Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah
persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses
penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya untuk menjawab permasalahan
secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengumpulan data
empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah.1
Memulai suatu penelitian supaya tidak mengalami kesulitan dibutuhkan
sebuah rangsangan pikiran yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian juga
memiliki objek yang berbeda tergantung pada topik dan tema yang diteliti baik
yang berkaitan dengan ilmu sosila atau ilmu pasti, oleh karena itu diperlukan
sebuah pemikiran dasar yang akan menjadi kerangka penelitian, tipe
penelitian, metode penelitian, serta variabel penelitian seperti apa yang akan
dilakukan peneliti, dalam hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis maka
diperlukan alur pikir peneliti yang dimulai dari rumusan masalah, hipotesis
sampai dengan simpulan umum yang harus ditulis secara runtut dan
merupakan benang merah dalam suatu penelitian maka dari itu berdasarkan
latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas mengenai benang
merah rumusan masalah, hipotesis, dan simpulan penelitian.1,2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa rumusan masalah, hipotesis, dan simpulan penelitian?
2. Bagaimana benang merah rumusan masalah, hipotesis, dan simpulan
penelitian?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami mengenai benang merah rumusan
masalah, hipotesis, dan simpulan dalam suatu penelitian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rumusan Masalah


Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan,
antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau
faktanya. Misalnya, seharusnya untuk mencapai masyarakat yang sehat, semua
anggota masyarakat harus membuang kotoran di kakus, harus minum dengan
air bersih, makan makanan yang bergizi cukup, dan sebagainya. Tetapi pada
kenyataannya banyak masyarakat yang buang air besar di kebun atau kali,
minum air yang tidak bersih dan tidak dimasak, makan yang hanya ala
kadarnya, dan sebagainya. Hal ini berarti ada kesenjangan, dan ini adalah satu
masalah kesehatan masyarakat.3,4
Dalam memilih masalah penelitian baik yang akan digunakan untuk
kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat
digunakan kriteria-kriteria antara lain: 3,4
1. relatif masih baru
2. aktual, artinya memang masalah yang akan diteliti ini menjadi masalah
saat ini
3. memadai, artinya sesuai dengan kemampuan dan yang diharapkan dari
peneliti
4. sesuai dengan kebijakan pemerintah, artinya merupakan kebutuhan dari
program pelayanan.
Sebelum merumuskan masalah penelitian, peneliti harus mengidentifikasi
masalah dan memberikan batasan masalah. Identifikasi masalah merupakan
proses mendata/menginventarisir/mengidentifikasi berbagai masalah yang
berkaitan dengan topik penelitian. Hal ini membutuhkan wawasan luas dari
peneliti tentang topik penelitian dari berbagai sudut. Batasan masalah adalah
proses memilih dan membatasi masalah yang akan diteliti. Batasan masalah
harus diambil agar penelitian dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi,
valid, dan terpercaya. 3,4

2
Rumusan masalah adalah kalimat pertanyaan yang hendak dicari
jawabannya dalam penelitian. Merumuskan masalah penelitian dilakukan
dengan cara membuat pernyataan (problem statement) dan pertanyaan
(research question). 3,4
Jantung dalam suatu penelitian adalah masalah penelitian. Masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut:5
1. mengamati fenomena alam, sosial dan atau teknologi yang menarik
perhatian
2. mempelajari tulisan, karya, pengalaman peneliti (termasuk peneliti lain)
yang terbit lebih dahulu
3. mengembangkan penelitian sebelumnya
4. mengaitkan masalah penelitian dengan minat peneliti
5. mengikuti firasat/intuisi peneliti
Setiap penelitian harus selalu berangkat dari masalah. Masalah dapat
diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dan
kenyataan, apa yang direncanakan dan apa kenyataan, adanya pengaduan dan
kompetensi. Dengan lain perkataan, masalah adalah kesenjangan antara yang
diharapkan dengan kenyataan (das sein und das sollen).5
Rumusan masalah adalah pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data. Dalam membuat rumusan masalah perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:5
1. harus dinyatakan dengan jelas dan tegas konkret masalah yang akan
diteliti;
2. relevan dengan waktu;
3. berhubungan dengan suatu persoalan teoritis atau praktis;
4. berorientasi pada teori (teori merupakan body of knowledge);
5. dinyatakan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang mengandung
masalah
6. harus dapat menjelma menjadi hipotesis (misalnya : lima masalah akan
menjadi lima hipotesis dan lima simpulan umum); serta
7. benang merah penelitian tampak jelas sejak merumuskan masalah sampai
dengan menyimpulkan hasil penelitian.

3
Bentuk kalimat tanya dapat menggambarkan rumusan masalah tersebut
dengan rancangan penelitian dan analisis statistikanya sehingga dapat
menggambarkan alur pikir atau benang merah penelitian tersebut.
Rumusan masalah dapat dikategorikan ke dalam beberapa golongan,
seperti rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.5
1. Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang berkenaan
dengan petanyaan terhadap keberadaan mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini
peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain
dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. Dalam hal ini
peneliti hanya menjabarkan atau mendeskripsikan data hasil penelitian,
bisa dengan bantuan tabel dan diagram atau grafik, sehingga hasil temuan
tersebut menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penelitian semacam
ini dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan masalah deskriptif
sebagai berikut:8,9
a. bagaimana peningkatan hasil ujian akhir nasional (UAN) siswa
Sekolah Dasar di Indonesia?
b. bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap rencana pemerintah
menetapkan wajib belajar 12 tahun?
c. seberapa besar peranan orangtua dalam memotivasi anak untuk
berprestasi?
d. bagaimana taraf tingkat kepuasan orangtua murid terhadap pelayanan
penerimaan siswa baru di sekolah?
e. bagaimana taraf minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-
murid sekolah dasar di daerah luar Jawa?
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa setiap pertanyaan
penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri
(bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif) namun dari
contoh-contoh yang diuraikan di atas, peneliti perlu menambahkan secara
spesifik batasan penelitian yang dilakukan. Misalnya secara jelas
ditetapkan sekolah ‘tertentu’ sebagai tempat dilakukan penelitian,

4
kalau memang peneliti memiliki lingkup penelitian yang dilakukan.
Rumusan masalah yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa peneliti
bermaksud mengetahui:8,9
a. sebaran persentase dan tingkat peningkatan hasil ujian akhir nasional
(UAN) siswa sekolah dasar di Indonesia.
b. mengidentifikasi bagaimana tanggapan masyarakat terhadap rencana
pemerintah menetapkan wajib belajar 12 tahun (yang mungkin
digambarkan dengan persentase atau gambaran yang memberi kriteria:
tanggapan setuju dan tidak setuju).
c. menggambarkan seberapa besar peranan orangtua dalam memotivasi
anak untuk berprestasi (misalnya dapat diuraikan dengan gambaran
yang berperan penuh, kurang berperan dan tidak peduli)
d. menguraikan hasil identifikasi taraf kepuasan orangtua murid terhadap
pelayanan penerimaan siswa baru di sekolah (hasilnya berupa jumlah
atau persentase yang: sangat puas, agak puas dan sangat tidak puas).
e. menjabarkan bagaimana sebaran taraf minat baca dan lama belajar
rata-rata per hari murid-murid sekolah dasar di daerah luar Jawa (dapat
digambarkan berupa tabel atau grafik tentang sebaran taraf minat
murid).
2. Rumusan masalah komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan
masalah komparatif adalah sebagai berikut:8,9
a. adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP dari sekolah
negeri dan swasta?
Sebagai variabel penelitian adalah prestasi belajar berdasarkan
perbandingan dua sampel yaitu status sekolah yang berbeda: negeri
dan swasta.
b. adakah perbedaan motivasi kerja guru antara sekolah di pulau Jawa
dan di Luar Jawa? (satu variabel dua sampel).

5
Sebagai variabel penelitian adalah motivasi kerja guru berdasarkan
perbandingan di dua wilayah yang berbeda yaitu: pulau Jawa dan di
luar Jawa.
c. adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara siswa SMA
yang mengikuti program bimbingan belajar (bimbel) dan belajar
mandiri? (dua variabel dua kelompok sampel).
Sebagai variabel penelitian adalah motivasi belajar dan hasil belajar
berdasarkan perbandingan dua kelompok belajar: bimbel dan belajar
mandiri.
d. adakah perbedaan kemampuan bersosialisasi anak antara yang diasuh
dengan pola asuh otoriter, permisive dan demokratis? (satu variabel
untuk tiga kelompok sampel).
Sebagai variabel penelitian adalah kemampuan bersosialisasi
berdasarkan perbandingan tiga kelompok dengan pola asuh: otoriter,
permisive dan demokratis.
e. adakah perbedaan tingkat kecerdasan anak dan immunitas anak yang
pada waktu bayi diberi susu eksklusif, non eksklusif dan susu sapi?
(dua variable untuk tiga kelompok sampel)
Sebagai variabel penelitian adalah tingkat kecerdasan anak dan
immunitas anak berdasarkan perbandingan tiga kelompok pemberian
susu saat bayi: eksklusif, non eksklusif dan susu sapi.
f. adakah perbedaan produktivitas penulisan jurnal ilmiah antara guru
yang sudah lulus sertifikasi dan yang belum lulus? (satu variabel dua
kelompok sampel)
Sebagai variabel penelitian adalah produktivitas penulisan jurnal
ilmiah berdasarkan perbandingan dua kelompok dengan kriteria: lulus
sertifikasi dan belum lulus.
3. Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan
kausal, dan interaktif/timbal balik.8,9

6
a. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah merupakan hubungan antara dua
variabel atau lebih yang munculnya bersamaan atau diartikan sejajar.
Pada penelitian dengan bentuk hubungan ini, tidak dapat dikatakan
variabel mana yang mempengaruhi variabel lainnya, dengan kata lain
kedua variabel memiliki kedudukan yang sama kuat atau setara. Jadi
bentuk hubungannya bukan hubungan kausal atau interaktif. Contoh
rumusan masalah penelitian hubungan simetris sebagai berikut:8,9
1) adakah hubungan antara ukuran tinggi badan dengan keinginan
untuk sehat?
2) adakah hubungan kemampuan di bidang matematika dengan
kemampuan berbahasa Inggis?
3) adakah hubungan sikap toleransi dengan tingkat kemampuan
bicara?
4) adakah hubungan antara tingkat kekayaan dengan kecerdasan?
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan dapat dijelaskan
bahwa rumusan masalah penelitian hubungan simetris, selain ditandai
dengan bentuk hubungan kedua variabel yang sejajar juga dicirikan
dengan kata penghubung “dengan” diantara dua atau lebih variabel.
Hubungan simetris dari contoh tersebut jelas menunjukkan bahwa
kondisi salah satu variabel bukanlah akibat atau pengaruh variabel
lainnya.
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Bentuk hubungan ini menunjukkan terdapat variabel independen atau
variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen
atau variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Namun dalam bentuk
hubungan ini hanya salah satu variabel yang mempengaruhi variabel
lainnya atau kondisi tersebut tidak dapat dianggap berlaku sebaliknya.
Contoh rumusan masalah penelitian hubungan kausal sebagai
berikut:8,9

7
1) adakah hubungan pengetahuan gizi anak dengan pola pemilihan
makanan jajanan anak
2) adakah hubungan motivasi untuk sukses terhadap prestasi belajar
siswa?
3) seberapa besar pengaruh kurikulum dan media pendidikan terhadap
kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah?
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, dapat dijelaskan
bahwa rumusan masalah penelitian hubungan kausal ditandai dengan
bentuk hubungan kedua variabel bersifat sebab akibat juga dicirikan
dengan kata penghubung “terhadap” diantara dua atau lebih variabel.
c. Hubungan Interaktif
Hubungan interaktif/timbal balik adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Pada pola penelitian ini tidak diketahui mana variabel
independen maupun variabel dependen. Contoh rumusan masalah
penelitian hubungan Interaktif sebagai berikut:8,9
1) adakah hubungan antara harga, promosi dengan penjualan produk
‘X’? (X1 adalah variabel harga dan X2 adalah variabel promosi
sedangkan Y adalah variabel penjualan)
2) adakah pengaruh antara kualitas kinerja dan loyalitas karyawan
layanan yang diberikan suatu perusahaan dengan tingkat kepuasan
pelanggan? (Dalam kasus ini variabel X adalah kualitas kinerja,
variabel Y adalah loyalitas karyawan dan variabel Z adalah
kepuasan pelanggan).
Berikut ini contoh-contoh rumusan masalah.5
1. Apakah ada perbedaan?
Kalimat tanya ini menggambarkan rumusan masalah dengan
rancangan penelitian yang akan dilakukan uji statistika berupa uji beda
dalam proses selanjutnya.
2. Apakah ada korelasi (asosiasi)?
Kalimat tanya ini menggambarkan rumusan masalah dengan
rancangan penelitian yang akan dilakukan uji asosiasi atau korelasi pada
proses selanjutnya.

