Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi, dan
proses reproduksi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kesehatan reproduksi
merupakan unsur yang paling penting dalam kesehatan wanita. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, (2015) melaporkan salah satu penyebab kematian di dunia ialah kanker. Salah satu
macam kanker pada sistem reproduksi yaitu kanker payudara.

Menurut data dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia kanker payudara adalah penyebab
kematian nomor 2 setelah kanker rahim. Dan mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 180.000 kasus baru per tahun, di Netherlands 91 kasus baru setiap
100.000 penduduk, di Indonesia sendiri, diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena
penyakit kanker payudara. Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health
Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah
kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus. Menurut Kemenkes
2019 angka kejadian kanker payudara sebesar 42,1/100.000 penduduk dengan rata-rata kematian
17/100.000. Data untuk kasus di Jakarta Barat sendiri pada tahun 2013 jumlahnya mencapai
3946 kasus.

Kanker payudara terjadi akibat adanya keganasan di dalam jaringan payudara. Hal
tersebut dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara memiliki gejala-
gejala seperti adanya benjolan yang terdapat pada satu atau kedua buah payudara. Benjolan ini
merupakan tumor ganas, biasanya memiliki tekstur atau bentuk yang keras dan bentuknya tidak
teratur. Selain itu 2 benjolan ini sulit untuk digerakkan. Adanya kerusakan gen yang mengatur
mengenai perkembangan, pertumbuhan serta diferensiasi dari sel payudaralah yang
mengakibatkan terjadinya kelainan tersebut. Dimana sel-sel payudara akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak dapat dikendalikan. (Salamiyah, 2020)
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, hanya disebutkan
bahwa peran hormon estrogen banyak berpengaruh pada terjadinya kanker payudara. Kira-kira
sebesar 10% kanker payudara dapat diturunkan pada keluarga. Akan tetapi faktor risiko tinggi
kanker payudara ini, diantaranya wanita di atas 30 tahun, sudah menikah, menikah tapi tidak
mempunyai anak, masa menyusui yang singkat atau tidak pernah menyusui sama sekali,
menstruasi pada usia yang sangat muda, menopause yang lambat, riwayat keluarga menderita
kanker, riwayat trauma kanker payudara.

Wanita pada umumnya mengutamakan faktor genetik dan meremehkan pola hidup atau
kebiasaan yang salah. Pola hidup dan kebiasaan yang memunculkan kanker payudara
diantaranya mengkonsumsi makanan yang berlemak, mengkonsumsi obat-obat hormonal,
mengkonsumsi alkohol, jarang melakukan olahraga, serta kurang istirahat. Selain itu, perilaku
menunda kehamilan atau tidak menyusui juga banyak dilakukan oleh wanita dewasa dini demi
perkembangan karier mereka.

Dengan demikian tenaga kesehatan perlu memberikan promotive, preventif dan kuratif
kepada masyarakat agar mengetahui pentingnya menjaga kesehatan reproduksi untuk terhindar
dari penyakit Kanker Payudara. Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada
masyarakat harus diimplementasikan sejak dini karena setiap populasi masyarakat tingkat
pengetahuannya berbeda-beda sehingga dapat dikatagorikan pengetahuan yang masih rendah
serta kesadaran masyarakat dalam mengetahui kesehatan.

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah mahasiswa memahami asuhan keperawatan pada
Gangguan Sistem Reproduksi Kanker Payudara
b. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam makalah ini mengetahui dan memahami tentang :
a. Definisi Sistem Reproduksi Kanker payudara
b. Etiologi dari Sistem Reproduksi Kanker payudara
c. Patofisiologi Kanker payudara
d. Patoflowdiagram Kanker payudara
e. Manifestasi Klinis dari Kanker payudara
f. Komplikasi Kanker payudara
g. Penatalaksanaan Medis pada Kanker payudara
h. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Reproduksi Kanker payudara
i. Konsep Hospitalisasi Gangguan Menstruasi dan Kanker payudara

C. Ruang Lingkup

D. Metode Penulisan

Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan, metode studi
kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang sistem pelayanan
keperawatan. Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari jurnal serta referensi lain di
internet.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup
D. Metode Penulisan.
E. Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Teori

A. Definisi
B. Patofisiologi
C. Penatalaksanaan Medis
D. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Reproduksi Kanker payudara

BAB III : Tinjauan Kasus


A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

BAB IV : Pembahasan
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan

BAB V : Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT CANCER PAYUDARA


1. Payudara
Iga ke dua smpai iga ke enam merupakan letak dari payudara. Epitel jaringan
payudara mengandung lapisan luminal sel (ductal atau lobular) yang dikelilingi oleh
lapisan basal sel myoepithelial. Lobus atau lobular bercabang menjadi septum fibrosa,
yang tersebaar dari belakang putting payudara kearah otot pektoralis mayor. Terdapat
3 bagian payudara yaitu bagian korpus (badan) yaitu bagian yang membesar. Areola
merupakan bagian yang kehitaman di tengah. Papilla atau putting bagian yang
menonjol di puncak payudara. Bagian korpus terdiri dari alveoli, ductus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla dan tepi alveolan. Payudara terdiri dari 15-20
lobulus dari jaringan kelenjar. Di setiap lobulus terbuat dari ribuan alveoli (kelenjar
kecil). Alveoli (alveoli dan acinus singular) menghasilkan ASI dan substansi lainya
selama menyusui (Ladesvita, 2021)
Fungsi utama kelenjar payudara yaitu memproduksi atau menghasilkan ASI serta
menyalurkan ASI bagi bayi. Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bisa terjadi
juga pada saat proses kehamilan dan menyusui. Kadar estrogen yang meningkat
mampu menstimulus perkembangan ductus, sehingga ductus semakin besar.
Peningkatan progesterone menyebabkan terjadinya alveolus berproliferasi sehingga
tumbuh alveolus dan tubulus baru. Fungsi kelenjar sebagai produksi ASI berkaitan
dengan hormone yang diproduksi hipofisis anterior (release prolactin) dan hipofisis
anerior (release oksitosin).
2. Definisi Cancer Payudara
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia (Ladesvita, 2021).
Kanker payudara adalah keganasan pada payudara yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar, serta jaringan penunjang payudara, namun tidak termasuk kulit
payudara. Sel kanker dapat timbul apabila telah terjadi mutasi genetik sebagai akibat
dari adanya kerusakan DNA pada sel normal (Azmi et al., 2020).
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Pada wanita, kemungkinan terkena kanker payudara 100 kali
lipat dibandingkan pada pria (Prasetyowati & Katharina, 2017) dalam (Azmi et al.,
2020). Kanker payudara dapat sporadis, familial dan herediter. Kanker payudara
sporadis berarti penderita tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara paling tidak sampai 2 degree seperti orang tua, paman atau bibi dan kakek
atau nenek, sebaliknya kanker payudara familial berarti terdapat riwayat keluarga
yang menderita kanker payudara termasuk lebih dari 1 atau 2 degree. Penderita yang
mempunyai riwayat kanker payudara familial, penderita kanker payudara usia muda
(kurang dari 40 tahun).
Riwayat keluarga merupakan faktor risiko kejadian kangker payudara. Wanita
yang memiliki riwayat keluarga memiliki risiko 2 kali menderita kanker payudara
dibanding wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga. Hal ini disebabkan oleh
mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, kedua gen ini yang 90% bertanggung jawab sebagai
penyebab kanker ovarium yang diturunkan kepada keturunan yang menderita kanker
ovarium, sedangkan angka harapan hidup penderita yang membawa gen mutasi
BRCA1 dan BRCA2 sebesar 15%-60% sehingga sangat diperlukan dilakukan
skrining kepada penderita yang membawa gen mutasi BRCA1 dan BRCA2 (Eismann
et al., 2019) dalam (Azmi et al., 2020).
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada
wanita. Perawat punya peran penting dalam menyelenggarakan skrining dan
penyuluhan kanker payudara. Jika tumor dideteksi dini dalam kondisi terlokalisasi,
angka kelangsungan hidup mendekati 100%. Kebanyakan tumor dirahasiakan oleh
wanita itu sendiri. Pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan disarankan setiap
tiga tahun untuk wanita berusia 20 hingga 40 tahun dan dilakukan setiap tahun pada
wanita berusia > = 40 tahun. Pemeriksaan payudara memberi kesempatan terbaik
untuk mengajarkan dan mengulang kembali pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI). SADARI dianjurkan setiap bulan, tetapi kebanyakan wanita jarang
melakukannya dan beberapa wanita tidak melakukannya sama sekali, karena takut
jika menemukan benjolan, merasa tidak mampu mengenali benjolan dan rasa malu
merupakan hambatan dalam melakukan SADARI
Kanker payudara adalah keganasan jaringan payudara. Ketika sel-sel di jaringan
payudara mulai tumbuh diluar kendali maka akan menjadi faktor timbulnya
keganasan. Proses inisiasi, proses promosi dan progresi merupakan proses dimana
perubahan sel normal menjadi sel ganas. Terjadinya proses inisiasi ketika ada
karsinogen yang merusak deoxyribonucleic acid (DNA). Karsinogen mengakibatkan
perubahan struktur serta fungsi sel. Tahap promosi terjadi pemajaran berulang agen
yang menyebabkan keruskan sel. Adanya kerusakan genetic meyebabkan terjadi
keganasan. Progresif yaitu sel menjadi sangat ganas dan bersifat invasi menyebar
kebagian tubuh lainya (Black & Hawks, 2014; Smeltzer & Bare, 2008) dalam
(Ladesvita, 2021). Kanker payudara heterogen dalam karakterstik patologisnya,
beberapa kasus menunjukan pertumbuhan lambat dengan prognosis yang baik, namun
kasus lainya lebih agresif.
3. Jenis-Jenis Kanker Payudara
Menurut (Leniwita & Anggraini, 2019) ada beberapa jenis kanker payudara yang
membedakan cara pengobatan yang dapat dilakukan pada wanita jka dilihat pola
pertumbuhan dan karakteristik sel lain :
a. Karsinoma In Situ
Penyakit ini ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang tetap terkurung
dalam duktus terminal. Ada dua jenis penyakit in situ yaitu: karsinoma lobules in
situ dan karsinoma duktus in situ. Biasanya pengobatan dengan mastektomi jika
keganasan menyebar ke sebagian besar area payudara atau pengobatan invasive
dengan menggunakan radioterapi, dan tablet antiesterogen,tamoxifen (Hwang dan
Esserman,1999) dalam (Leniwita & Anggraini, 2019).
b. Kanker payudara invasif
Karsinoma invasive memiliki kemampuan untuk menyebar ke seluruh tubuh dari
struktur payudara
c. Penyakit Paget
Biasanya penyakit ini mengenai jaringan epidermis putting dan wanita sering kali
mengeluhkan adanya rabas dari putting,perubahan kulit seperti eczema,retraksi
putting dan kadang-kadang adanya penebalan pada jaringan dasar payudara
d. Kanker payudara Inflamasi
Penyakit ini biasanya ditandai payudara merah dan bengkak serta edema pada
kulit dengan indurasi pada jaringan dasar payudara(peau d’orange).
Pengobatannya berupa kemoterapi dan radioterapi.
4. Etiologi Cancer Payudara
Mneurut (Ladesvita, 2021) Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.
Faktor utama karena adanya mutasi gen supresor. Kategori mutasi gen yang
menentukan resiko kanker payudara dibagi menjadi 3 :
a. Mutasi gen yang highly penetrance.
b. Mutasi gen yang intermediate penetrance
c. Mutasi gen yang low penetrance

Breast Cancer Susceptibility Gene (BRCA) merupakan high penetrance gene


(16-25% diturunkan pada ca mamae). Terdapat 2 tipe BRCA, yaitu BRCA-1 dan
BRCA-2 yang sensitive terhadap perubahan genetic pada kanker payudara dan
ovarium. Gen lainya yang terkait kanker payudara adalah hereditary breast ovarium
cancer (HBOC). Faktor herediter dianggap sebagai faktor yang bisa mencetuskan
kanker.

Penyebab timbulnya kanker payudara belum diketahui secara pasti, namun


bersifat multifaktorial atau banyak faktor. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
kanker payudara, yaitu adanya kelemahan genetik pada sel tubuh sehingga
mempermudah timbulnya sel kanker, iritasi dan infl amasi kronis yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi kanker, radiasi sinar matahari dan sinar-x, senyawa kimia,
seperti afl atoxin B1, asbestos, nikel, arsen, arang, tarr, asap rokok, kontrasepsi oral,
dan sebagainya, serta makanan yang bersifat karsinogenik, misalnya makanan kaya
karbohidrat yang diolah dengan digoreng, ikan asin, dan sebagainya (Suryaningsih
dan Sukaca, 2009) dalam (Ayu et al., 2015).

Faktor Pencetus Lainya Diantaraya :


Menurut (Asharianti, 2019). Ada beberapa faktor yang memengaruhi kejadian kanker
payudara, yaitu :

a. Umur.
Umur merupakan salah satu faktor penting untuk timbulnya kanker payudara.
Secara epidemiologi tercatat wanita usia lebih dari 50 tahun mempunyai
kemungkinan berkembang menderita kanker payudara lebih besar.
b. Hormonal.
Faktor hormonal seperti menstrual history (early menarche, late menopause)
mempunyai risiko lebih tinggi. Demikian pula penggunaan hormon banyak
dikaitkan dengan meningkatnya kejadian kanker payudara. Penggunaan hormon
estrogen lebih dari 8-10 tahun, telah terbukti dapat meningkatkan risiko timbulnya
kanker payudara. First pregnancy pada usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko
1,5-4 kali lebih besar dibandingkan usia 20-34 tahun, sedangkan nulliparity 1,3-4
kali berisiko terkena kanker payudara.
c. Keturunan (family history).
Risiko kejadian kanker payudara meningkat sebesar 3 kali pada wanita yang
mempunyai ibu atau saudarinya (first degree relative) menderita kanker payudara,
terutama bila terjadi pada wanita usia premenopause. Meningkatnya angka
kejadian juga terjadi pada lelaki dengan fenotipik Klinefilter sindrom. Selain itu,
pada beberapa sanak keluarga yang mempunyai riwayat pernah menderita
kankerendometrium, ovarium, dan kolorektal, maka juga akan berisiko tinggi
memiliki kanker payudara.
d. Gaya hidup.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu masih merupakan faktor yang
kontroversial dalam memengaruhi kejadian kanker payudara. Pada binatang
percobaan, menunjukkan bahwa jumlah dan macam diet lemak ada hubungannya
dengan pertumbuhan kanker payudara. Pada penelitian lain, terjadi peningkatan
risiko timbulnya kanker payudara pada wanita yang mengonsumsi alkohol
daripada wanita nonalkoholik. Hal ini disebabkan karena alkohol dapat
meningkatkan sekresi estrogen dan menurunkan klerens estrogen pada wanita.
Aktivitas fisik yang kurang serta obesitas saat postmenopause juga dapat
meningkatkan kejadian kanker payudara.
5. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa
fertilitas, dsampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid ,payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia
sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba
( diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara
telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel saluran dan
kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. .Sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk
dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau
karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai
didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian
tumor menerobos keluar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke
dalam stroma , yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan
selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulityang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikanstadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh
dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun
supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke
organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi dari penelitian para
pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran
limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya dapat menyebar keseluruh
tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh
karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar
getah bening lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai
kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau
mutasi dari aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang
paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia
dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang
tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker
payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya.
Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel
yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015) dalam (Laksono, 2018).

6. Pathway Cancer Payudara


7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kanker payudara yaitu adanya massa yang tidak nyeri,
konsistensi keras, bentuk tidak teratur dan tidak bergerak. Tanda ini bisa
diidentifikasi dengan T1 (Tumor ≤ 2 cm). terdapat tanda lesung pada kulit, dan
munculnya tanda ini terjadi ketika massa mengenai ligamen glandula payudara.
Ligament menjadi memendek hingga kulit setempat mencekung. Tanda ini bisa
diidentikan dengan T2 (Tumor 2-5 cm). Terdapat tanda kulit jeruk, tanda ini timbul
ketika sel kanker menyumbat vasa limfatik subkutis menyebabkan edema kulit,
folikel rambut tenggelam kebawah dan tampak seperti kulit jeruk. Terdapat tanda
nodus – nodus kulit. Nodus berbeda dengan kelenjar. Pada palpasi tidak teraba batas
yang tegas. Pada palpasi juga sulit untuk menentukan nodul yang menggambarkan
penyebaran pada kelenjar getah bening (N1 penyebaran ke kelenjar getah bening
aksila ipsilateral) (Kresno, 2012; Desen, 2011) dalam (Ladesvita, 2021).
Tanda massa menginvasi kulit, yaitu kulit berwarna merah atau merah genap. Bila
masa bertambah besar maka, akan menyebabkan iskemik, ulserasi serta membentuk
seperti bunga kol. Perubahan papilla mamae berupa retraksi dan distorsi papilla
mamae. Pada kondisi ini tumor bisa digolongkan menjadi T3 dan T4 ( T3 ; Tumor >
5 cm ). T4 artinya tumor telah menembus dinding dada atau kulit. Terdapat
pembesaran kelenjar limfe aksilaripsilateral berupa soliter maupun multiple dan
pembesaran kelenjar limfe supraklavikula. Dapat digolongkan menjadi N2 dan N3.
N2 artinya penyebaran ke kelenjar aksila ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan
lain atau bukti klinis menunjukan terdapat penyebaran kelenjar limfe mamaria
interna maupun tanpa penyebaran aksilar. N3 penyebaran kelenjar infraklavikula
ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar aksila (American Cancer Society,
2016; Black & Hawks, 2014) dalam (Ladesvita, 2021).
Adanya manifestasi klinis lainya pada sistem pernapasan seperti sesak, batuk dan
nyeri dada, mengindikasikan adanya efusi pelura. Efusi pleura merupaka terjadiya
penumpukan cairan pada rongga pleura. Akibat dari penumpukan cairan dapat
menyebabkan desakan pada paru dan menurunya fungsi paru atau kesulitan organ
paru dalam melakukan gerakan inspirasi dan ekspirasi. Muncul keluhan sesak dan
nyeri pada dada, terasa berat pada dada, batuk, tidak nyaman berbaring terlentang.
Kemungkinan telah terjadi metastase pada paru ataupun vertebra. Adanya bengkak
pada tangan merupak tanda mestastase kelenjar getah bening (Desen, 2011; Black &
Hawks, 2014) dalam (Ladesvita, 2021).
8. Stadium Cancer Payudara
Sistem TNM digunakan sebagai indikasi penentuan stadium kanker. Sistem TNM
memberikan informasi mengenai tumor primer, keterlibatan kelenjar getah bening
dan metastase. Huruf T memberikan informasi terkait tumor primer. Tx bahwa tumor
primer tidak dapat dinilai. T0 memberikan informasi bahwa tidak ada bukti tumor
primer. Tis yaitu karsinoma in situ, Tis dibedakan atas Tis ductal Carsinoma in situ
(Tis DCIS), Tis Lobular carcinoma in situ (Tis LCIS). T1 ; Tumor < 2 cm.Tmic
memberikan informasi bahwa mikroinvasi ≤ 0,1 cm. Tla artinya tumor > 0,1 cm
namun ≤ 0,5 cm pada dimensi terbesar. T2 bahwa Tumor 2-5cm. T3 ; tumor > 5 cm.
T4 artinya tumor telah menembus dinding dada atau kulit (American Cancer Society,
2016; AJCC; 2010; Otto, 2002) dalam (Ladesvita, 2021).
Huruf N pada sistem TNM berarti nodul yang menggambarkan penyebaran pada
kelenjar getah bening terdekat. Nx menjelaskan kelenjar getah bening tidak dapat
dikaji. N0 artinya kelenjar getah bening regional tidak terdapat kanker. N1 artinya
penyebaran ke kelenjar getah bening aksila ipsilateral yang masih bisa digerakan. N2
aartinya penyebaran ke kelenjar aksila ipsilateral yang terfikasasi dengan jaringan lain
atau bukti klinis menunjukan terdapat penyebaran kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa penyebaran aksilar. N3 artinya penyebaran ke kelenjar getah bening
infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening aksila,
atau bukti klinis menunjukkan adanya penyebaran ke kelenjar getah bening mamaria
interna.
Huruf M pada sistem TNM menjelaskan mengenai metastase atau penyebaran
kanker. M0 menjelaskan bahwa tidak ditemukan adanya penyebaran atau metastase
kanker. M1 menjelaskan kanker menyebar pada organ lain yang letaknya berdekatan
dengan tumor primer atau metastasis pada organ yang letaknya jauh dari tumor
primer.

Stadium Kanker Payudara Menurut (Sugiyono, 2016)

Stadium adalah proses mencari tahu seberapa luasnya kanker tersebut pada saat
ditemukan. Stadium kanker merupakan faktor terpenting dalam menentukan pilihan
pengobatan (Tim Cancer Helps, 2010 ).

a. Stadium 0,
Stadium ini disebut kanker payudara non invasif. Ada dua tipe, yaitu DICS dan
LCIS.
b. Stadium 1,
Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan tidak menyerang
kelenjar getah bening.
c. Stadium 2 ,
Kanker invasif, ukuran tumor 2–5 cm dan sudah menyerang kelenjar getah
bening.
d. Stadium 3,
Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan benjolan sudah menonjol
ke permukaan kulit, pecah, berdarah atau bernanah.
e. Stadium 4,
Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ lain, seperti paru–paru,
hati, tulang atau otak.
9. Komplikasi Cancer Payudara
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma
payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase
yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra
dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid,
leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium (Irianto, 2015) dalam (Laksono,
2018).
10. Penatalaksanaan Medis Cancer Payudara
Berbagai pilihan penatalaksanaan tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan
pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan terapi hormonal atau kombinasi terapi.
a. Tes Diagnostik
1) Mamografi (Sinar –X payudara)
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena
payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya
dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya
dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada
masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di
kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk standarisasi penilaian
dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS.

2) Ultrasonografi (Sonomamografi)
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran
USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya : Permukaan tidak
rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi
meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat. Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan
akurasinya sampai 7,4 %. Prinsip kerja USG ini menggunakan gelombang
ultrasonik. USG dapat digunakan pada penilaian awal sistem organ karena
gelombang ultrasonik dianggap efektif dalam membedakan macam-macam
sturuktur jaringan tanpa radiasi (Aviana et al., 2019). Namun USG tidak
dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena
didasarkan penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya.
3) Pemeriksaan Sitologi
4) Biopsi Inti FNAC Stereotaksis
5) Biopsi Trucut
Tru-cut biopsi dan core biopsy akan menghasilkan penilaian histopatologi.
Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan
jarum khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari core biopsy sama
sahihnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.
b. Terapi Pembedahan,
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai Terapi atas masalah lokal dan
regional : Mastektomi, breast conserving surgery, diseksi aksila dan terapi
terhadap rekurensi lokal/regional. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi
hormonal : ovariektomi, adrenalektomi, dsb. Terapi terhadap tumor residif dan
metastase. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah
beberapa waktu (delay) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
c. Mastektomi :
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) MRM adalah tindakan
pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks
puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II
secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor.
d. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan
operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal
Indikasi : Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable dan Tumor
dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major.
e. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
f. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi : Tumor
phyllodes besar, Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor, Penyakit Paget tanpa massa tumor, DCIS.
g. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila Indikasi : Mastektomi profilaktik, Prosedur
onkoplasti.
h. BCS
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level
2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan
mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. Tambahan radioterapi
pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik Indikasi : Kanker
payudara stadium I dan II, Kanker payudara stadium III dengan respon parsial
setelah terapi neoajuvan.
i. Pembedahan penyelamatan payudara
lumpektomi, mastektomi eksisi luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi
dilanjutkan oleh pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif.
j. Biopsy nodus limfe sentinel
Dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi kanker payudara stadium dini.
k. Terapi radiasi sinar eksternal
Biasanya radiasi dilakukan pada seluruh payudara tetapi radiasi payudara
parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini sedang di evaluasi di
beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat.
l. Kemoterapi
Untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit ; siklofosfamid
(Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin.
m. Terapi hormonal
Berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesterone : tamoksifen
(soltamox) adalah agens hormonal ; primer yang digunakan untuk menekan
tumor yang bergantung hormonal lainya adalah inhibitor anastrazol
(arimidex), letrozol (femara), eksemestan (aromasin).
n. Terapi target ; trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin)
o. Rekonstruksi payudara.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien Meliputi
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor
register, tanggal masuk, rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis,
tindakan medis.
2) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan klien
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan pada pasien dengan ca Mammae post mastektomi setelah
melakukan operasi biasanya yang timbul adalah nyeri pada bagian
pembedahan dan bengkak pada jaringan pascaoperasi di dinding dada,
biasanya rasa nyeri tergantung presepsi setiap individu yang mengalaminya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. Pada pasien karsinoma
mammae menurut Putra (2015), biasanya memiliki riwayat penyakit kelainan
pada kelenjar pada payudara sebelumnya seperti FAM dan penyakit tumor
jinak lainnya, tapi bisa juga disebabkan penggunaan obat kontasepsi dan gaya
hidup yang tidak sehat (Putra, 2015).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga. Pada pasien ca
mammae juga bisa disebabkan oleh adanya faktor keturunan, hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lichtenin dan rekan rekannya pada
tahun 2002 menunjukan dengan jelas bahwa 27 % dari penderita kanker
payudara disebabkan oleh faktor genetik (Putra, 2015)

c. Aktivitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit. Pada ca mammae biasanya juga timbul akibat pola makan
yang tidak sehat seperti mengkonsumsi lemak yang berlebihan, penggunaan
alkohol, diet yang tidak sehat dan merokok, hal ini akan memicu tingginya
kadar estrogen dalm tubuh dan meningkatkan risiko karsinoma mammae
(Putra, 2015).
Klien dengan post radikal mastektomi yang mengalami nyeri akut dapat
memicu terjadinya mual dan muntah dikarenakan nyeri dapat meningkatkan
hipersekresi lambung (Parmono, 2016).
2) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,
kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada
saat buang air besar dan buang air kecil.
3) Istirahat Tidur
Mengkaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan
sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
Dikarenakan pasien dengan post operasi mastektomi keluhan yang sering
terjadi adalah nyeri, hal ini akan mempengaruhi pola istirahat tidur pasien
(Nugraha et al, 2017).
4) Personal Hygiene D
Mengkaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan dikaji
apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara mandiri. Biasanya
klien dengan post oeprasi mastektomi akan mengalami kesulitan dalam
pemenuhan ADL karena adanya keterbatasan gerak, termasuk dalam personal
hygiene (Nugraha et al, 2017).
5) Aktivitas dan Latihan
Adanya hambatan mobilitas fisik, terutama pada bagian estermitas akan
menyebabkan pasien dengan post operasi mastektomi mengalami kesulitan
dalam aktivitas dan latihan fisik (Nugraha et al, 2017)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran dapat berupa compos mentis sampai koma tergantung beratnya
kondisi penyakit yang dialami, pada klien post operasi mastektomi biasanya
sadar penuh dan jarang terjadi kehilangan kehadaran dan kadang diiringi
dengan kelelahan yang dirasakan terus menerus disertai dengan nyeri akibat
pembedahan (Nugraha et al, 2017)
2) Sistem pernafasan
Pola dan frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan
ekspansi paru, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien (Nugraha et al,
2017).
3) Sistem kardiovaskuler
Secara umum, klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stress dan
hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi
(kelemahan dan tirah baring), biasanya ditemukan adanya pendarahan sampai
syok, mukosa bibir kering dan pucat, komplikasi tersebut biasanya muncul
setelah dilakukan tindakan pembedahan mastektomi (Nugraha et al, 2017).
4) Sistem pencernaan
Kaji keadaan bibir, gusi dan gigi, lidah serta rongga mulut. Daerah abdomen
inspeksi bentuk abdomen, ada massa atau tidak, auskultasi bunyi bising usus,
palpasi ada nyeri atau tidak, ada benjolan atau tidak, kaji turgor kulit, palpasi
daerah hepar. Pada klien dengan post operasi yang sering dikeluhkan adalah
nyeri hal ini bisa memicu terjadinya hipersekresi asam lambung sehingga
memicu mual, muntah dan sembelit (Pramono, 2016).
5) Sistem perkemihan
Peningkatan tonus simpatis akibat nyeri akut post operasi akan meningkatkan
tonus sfingter esofagus atas dan bawah sehingga makanan dari lambung tidak
mudah kembali ke arah mulut serta menurunkan motilitas usus dan saluran
kemih, menyebabkan ileus dan retensi urine (Pramono, 2017).
6) Sistem persarafan
Pada umumnya sistem persyarafan tidak terdapat kelainan jika sel kanker
segera diangkat atau dilakukan operasi, pasien dengan post mastektomi
biasanya keadaan umum baik dan kesadaran compos mentis (Nugraha et al,
2017).
7) Sistem muskuloskletal
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Biasanya ditemukan
keletihan, perasaan nyeri pada ekstremitas atas ketika digerakan (Nugraha et
al, 2017).
8) Sistem pengelihatan
Kesimetrisan kedua mata, reflek pupil terhadap cahaya positif atau tidak, kaji
lapang pandang dan ketajaman pengelihatan.
9) Sistem pendengaran Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya lesi,
ada tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes rinne,
webber, dan schwabach.
10) Sistem integumen
Kaji warna kulit, keadaan rambut, tekstur rambut, kulit kepala bersih atau
tidak. Kaji kelembaban kulit dan turgor kulit. Biasanya ditemukan adanya
luka operasi pada mamae, mungkin turgor kulit menurun akibat kurangnya
volume cairan, suhu tubuh dapat meningkat apabila terjadi infeksi (Nugraha et
al, 2017).
11) Sistem reproduksi
Dikaji apakah terdapat benjolan di mamae atau tidak, apakah ada perubahan
kesimetrisan pada mamae, ada atau tidaknya perubahan warna kulit pada
mamae, riwayat manarce dini atau menopause lambat (Nugraha et al, 2017).
12) Sistem endokrin
Dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit endokrin,
periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Kelenjar
getah bening memegang peran penting dalam mencegah penyebaran atau
berkembangnya sel-sel kanker, Putra (2015), berpendapat bahwa kelenjar
getah bening adalah suatu barrier pertahanan bagi penyebaran sel-sel tumor.
13) Riwayat Psikologi
a) Penampilan klien bagaimana, apakah nampak kesakitan, tenang atau
apatis.
b) Status emosi klien apakah mengalami ketidakstabilan, apakah marah tetapi
tergantung terhadap penyakit yang dideritanya.
c) Bagaimana cara klien berkomunikasi tetapi tergantung pada kebiasaan
klien sehari-hari

14) Konsep diri


Gambaran pada klien terhadap dirinya pada umunya negatif dikarenakan
pengangkatan organ mammae, klien malu terhadap penyakit yang dideritanya,
tetapi tidak semua klien beranggapan demikian tergantung dari perspektif
klien itu sendiri. Harga diri klien ada yang terganggudan ada pula yang tidak.
Pada ideal dirinya bagaimana harapan klien pada saat ini untuk dirinya dan
keluarga serta orang lain. Bagaimana peran diri klien memungkinkan akan
terganggu karena hospitalisasi. Identitas dirinya bagaimana klien memandang
terhadap keberadaannya (Nugraha et al, 2017).
15) Bagaimana klien berinteraksi pada keluarga, perawat, klien lainnya, serta
temannya.
16) Riwayat Sosial Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan tenaga
kesehatan. Biasanya klien tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan
sekitar.
17) Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a) Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat
kehilangan cairan berlebihan.
b) Hemoglobin : dapat menurun akibat kehilangan darah.
c) Leukosit : dapat meningatkan jika terjadi infeksi.
18) Data pengobatan
Data ini digunakan untuk mengetahui jenis obat apa saja yang digunakan pada
kasus Ca Mammae. Untuk mengetahui keefektifan penyembuhan penyakit.
Biasanya klien post radikal mastektomi mendapat terapi analgetik untuk
mengurangi nyeri, antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk
mengurangi rasa mual.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual atau
potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
tempat perawat bertanggung jawab (Budiono dan Pertami, 2015).
a. Diagnosa yang sering muncul pada pre operasi (SDKI, 2018) adalah :
1) Ansietas b.d Rencana Operasi
2) Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
b. Diagnosa Keperawatan intraoperative (SDKI, 2018)
1) Resiko cidera b.d tindakan operasi
2) Risiko hipotermi periopertif b.d suhu lingkungan rendah
c. Diagnosis Keperawatan Post Operasi (SDKI, 2018)
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek agen farmakologi (anastesi)
2) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Keperawatan Pre Operasi (SIKI, 2018 )
1) REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
Observasi
a) Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
a) Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
c) Pahami situasi yang membuat anxietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
g) Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi

a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


b) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
2) Edukasi kesehatan
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Teraupetik

a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


b) Ajarkan perilaku hidup dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

b. Intervensi Keperawatan intra Operasi (SIKI, 2018 )


