Anda di halaman 1dari 25

12 INDIKATOR PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

(Mata kuliah Landasan dan Perkembangan Asuhan Kebidanan berdasarkan Evidence Base)

(Dr. Hj. Suryani Soepardan, Dra., MM)

Disusun Oleh :

Mega Rosnawati : 4007190017

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, alhamdulillah saya dapat


menyelesaikan makalah yang berjudul : “12 Indikator Pendekatan Keluarga Sehat” dalam
mata kuliah Landasan dan Perkembangan asuhan kebidanan berdasarkan evidence base.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
mengingat keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki
penulis.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang sifatnya
membangun yang menyempurnakan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat di
pertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Segala
kesempurnaan hanya milik Allah SWT sebagai makhluk kita hanya dapat berusaha dan
berdoa, semoga kita masuk dalam golongan yang dicintai-Nya.

Bandung, Oktober 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Konsep keluarga…………………………………….............................. ......3

B.12 Indikator pendekatan keluarga sehat......................................... ............5

C.Peran pemangku kesehatan…………………………………………….……...9

BAB III PEMBAHASAN

A. Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (Pis-Pk)


Dalam Pembangunan Kesehatan Di Indonesia…………………...…...………12
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………...……….……….….………iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5

Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini

didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program

Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat

selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian

direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor

HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan

dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya

status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3)

meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di

daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan

kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN

kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6)

meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,

yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3)

pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan


dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya

promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.

Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses

pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu

menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.

Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat

(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya

keluarga-keluarga sehat.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis akan membahas :

1. Konsep Keluarga

2. Pelaksanaan 12 Indikator Pendekatan Keluarga Sehat

3. Peran Pemangku Kepentingan

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui defenisi Konsep Keluarga

2. Untuk mengetahui 12 Indikator Pelaksanaan Pendekatan Keluarga

3. Untuk mengetahui Peran Pemangku Kepentingan


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan

jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di

wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar

gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.Keluarga sebagai fokus

dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena menurut Friedman

(1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:

1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan

sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina

sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan

tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

e. kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

f. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas

kesehatan.

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan

pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya

Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut.

1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan

Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya

2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif

dan preventif.

3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.

4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk

pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.


B. Pelaksanaan 12 Indikator Pendekatan Keluarga Sehat

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu,

dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah

tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut

dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga

sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka

pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama

untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

 Keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan pasangan

usia subur, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara resmi sebagai

peserta/akseptor KB dan atau menggunakan alat kontrasepsi.

 Program KB berdampak pada tingkat pendapatan keluarga. Keluarga dengan

anak yang sedikit mampu memberikan kebutuhan yang layak bagi anak-anak

mereka, dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anak lebih

banyakdan belum mengikuti program KB.

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

 Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga

terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu tersebut,

dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik,

bidan praktek swasta).


3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga terdapat bayi

(usia 12- 23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi HB0, BCG,

DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1, Polio2, Polio3, Polio4, Campak.

4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

 Bayi mendapat ASI eksklusif adalah jika di keluarga terdapat bayi usia 7–23

bulan dan bayi tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan) hanya diberi ASI saja

(ASI eksklusif).

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

 Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan adalah jika di keluarga terdapat

balita (usia 2–59 bulan 29 hari) dan bulan yang lalu ditimbang berat badannya

di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya dan dicatat pada KMS/buku KIA.

 Pemantauan tumbuh kembang balita jarang dilakukan salah satu faktornya

adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah berhubungan secara tidak langsung.

Pengetahuan yang dimiliki ibu mempengaruhi dalam pemberian stimulasi

perkembangan motorik pada anak. Hal ini didukung dengan sikap orang tua

dalam menerima informasi dari luar tentang pemantauan perkembangan

motorik anak 3-4 tahun.

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

Penderita tuberkulosis paru

 mendapatkan pengobatan sesuai standar adalah jika di keluarga terdapat

anggota keluarga berusia ≥ 15 tahun yang menderita batuk dan sudah 2

minggu berturut-turut belum sembuh atau didiagnogsis sebagai penderita

tuberkulosis (TB) paru dan penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk

dokter/petugas kesehatan.
 Peran keluarga dalam upaya pencegahan, proses pengobatan dan upaya

pemenuhan nutrisi terhadap penderita TBC masih dalam kategori sedang.

Faktor pendidikan yang rendah menyebabkan pengetahuan dan wawasan

keluarga kurang tentang penyakit TBC.

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

 Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur adalah jika di dalam

keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥15 tahun yang didiagnogsis

sebagai penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) dan berobat teratur sesuai

dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan.

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

 Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita gangguan

jiwa berat dan penderita tersebut tidak ditelantarkan dan/atau dipasung serta

diupayakan kesembuhannya.

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

 Anggota keluarga tidak ada yang merokok adalah jika tidak ada seorang pun

dari anggota keluarga tersebut yang sering atau kadangkadang menghisap

rokok atau produk lain dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota

keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan menghisap rokok

atau produk lain dari tembakau.

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

 Keluarga sudah menjadi anggota JKN adalah jika seluruh anggota keluarga

tersebut memiliki kartu keanggotaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan dan/atau kartu kepesertaan asuransi kesehatan lainnya.


11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

 Keluarga mempunyai akses sarana air bersih adalah jika keluarga tersebut

memiliki akses dan menggunakan air leding , PDAM atau sumur pompa, atau

sumur gali, atau mata air terlindung untuk keperluan sehari-hari.8 Studi

literatur tentang kdirisis ketersediaan air bersih merupakan masalah di

perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan sumber air yang tidak

memadai. Rendahnya ketersediaan air bersih memberikan dampak buruk

terutama bagi kesehatan.

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat adalah jika

keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan sarana untuk buang air

besar berupa kloset leher angsa atau kloset plengsengan.

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga

Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator,

mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.Dalam pelaksanaan

pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.

2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.

3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder,

yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data

individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/
ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota

keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,

dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit

(hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB,

memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan

lain-lain).

2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet,

buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah

kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan

untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk

keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang

menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa

forum-forum berikut.

1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion

(FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.

3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).

4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,

selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan

dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.


1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren,

kader PKK, dan lain-lain.

2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus

Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Target Program PIS PK pada tahun 2019 adalah pelaksaan di seluruh puskesmas di

Indonesia

C. Peran Pemangku Kepentingan

1. Peran Puskesmas

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat

Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

 Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh

Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).

 Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola

data Puskesmas.

 Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun

rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.

 Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh

Pembina Keluarga.

 Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh

tenaga teknis/profesional Puskesmas.

 Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga

pengelola data Puskesmas.


 Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah

manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2

(Penggerakan-Pelaksanaan), P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).

2. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana

Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan sungguhsungguh agar Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di

wilayah kerjanya. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga oleh

Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki tiga peran utama, yakni:

pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan

pengendalian.

3. Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara

umum adalah memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-sungguh

agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua

Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan

Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber daya,

koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

4. Peran Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23 Tentang Pemerintahan


Daerah berwenang untuk: (a) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria

dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan

dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah, selain juga pengembangan sumber daya, koordinasi dan

bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi.

5. Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor

Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga diukur

dengan Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator.

Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status

keluarga tersebut akan mengarah kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin

banyak keluarga yang mencapai status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat

tercapainya Indonesia Sehat.

Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa keberhasilan Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan oleh peran

dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor).

Kementerian dan lembaga yang dapat ikut berperan dalam program ini misalnya

Kementerian PDT, Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenpan & RB,

Kemenkominfo, Kemendagri/Pemda, Kemenperindag, Kemenaker, Kemenag,

BKKBN, TNI dan POLRI.


BAB III

PEMBAHASAN

A. PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)

DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA

I. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar Di Negara Maju

Beberapa negara di dunia menerapkan konsep pelayanan kesehatan dasar atau

dikenal dengan istilah primary health care. Implementasi dari primary health care

ini umumnya berbeda-beda di tiap negara. Di beberapa negara maju,primary health

carediterapkan dengan memisahkan pelayanan perorangan/individu dengan

pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh petugas dan sarana

kesehatan milik publik yang didirikan khusus untuk itu, baik pemerintah ataupun

swasta. Sedangkan pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan oleh dokter

keluarga.

Di negara-negara maju, seorang dokter keluarga harus memiliki kompetensi

khusus yang lebih baik dibandingkan seorang dokter umum biasa. Ada pendidikan

tambahan yang harus dijalani oleh dokter umum untuk menjadi dokter keluarga.

Kompetensi khusus ini yang diharapkan mampu menjadikan seorang dokter

keluarga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara lebih menyeluruh dan

berkesinambungan kepada suatu individu ataupun kumpulan individu seperti

keluarga. Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care merupakan

suatu solusi dalam mewujudkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang

lebih baik.
II. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar Di Indonesia

Berbeda dengan hal diatas, di Indonesia menerapkan pelayanan kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam satu wadah terpadu yang

dikenal sebagai pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Sehingga puskesmas

menjalankan kedua pelayanan tersebut secara bersamaan.

Upaya kesehatan yang ada di puskesmas mencakup upaya kuratif, rehabilitatif,

preventif dan promotif. Dalam perkembangannya, Fungsi pelayanan kesehatan

perorangan dan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas berupa tindakan

kuratif (pengobatan) menjadi lebih dominan dibandingkan kegiatan-kegiatan

promotif dan preventif.

Masyarakat menganggap bahwa tidak perlu datang ke puskesmas jika tidak

sakit. Disisi lain, petugas puskesmas menganggap bahwa kalau tidak ada yang

datang ke puskesmas, maka masyarakat sudah sehat. Sehingga ada anggapan

bahwa puskesmas identik dengan tempat berkumpulnya orang-orang sakit.

Anggapan seperti ini harus dapat diubah dengan program pendekatan keluarga.

III. Program Kesehatan Dengan Pendekatan Keluarga

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat.

Karena merupakan unit dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang cukup

signifikan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya

derajat kesehatan keluarga akan sangat menentukan tinggi rendahnya derajat

kesehatan masyarakat.

Sangat tepat Kementerian Kesehatan RI dalam menetapkan pendekatan

keluarga untuk mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan. Pendekatan

keluarga sebagai satuan terkecil masyarakat dinilai akan lebih efektif dalam
mengatasi berbagai persoalan kesehatan seperti gizi buruk, sanitasi buruk,

penyebaran penyakit menular seperti tuberkolusis, HIV/AIDS, malaria serta

pengendalian penyakit tidak menular seperti obesitas, darah tinggi, diabetes dan

lain-lain.

Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang

hidup dalam lingkungan yang sehat. Menurut Friedman (1998), terdapat lima

fungsi keluarga yang salah satunya adalah fungsi perawatan atau pemeliharaan

kesehatan (The Health Care Function). Fungsi ini adalah untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang

tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk

mempertahankan kondisi kesehatan di dalam keluarga. Kondisi kesehatan yang

dipertahankan mencakup pencegahan, perawatan, pemeliharaan, termasuk upaya

membangun hubungan timbal balik antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.

IV. Puskesmas Sebagai Penentu Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 39

Tahun 2016 tentang "Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan Keluarga", pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana dari

program ini adalah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah ujung

tombak dan penentu keberhasilan program ini. Adapun area prioritas/sasaran yang

telah ditetapkan oleh pemerintah melalui program ini adalah penurunan angka

kematian ibu/angka kematian bayi (AKI dan AKB), penurunan prevalensi balita

pendek (stunting), penanggulangan penyakit menular dan penanggulangan


penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui pendekatan upaya promotif dan

preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang

menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan

masyarakat (UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan

kepada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.

Kedepan, puskesmas sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan milik

pemerintah harus lebih proaktif lagi dalam melaksanakan program-program

kesehatannya. Program preventif dan promotif harus kembali digalakkan. Melalui

pendekatan keluarga, diharapkan puskesmas dapat menangani masalah-masalah

kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle). Ini artinya penanganan masalah

kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses kelahiran, tumbuh

kembang masa bayi-balita, usia sekolah dasar, remaja, dewasa sampai usia lanjut.