8
3. Faktor risiko manakah yang lebih dominan daripada faktor risiko yang
relevan dari masalah ini?
Kalimat tanya ini menggambarkan rumusan masalah dengan
rancangan penelitian akan dilakukan uji risiko pada proses selanjutnya.
4. Apakah marka-marka tersebut dalam rancangan penelitian ini sensitif
untuk dipakai sebagai alat bantu diagnosis?
Kalimat tanya ini menggambarkan rumusan masalah dengan
rancangan penelitian yang akan dilakukan uji diagnostik pada proses
selanjutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis narasi rumusan masalah adalah
sebagai berikut:5
1. Rumusan masalah merupakan kalimat tanya yang khas (menyebutkan
variabel penelitian).
Misalnya: Bagaimanakah hubungan antara perilaku merokok dengan
penyakit jantung? Satu variabel bebas, satu variabel tergantung
2. Variabel bebas lebih dari satu→BOLEH DISATUKAN, Variabel
tergantung lebih dari satu→DIPISAH.
Misalnya: Adakah hubungan antara pengobatan dan kesembuhan serta
efek sampingnya? Pertanyaan pertama untuk kesembuhan, pertanyaan
berikutnya untuk efek samping. Untuk kesembuhan pada pemakaian obat
mungkin jumlah sampel cukup dengan 50 subjek, tetapi efek samping obat
jumlah sampel mungkin mencapai 1000 subjek.
Merumuskan masalah penelitian dirasakan sukar karena:9
1. Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian
yang jelas.
2. Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan
masalah penelitian sesuai dengan data yang tersedia.
3. Peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk terlalu umum
dan ambiugitas sehingga menyulitkan interprestasi hasil dan
pembuatan kesimpulan penelitian.

9
Kesalahan umum dalam perumusan masalah
Berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan peneliti dalam
penemuan masalah penelitian antara lain:9
1. Konsepnya belum matang (immature)
Peneliti menemukan masalah tanpa terlebih dahulu menelaah hasil-
hasil penelitian sebelumnya dengan topic sejenis, serta tidak terlalu banyak
membahas teori dan konsep sehingga masalah penelitian tidak didukung
oleh kerangka teoritis yang baik.
2. Gagasan yang ditawarkan belum Akurat
Peneliti memilih masalah penelitian yang hasilnya kurang
memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori atau pemecahan
masalah praktis.
3. Kurang memberi Kontribusi
Peneliti memilih masalah penelitian yang hasilnya kurang
memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori atau pemecahan
masalah praktis.
4. Ketidaksesuaian Fenomena penelitian dengan Metode analisis
Sifat fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai dilakukan
menggunakan analisis yang dipilih. Misalnya meneliti suatu fenomena
yang dianalisis secara kuantitatif, padahal sebaiknya lebih tepat dilakukan
secara kualitatif.

2.2 Hipotesis
Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.
Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian maka dalam perencanaan
penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian tersebut.
Jawaban sementara dari suatu penelitian biasanya disebut hipotesis.6,7
Istilah Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu; hipo= dibawah dan
thesis= pernyataan atau teori. Hipotesis dikatakan sebagai simpulan
probabilistik sebagai jawaban atas masalah. Sehingga hipotesis sering
dikatakan sebagai pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya.

10
Untuk sampai kepada simpulan perlu pengujian atas kebenarannya. Dalam
penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban
sementara ini biasanya disebut hipotesis. Hipotesis dapat dikatakan pula
sebagai patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam suatu penelitian. Setelah melalui pengujian dari hasil
penelitian, hipotesis ini dapat teruji benar (diterima) atau salah (ditolak). Bila
diterima atau terbukti maka hipotesis tersebut menjadi tesis.6,7
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis data dalam
menguji rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah, hasil akhir akan
suatu penelitian. Hasil akhir penelitian ini disebut juga kesimpulan penelitian,
generalisasi atau dalil yang berlaku umum, walaupun pada taraf tertentu hal
tersebut mempunyai perbedaan tingkatan sesuai dengan tingkat kebermaknaan
(significantcy) dari hasil analisis statistik. Hasil pembuktian hipotesis atau
hasil akhir penelitian ini juga sering disebut tesis. Hipotesis ditarik dari
serangkaian fakta yang muncul sehubungan dengan masalah yang diteliti. Dari
fakta dirumuskan hubunga antara variabel satu dengan variabel lain dan
membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara
berbagai fakta.6,7
Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena dengan hipotesis ini
maka penelitian diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan)
dalam pengumpulan data. Secara garis besar hipotesis dalam penelitian
mempunyai peranan sebagai berikut: 6,7
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian
2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data
3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau
data
4. Membantu mengarahkan dalam mengindentifikasi variabel-variabel yang
akan diteliti (diamati)
Mengingat hipotesis merupakan panduan dalam menganalisis hasil
penelitian, sedangkan hasil penelitian itu harus menjawab tujuan penelitian
maka suatu hipotesis harus sejalan atau konsistensi dengan tujuan penelitian,
utamanya tujuan khususnya. Oleh sebab itu, sebelum merumuskan hipotesis

11
harus diingat lagi tujuan penelitiannya. Dari hipotesis, peneliti menarik
kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara dan harus dibuktikan
kebenarannnya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari pelaksanaan
penelitian. Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis dapat dilakukan
antara lain dengan:6,7
1. Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung
dilapangan seperti: rumah sakit, puskesmas, atau laboratorium. Dalam
mengemukakakn fakta ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan
atau penafsiran dari keaslian fakta yang diperoleh.
2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau
menafsirkannya dari sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan
orang yang mengidentifikasi tersebut sehingga masih dalam bentuknya
yang asli.
3. Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan
menyusunnya dalam bentuk penalaranabstrak, yang sudah merupakan
simbol berpikir sebagai generalisasi dari hubungan antara berbagai
variabel fakta atau variabel.
Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan
hipotesis. Sebab, hipotesis merupakan simpulan yang ditarik berdasarkan
fakta yang ditemuka. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar
membuat kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu
ramalan, tetapi bukan hanya sekedar ramalan. Sebab, hipotesis ditarik dari
dan berdasarkan suatu hasil serta problematika yang timbul dari penelitian
pendahuluan dan hasil pemikiran yang logis dan rasional. Hipotesis juga
dapat dirumuskan dari teori ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.6,7
1. Bentuk Rumusan Hipotesis
Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu
yang diduga atau hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau
lebih yang dapat diuji secara empiris. Biasanya hipotesis terdiri dari
pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua
variabel, variabel bebas (independent variables) dan variabel terikat

12
(dependent variable). Variabel bebas ini merupakan variabel
penyebabnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan
variabel akibat atau variabel terpengaruh.6,7
Contoh:
Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru. Di dalam contoh ini
merokok adalah variabel independen (penyebabnya), sedangkan kanker
paru-paru merupakan variabel dependen atau akibatnya.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu
kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Oleh
sebab itu, hipotesis harus mempunyai landasan teoretis, bukan hanya
sekedar suatu dugaan yang tidak mempunya landasan ilmiah, melainkan
lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-ciri suatu hipotesis antara
lain:6,7
a. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement)
bukan dalam bentuk kalimat tanya.
b. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini
berarti bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu
pengetahuan yang sedang atau diteliti.
c. Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang dapat diukur dan
dapat dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran
variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif.
d. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis tidak akan
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu
luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut
perlu dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah
teknik yang akan digunakan dalam mebuji rumusan hipotesis yang dibuat.
Apabila suatu teknik tertentu dalam rumusan hipotesis tersebut sudah
ditetapkan maka bentuk rumusan hipotesis yang dibuat dapat digunakan
dalam penelitian.

13
2. Jenis-jenis Rumusan Hipotesis
Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan menjadi
tiga, yakni:6,7
a. Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat
ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul.
Hipotesis ini sering juga disebut hipotesis alternative, karena
mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya.
Biasanya menggunakan rumusan pernyataan: “Jika………,
maka…….”. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau
terjadi pada suatu situasi maka ada akibat tertentu yang dapat
ditimbulkan. 6,7
Contoh sederhana:
1) Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk maka penyakit
menular di daerah tersebut tinggi.
2) Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih maka
angka kematian bayi di daerah tersebut tinggi.
3) Jika pendapatan per kapita suatu negara rendah maka status
kesehatan masyarakat di negara tersebut rendah pula.
4) Dan seterusnya.
Di samping rumusan hipotesis seperti tersebut, beberapa peneliti
merumuskan hipotesis kerja sebagai berikut: 6,7
1) Ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan penyakit
menular.
2) Ada hubungan antara persaliba tabg dilakukan oleh dukun terlatih
dengan kematian bayi
3) Ada hubungan antara pendapatan per kapita dengan status
kesehatan masyarakat.
4) Dan seterusnya.
Meskipun pada umumnya, rumusan hipotesis seperti tersebut
sebelumnya sering digunakan, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya
rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan hipotesis kerja yang

14
paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi
penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk
kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain
seperti di atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah.
b. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipotesis nol yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistika
Fisher, dirumuskan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis
nol ini selalu ada implikasi “tidak ada perbedaan”, yang rumusannya
adalah: “Tidak ada perbedaan antara………. dengan …………”
Dengan perkataan lain hipotesis nol dibuat untuk menyatakan
sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna
antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang
dipermasalahkan.6,7
Contoh sederhana hipotesis nol:
1) Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit
jantung antara penduduka kota dengan penduduk desa.
2) Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak
mendapat ASI pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang
mendapat ASI pada waktu bayi
3) Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok
penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan
kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari sumur
4) Dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang
bersangkutan adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang
mendapatkan ASI sama dengan status gizi anak balita yang tdak
mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan dengan “selisih” maka
akan menunjukkan hasil dengan nol maka disebut hipotesis nol. Bila
dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama, atau tidak ada
perbedaan. Oleh sebab itu, apabila diuji dengan metode statistika akan
tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan
sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak maka

15
hipotesis alternatifnya yang diterima. Itulah sebabnya maka setiap
rumusan hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan hipotesis
alternatif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya
Ho: x = y), sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha
(misalnya Ha: x= > y).6,7
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis
utama yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis
yang lain. Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak
hipotesis atau “subhipotesis”, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari
hipotesis mayor. Di dalam pengujian statistik hipotesis ini sangat
penting, sebab dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada
hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.6,7
Contoh tidak sempurna:
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan
tingginya penyakit menular”.
Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni variabel
penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular).
Kita ketahui bahwa penyakit menulari itu luas sekali, antara lain
mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC,
campak, dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam
penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor yang
banyak sekali, yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang
hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi
lingkungan, misalnya:
a. adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya
sanitasi lingkungan
b. adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya
sanitasi lingkungan
c. adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.
d. dan sebagainya.

16
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut
terbukti bermakna korelasi antara kedua variabel di dalam masing-
masing hipotesis minor tersebut maka berarti hipotesis mayornya juga
diterima. Jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan
dengan penyakit menular.6,7
c. Hipotesis hubungan dan hipotesis perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau
perbedaan dua variabel atau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang
dugaan adanya hubungan antara dua variabel. Misalnya, ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan praktik pemeriksaan hamil. Hipotesis
dapat diperjelas menjadi: Makin tinggi pendidikan ibu, makin sering
(teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan hipotesis perbedaan
menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua
variabel; misalnya, praktik pemberian ASI ibu-ibu di kelurahan X
berbeda dengan praktik pemberian ASI ibu-ibu di kelurahan Y.
Hipotesis ini lebih dielaborasi menjadi: Praktik pemberian ASI ibu-ibu
di kelurahan X lebih tinggi bila dibandingkan dengan praktik
pemberian ASI ibu-ibu di kelurahan Y.6,7
Hipotesis dibagi atas; 1) Hipotesis penelitian dan 2) Hipotesis statistika.
Umumnya hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan
antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Variabel berupa
; 1) variabel bebas, 2) variabel terikat. Variabel bebas merupakan varabel
penyebab atau variabel pengaruh, sedangkan varabel terikat merupakan
varabel akibat atau variabel terpengaruh.5
Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya
hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Kalau hipotesis itu
terbukti maka menjadi thesis. Lebih dari itu rumusan hipotesis itu sudah akan
tercermin variabel-variabel yang akan diamatiatau diukur, dan bentuk
hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan. Oleh sebab itu
hipotesis seyogianya harus spesifik, konkret, dan observable (dapar
diamati/diukur).

17
Hipotesis terkadang dapat dijabarkan ke dalam hipotesis-hipotesis yang
lebih spesifik lagi (subhipotesis). Beberapa orang sering membedakan adaya
hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor masih bersifat umum,
sedangkan hipotesis minor merupakan penjabaran hipotesis mayor yang lebih
bersifat khusus (spesifik).
Contoh hipotesis mayor dan hipotesis minor:5
Hipotesis mayor:
Penggunaan air bersih masyarakat ditentukan oleh kualitas sarana air bersih
yang tersedia, perilaku, pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga.
Hipotesis minor:
1. Makin tinggi pendidikan makin baik kualitas air bersih yang digunakan
2. Makin baik kualitas sarana air bersih, makin baik kualitas air bersih
3. Makin baik perilaku, makin baik kualitas air bersih yang digunakan
4. Makin tinggi tingkat ekonomi, makin baik kualitas air bersih yang
digunakan
Hipotesis mayor:
Ada hubungan antara perilaku ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita
Hipotesis minor:
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak
balita
2. Ada hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita
3. Ada hubungan antara praktik pemberian makanan anak balitanpleh ibu
dengan status gizi anak balita.
Apabila suatu hipotesis sudah spesifik, dan sudah tidak perlu dijabarkan
lagi maka hipotesis minor (subhipotesis) tidak perlu disusun lagi.
Jika hipotesis sudah diuji dan diterima kebenarannya, maka hipotesis
tersebut menjadi simpulan. Simpulan itu dapat dibuat sebagai suatu teori atau
dalil. Jadi sebuah hipotesis adalah turunan dari suatu teori yang sudah ada,
kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya muncul teori baru. Pengujian
suatu teori dapat pula menjawab hal-hal yang masih kontroversial dan suatu
penelitian akan dapat memperkuat salah satu teori, hasil pengujian tersebut

18
akan menghasilkan penguatan teori lama (re-teori). Bila teori itu belum ada
yang melaporkannya maka hasil penelitian tersebut membuahkan teori baru.
Ciri-ciri hipotesis penelitian adalah narasi yang:5
1. konsisten dengan pertanyaan rumusan masalah penelitian;
2. dalam penulisannya dinyatakan dalam kalimat deklaratif jelas dan
sederhana, tidak bermakna ganda;
3. hanya dibuat untuk penelitian analitik;
4. dibangun dari premis-premis sebelumnya;
5. analisis atau konsekuensi dari 2 atau lebih premis;
6. menyatakan hubungan yang diharapkan ada dari variabel-variabel yang
diuji;
7. faktor-faktor yang diuji merupakan variabel secara spesifik yang dapat
diukur dan dapat dibandingkan;
8. hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama;
9. hipotesis dapat dibuat dalam bentuk hipotesis negatif maupun hipotesis
positif;
10. hipotesis positif dapat dibuat dalam hipotesis satu arah atau dua arah;
11. hipotesis boleh mengandung beberapa variabel bebas tapi hanya
mengandung satu variabel tergantung (untuk menghindari uji hipotesis
statistika yang mendua sebaiknya hanya mengandung satu variabel bebas
dan satu variabel tergantung).
Contoh Hipotesis Penelitian:5
1. tidak terdapat perbedaan kadar kolesterol antara pasien yang mendapat
terapi A dengan terapi B (NEGATIF)
2. terdapat perbedaan kadar kolesterol antara pasien yang mendapat terapi A
dengan terapi B (POSITIF DUA ARAH)
3. kadar kolesterol subjek yang mendapat terapi A lebih rendah daripada
pasien yang mendapat terapi B (POSITIF SATU ARAH)
Peneliti 1 HIPOTESIS PENELITIAN HIPOTESIS STATISTIKA (H0)
Terdapat perbedaan proporsi Tidak terdapat perbedaan
kesembuhan antara pasien proporsi kesembuhan antara
yang diobati obat A pasien yang diobati obat A

19
dibandingkan obat B dibandingkan obat B
Peneliti 2 Tidak terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan
proporsi kesembuhan antara proporsi kesembuhan antara
pasien yang diobati obat A pasien yang diobati obat A
dibandingkan obat B dibandingkan obat B
Hipotesis penelitian bersifat individual,
sementara hipotesis statistik bersifat universal
Bagan: Hipotesis penelitian kaitannya dengan hipotesis statistika
Manfaat Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian
2. mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta,
yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti
3. sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-
berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh
4. sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antar fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat
tergantung pada:
1. pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada
2. imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti
3. kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti
4. metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

