PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi, dan
proses reproduksi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kesehatan reproduksi
merupakan unsur yang paling penting dalam kesehatan wanita. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, (2015) melaporkan salah satu penyebab kematian di dunia ialah kanker. Salah satu
macam kanker pada sistem reproduksi yaitu kanker payudara.
Menurut data dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia kanker payudara adalah penyebab
kematian nomor 2 setelah kanker rahim. Dan mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 180.000 kasus baru per tahun, di Netherlands 91 kasus baru setiap
100.000 penduduk, di Indonesia sendiri, diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena
penyakit kanker payudara. Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health
Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah
kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus. Menurut Kemenkes
2019 angka kejadian kanker payudara sebesar 42,1/100.000 penduduk dengan rata-rata kematian
17/100.000. Data untuk kasus di Jakarta Barat sendiri pada tahun 2013 jumlahnya mencapai
3946 kasus.
Kanker payudara terjadi akibat adanya keganasan di dalam jaringan payudara. Hal
tersebut dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara memiliki gejala-
gejala seperti adanya benjolan yang terdapat pada satu atau kedua buah payudara. Benjolan ini
merupakan tumor ganas, biasanya memiliki tekstur atau bentuk yang keras dan bentuknya tidak
teratur. Selain itu 2 benjolan ini sulit untuk digerakkan. Adanya kerusakan gen yang mengatur
mengenai perkembangan, pertumbuhan serta diferensiasi dari sel payudaralah yang
mengakibatkan terjadinya kelainan tersebut. Dimana sel-sel payudara akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak dapat dikendalikan. (Salamiyah, 2020)
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, hanya disebutkan
bahwa peran hormon estrogen banyak berpengaruh pada terjadinya kanker payudara. Kira-kira
sebesar 10% kanker payudara dapat diturunkan pada keluarga. Akan tetapi faktor risiko tinggi
kanker payudara ini, diantaranya wanita di atas 30 tahun, sudah menikah, menikah tapi tidak
mempunyai anak, masa menyusui yang singkat atau tidak pernah menyusui sama sekali,
menstruasi pada usia yang sangat muda, menopause yang lambat, riwayat keluarga menderita
kanker, riwayat trauma kanker payudara.
Wanita pada umumnya mengutamakan faktor genetik dan meremehkan pola hidup atau
kebiasaan yang salah. Pola hidup dan kebiasaan yang memunculkan kanker payudara
diantaranya mengkonsumsi makanan yang berlemak, mengkonsumsi obat-obat hormonal,
mengkonsumsi alkohol, jarang melakukan olahraga, serta kurang istirahat. Selain itu, perilaku
menunda kehamilan atau tidak menyusui juga banyak dilakukan oleh wanita dewasa dini demi
perkembangan karier mereka.
Dengan demikian tenaga kesehatan perlu memberikan promotive, preventif dan kuratif
kepada masyarakat agar mengetahui pentingnya menjaga kesehatan reproduksi untuk terhindar
dari penyakit Kanker Payudara. Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada
masyarakat harus diimplementasikan sejak dini karena setiap populasi masyarakat tingkat
pengetahuannya berbeda-beda sehingga dapat dikatagorikan pengetahuan yang masih rendah
serta kesadaran masyarakat dalam mengetahui kesehatan.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah mahasiswa memahami asuhan keperawatan pada
Gangguan Sistem Reproduksi Kanker Payudara
b. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam makalah ini mengetahui dan memahami tentang :
a. Definisi Sistem Reproduksi Kanker payudara
b. Etiologi dari Sistem Reproduksi Kanker payudara
c. Patofisiologi Kanker payudara
d. Patoflowdiagram Kanker payudara
e. Manifestasi Klinis dari Kanker payudara
f. Komplikasi Kanker payudara
g. Penatalaksanaan Medis pada Kanker payudara
h. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Reproduksi Kanker payudara
i. Konsep Hospitalisasi Gangguan Menstruasi dan Kanker payudara
C. Ruang Lingkup
D. Metode Penulisan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan, metode studi
kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang sistem pelayanan
keperawatan. Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari jurnal serta referensi lain di
internet.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup
D. Metode Penulisan.
E. Sistematika Penulisan
A. Definisi
B. Patofisiologi
C. Penatalaksanaan Medis
D. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Reproduksi Kanker payudara
BAB IV : Pembahasan
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a. Umur.