Fokusnya adalah pada kesehatan individu-individu dalam keluarga. Hal ini sesuai

dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 -- 2019 dimana

penerapan pelayanan kesehatan harus terintegrasi dan berkesinambungan

(continuum of care).

Contoh Kegiatan Program Pendekatan Keluarga

Salah satu bentuk dari pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh

puskesmas adalah melalui kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal.

Dengan kunjungan rumah, puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan

keluarga (prokesga) yang berguna untuk mengenali secara lebih menyeluruh

(holistic) masalah-masalah kesehatan di keluarga. Selain itu, kegiatan promotif dan

preventif terhadap keluarga juga dapat terlaksana dengan kunjungan rumah.


Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotif-preventif tentu akan

lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga. Program

pendekatan keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara langsung akan

menguatkan manajemen puskesmas secara internal, yang mencakup sumber daya

manusia, pendanaan, sarana prasarana, program kesehatan, sistem informasi dan

jejaring dengan pihak terkait di lingkup wilayah kerjanya seperti puskesmas

pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), pos pelayanan terpadu (posyandu),

bidan desa dan lain-lain.

V. Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga

Keberhasilan program ini tentunya memerlukan pemahaman dan komitmen

yang sungguh-sungguh, sistematis dan terencana dari seluruh petugas puskesmas.

Kesamaan pemahaman dan komitmen yang kuat akan menghasilkan tercapainya

target area prioritas/sasaran dari program ini. Komitmen untuk bekerja di dalam

dan di luar gedung puskesmas tentu juga perlu didukung oleh Dinas Kesehatan

(Dinkes) Kabupaten/Kota sebagai induk dari puskesmas.

Salah satu bentuk dukungan dari Dinkes adalah melalui alokasi anggaran

berupa dana operasional puskesmas. Walaupun puskesmas sudah memiliki dana

kapitasi dari BPJS Kesehatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan program

ini, dukungan alokasi anggaran dari Dinkes tentu juga diharapkan tetap didapatkan.

Terlebih kegiatan kunjungan rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari

petugas puskesmas. Kunjungan rumah yang dilakukan harus mempertimbangkan

jumlah petugas puskesmas, jumlah keluarga di wilayah kerja puskesmas, kondisi

geografis dan juga pendanaan.


Bila diperlukan, puskesmas dapat merekrut petugas tambahan dari kader-kader

kesehatan di wilayah kerjanya. Rekrutmen ini tentu merupakan hasil analisis

kebutuhan dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Kunjungan rumah

yang dilakukan juga dapat menjadi sarana penyampaian pesan-pesan kesehatan

kepada individu-individu dalam keluarga. Maka petugas dapat memberikan

leaflet/flyer tentang keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan, asi eksklusif,

imunisasi, gizi seimbang, pencegahan penyakit menular, pencegahan penyakit

tidak menular, bahaya merokok, cara mencuci tangan yang baik, jaminan kesehatan

nasional dan lain-lain.

Profil kesehatan keluarga (prokesga) yang dibawa pada saat kunjungan rumah

mengacu pada indikator keluarga sehat yang telah ditetapkan Kementerian

Kesehatan RI. Hal ini untuk menyeragamkan pendataan agar efektif dan tepat

sasaran. Data prokesga didapat dari kunjungan rumah merupakan data yang sangat

berharga bagi puskesmas. Analisis yang akurat terhadap prokesga akan berguna

untuk mengidentifikasi dan menetapkan intervensi kesehatan apa saja yang

dibutuhkan terhadap suatu keluarga. Setiap keluarga tentu akan menghasilkan

intervensi kesehatan yang berbeda dengan keluarga lain. Perbedaan ini akan dapat

dibaca sebagai hasil yang akurat dengan adanya keseragaman indikator. Sehingga

hasil akhir yang diharapkan adalah tercapainya area prioritas/sasaran dari program

ini.
BAB V

KESIMPULAN

Terobosan baru dalam pembangunan kesehatan berupa pendekatan keluarga ini

memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Sampai kapan Indonesia harus terus

menerus berkutat dengan persoalan-persoalan kesehatan yang mendasar seperti

tingginya angka kematian ibu/angka kematian bayi (AKI-AKB), gizi buruk,

penyebaran penyakit menular dan tidak menular? Maka pertanyaan tersebut mungkin

mampu dijawab dengan keberhasilan "Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga".
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. In: RI KK,

editor. Jakarta: www.depkes.go.id; 2018.

