya destruksi SDM.
(Hermand, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi Pengaruh Radiasi Elektromagnetik Ponsel
dan Berbagai Peralatan Elektronik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Corwin, Elizabeth J, 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC
Hermand, T Heather, 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Reeves, Charlene J et al, 2001. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko
Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

OLEH :
Aziz Nur Fathoni
(SN14005)

PROFESI NERS
PRODI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai