(Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Kelas C)
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS JEMBER
2023
A. Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang terbentuk di jaringan payudara.
Kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada jaringan di payudara tumbuh secara
tidak terkendali dan mengambil alih jaringan payudara yang sehat dan sekitarnya.
Payudara terdiri dari tiga bagian utama: lobules, ducts, and connective tissue.
Lobulus adalah kelenjar yang menghasilkan susu. ducts adalah tabung yang
membawa susu ke puting susu. Jaringan ikat (yang terdiri dari jaringan berserat
dan lemak) mengelilingi dan menyatukan semuanya (Centers for Disease Control
and Prevention, 2022)
Jenis jenis kanker payudara yang sering terjadi:
1. Invasive ductal carcinoma. Jenis kanker payudara yang tumbuh di
duktus dan bisa menyebar ke jaringan sekitarnya, bahkan bisa
menyebar ke area tubuh yang lain. IDC terjadi pada 70–80% kasus
kanker payudara.
2. Invasive lobular carcinoma. Jenis kanker yang awalnya tumbuh di
kelenjar air susu tetapi kemudian menyebar ke jaringan di sekitarnya.
Kanker jenis ini juga bisa menyebar melalui darah dan saluran getah
bening menuju bagian tubuh lain.
B. Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk
Indonesia. Pada umumnya kanker payudara menyerang kaum wanita, dan dapat
menyerang pria namun dengan kemungkinan yang sangat kecil yaitu 1:1000
(Arafah & Notobroto, 2018).
Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan, 2020) dari
World Health Organization (WHO), terdapat 19.292.789 penyakit kanker yang
menyerang penduduk dunia, terdapat 396.914 penyakit kanker yang menyerang
penduduk indonesia pada tahun 2020. Berdasarkan jenis penyakitnya, terdapat
lima kanker terbanyak di dunia, dimana kanker payudara menjadi kanker paling
banyak dialami dengan jumlah kasus baru 2.261.419 (11,7% persen), diikuti
kanker paru (11,4 persen), kanker colorectum (10 persen), kanker liver (7,3
persen) dan serviks (3,1 persen). Di Indonesia sendiri penyakit kanker yang paling
banyak dialami adalah kanker payudara yaitu sebanyak 65.858 kasus. Jumlah ini
setara 16,6% dari total kasus penyakit kanker di tanah air. Sementara itu, untuk
jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
Terdapat 3 provinsi di Indonesia dengan prevalensi kanker payudara
tertinggi yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (2,4% atau 4.325 kasus), Kalimantan
Timur (1,0% atau 1.879 kasus), dan Sumatera Barat (0,9% atau 2.285 kasus)
(KEMENPPPA, 2022). Penyebab tingginya prevalensi kanker payudara di 3
provinsi tersebut, salah satunya disebabkan karena masih rendahnya kesadaran
masyarakat akan deteksi dini dan pemeriksaan kanker payudara secara klinis.
Sebesar 70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut saat melakukan pemeriksaan.
Berdasarkan data dari Global Burden of Cancer Study, penyakit yang lebih
banyak dialami oleh wanita dunia adalah penyakit kanker dengan jumlah
2.261.419 (24,5%), pada laki-laki lebih banyak mengalami kanker paru-paru.
Begitu pula di Indonesia, kanker payudara lebih banyak menyerang pada kaum
Wanita yaitu dengan jumlah 65.858 kasus. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bagi pria untuk tetap memiliki risiko mengalami kanker payudara.
Pada tubuh pria tetap memiliki jaringan payudara, tetapi perkembangannya tidak
sebanyak pada wanita. Jaringan inilah yang kemudian berisiko terserang kanker.
Angka kejadian kanker, terutama kanker payudara dari tahun ke tahun
semakin meningkat, salah satunya diakibatkan karena gaya hidup yang semakin
modern dan tidak sehat, serta kurangnya kesadaran wanita untuk memeriksakan
payudaranya. Berdasarkan data dari cancer.gov diketahui mayoritas kanker
payudara terdiagnosis pada wanita dengan kelompok usia 65 – 74 tahun (26,5%).
Namun yang perlu juga diperhatikan faktanya sebesar 2,0% kanker payudara
dialami oleh wanita dengan kelompok usia 20 – 34 tahun. Oleh karena itu sudah
menjadi kebutuhan bagi setiap wanita untuk rutin melakukan deteksi dini kanker
payudara sejak usia muda. Semakin cepat diketahui adanya sel kanker pada tubuh
maka semakin cepat penanganan dan semakin tinggi tingkat keberhasilan
terapinya.
C. Etiologi Kanker Payudara
Etiologi kanker payudara hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dijelaskan,
tetapi ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu
1. Genetik
Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Riwayat keluarga menjadi faktor risiko
kejadian kanker payudara. Wanita yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker payudara memiliki risiko 2 kali lipat terkena kanker
payudara dibanding wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga. Hal ini
disebabkan oleh mutasi gen BRCA1 dan BRCA2(Azmi et al., 2020).
Keluarga yang memiliki gen BRCA1 yang diturunkan memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih besar (Eismann et al., 2020). Apabila
terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas (resiko untuk menderita)
kanker payudara, probabilitas atau peluang untuk menjadi kanker
payudara adalah sebesar 60%. (Anggorowati, 2013)
2. Hormon
Ketidakseimbangan hormon sangat berperan penting dalam
progressivitas kanker payudara. Kelebihan hormon pada wanita
premenopause dan pasca-menopause dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker payudara (Admoun & Mayrovitz, 2022). Salah satu
faktor risiko penting yang berhubungan dengan kanker payudara adalah
keadaan hormonal yang disebabkan oleh hormon estrogen yang berperan
dala proses tumbuh kembang organ seksual perempuan. Keterpaparan
hormon estrogen dalam tubuh manusia dalam waktu yang lama akan
menambah risiko untuk terkena kanker payudara. Rata-rata kanker
payudara berkembang pada usia 40-49 tahun sebelum memasuki usia 50
tahun keatas (Hasnita et al., 2019).
3. Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap insiden kanker payudara berbeda-
beda setiap kelompok masyarakat. Pada suatu lingkungan terdapat
berbagai substansi yang bersifat karsinogen atau inisiator terjadinya
kanker, seperti sinar ultraviolet, virus, senyawa yang terkandung dalam
rokok, polusi lingkungan, serta berbagai substansi kimia seperti obat
kanker.
D. Patofisiologi Kanker Payudara
Berdasarkan jurnal Pathophysiology and Diagnosis of Breast Cancer, kontak
antara faktor lingkungan (eksternal) dan inang yang rentan secara genetik dapat
menyebabkan kanker payudara. Sel normal akan melakukan pembelahan secara
terus-menerus dan berhenti setelah sel tersebut mencukupi kebutuhannya. Sel
yang telah mengalami pembelahan akan menempel pada sel lain dan tetap berada
di jaringan dalam waktu yang lama. Sel akhirnya menjadi ganas ketika kehilangan
kemampuan untuk berhenti membelah, menempel pada sel lain dan mati pada
waktunya. Berbagai proteom dan jalur melindungi sel dari kematian sel
terprogram. Salah satu pelindung jalur adalah jalur PI3K/AKT, yang lainnya
adalah jalur RAS/MEK/ERK. Umumnya, protein PTEN mematikan jalur
PI3K/AKT ketika sel-sel dipersiapkan untuk kematian sel terprogram. Pada
beberapa kanker payudara, gen protein PTEN diubah sehingga jalur PI3K/AKT
terhenti pada posisi "on" dan sel kanker tidak merusak diri sendiri (Kunupo,
2022).
G. Gambaran Klinis
Penderita kanker payudara paling banyak ditemukan dengan adanya
beberapa manifestasi klinis. Penderita kanker payudara stadium awal, biasanya
tidak merasakan adanya gejala atau asimptomatik pada dirinya. Hal ini
menyebabkan kanker payudara baru bisa terdeteksi ketika sudah melewati
stadium lanjut. Namun, penderita kanker payudara stadium awal dapat melakukan
deteksi dini dengan beberapa manifestasi.
Manifestasi klinis berupa retraksi nipple, peau d'orange, dimpling ulkus,
eritema, masa terfiksir dengan dinding dada,dan retraksi nipple, peau d'orange,
ulkus, eritema, masa terfiksir dengan kulit paling banyak terjadi pada pasien
kanker payudara (Santosa et al., 2020). Adapun manifestasi klinis yang seringkali
ditemukan pada pasien penderita kanker payudara adalah:
1. Perubahan tekstur payudara
2. Munculnya benjolan pada payudara yang tidak normal
3. Munculnya benjolan pada ketiak
4. Terjadi retraksi papila
5. Munculnya cekungan pada payudara
6. Penyusutan abnormal pada payudara
7. Perubahan bentuk pada puting payudara baik perubahan retraksi
(masuk) atau inversi (keluar) serta puting terasa sangat lembek
8. Terjadi perubahan kulit menjadi bersisik, ruam-ruam kemerahan,
dan pembengkakan disertai rasa nyeri pada payudara
9. Kemerahan dan pembesaran pori-pori payudara sehingga
morfologi kulit payudara berubah menyerupai kulit jeruk.
10. Puting payudara mengeluarkan cairan baik berwarna bening
maupun berwarna kuning padahal pasien tidak sedang dalam
kondisi hamil dan menyusui
11. Puting payudara mengeluarkan darah
H. Komplikasi
Penanganan yang terlambat pada kanker payudara akan mengakibatkan
terjadinya komplikasi-komplikasi yaitu metastase pada jaringan di area
sekitarnya. Metastase merupakan bergeraknya sel kanker dari satu organ atau
jaringan ke organ atau jaringan lainnya melalui pembuluh darah dan saluran getah
bening (Suryani, 2020). Penyebaran sel kanker ini dapat terjadi di mana saja,
namun pada umumnya sel kanker payudara menyebar menuju paru-paru, tulang,
dan otak . Ketika metastasis kanker payudara menuju paru-paru dapat
mengakibatkan gangguan ventilasi pernapasan yang mengakibatkan sesak napas
dan batuk kronis sampai disertai darah (Despitasari, 2017). Metastasis tulang dari
kanker payudara menyebabkan terjadinya fraktur patologis yang merupakan
kejadian patah tulang akibat penyakit tertentu. Metastasis ini paling sering terjadi
dan biasanya dialami pada penderita dengan stadium lanjut. Kejadian ini akan
menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa pada tulang bahkan hingga menyebabkan
kelumpuhan permanen (UNAIR, 2022). Selain itu, metastasis ini seringkali
disertai dengan hiperkalsemia yakni kondisi ketika kadar kalsium dalam tubuh
terlalu tinggi. Hiperkalsemia ini menyebabkan penipisan pada tulang hingga
melemahkan kekuatan tulang dan rentan terjadi keretakan sampai patah tulang
(fraktur) serta menyebabkan jantung sering berdebar karena irama jantung yang
tidak seimbang. Penyebaran sel kanker payudara pada otak seringkali
menimbulkan efek sakit kepala, kejang-kejang, hingga menyebabkan darah
menggumpal pada otak (Silalahi et al., 2018).
Komplikasi pada kanker payudara juga disertai limfedema dan neuropati.
Limfedema pada kanker payudara mengakibatkan terganggunya sistem limfatik
pada tubuh sehingga menyebabkan terakumulasinya cairan protein yang
berlebihan dan memunculkan pembengkakan di beberapa area tubuh tertentu
seperti bahu dan lengan serta leher (Prayogo, 2021). Kondisi ini menyebabkan
masalah berupa gangguan pada pernafasan seperti sesak dan kesulitan bernafas
hingga terjadi edema kronis, menimbulkan rasa ketidaknyamanan, sampai
kehilangan fungsi tubuh. Neuropati merupakan kondisi sistem saraf tubuh yang
terganggu yang menyebabkan mudah kesemutan dan kelemasan pada otot hingga
kesulitan bergerak. Kondisi-kondisi ini dapat dilihat secara fisik oleh orang sekitar
sehingga tidak jarang penderita mengalami gangguan psikologis seperti stress dan
depresi berat. Keadaan tersebut akan memperparah keadaan tubuh mereka.
Komplikasi dari kanker payudara yang berkelanjutan ini tidak jarang berujung
pada kematian atau sembuh dengan keadaan yang tidak sama seperti semula
(kecacatan).
I. Pencegahan
Pencegahan merupakan bentuk pengendalian terjadinya suatu penyakit
yang paling baik. Dengan adanya pencegahan akan mengurangi angka kejadian
terjadinya penyakit. Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan melalui
beberapa metode antara lain:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan dengan
tujuan agar seseorang tidak menderita atau terhindar dari kanker
payudara. Pencegahan primer dapat berupa meminimalisir faktor-
faktor resiko yang berpotensi tinggi menyebabkan peningkatan
kejadian kanker payudara seperti menghindari rokok dan asap rokok,
tidak mengkonsumsi alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
(Kementrian Kesehatan RI, 2013)
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit dalam tubuh sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat secepatnya demi terhindar dari
dampak yang lebih buruk. Pencegahan sekunder pada kanker payudara
dapat dilakukan dengan metode skrining kanker payudara untuk
menemukan kondisi tidak normal pada payudara yang merujuk pada
kanker payudara. Tindakan ini meliputi Periksa Payudara Sendiri
(SADARI), Periksa Payudara Klinis, dan Mammografi Skrining
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
1. SADARI dilakukan setiap bulan sekitar 7-10 hari setelah haid
oleh masing-masing penderita dengan usia mulai dari 20 tahun
keatas. Kondisi yang harus diamati ketika melakukan SADARI
adalah memperhatikan bentuk, ukuran, dan warna dari kedua
payudara. Keadaan tidak normal dapat berupa pembengkakan
kulit, bentuk dan posisi puting payudara, hingga warna dan
tekstur kulit yang kemerahan, keriput, dan bengkak. Edukasi
SADARI biasanya dilakukan oleh petugas terlatih yang
mengajarkan secara langsung mulai dari tingkat pelayanan
kesehatan primer.
2. SADANIS dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih
sekurang-kurangnya 3 tahun sekali atau setelah ditemukan
kondisi tidak normal pada proses melakukan SADARI.
Pemeriksaan SADANIS menyimpulkan apakah payudara
dalam kondisi normal maupun terdapat kelainan yang bersifat
jinak dan ganas. Dari proses SADANIS ini memunculkan
rekomendasi untuk merujuk pada tingkat pelayanan kesehatan
lebih lanjut untuk memperoleh perawatan dan pengobatan
yang lebih baik.
3. Mammografi Skrining merupakan salah satu metode
pencegahan primer yang sangat akurat dengan menggunakan
sinar X dengan dosis yang cukup rendah. Mammografi
Skrining dapat mendeteksi adanya tumor atau sel kanker yang
sangat kecil dan terletak di area yang sulit dijangkau atau
dideteksi secara langsung.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan tindakan pencegahan dengan
sasaran yang biasanya telah positif menderita suatu penyakit.
