Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak
normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta
dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel kanker
bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes
RI, 2009).
Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia.
Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun
2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian meningkat dari 7,6
juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab
kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular . Prevalensi
kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali merupakan provinsi
dengan prevalensi kanker tertinggi ketiga setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah
sebesar 2 per 1000 penduduk. Bila dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita
kanker di Indonesia, perempuan sebesar 2,2 per 1000 penduduk dan laki-laki sebesar 0,6
per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2014).
Jenis kanker yang banyak diderita dan ditakuti oleh perempuan adalah kanker
payudara. Pada umumnya kanker payudara menyerang kaum wanita, kemungkinan
menyerang kaum laki-laki sangat kecil yaitu 1 : 1000 (Mulyani, 2013). Insiden kanker di
Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis
populasi yang dilaksanakan. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for
Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker 2 dengan
presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada
perempuan di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan. (Kemenkes RI, 2015).
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini
sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien
mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.
Kanker payudara merupakan kanker nomor dua terbanyak yang dialami wanita
Indonesia setelah kanker mulut rahim (kanker serviks). Oleh karena itu, memeriksa
payudara merupakan hal yang sangat penting (Manuaba, 2009).

1
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini familiar, artinya seorang
wanita dengan ibu penderita kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak
mendapat kanker payudara daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit
tersebut. Wanita yang infertil juga lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah dalam makalah ini yaitu
1. Apa pengertian dari kanker payudara
2. Apa penyebab dan faktor risiko dari kanker payudara ?
3. Apa saja gejala dari kanker payudara ?
4. Bagaimana klasifikasi kanker payudara ?
5. Bagaimana pencegahan kanker payudara ?
6. Bagaimana penanganan kanker payudara ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu kanker
payudara
b. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian dari kanker payudara
2. Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko dari kanker payudara
3. Untuk mengetahui gejala dari kanker payudara
4. Untuk mengetahui klasifikasi kanker payudara
5. Untuk mengetahui pencegahan kanker payudara
6. Untuk mengetahui penanganan kanker payudara

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan kematian.
(Tapan,2005).
Sel tumor ganas (kanker) dapat menyebar ke jaringan tubuh yang terdekat dan
melepaskan diri dari bentuk tumor primer menjadi bentuk tumor sekunder dimanapun di
bagian tubuh.
Kanker payudara (karsinoma payudara) adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringan
payudara. Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan tidak menutup kemungkinan
jika terjadi pada kaum pria, hanya saja kasusnya sangat jarang.
Frekuensi kasus penyakit ini relatif tinggi di negara maju dan merupakan yang
terbanyak diderita dari jenis kanker lainnya. Sedangkan di Indonesia, kanker payudara
menempati peringkat kedua setelah kanker serviks.
2.2 Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi payudara merupakan alat seks
sekunder yang selalu menerima rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada saat
hamil, dan laktasi (menyusui). Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal
mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas (Manuaba, 2010).
Faktor risiko timbulnya kanker payudara yaitu:
a. Faktor Risiko kanker payudara pada wanita
1. Gender
Ini adalah faktor risiko terbesar gejala kanker payudara. Pria dapat terkena
kanker payudara, tapi itu 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria, terutama karena jaringan payudara perempuan jauh lebih terkena hormon
seperti estrogen yang mengembangkan pertumbuhan sel abnormal. (Manuaba,
2010).
2. Umur
Ini adalah salah satu faktor risiko terkuat terserang kanker payudara. Sekitar
85% kasus terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 5% terjadi pada
wanita dibawah usia 40. (Manuaba, 2010).

3
3. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki dua atau lebih kerabat tingkat pertama (ibu, anak
perempuan, saudara perempuan) yang pernah mengalami kanker payudara atau
ovarium memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% terkena kanker payudara.
Salah satu alasan utama untuk risiko ini merupakan mutasi diwariskan dalam
salah satu dari dua gen, BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen lain juga dapat
mewarisi kanker payudara, tetapi ini jarang dan tidak mempengaruhi resiko
kanker payudara. (Manuaba, 2010).
4. Gejala kanker payudara sebelumnya
Jika sudah memiliki kanker pada satu payudara, akan memiliki risiko empat
kali lipat terkena kanker baru pada payudara yang lain atau bagian lain dari
payudara yang sama. (Ini tidak sama dengan kambuhnya kanker asli). (Lindra
Anggorowati.2013)
5. Kepadatan payudara
Wanita dengan jaringan payudara padat, memiliki risiko lebih tinggi terkena
kanker payudara daripada wanita yang payudaranya relatif lebih lemak. Proporsi
yang lebih besar dari jaringan payudara yang padat pada mammogram, semakin
tinggi risikonya.( Hetty.2009)
6. Kondisi payudara jinak tertentu
Wanita yang pernah menjalani biopsi yang menunjukkan suatu pertumbuhan
berlebih dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus memiliki peningkatan
risiko penyakit kanker payudara, terutama jika sel-sel yang abnormal muncul
(suatu kondisi  yang disebut hiperplasia atipikal).( Hetty.2009)
7. Paparan radiasi
Wanita yang pernah terkena radiasi  tinggi ke dada sebagai bagian dari
pengobatan untuk kanker lain (seperti penyakit Hodgkin) memiliki peningkatan
risiko terkena kanker payudara, terutama jika mereka menjalani radiasi selama
masa remaja. (Hetty.2009)
8. Paparan estrogen
Semakin lama seorang wanita terkena estrogen, semakin besar risiko terkena
kanker payudara. Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal, sebelum usia
12, dan / atau mengalami menopause terlambat (setelah usia 55) memiliki risiko
sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara, kemungkinan karena peningkatan

4
paparan seumur hidup terhadap estrogen. Penggunaan kontrasepsi oral saat ini
sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi kembali normal setelah pil
dihentikan.Denganpenggunaan terapi hormon postmenopause dengan estrogen
plus progestin meningkatkan risiko kanker payudara.( Hetty.2009)
9. Dietilstilbestrol (DES) eksposur
Wanita yang menggunakan DES - obat yang digunakan dari tahun 1940
sampai tahun 1960 untuk mencegah keguguran memiliki risiko sedikit lebih
tinggi terkena kanker payudara. (Hetty.2009)
10. Berat badan
Kelebihan berat badan atau obesitas telah dikaitkan dengan risiko kanker
payudara, terutama bagi wanita setelah menopause. Ini mungkin bahwa risiko
meningkat pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan di masa dewasa
tetapi tidak pada mereka yang pernah mengalami kelebihan berat badan sejak
kecil. (Badarsono,Saptawati.2012)
11. Alkohol
Wanita yang minum alkohol memiliki peningkatan risiko kanker payudara,
dibandingkan dengan wanita yang tidak minum, dan resiko akan meningkat
dengan jumlah minuman yang dikonsumsi. (Badarsono,Saptawati.2012)
12. Kanker lainnya
Wanita yang telah didiagnosa dengan kanker ovarium, usus besar,
endometrium atau lebih mungkin terkena kanker payudara daripada wanita yang
tidak memiliki kanker ini.( Hetty.2009)
13. Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal
berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada
wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
payudara. (Lindra Anggorowati.2013)                                                                                      
14. Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami
kanker payudara.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum
menapause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis. (Lindra Anggorowati.2013)

5
15. Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko
mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika
Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun
mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan
pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang
nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan
untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
16. Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi                                                 
Berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan
estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi
berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause. (Badarsono,Saptawati.2012)
17. Konsumsi Rokok 
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker
payudara daripada wanita yang tidak merokok. Menurut penelitian Briston (2008)
di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki yang merokok mempunyai
risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki- laki yang tidak merokok untuk
terkena kanker payudara (RR=1,26). (Badarsono,Saptawati.2012)
18. Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen)
Dari faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta usia menjadi faktor
terpenting. Riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker payudara
meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para peneliti juga menemukan
bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko
wanita terkena kanker sampai 85%. Hal yang menarik, faktor genetik hanya
berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan bahwa
faktor risiko lainnya memainkan peranan penting.
Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78%
kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya
6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat

6
ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor
gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang meliputi pestisida,
konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.
(Manuaba, 2010).
b. Faktor-faktor yang bisa menaikkan resiko pria terkena kanker payudara :
1. Usia
Seperti juga pada wanita, usia bertambah resiko juga bertambah. Usia rata-
rata pria yang didiagnose terkena kanker payudara adalah 67 tahun. Itu berarti
bahwa separoh pria yang didiagnose terkena kanker payudara adalah berusia
diatas 67 tahun. Dan setengahnya lagi dibawah usia itu. (Bustan,2007)
2. Kadar Estrogen yang tinggi
Sel payudara tumbuh, baik yang normal ataupun abnormal, itu distimulasi
oleh adanya hormone estrogen. Pria bisa mempunyai level estrogen yang tinggi
karena beberapa hal :
a. Menggunakan obat-obat hormonal
b. Terlalu gemuk, sehingga meningkatkan produksi hormone estrogen
c. Terexpose estrogen dari lingkungan (misalnya berasal dari estrogen atau
hormone lain yang digunakan untuk menggemukkan ternak sapi,
campuran/turunan dari produk pestisida, yang menyerupai efek estrogen
dalam tubuh).
d. Pecandu alcohol, yang dapat mengurangi fungsi lever dalam mengatur
kadar estrogen dalam darah.
e. Mempunyai penyakit lever, yang biasanya mengakibatkan pada kadar
endrogen (hormone laki-laki) yang rendah, sebaliknya kadar estrogen
(hormone wanita) tinggi. Ini juga menaikkan resiko terjadi gynecomastia
dan kanker payudara. (Bustan,2007)
3. Klinefelter Syndrome
Mempunyai kadar hormone endrogen yang rendah dan kadar estrogen tinggi.
Sehingga mempunyai resiko mendapatkan penyakit gynecomastia dan kanker
payudara. Klinefelter syndrome adalah: kondisi yang terjadi saat lahir
( terjadinya,1 berbanding 1000 pria ). Normalnya laki-laki mempunyai kromosom
X dan Y. Tapi, pria dengan syndrome ini mempunyai lebih dari satu kromosom X
( kadang empat ). Tanda-tanda syndrome ini adalah : Mempunyai kaki lebih
panjang, suara tinggi, jenggot yang tipis dibandingkan rata-rata pria, mempunyai

7
testis kecil daripada ukuran normal dan infertile (tidak bisa memproduksi
sperma). (Bustan,2007)
4. Mempunyai riwayat keluarga yang banyak menderita kanker payudara atau
perubahan genetik.
Riwayat keluarga dapat menaikkan resiko terkena kanker payudara, terutama
apabila didalam keluarga ada pria yang terkena kanker payudara. Juga apabila
terbukti adanya gen abnormal kanker payudara didalam riwayat keluarga. Pria
yang mewarisi gen abnormal BRCA1 dan BRCA2 resiko terkena kanker
payudara meningkat. Tapi bisa juga terjadi pada pria yang tidak mempunyai
riwayat keluarga terkena kanker payudara dan tidak mewarisi gen abnormal
tersebut. (Bustan,2007)
5. Terpapar radias
Memperoleh terapi radiasi didada sebelum usia 30 tahun, khususnya semasa
remaja, meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Ini terlihat pada remaja-
remaja pria yang memperoleh radiasi untuk pengobatan penyakit Hodgkin.
(Disini tidak termasuk terapi radiasi untuk pengobata kanker payudara).
Untuk masalah diagnosis dan pengobatan sama dengan kanker payudara pada
wanita. (Bustan,2007)
2.3 Gejala Kanker Payudara
Tanda-tanda paling umum kanker payudara adalah benjolan yang dapat dirasakan
ketika telah melakukan beberapa pemeriksaan pada payudara .Selain hanya payudara itu
sendiri, puting juga harus diperiksa. Gejala lain juga dapat mencakup penyakit Paget.
Karena kanker payudara adalah jenis kanker, anda juga dapat mempertimbangkan gejala
kanker lain seperti penurunan berat badan dijelaskan, pembengkakan kelenjar getah
bening dan bahkan nyeri sendi sebagai sesuatu yang terhubung dengan penyakit ini.
(Kosmmojaya Pandu nusa,2009)
Secara keseluruhan, tanda-tanda kanker payudara harus diketahui semua orang
sehingga mereka akan mampu menghentikan penyakit ini. Kanker payudara dapat
menjadi penyakit yang sangat berbahaya, sebagai hasil terburuk mungkin menyebabkan
kematian. Karena kanker payudara adalah salah satu jenis yang paling umum dari kanker
yang diderita oleh orang-orang di dunia, memang lebih baik untuk memahami lebih
dalam tentang  kanker tersebut dan tanda-tanda kanker payudara itu. (Kosmmojaya Pandu
nusa,2009)
a. Benjolan

8
Benjolan di payudara dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, tetapi
sebagian besar adalah benjolan jinak. Benjolan juga dapat berbentuk padat
(fibroadenoma/FAM, lipoma, dst) atau berisi cairan (kista). Untuk benjolan yang
jinak, sebenarnya tidak diperlukan pengobatan apapun. Jika benjolan terasa
mengganggu atau terus membesar, dapat dilakukan operasi pengangkatan atau
penyedotan jika benjolan berisi cairan.
b. Nyeri
Nyeri juga dapat muncul jika ada benjolan, infeksi, atau kanker di payudara.
Namun, kanker payudara jarang menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri di payudara
sering hilang sendiri tanpa perlu pengobatan apapun. Jika rasa nyeri dirasa
mengganggu, dapat menggunakan obat pengurang rasa nyeri seperti parasetamol.
Untuk rasa nyeri di payudara terjadi dalam waktu lama (di atas 1 bulan) atau tidak
bisa hilang dengan obat pengurang rasa nyeri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
langganannya.
c. Kedua sisi payudara asimetris
Karena keberadaan tumor atau pelekatan tumor dan dinding dada, payudara bisa
mengalami perubahan volume atau bentuk, ini harus diwaspadai dan segera
melakukan pemeriksaan terkait.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada gejala awalnya bisa ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening pada
ketiak.
e. Perubahan pada putting
Saat tumor invasi ke daerah bawah puting atau areola, bisa menyebabkan putting
mengalami deviasi ke satu sisi, retraksi atau depresi.
f. Perubahan pada bagian kulit
Kulit payudara bisa berubah seperti kulit jeruk, pada edema terdapat pori-pori
yang memiliki depresi yang jelas, menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata,
seperti kulit jeruk.
g. Keluarnya Cairan
Keluarnya cairan dari payudara sebenarnya adalah hal yang normal (saat setelah
melahirkan) karena payudara adalah kelenjar yang mengeluarkan cairan yang dikenal
sebagai air susu ibu (ASI). Jika cairan bercampur darah, yang biasanya disebabkan
tumor jinak pada kelenjar payudara atau kanker payudara. Cairan yang berwarna
kehijauan biasanya disebabkan oleh benjolan jinak. Sedangkan cairan yang bernanah

9
& berbau amis disebabkan oleh infeksi di payudara. Jika muncul cairan dari payudara
yang terlihat normal tetapi di luar masa menyusui & dalam waktu lama, atau cairan
tersebut tidak normal, segera berkonsultasi dengan dokter langganannya untuk dapat
diobati sesuai penyebabnya. Perempuan yang sudah menopause & mengalami
keluarnya cairan adalah tidak normal & harus berkonsultasi dengan dokter.
Untuk menghindari setiap kelainan/gangguan apapun agar segera ditangani
dengan cepat & lebih baik sebelum meluas/bertambah parah, maka setiap tahun
lakukanlah pemeriksaan payudara oleh dokter sebagai bagian dari pemeriksaan
kesehatan rutin & dapat disertai pemeriksaan tambahan untuk kelainan di payudara
sesuai indikasi seperti USG, mammografi, CT-scan, MRI, atau pemeriksaan
hormonal.
(Kosmojaya Pandu Nusa,2009)
2.4 Klasifikasi Kanker Payudara
Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara, yakni klasifikasi patologik dan klasifikasi
klinik.
1. Klasifikasi Patologik
a. Kanker puting payudara (Paget’s disease).
Paget’s disease adalah bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya
sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah dan menebal.
b. Kanker duktus laktiferus: papillary, comedo, adeno carcinoma dengan banyak
fibrosis (scirrhus), medullary carcinoma dengan infiltrasi kelenjar.
c. Kanker dari lobulus.
Ini yang timbul sering sebagai carcinoma in situ denga lobulus yang membesar.
2. Klasifikasi Klinik
Kanker payudara, di samping klasifikasi patologik, juga mempunyai klasifikasi
klinik. Sebelum 1968, di klinik bedah sering dipakai klasifikasi
a. Stage 0 : tahap sel Kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa
invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
b. Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (Kelenjar getah bening
normal).
c. Stage IIA : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di
Kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan
telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak/aksiller, atau tumor yang lebih

10
besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke Kelenjar
getah bening ketiak.
d. Stage IIB : tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun tidak ada yang lebih besar
dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening yg berhubungan dgn
ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak.
e. Stage IIIA : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar
getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau tumor
dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan
di kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
f. Stage IIIB : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada
dan/atau kulit payudara dan mngkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara
inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahapIIIB.
g. Stage IIIC : ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mugkin telah menyebar
ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar
getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin
telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar getah bening di
dekat tulang    dada.
h. Stage IV : kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.
Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat kemajuan terhadap perawatan kanker
payudara, ini membawa harapan dan kebahagiaan. Bukan hanya satu atau dua
pilihan, saat ini terdapat banyak pilihan terapi melawan kanker payudara.
Keputusan untuk melakukan operasi lalu mungkin radiasi, terapi hormonal (anti-
estrogen), dan/atau kemoterapi bisa sangat membantu, indakan tersebut akan
bergantung dari stadium kanker-nya. Untuk itu dilakukan perencanaan jenis
pengobatan atau terapi yang tersedia dan yang mungkin cocok bagi penderita.
(Kosmojaya PanduN,2009)
2.5 Pencegahan Kanker Payudara
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok besar,
begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

11
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan agar orang hidup sehat melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan mammografi.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita.
(Bertie.2012)
Deteksi dini kanker payudara
Cara deteksi dini kanker payudara adalah :
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
3. Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)
4. Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).
(Tjindarbumi, D. 2002)

Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus
kanker payudara. Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus
kanker payudara. Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara. Tetapi bila
ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara dapat dideteksi
secara dini hingga 99,5%. (Tjindarbumi, D. 2002)

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)


Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan
sebulan sekali, pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid.
Bila wanita telah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap
bulan, misalnya tanggal 10.
SADARI terdiri atas beberapa langkah:

12
a. Berdiri di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan lengan
di kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan dengan
menekan   kedua tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan dan situ ke
depan sambil mengangkat bahu. Perhatikan tanda berikut :
1. Perubahan ukuran atau bentuk payudara
2. Adanya cekungan di kulit
3. Perubahan bentuk putting
4. Adanya nyeri yang terus menerus
b. Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan
tangan kanan di bawah kepala. Gunakan  ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa
seluruh   payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari daerah
ketiak, lalu daerah luar payudara dan melingkar hingga ke daerah puting.
Perhatikan tanda berikut:
1. Adanya benjolan di payudara atau di ketiak
2. Daerah yang terasa menebal di payudara
c. Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar
2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Wanita pada usia 20-39 tahun sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara
oleh dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun sekali.
Setelah usia 40 tahun, pemeriksaan klinis payudara harus dilakukan setidaknya
sekali dalam 1 tahun. Pemeriksaan klinis payudara baik dilakukan sebelum
mammografi. Pemeriksaan klinis ini adalah kesempatan bagi wanita dan dokter
untuk berdiskusi tentang perubahan yang terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan
untuk deteksi dini, dan tentang faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan
wanita menderita kanker payudara. (Tjindarbumi, D. 2002)
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat
memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi
dengan akurasi sampai 90%. Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya
menjalani pemeriksaan mammografi sekali setahun selama mereka dalam
kondisisehat.

13
Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk
meratakan dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan
rasa tidak nyaman, tetapi sangat penting untuk menghasilkan gambar
mammogram yang baik dan dapat dibaca. Penekanan payudara ini hanya
berlangsung beberapa detik. Seluruh prosedur mammografi untuk satu
payudara adalah sekitar 20 menit. (Tjindarbumi, D. 2002)
b. Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara.
USG dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa
digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada
mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah
30 tahun).
Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk
deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi,
kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak
semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat
tergantung dari pengalaman dan keahlian operator. (Tjindarbumi, D. 2002)
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI
direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh.
Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari mammografi,
tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering
muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya
MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko
tinggi kanker payudara. (Tjindarbumi, D. 2002)
d. PET Scan
PET Scan adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi
dan metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan
diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat
menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas tumor. PET Scan

14
tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara. (Tjindarbumi,
D. 2002)
e. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter
ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga
dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker
Terdapat beberapa cara biopsi :
1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2. Core Biopsy
3. Biopsi Bedah (Tjindarbumi, D. 2002)
f. Fine Needle Aspiration Biopsy / Biopsi Jarum Halus
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak
memerlukan persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus di
area tumor. Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsi jarum halus dapat
dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini mungkin
agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2
hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel
kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi. Pemeriksaan biopsi jarum
halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%. (Tjindarbumi, D.
2002)
g. Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan
jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara
dan sedikit jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan
nyeri minimal. (Tjindarbumi, D. 2002)

Ada beberapa Pencegahan kanker payudara secara alami yaitu

1. Berolah Raga Secara Teratur.


Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya aktivitas, maka
resiko kanker payudara akan berakurang. Berolah raga akan menurunkan kadar
estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
2. Kurangi Lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah lemak membantu mencegah
kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa yang lebih penting

15
adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang dikonsumsi. Jenis lemak yang
memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam daging, mentega, makanan yang
mengandung susu full-cream (whole-milk dairy foods) dan asam lemak dalam
margarin, yang bisa meningkatkan kadar estrogen dalam darah. Sedangkan jenis
lemak yang membantu mencegah kanker payudara adalah lemak tak-jenuh dalam
minyak zaitun dan asam lemak Omega-3 dalam ikan Salmon dan ikan air dingin
lainnya.
3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko kanker payudara. Daging-
daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik (amino
heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak senyawa ini terbentuk. Amino
heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar yang lapisan luarnya
(kulitnya) gosong dan hitam. jangan Memasak Daging Terlalu Matang. Semakin
banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin berkurang resiko untuk semua
kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari tumbuh-tumbuhan mengandung
anti-oksidan yang tinggi, di antaranya vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang
dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab terjadinya kanker.
National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan
sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi harus dihindari buah dan sayuran
yang mengandung banyak lemak, seperti kentang goreng atau pai dengan krim pisang.
4. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran, tetapi suatu formula anti-
oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker payudara.
Konsumsi Makanan Berserat. Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran
juga mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam
saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang.
5. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen
tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya ‘Tamoksifen’, senyawa ini mirip dengan
estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada reseptor sel yang sama
dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel payudara sehingga mengurangi
efek pemicu kanker payudara. Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel
reseptor, makanan berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
6. Konsumsi Kacang-Kacangan.