1) Manajemen kesehatan lingkungan
Observasi :
a) Identifikasi kebutuhan keselamatan
b) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Teraupetik
a) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
b) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
c) Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
d) Gunakan perangkat pelindung
e) Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
f) Fasilitas relokasi kelingkungan yang aman
g) Lakukan skrining bahaya lingkungan
Edukasi:
a) Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan.
2) Manajemen Hipotermia
Observasi
a) Monitor suhu tubuh
b) Identifikasi penyebab hipotermia, (Misal: terpapar suhu lingkungan
rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan
lemak subkutan )
c) Monitor tanda dan gejala hipotermia
Teraupetik
a) Sediakan lingkungan yang hangat (misal : atur suhu ruangan)
b) Ganti pakaian atau linen yang basah
c) Lakukan penghangatan pasif (misal : selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
d) Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal : kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat, metode kangguru)
e) Lakukan penghangatan aktif internal (misal: infus cairan hangat, oksigen
hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi
a) Anjurkan makan/minum hangat

c. Intervensi Keperawatan Post Operasi (SIKI, 2018 ) :


1) Manajemen jalan nafas
Observasi
a) Monitor pola napas
b) Monitor bunyi napas
c) Monitor sputum, Teraupetik
d) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin lift
e) Posisikan semi fowler atau fowler
f) Berikan minum hangat
g) Lakukan fisioterapi dada
h) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
i) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
j) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep mcgill
k) Berikan oksigen
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
b) Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitil.
2) Manajemen nyeri
Observasi
a) Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
c) Identifikasi skala nyeri
d) Identifikasi nyeri non verbal
e) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
f) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
g) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
h) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Teraupetik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal :
TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin.)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.)
c) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan eknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu
d. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah tindakan, dan
menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan membutuhkan keterampilan kognitif,
interpersonal, psikomotor (Budiono dan Pertami, 2012).
e. Evaluasi
BAB III

TINJAUAN KASUS

Prodi S1 Keperawatan Nama Mhs : Kelompok 5

STIKes Mitra Keluarga NIM : _________________

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI

A. PENGKAJIAN
Tanggal/jam masuk : 15-05-2019/ 22.00 Diagnosa Medis : Ca Mammae

No Register/RM : 512868 Ruang / Kamar : ruangan Cempaka


Tanggal Pengkajian : 27-05-2019

1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. YG Nama Suami : Tn. VP

Umur : 61 tahun Umur : 62 tahun

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : petani Pekerjaan : Petani

Suku bangsa : Flores Suku Bangsa : Flores

Agama : Katolik Agama : Katolik


Alamat : Desa Pautola

Status perkawinan: Menikah lama perkawinan : _______ tahun


Kawin : _______ kali

2. Resume (Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian dilakukan
oleh mahasiswa meliputi : data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri
serta kolaborasi dan evaluasi secara umum)
Saat ini pasien mengeluh nyeri pada area luka pada payudara kanan dan nyeri menyebar sampai
ke belakang seperti tertusuk - tusuk dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang), pasien tampak meringis
kesakitan, nyeri muncul saat bergerak dan beraktivitas. Selain nyeri, pasien juga mengeluh
pusing dan mudah capek dan semua aktivitas dibantu oleh keluarga. Pasien mengatakan mulai
timbul keluhan sejak bulan januari setelah mengikuti acara pesta. Pasien mengalami sakit
demam, sesak napas dan teraba benjolan sebesar biji kelereng pada payudara kanan tidak sakit
saat disentuh.

Pasien lalu diantar oleh keluarga berobat ke RS Ende dengan hasil rontgen di vonis dokter tumor paru.
Pasien dirujuk ke RS. Leona Kupang, dirawat selama seminggu lalu dirujuk lagi ke RSUD. Prof. Dr. W.Z.
Johanes dengan keluhan sesak napas. Pada tanggal 18 Mei 2019 dilakukan efusi pleura. Pasien
mengatakan sudah jauh lebih baik keaadaannya yaitu sesak berkurang tetapi benjolan pada payudara
makin memberikan. (REMEDIOS, 2019)

3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama ( saat ini )

Pasien mengatakan nyeri hilang timbul pada payudara bagian kanan.

• Kapan : sejak tiga bulan lalu

• Lokasi : dada menjalar ke telinga belakang

b. Riwayat Menstruasi
Menarche ( umur ) : __________ tahun

Tanggal haid yang terakhir : ____________________


Siklus haid : teratur tidak teratur

Lamanya : ______ hari

Jumlah : ______ cc

Keluhan lain : Dysmeorea Spotting Metrorrhagia

Menopause Kapan : 56 tahun


Gejala : __________
Keluhan lain : __________
c. Riwayat Obstetri ; G:5 P:5 A: 0 Anak Hidup : 5
Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Anak
ke
Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Pen Jenis BB PB Keadaan
Kehamilan sekarang
darahan

d. Riwayat Ginekologi & Penyakit/Pembedahan sebelumnya


1) Pemeriksaan Papsmear : Tanggal : __________, hasilnya____________
2) Masalah ginekologik/infertilitas : ______________________________
3) Operasi yang pernah dialami : tidak ada
4) Penyakit berat lainnya : ______________________________
5) Keluhan : _______________________________________________
e. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga

Masalah reproduksi : ibu kandung pasien pernah menderita penyakit yang sama
dengan terdapat benjolan di pada payudara dan memebesar.
Kanker :
Diabetes : sebelumnya pasien menderita DM
Lain-lain : tidak ada

f. Riwayat Keluarga Berencana


Jenis Kontrasepsi : ______ Lamanya __________

g. Riwayat Psikososial & Spiritual

1) Orang yang terdekat dg pasien : Pasien mengatakan orang yang paling dekat
adalah suami, anak-anaknya serta keluarga kandung
2) Interaksi dalam keluarga : Selama di RS pasien selalu ditemani oleh suaminya dan
hubungan pasien.
3) Persepsi pasien terhadap penyakitnya : pasien merasa cemas dengan keadaan yang
diderita
4) Konsep diri :
5) Mekanisme koping :
6) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Pasien mengatakan selalu berdoa
bersama kaum wanita Katolik dalam komunitasnya

h. Riwayat Kebutuhan/Kebiasaan Sehari-hari Sebelum Dirawat


1). Nutrisi/Cairan

a) Nutrisi
Frekuensi makan : 3-4x/hari

Makanan pantang/alergi/yang tidak disukai : tidak adanya pantangan dalam


mengkonsumsi makanan
BB sebelum sakit : 60 kg, TB : 155 cm

Keluhan/ lain-lain : tidak ada


a. Cairan
Jumlah cairan yang diminum : 800 cc/hari

2). Eliminasi
a) BAB b) BAK

Frekuensi : 1x/hari Frekuensi : 5-7x/hari

Konsistensi : padat Warna : kuning

Warna : kuning kecoklatan Bau : bau khas air kencing

Keluhan : tidak ada keluhan Keluhan : tidak ada keluhan

3) Personal Hygiene

a) Mandi : Frekuensi : 2 x/hari

b) Oral hygiene : Frekuensi : 2 x/ hari

c) Genitalia : kebersihan :√ ya/tidak

Pemakaian hygiene/solution : ya/ √ tidak

Namanya : _________ Frekuensi pemakaian : ___________ x/hari

Keluhan : __________________________

4) Istirahat dan Tidur

Lama tidur : 8 jam/hari

Tidur siang : √ Ya, tidak menentu jamnya Tidak

Kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur : tidak ada kebiasaan sebelum tidur


Keluhan lain : pasien mudah terbangun dan kadang kadang sulit tidur.

5) Aktivitas dan Latihan

Kegiatan dalam pekerjaan : semenjak dirinya sakit dia sudah tidak pernah bekerja.

Waktu bekerja : Pagi Sore Malam

Olah raga : _________( jenisnya ), frekuensi : ___________ x/minggu

Kegiatan lain : setiap hari minggu pagi pasien selalu ke gereja, Kegiatan sehari - hari
adalah berjalan kaki ke kebun,

Keluhan dalam beraktivitas : pasien hanya terbaring ditempat tidur dengan semua
aktivitas dibantu oleh keluarga, karena bila terlalu banyak bergerak payudara pasien
terasa nyeri.

6) Kebiasaan Lain yang Mempengaruhi Kesehatan

a) Merokok : Ya Tidak √

Frekuensi : _______ Jumlah : ______ Lama pemakaian :_______

b) Minuman alcohol : Ya √ Tidak

Frekuensi : _______ Jumlah : _______ Lama pemakaian : _______

c) Ketergantungan obat : Ya √ Tidak

Frekuensi : _______ Jumlah : _______ Lama pemakaian : ________

Keluhan/lain-lain : _______________________________________

4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Compos Mentis, agak gelisah


2) Sistem Penglihatan

Posisi : √ simetris asimetris

Kelopak mata : √ normal ptosis

Pergerakan bola mata : √ normal abnormal

Konjuntiva : normal/merah muda √ anemis


sangat merah

Kornea : √ normal keruh/berkabut

terdapat perdarahan

Sklera : ikterik √ anikterik

Lain-lain : pasien memakai mata saat baca, dan penglihatan kabur karena faktor usia

3) Sistem Pendengaran

Fungsi pendengaran : √ normal kurang tuli

Lain-lain : ______________________________________________

4) Sistem Wicara

Kesulitan/gangguan wicara : ya √ tidak

5) Sistem Pernafasan

Jalan nafas : √ bersih, ada sumbatan : sputum lendir

Pernafasan : RR : 20 x/menit, irama : √ teratur tidak teratur

Kedalaman : dalam dangkal

sesak tidak sesak

Dengan aktifitas tanpa aktifitas


Batuk : ya √ tidak

Produktif tidak produktif

Suara nafas : √ normal ronchi wheezing Rales

Lain-lain : ______________________________________________

6) Sistem Kardiovaskuler

a) Sirkulasi perifer
Nadi :84 x/hari Irama : √ teratur tidak teratur

Denyut : lemah √ kuat

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Distensi vena jugularis : Kanan : ya √ tidak

Kiri : ya √ tidak

Warna kulit : pucat sianosis √ kemerahan

Edema : ya √ tidak

Area edema : ___________________

b) Sirkulasi Jantung
Irama : √ teratur tidak teratur

Kelainan bunyi jantung : murmur gallop

Sakit dada : ya √ tidak

Timbulnya : saat beraktifitas tanpa aktifitas

Karakteristik : seperti ditusuk-tusuk

seperti terbakar
seperti tertimpa benda berat

c). Lain-lain : ___________________________________________

7) Sistem Pencernaan
Keadaan mulut & gigi

Gigi : caries √ tidak

Stomatitis : ya √ tidak

Lidah : kotor √ tidak

Memakai gigi palsu : ya √ tidak

Nafsu makan : √ baik kurang meningkat

Kesulitan menelan : ya √ tidak

Mual : ya √ tidak

Muntah : ya √ tidak

Isi : makanan cairan darah


Warna : sesuai warna makanan coklat kuning
kehijauan kehitaman

Nyeri perut : ya √ tidak

Rasa penuh di perut : ya √ tidak

Karakteristik nyeri abdomen : seperti ditusuk-tusuk

panas/ seperti terbakar melilit kram

lain-lain : _____________

Bising usus : 16 x/hari

Konstipasi : ya, lamanya : __________ √ tidak


Diare : ya, lamanya : __________, frekuensi : ________ x/hari

√ Tidak

Lain-lain : ___________________________________________

8) Sistem Syaraf Pusat


Tingkat kesadaran : √ compos mentis apatis somnolen

sopor/coma

9) Sistem Perkemihan
Perubahan pola kemih : retensi nokturia

lain-lain : __________________________

Jumlah urine : 900-1200 cc/24 jam. Warna : kuning

Distensi kandung kemih : ya √ tidak

Keluhan lain : _____________________________________________

10) Sistem Integumen


Turgor kulit : √ baik sedang buruk

Warna kulit : pucat sianosis √ kemerahan

Keadaan kulit : baik √ terdapat lesi ulkus

kemerahan dekubitus lain-lain : ______________

Keadaan rambut : tekstur : √ baik tidak baik

Kebersihan : √ ya tidak

11) Sistem Muskuloskeletal


Kesulitan dalam pergerakan : ya, yaitu : __________ √ tidak

Sakit pada tulang, sendi, kulit : ya, yaitu : __________ √ tidak


Lain-lain : ___________________________________________________

12) Sistem Kekebalan Tubuh


Suhu : 37 0 C

BB sebelum sakit : 60 kg

BB setelah sakit : 48 kg

Keluhan lain : ____________________________________________

b. Pemeriksaan Payudara dan Axila

Buah dada : bentuk Simetris √ Asimetris

Konsistensi : Lembek Keras √

Kelenjar BD : Tampak menonjol √ Tidak menonjol

Massa : Ada benjolan √ Tidak ada

Lokasi : benjolan di payudara kanan Ukuran : diameter 4-5 cm

Konsistensi : Lembek Keras √

Tanda peradangan : Ada √ Tidak ada

Putting susu : lecet/lesi Retraksi

Pengeluaran : darah pus lain-lain

Kelenjar pada daerah axilla : membesar tidak membesar

Keluhan/ lain-lain : ______________________________________________

Pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri : tahu tidak

c. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen : membesar √ tidak membesar