2.3 Simpulan Penelitian


Menyatakan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti berkaitan
dengan Tesis/Disertasi berupa Simpulan dan Saran. Alur fikir peneliti sejak
rumusan masalah, hipotesis sampai simpulan umum runtut merupakan
“benang merah” penelitian.5

20
Simpulan adalah pernyataan tentang menyatakan temuan-temuan penelitian
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Simpulan dibagi menjadi dua,
yaitu simpulan umum dan simpulan khusus.5
Simpulan Umum merupakan jawaban atas rumusan masalah, berupa narasi
tidak memakai istilah statistika.5
Simpulan Khusus merupakan hasil pembahasan yang khusus yaitu hasil dari
pembahasan yang didapat diluar masalah utama dan penting untuk di
simpulkan, serta dapat dilengkapi dengan hasil uji statistika.5

2.4 Benang Merah Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Simpulan Penelitian


Pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti berkaitan dengan
tesis/disertasi berupa simpulan dan saran. Alur fikir peneliti sejak rumusan
masalah, hipotesis sampai simpulan umum runtut merupakan “benang merah”
penelitian. Alur pikir atau benang merah suatu penelitian digambarkan dari
rumusan masalah dengan rancangan penelitian dan analisis statistikanya.
Pernyataan atau jawaban sementara atas masalah yang masih lemah
kebenarannya dan harus diuji melalui sebuah penelitian disebut hipotesis
sehingga nanti dari pembuktian atau analisis data dalam menguji hipotesis
akan diperoleh suatu simpulan penelitian.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap penelitian harus selalu berangkat dari masalah, masalah dapat
diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dan
kenyataan, apa yang direncanakan dan apa kenyataan, adanya pengaduan dan
kompetensi. Rumusan masalah adalah pertanyaan yang akan dicari
jawabannya melalui pengumpulan data dan bentuk kalimat tanya tersebut
dapat menggambarkan rumusan masalah dengan rancangan penelitian dan
analisis statistikanya sehingga dapat menggambarkan alur pikir atau benang
merah penelitian tersebut. Hipotesis dikatakan sebagai simpulan probabilistik
sebagai jawaban atas masalah, sehingga hipotesis sering dikatakan sebagai
pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, untuk sampai kepada
simpulan perlu pengujian atas kebenarannya. Setelah melalui pengujian dari
hasil penelitian, hipotesis ini dapat teruji benar (diterima) atau salah (ditolak).
Bila diterima atau terbukti maka hipotesis tersebut menjadi tesis. Simpulan
yang diperoleh dari pembuktian atau analisis data dalam menguji hipotesis
itulah disebut simpulan penelitian.

3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca karena di dalam sebuah penelitian, alur fikir
peneliti sejak rumusan masalah, hipotesis sampai simpulan umum yang runtut
merupakan benang merah dari suatu penelitian tersebut maka rumusan
masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan padat,
hipotesis dibuat atau disusun secara sestematis dan dibuat sesuai jenis-jenis
yang ada, sehingga didapatkan simpulan atau hasil penelitian yang sesuai
dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmadinata SN. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya


Offset;2011.
2. Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung:Alfabeta;2012.
3. Ahmad ID. Metodologi Penelitian Kebidanan. Cirebon:Sinar Caruban
Sukses;2017.
4. Yakin IH. Metodologi Penelitian. Bandung:Karima;2017.
5. Satari MH, Wirakusumah FF. Konsistensi penelitian. Bandung:Refika
Aditama;2011.
6. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta;2018.
7. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta;2010.
8. Maharani H. Modul Metode Penulisan Penelitian Ilmiah. [Diunduh pada
tanggal 22 November 2019 pukul 17.45 WIB]. tersedia dari:
https://www.academia.edu/12342863/Modul_Metode_Penulisan_Penelitian_Il
miah.
9. Mahdiyah. Modul Perumusan Masalah. [Diunduh pada tanggal 22 November
2019].Tersedia dari:http://repository.ut.ac.id/4331/1/MPDR5300-M1.pdf.

23

Anda mungkin juga menyukai