16
Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-kacangan
lainnya.
7. Hindari Alkohol.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi
alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
8. Kontrol Berat Badan Anda.
Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun akan menambah resiko
kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan bertambahnya lemak tubuh,
maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker payudara dalam darahpun akan
meningkat.
9. HindariXeno-Estrogens.
Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh. Perempuan
mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang berasal dari residu hormon
estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu pesitisida estrogenik. Diduga xeno-
estrogen bisa meningkatkan kadar estrogen darah sehingga menambah resiko kanker
payudara. Cara terbaik untuk menghindari xeno-estrogen adalah dengan mengurangi
konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan produk susu (whole-milk dairy product).
10. Berjemur di Bawah Sinar Matahari.
Meningkatnya angka kejadian kanker kulit (Melanoma maligna) menjadikan kita
takut akan sinar matahari. Tetapi sedikit sinar matahari dapat membantu mencegah
kanker payudara, karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin
D. Vitamin D akan membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga
mengurangi resiko kanker payudara. Agar bisa memperoleh sinar matahari selama 20
menit/hari, dianjurkan untuk berjalan di bawah sinar matahari pada siang hari atau
sore hari. Tetapi bila Anda ingin mendapatkan kalsium atau vitamin D tidak dari
sinar matahari, Anda dapat mencoba mengkonsumsi makanan suplemen. (Kosmojaya
Pandu Nusa,2009)
2.6 Penanganan Kanker Payudara
Ada beberapa penanganan kanker payudara yang tergantung pada stadium klinik
penyakitnya, yaitu:
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi, yaitu:

17
1. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan
di sekitar ketiak.
2. Total (Simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar ketiak.
3. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.

b. Radiasi
Radiasi adalah proses  penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker
melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel kanker di payudara, tapi juga
seluruh tubuh.
d. Lintasan Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi
tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh
overian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan
efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.
Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi tubuh,
penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
(Tjindarbumi, D. 2002)

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel kanker
bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan
kematian
2. Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi payudara merupakan alat seks
sekunder yang selalu menerima rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada
saat hamil, dan laktasi (menyusui). Faktor risiko kanker payudara : gender, umur,
riwayat keluarga, gejala kanker payudara sebelumnya, kepadatan payudara, kondisi
payudara jinak tertentu, paparan radiasi, paparan estrogen, dietilstilbestrol (des)
eksposur, berat badan, alkohol, kanker lainnya, faktor hormonal (baik estrogen
maupun androgen), dll.
3. gejala kanker payudara dapat dilihat dari : benjolan, nyeri, perubahan warna kulit,
pembengkakan, rasa panas/terbakar, perubahan bentuk/ukuran yang di luar
kewajaran, puting melesak ke dalam, keluar cairan (selain air susu pada saat
menyusui) dari puting, atau benjolan di ketiak.
4. Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara, yakni klasifikasi patologik dan klasifikasi
klinik.
5. Pencegahan kanker payudara yaitu dengan melakukan pemeriksaan dini yaitu
pemeriksaan payudara sendiri (teknik sadari) , pemeriksaan klinis payudara oleh
dokter dan pemeriksaan radiologis

19
6. Ada beberapa penanganan kanker payudara yang tergantung pada stadium klinik
penyakitnya, yaitu: mastektomi, radiasi, kemoterapi dan lintasan metabolisme
3.2 Saran
Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat
kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan
sebelum kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.

20

Anda mungkin juga menyukai