Umur merupakan salah satu faktor penting untuk timbulnya kanker payudara.
Secara epidemiologi tercatat wanita usia lebih dari 50 tahun mempunyai
kemungkinan berkembang menderita kanker payudara lebih besar.
b. Hormonal.
Faktor hormonal seperti menstrual history (early menarche, late menopause)
mempunyai risiko lebih tinggi. Demikian pula penggunaan hormon banyak
dikaitkan dengan meningkatnya kejadian kanker payudara. Penggunaan hormon
estrogen lebih dari 8-10 tahun, telah terbukti dapat meningkatkan risiko timbulnya
kanker payudara. First pregnancy pada usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko
1,5-4 kali lebih besar dibandingkan usia 20-34 tahun, sedangkan nulliparity 1,3-4
kali berisiko terkena kanker payudara.
c. Keturunan (family history).
Risiko kejadian kanker payudara meningkat sebesar 3 kali pada wanita yang
mempunyai ibu atau saudarinya (first degree relative) menderita kanker payudara,
terutama bila terjadi pada wanita usia premenopause. Meningkatnya angka
kejadian juga terjadi pada lelaki dengan fenotipik Klinefilter sindrom. Selain itu,
pada beberapa sanak keluarga yang mempunyai riwayat pernah menderita
kankerendometrium, ovarium, dan kolorektal, maka juga akan berisiko tinggi
memiliki kanker payudara.
d. Gaya hidup.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu masih merupakan faktor yang
kontroversial dalam memengaruhi kejadian kanker payudara. Pada binatang
percobaan, menunjukkan bahwa jumlah dan macam diet lemak ada hubungannya
dengan pertumbuhan kanker payudara. Pada penelitian lain, terjadi peningkatan
risiko timbulnya kanker payudara pada wanita yang mengonsumsi alkohol
daripada wanita nonalkoholik. Hal ini disebabkan karena alkohol dapat
meningkatkan sekresi estrogen dan menurunkan klerens estrogen pada wanita.
Aktivitas fisik yang kurang serta obesitas saat postmenopause juga dapat
meningkatkan kejadian kanker payudara.
5. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa
fertilitas, dsampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid ,payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia
sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba
( diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara
telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel saluran dan
kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. .Sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk
dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau
karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai
didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian
tumor menerobos keluar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke
dalam stroma , yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan
selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulityang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikanstadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh
dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun
supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke
organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi dari penelitian para
pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran
limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya dapat menyebar keseluruh
tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh
karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar
getah bening lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai
kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau
mutasi dari aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang
paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia
dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang
tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker
payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya.
Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel
yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015) dalam (Laksono, 2018).
Stadium adalah proses mencari tahu seberapa luasnya kanker tersebut pada saat
ditemukan. Stadium kanker merupakan faktor terpenting dalam menentukan pilihan
pengobatan (Tim Cancer Helps, 2010 ).
a. Stadium 0,
Stadium ini disebut kanker payudara non invasif. Ada dua tipe, yaitu DICS dan
LCIS.
b. Stadium 1,
Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan tidak menyerang
kelenjar getah bening.
c. Stadium 2 ,
Kanker invasif, ukuran tumor 2–5 cm dan sudah menyerang kelenjar getah
bening.
d. Stadium 3,
Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan benjolan sudah menonjol
ke permukaan kulit, pecah, berdarah atau bernanah.
e. Stadium 4,
Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ lain, seperti paru–paru,
hati, tulang atau otak.
9. Komplikasi Cancer Payudara
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma
payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase
yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra
dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid,
leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium (Irianto, 2015) dalam (Laksono,
2018).
10. Penatalaksanaan Medis Cancer Payudara
Berbagai pilihan penatalaksanaan tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan
pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan terapi hormonal atau kombinasi terapi.
a. Tes Diagnostik
1) Mamografi (Sinar –X payudara)
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena
payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya
dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya
dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada
masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di
kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk standarisasi penilaian
dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS.
2) Ultrasonografi (Sonomamografi)
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran
USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya : Permukaan tidak
rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi
meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat. Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan
akurasinya sampai 7,4 %. Prinsip kerja USG ini menggunakan gelombang
ultrasonik. USG dapat digunakan pada penilaian awal sistem organ karena
gelombang ultrasonik dianggap efektif dalam membedakan macam-macam
sturuktur jaringan tanpa radiasi (Aviana et al., 2019). Namun USG tidak
dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena
didasarkan penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya.