Tindakan ini dilakukan kepada individu untuk segera mendapatkan
pengobatan dan perawatan secara intensif dengan harapan mengurangi
resiko terjadinya kematian dan memperpanjang angka harapan hidup
serta meminimalisir terjadinya kecacatan. Pencegahan tersier
memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan
penderita dengan mencegah terjadinya komplikasi akibat suatu
penyakit tertentu. Pencegahan tersier pada kanker payudara dilakukan
melalui pemberian obat-obatan, operasi dan pembedahan, serta
pemberian terapi seperti kemoterapi, terapi hormon, dan juga
pelayanan paliatif yang diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
STUDI KASUS
Admoun, C., & Mayrovitz, H. N. (2022). the Etiology of Breast Cancer. The Lancet,
220(5693), 776–780. https://doi.org/https://doi.org/10.36255/exon-
publications-breast-cancer-etiology
Alfiani, D., Widayanti, & Putri, M. (2022). Literature Study : Obesitas sebagai
Faktor Risiko pada Kanker Payudara Triple Negative. Medical Science, 2(1),
326–329. https://doi.org/https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i1.760
Amelia, D., & Srywahyuni, A. (2023). Gambaran Faktor Risiko Kanker Payudara
pada Penderita Kanker Payudara di Bukittinggi. 10(1), 40–46.
Azmi, A. N., Kurniawan, B., Siswandi, A., & Detty, A. U. (2020). Hubungan Faktor
Keturunan Dengan Kanker Payudara DI RSUD Abdoel Moeloek. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 702–707.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.373
Azzahra, F., Dewi, Y. I., & Woferst, R. (2022). Hubungan Pengetahuan tentang
Kanker Payudara Terhadap Sikap Remaja Putri dalam Pencegahan Kanker
Payudara. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 7(2), 52–60.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.51933/health.v7i2.822
Eismann, J., Heng, Y. J., Fleischmann-rose, K., Tobias, A. M., Wulf, G. M., Kansal,
K. J., Israel, B., Medical, D., Medical, H., Israel, B., Medical, D., Israel, B.,
Medical, D., Israel, B., Medical, D., Israel, B., Medical, D., & Medical, H.
(2020). for Breast Cancer : Case Reports and Review of the Literature. 19(1),
1–18. https://doi.org/10.1016/j.clbc.2018.11.007.Interdisciplinary
Hasdianah, & Suprapto, S. I. (2014). Patologi dan Patofisologi Penyakit (I). Nuha
Medika.
Hasnita, Y., Harahap, W. A., & Defrin. (2019). Penelitian Pengaruh Faktor Risiko
Hormonal pada Pasien Kanker Payudara di RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 522–528.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/1037/951
Hero, S. K. (2021). Faktor Risiko Kanker Payudara. Jurnal Medika Hutama, 3(1),
1533–1538. http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/310
Muninggar, J., & Hunga, A. I. (2019). Faktor Risiko Kanker Payudara dan Kanker
Serviks pada Perempuan Focus Group Discussion PKK Salatiga. Window of
Health : Jurnal Kesehatan, 2(3), 231–242.
Purwanti, S., Syukur, N. A., & Haloho, C. B. R. (2021). Faktor Risiko Kejadian
Kanker Payudara Wanita. Jurnal Bidan Cerdas, 3(4), 168–175.
https://doi.org/10.33860/jbc.v3i4.460
Rahmadhani, W., Bakhtiar, R., Nugroho, E., Irawiraman, H., & Duma, K. (2019).
Analisis Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan
Kesehatan Samarinda. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 215–222.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1143
Salam, D. M., Muhartono, Sukohar, A., & Bakri, S. (2019). Analisis Hubungan
Variabel Lingkungan Terhadap Kejadian Metastase Kanker Payudara di Rsud
Dr . H . Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2018. Prosiding SNPBS
(Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek) Ke-4, 334–339.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/11284
Santosa, A., The, F., & Kasuba, N. B. (2020). KARAKTERISTIK DAN GAMBARAN
KLINIS PASIEN KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR
H CHASAN BOESOIRIE TERNATE TAHUN 2019. 2(1).
Silalahi, L., Rahmi, E., & Sutarni, S. (2018). Tumor Otak Metastasis Dari Kanker
Payudara. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 48.
https://doi.org/10.21460/bikdw.v3i1.116
Suryani, Y. (2020). Kanker Payudara (1st ed., Issue 1). PT. Freeline Cipta
Granesia.