Massa : √ Tidak ada tumor ada tumor, besarnya : _______

Permukaan : ______________ Pergerakan : _________________

Konsistensi : lunak keras

Nyeri tekan : ada tidak ada

Keluhan lain : ___________________________________________________

d. Pemeriksaan Genitalia Eksterna dan Inguinal

1) Vulva

Keadaan: √ bersih kotor

Pengeluaran /cairan : pus darah campuran

Kelenjar Bartolini : membesar tidak nyeri tidak nyeri

Massa : ada/tidak : Konsistensi : lunak keras

Besar/ukuran :____________________ Bentuk : ___________________ Tanda infeksi :


ada tidak

Lain-lain : _______________________________________________

2) Inguinal

Pembesaran kelenjar : ada tidak ada

Konsistensi : lunak keras Ukuran : ____________

Nyeri/tidak nyeri Mobilitas : _________________________

Lain-lain : _________________________________________________
5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Diagnostik

tanggal 29 Mei 2019 dilakukan pemeriksaan biopsy

b. Pemeriksaan Laboratorium

6. Penatalaksanaan
Pembedahan

• Dilakukan WSD

Pengobatan

• Paracetamol infus 1gr

• Coditam 3 x 1

• Metformin 3 x
ANALISA DATA

No. Data - data Masalah Etiologi

1. DS : pasien mengatakan nyeri pada payudara Nyeri Akut Faktor Keganasan


kanan dan menyebar sampai ke punggung penyakit
seperti tertususktusuk

DO : pasien tampak meringis kesakitan,skala


nyeri 5 (nyeri sedang)

P : nyeri timbul akibat adanya masa pada


mamae kanan.

Q : nyeri seperti tertusuk - tusuk. R : nyeri


terasa pada mamae kanan.

S : skala nyeri 5 (nyeri sedang)

T : nyeri muncul pada saat


beraktivitas/bergerak

2. DS : keluarga mengatakan klien mudah Intoleransi Aktivitas Kelemahan fisik


capek,lelah saat beraktivitas dan hanya
terbaring ditempat tidur

DO :Pada saat dikaji,pasien tampak terbaring


di tempat tidur,tampak lemah sehingga
semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat.

3. DS : pasien mengatakan pernah menderita Defisit pengetahuan kurang paparan sumber


sakit DM sejak Tahun 2015,tetapi pasien informasi
tidak minum obat secara teratur.

DO : ekspresi pasien murung dan


binggung,keluarga bertanya penyebab
penyakit

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NIC NOC


Keperawatan

1. Nyeri akut 1. Observasi adanya petunjuk Setelah dilakukan tindakan keperawatan


berhubungan nonverbal mengenai ketidak selama 15 menit diharapkan pasien dapat
dengan faktor nyamanan nyeri mengontrol nyeri dengan indikator ;
keganasan 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
penyakit. a. Penampilan rileks
komprehensif yang meliputi;
lokasi,durasi,karakteristik
frekuensi. b. Klien mengatakan nyeri berkurang c.
3. Ajarkan penggunaan tehnik Skala nyeri berkurang dari 5 (nyeri
nonfarmakologi (relaksasi dan sedang) menjadi skala nyeri 2( nyeri
distraksi) ringan).
4. Anjurkan pasien untuk
beristirahat yang cukup.
5. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang
nyaman,gunakan bantal untuk
menopang area nyeri
6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
2. Intoleransi 1. Kaji status fisiologis yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan
aktivitas menyebabkan kelelahan, selama 1x 24 jam diharapkan pasien
berhubungan anjurkan pasien untuk dapat mentoleransi aktivitas dengan
dengan mengungkapkan kelelahan indikator : Kemudahan dalam melakukan
kelemahan fisik 2. Monitor intake dan output aktivitas sehari-hari
untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat
3. Monitor lokasi dn sumber
ketidaknyamanan yang di alami
4. Lakukan ROM aktif dan pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot
5. Instruksikan pasien untuk
beraktivitas diselingi istirahat
untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan mencegah
keletihan
6. Bantu pasien memenuhi
kebutuhan aktivitasnya sesuai
dengan tingkat keterbatasan
klien seperti mandi,makan,dan
Bak Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan pasien dapat
mentoleransi aktivitas dengan
indikator : Kemudahan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
7. Anjurkan pasien untuk istirahat
bila terjadi kelelahan untuk
menambah energi.
3. Defisit 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Pasien dan keluarga menyatakan
pengetahuan dan keluarga tentang proses pemahaman tentang
berhubungan penyakit penyakit,kondisi prognosis dan
dengan kurang 2. Jelaskan tentang patofisiologi pengobatan
paparan penyakit, tanda dan gejala serta 2. Pasien dan keluarga mampu
sumber penyebabnya melaksanakan prosedur yang
informasi 3. Sediakan informasi tentang dijelaskan secara benar
kondisi klien 3. Pasien dan keluarga mampu
4. Berikan informasi tentang menjelaskan kembali, apa yang
perkembangan klien dijelaskan perawat kesehatan
lainnya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan, yaitu:

1. Mengajarkan penggunaan terapi nonfarmakologis (relaksasi,distraksi) dengan progressive muscle


relaxation
2. Menganjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup
3. Mengajarkan tehnik napas dalam
4. Melakukan ROM aktif dan pasif untuk menghilangkan ketegangan otot
5. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
6. Menjelaskan tentang patofisiologi penyakit,tanda dan gejala serta penyebabnya
EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi pada Ny. YG sesuai dengan hasil implementasi yang dibuat pada kriteria obyektif yang
ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnosa keperawatan nyeri belum teratasi, pasien mengatakan pada
bagian mamae kanan masih nyeri menjalar ke belakang pungung, pasien tampak meringis kesakitan
dengan skala nyeri 5. Pada diagnosa kedua defisit pengetahuan tentang penyebab, tanda dan gejala
serta pengobatan pasien dan keluarga ditandai dengan adanya respon positif dari pasien dan keluarga
selanjutnya pada diagnosa ketiga defisit inteloransi aktivitas, pasien mengatakan masih lemah, mudah
capek dengan semua aktivitas dibantu oleh keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara
Dan Kanker Leher Rahim. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Kemenkes RI.2016

Salamiyah, B. (2020). Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang SADARI Terhadap Kanker


Payudara pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Esa Unggul, Jakarta.

REMEDIOS, M. D. F. DOS. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF PADA


PASIEN Ny. Y.G DENGAN CA MAMMAE DI RUANG CEMPAKA RSUD PROF.Dr.W.Z
JOHANES KUPANG.

Anda mungkin juga menyukai