3) Pemeriksaan Sitologi
4) Biopsi Inti FNAC Stereotaksis
5) Biopsi Trucut
Tru-cut biopsi dan core biopsy akan menghasilkan penilaian histopatologi.
Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan
jarum khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari core biopsy sama
sahihnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.
b. Terapi Pembedahan,
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai Terapi atas masalah lokal dan
regional : Mastektomi, breast conserving surgery, diseksi aksila dan terapi
terhadap rekurensi lokal/regional. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi
hormonal : ovariektomi, adrenalektomi, dsb. Terapi terhadap tumor residif dan
metastase. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah
beberapa waktu (delay) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
c. Mastektomi :
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) MRM adalah tindakan
pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks
puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II
secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor.
d. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan
operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal
Indikasi : Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable dan Tumor
dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major.
e. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
f. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi : Tumor
phyllodes besar, Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor, Penyakit Paget tanpa massa tumor, DCIS.
g. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila Indikasi : Mastektomi profilaktik, Prosedur
onkoplasti.
h. BCS
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level
2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan
mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. Tambahan radioterapi
pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik Indikasi : Kanker
payudara stadium I dan II, Kanker payudara stadium III dengan respon parsial
setelah terapi neoajuvan.
i. Pembedahan penyelamatan payudara
lumpektomi, mastektomi eksisi luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi
dilanjutkan oleh pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif.
j. Biopsy nodus limfe sentinel
Dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi kanker payudara stadium dini.
k. Terapi radiasi sinar eksternal
Biasanya radiasi dilakukan pada seluruh payudara tetapi radiasi payudara
parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini sedang di evaluasi di
beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat.
l. Kemoterapi
Untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit ; siklofosfamid
(Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin.
m. Terapi hormonal
Berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesterone : tamoksifen
(soltamox) adalah agens hormonal ; primer yang digunakan untuk menekan
tumor yang bergantung hormonal lainya adalah inhibitor anastrazol
(arimidex), letrozol (femara), eksemestan (aromasin).
n. Terapi target ; trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin)
o. Rekonstruksi payudara.
c. Aktivitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit. Pada ca mammae biasanya juga timbul akibat pola makan
yang tidak sehat seperti mengkonsumsi lemak yang berlebihan, penggunaan
alkohol, diet yang tidak sehat dan merokok, hal ini akan memicu tingginya
kadar estrogen dalm tubuh dan meningkatkan risiko karsinoma mammae
(Putra, 2015).
Klien dengan post radikal mastektomi yang mengalami nyeri akut dapat
memicu terjadinya mual dan muntah dikarenakan nyeri dapat meningkatkan
hipersekresi lambung (Parmono, 2016).
2) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,
kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada
saat buang air besar dan buang air kecil.
3) Istirahat Tidur
Mengkaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan
sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
Dikarenakan pasien dengan post operasi mastektomi keluhan yang sering
terjadi adalah nyeri, hal ini akan mempengaruhi pola istirahat tidur pasien
(Nugraha et al, 2017).
4) Personal Hygiene D
Mengkaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan dikaji
apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara mandiri. Biasanya
klien dengan post oeprasi mastektomi akan mengalami kesulitan dalam
pemenuhan ADL karena adanya keterbatasan gerak, termasuk dalam personal
hygiene (Nugraha et al, 2017).
5) Aktivitas dan Latihan
Adanya hambatan mobilitas fisik, terutama pada bagian estermitas akan
menyebabkan pasien dengan post operasi mastektomi mengalami kesulitan
dalam aktivitas dan latihan fisik (Nugraha et al, 2017)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran dapat berupa compos mentis sampai koma tergantung beratnya
kondisi penyakit yang dialami, pada klien post operasi mastektomi biasanya
sadar penuh dan jarang terjadi kehilangan kehadaran dan kadang diiringi
dengan kelelahan yang dirasakan terus menerus disertai dengan nyeri akibat
pembedahan (Nugraha et al, 2017)
2) Sistem pernafasan
Pola dan frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan
ekspansi paru, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien (Nugraha et al,
2017).
3) Sistem kardiovaskuler
Secara umum, klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stress dan
hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi
(kelemahan dan tirah baring), biasanya ditemukan adanya pendarahan sampai
syok, mukosa bibir kering dan pucat, komplikasi tersebut biasanya muncul
setelah dilakukan tindakan pembedahan mastektomi (Nugraha et al, 2017).