2. RI. Undang-undang no 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunana Keluarga. In: kemenppa, editor. Jakarta.2009.

3. Badan Pusat Statistik. Laju Pertumbuhan Penduduk. In: Statistik BP, editor. Jakarta:

www.bps.go.id; 2016.

4. Kementrian Kesehatan RI. Permenkes no 39 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. In: RI KK,

editor. Jakarta2016.

5. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Jakarta Barat Tahun 2014. In: RI KK,

editor. Jakarta: www.depkes.go.id; 2015.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Riskesdas 2013. In: RI KK, editor. Jakarta: www.depkes.go.id; 2013.

7. Wanda Gautami, Elisna Syahruddin. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Susun

dengan Prevalensi Penyakit Respirasi Kronis di Jakarta. eJKI. 2013;1(3):201-7.

8. Len Kelly LW, David Rosenthal,. Community-based Medical Education: Is Success

a Result of Meaningful Personal Learning Experiences? Education for Health.

2014;27(1):47-50.

9. Ayesha Khan, Adnan Khan. Family Planning Implications of Considering Children a

Luxury Good. Reseach and Developmen Solutions. 2015.

10. Abd. Rahman. Hubungan Pengetahun dan Sikap Ibu dengan Pertolongan Persalinan

pada Tenaga Kesehatan di Desa Lolu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal

Kesehatan Tadulako. 2016;2:1-72.


11. Asep Hermawan. Gambaran Pilihan Persalianan Oleh Tenaga Non Kesehatan/Tanpa

Pertolongan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2017;8(1):89-102.

12. Robin Dompas. Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan.

Jurnal Ilmiah Bidan. 2014;2(2):71- 6.

13. Tutik Inayah Susilaningsih. Gambaran Pemberian Asi Eksklusif Bayi 0-6 Bulan di

Wilayah Puskesmas Samigaluh II Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Reproduksi.

2013;4(2):81 – 9.

14. Kharisma Kusumaningtyas, Sri Wayanti. Faktor Pendapatan dan Pendidikan

Keluarga terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun. Jurnal

Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 2016;VII(1).

15. Farida, Eddy Syahrial, Lita Sri Handayani. Gambaran Peran Keluarga terhadap

Penderita TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013. Medan: Universitas

Sumatera Utara; 2013.

16. Agnes Stella Koyongian, Rina Kundre, Jill Lolong. Hubungan Peran Keluarga

dengan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi di Desa Batu Kecamatan Likupang

Selatan kabupaten Minahasa Utara. e-Journal Keperawatan (eKp). 2015;3(3).

17. Firri Sastradimulya, Eka Nurhayati, Yuli susanti. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Pasien Tentang Jaminan Kesehatan Nasional dengan Status Kepesertaan BPJS.

Bandung: Universitas Islam bandung; 2015.

18. Sri Utami, Sri Kurniati Handayani. Ketersediaan Air Bersih untuk Kesehatan:Kasus

dalam Pencegahan Diare pada Anak. Jakarta: Universitas Terbuka; 2017. 24.

Qudsiyah et al. Factors Assosiated with High Number of Open Defecation (OD) in

District Jember (Studies in Sumber Kalong Village, Kalisat Subdistrict). eJurnal

Pustaka Kesehatan. 2015;3(2):362- 9.


19. http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Monitoring%20dan%20

Evaluasi%20PIS-PK.pdf

20. http://dinkes.dharmasrayakab.go.id/artikel/9/pprogram-indonesia-sehat.pendekatan-

keluarga-pis-pk-dalam-pembangunan-kesehatan-di-indonesia.html

21. https://www.scribd.com/document/365248303/SPM-PIS-PK-GERMAS-pdfA

Anda mungkin juga menyukai