4) Sistem pencernaan
Kaji keadaan bibir, gusi dan gigi, lidah serta rongga mulut. Daerah abdomen
inspeksi bentuk abdomen, ada massa atau tidak, auskultasi bunyi bising usus,
palpasi ada nyeri atau tidak, ada benjolan atau tidak, kaji turgor kulit, palpasi
daerah hepar. Pada klien dengan post operasi yang sering dikeluhkan adalah
nyeri hal ini bisa memicu terjadinya hipersekresi asam lambung sehingga
memicu mual, muntah dan sembelit (Pramono, 2016).
5) Sistem perkemihan
Peningkatan tonus simpatis akibat nyeri akut post operasi akan meningkatkan
tonus sfingter esofagus atas dan bawah sehingga makanan dari lambung tidak
mudah kembali ke arah mulut serta menurunkan motilitas usus dan saluran
kemih, menyebabkan ileus dan retensi urine (Pramono, 2017).
6) Sistem persarafan
Pada umumnya sistem persyarafan tidak terdapat kelainan jika sel kanker
segera diangkat atau dilakukan operasi, pasien dengan post mastektomi
biasanya keadaan umum baik dan kesadaran compos mentis (Nugraha et al,
2017).
7) Sistem muskuloskletal
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Biasanya ditemukan
keletihan, perasaan nyeri pada ekstremitas atas ketika digerakan (Nugraha et
al, 2017).
8) Sistem pengelihatan
Kesimetrisan kedua mata, reflek pupil terhadap cahaya positif atau tidak, kaji
lapang pandang dan ketajaman pengelihatan.
9) Sistem pendengaran Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya lesi,
ada tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes rinne,
webber, dan schwabach.
10) Sistem integumen
Kaji warna kulit, keadaan rambut, tekstur rambut, kulit kepala bersih atau
tidak. Kaji kelembaban kulit dan turgor kulit. Biasanya ditemukan adanya
luka operasi pada mamae, mungkin turgor kulit menurun akibat kurangnya
volume cairan, suhu tubuh dapat meningkat apabila terjadi infeksi (Nugraha et
al, 2017).
11) Sistem reproduksi
Dikaji apakah terdapat benjolan di mamae atau tidak, apakah ada perubahan
kesimetrisan pada mamae, ada atau tidaknya perubahan warna kulit pada
mamae, riwayat manarce dini atau menopause lambat (Nugraha et al, 2017).
12) Sistem endokrin
Dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit endokrin,
periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Kelenjar
getah bening memegang peran penting dalam mencegah penyebaran atau
berkembangnya sel-sel kanker, Putra (2015), berpendapat bahwa kelenjar
getah bening adalah suatu barrier pertahanan bagi penyebaran sel-sel tumor.
13) Riwayat Psikologi
a) Penampilan klien bagaimana, apakah nampak kesakitan, tenang atau
apatis.
b) Status emosi klien apakah mengalami ketidakstabilan, apakah marah tetapi
tergantung terhadap penyakit yang dideritanya.
c) Bagaimana cara klien berkomunikasi tetapi tergantung pada kebiasaan
klien sehari-hari
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
2) Edukasi kesehatan
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Teraupetik
Edukasi
TINJAUAN KASUS
SISTEM REPRODUKSI
A. PENGKAJIAN
Tanggal/jam masuk : 15-05-2019/ 22.00 Diagnosa Medis : Ca Mammae
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. YG Nama Suami : Tn. VP
2. Resume (Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian dilakukan
oleh mahasiswa meliputi : data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri
serta kolaborasi dan evaluasi secara umum)
Saat ini pasien mengeluh nyeri pada area luka pada payudara kanan dan nyeri menyebar sampai
ke belakang seperti tertusuk - tusuk dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang), pasien tampak meringis
kesakitan, nyeri muncul saat bergerak dan beraktivitas. Selain nyeri, pasien juga mengeluh
pusing dan mudah capek dan semua aktivitas dibantu oleh keluarga. Pasien mengatakan mulai
timbul keluhan sejak bulan januari setelah mengikuti acara pesta. Pasien mengalami sakit
demam, sesak napas dan teraba benjolan sebesar biji kelereng pada payudara kanan tidak sakit
saat disentuh.
Pasien lalu diantar oleh keluarga berobat ke RS Ende dengan hasil rontgen di vonis dokter tumor paru.
Pasien dirujuk ke RS. Leona Kupang, dirawat selama seminggu lalu dirujuk lagi ke RSUD. Prof. Dr. W.Z.
Johanes dengan keluhan sesak napas. Pada tanggal 18 Mei 2019 dilakukan efusi pleura. Pasien
mengatakan sudah jauh lebih baik keaadaannya yaitu sesak berkurang tetapi benjolan pada payudara
makin memberikan. (REMEDIOS, 2019)
3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama ( saat ini )
b. Riwayat Menstruasi
Menarche ( umur ) : __________ tahun
Jumlah : ______ cc
Masalah reproduksi : ibu kandung pasien pernah menderita penyakit yang sama
dengan terdapat benjolan di pada payudara dan memebesar.
Kanker :
Diabetes : sebelumnya pasien menderita DM
Lain-lain : tidak ada
1) Orang yang terdekat dg pasien : Pasien mengatakan orang yang paling dekat
adalah suami, anak-anaknya serta keluarga kandung
2) Interaksi dalam keluarga : Selama di RS pasien selalu ditemani oleh suaminya dan
hubungan pasien.
3) Persepsi pasien terhadap penyakitnya : pasien merasa cemas dengan keadaan yang
diderita
4) Konsep diri :
5) Mekanisme koping :
6) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Pasien mengatakan selalu berdoa
bersama kaum wanita Katolik dalam komunitasnya
a) Nutrisi
Frekuensi makan : 3-4x/hari
2). Eliminasi
a) BAB b) BAK
3) Personal Hygiene
Keluhan : __________________________
Kegiatan dalam pekerjaan : semenjak dirinya sakit dia sudah tidak pernah bekerja.
Kegiatan lain : setiap hari minggu pagi pasien selalu ke gereja, Kegiatan sehari - hari
adalah berjalan kaki ke kebun,
Keluhan dalam beraktivitas : pasien hanya terbaring ditempat tidur dengan semua
aktivitas dibantu oleh keluarga, karena bila terlalu banyak bergerak payudara pasien
terasa nyeri.
a) Merokok : Ya Tidak √
Keluhan/lain-lain : _______________________________________
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
terdapat perdarahan
Lain-lain : pasien memakai mata saat baca, dan penglihatan kabur karena faktor usia
3) Sistem Pendengaran
Lain-lain : ______________________________________________
4) Sistem Wicara
5) Sistem Pernafasan
Lain-lain : ______________________________________________
6) Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi perifer
Nadi :84 x/hari Irama : √ teratur tidak teratur
Kiri : ya √ tidak
Edema : ya √ tidak
b) Sirkulasi Jantung
Irama : √ teratur tidak teratur
seperti terbakar
seperti tertimpa benda berat
7) Sistem Pencernaan
Keadaan mulut & gigi
Stomatitis : ya √ tidak
Mual : ya √ tidak
Muntah : ya √ tidak
lain-lain : _____________
√ Tidak
Lain-lain : ___________________________________________
sopor/coma
9) Sistem Perkemihan
Perubahan pola kemih : retensi nokturia
lain-lain : __________________________
Kebersihan : √ ya tidak
BB sebelum sakit : 60 kg
BB setelah sakit : 48 kg
c. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen : membesar √ tidak membesar
1) Vulva
Lain-lain : _______________________________________________
2) Inguinal
Lain-lain : _________________________________________________
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Laboratorium
6. Penatalaksanaan
Pembedahan
• Dilakukan WSD
Pengobatan
• Coditam 3 x 1
• Metformin 3 x
ANALISA DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Evaluasi pada Ny. YG sesuai dengan hasil implementasi yang dibuat pada kriteria obyektif yang
ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnosa keperawatan nyeri belum teratasi, pasien mengatakan pada
bagian mamae kanan masih nyeri menjalar ke belakang pungung, pasien tampak meringis kesakitan
dengan skala nyeri 5. Pada diagnosa kedua defisit pengetahuan tentang penyebab, tanda dan gejala
serta pengobatan pasien dan keluarga ditandai dengan adanya respon positif dari pasien dan keluarga
selanjutnya pada diagnosa ketiga defisit inteloransi aktivitas, pasien mengatakan masih lemah, mudah
capek dengan semua aktivitas dibantu oleh keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara
Dan Kanker Leher Rahim. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Kemenkes RI.2016