Anda di halaman 1dari 2

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk memantau cakupan, antara

lain : kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi dini Risiko Tinggi (Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, serta kunjungan neonatal (KN) di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
(Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut Direktorat Bina Kesehatan Keluarga (1990),
penyelenggaraan pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas mencakup kebijaksanaan umum
dan kebijaksanaan operasional.
2. Kebijaksanaan
a. Kebijaksanaan Umum meliputi :
1) Memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan jenjang pelayanan yang telah ditetapkan.
2) Meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, kader) dalam menunjang
penyelenggaraan pelayanan atenatal dengan pendidikan dan penyuluhan.
3) Meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun fasilitas pelayanan antenatal.
4) Mengintegrasikan cakupan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan menurunkan Missed Opportunity.
b. Kebijakan Operasional meliputi ;
1) Menemukan kehamilan dengan risiko tinggi sedini mungkin
2) Menanggulangi adanya kelainan risiko tinggi sedini mungkin
3) Melakukan upaya pencegahan neonatal tetanus dengan pemberian imunisasi TT sebanyak 2 (dua)
kali selama kehamilan dengan selang waktu minimal 4 (empat) minggu
4) Pemberian tablet tambah darah pada setiap ibu hamil
5) Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 (empat) kali pada trimester pertama 1 (satu) kali,
trimester kedua 1 (satu) kali pada trimester 3 (ketiga) 2 (dua) kali.
6) Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan atas indikasi
7) Menyediakan sarana pelayanan antenatal sesuai dengan jenjang pelayanan.
8) Memberi penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga dan suami tentang cara hidup sehat. Perawatan
payudara, gizi ibu hamil, perawatan bayi dan tali pusat, pentingnya pemeriksaan kehamilan ke
Puskesmas, Puskesmas pembantu maupun posyandu.
9) Memberikan pelayanan antenatal di Puskesmas pada setiap hari kerja
10) Melakukan rujukan intern Puskesmas di bagian KIA untuk menjaring ibu hamil yang datang
dengan keluhan lain.
3. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Mayers (1996) mengemukakan bahwa dalam pelayanan kesehatan yang baik terdapat 4 (empat)
elemen pokok yaitu aksesibilitas, kualitas, kesinambungan dan efesiensi dari pelayanan.
a. AksesibilitasPelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu yang ia butuhkan.
Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai jenis pelayanan, peralatan, obat-
obatan, dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan pengetahuan dan tehnik paling
mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling baik. Kualitas pelayanan berhubungan
dengan kompetensi profesional dan provider.
c. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas yang baik juga harus
memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan harus memperlakukan pasien sebagai
manusia secara utuh melalui kontak yang terus menerus antara individu dengan provider.
d. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah efesiensi yang menyangkut aspek
ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi pasien, provider maupun bagi
organisasi/institusi penyelenggaraan pelayanan.
Donabedian (1986) mengemukakan bahwa keberhasilan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari 3
faktor, yaitu pemberi pelayanan dimana ketiga faktor tersebut menjadi saling berinteraksi. Dengan
demikian kualitas suatu pelayanan kesehatan dapat diukur dari penampilan pemberi pelayanan dan
kualitas pelayanan yang diperoleh pemakai jasa pelayanan.
Dalam pelayanan antenatal aksesibilitas dan kesinambungan secara kuantitas dapat dilihat dari
jumlah dan frekuensi kunjungan ibu hamil untuk pemeriksaan kesehatannya. Untuk kepentingan
pemantauan teknis, Departemen Kesehatan mengembangkan indikator akses yaitu ratio (%) jumlah
kunjungan ibu hamil baru terhadap jumlah semua ibu hamil dalam satu tahun, dan indikator
cakupan yaitu rasio dari jumlah kunjungan ibu hamil baru yang ke-4 atau lebih, terhadap jumlah
semua ibu hamil dalam satu tahun.
Indikator-indikator yang dapat menggambarkan kualitas pelayanan antenatal masih terus dicari dan
dikembangkan. Dalam rangka meningkatkan efektifitas program KIA, Departemen Kesehatan dalam
kebijaksanaannya menentukan bahwa seorang ibu hamil perlu sedini mungkin mendapat
pemeriksaan kehamilan.
Kunjungan pertama (K-1) ibu hamil ke tempat pelayanan harus dilakukan dalam umur kehamilan tiga
bulan pertama (trimester), dan minimal mendapat 1 kali pemeriksaan dalam trimester tersebut.
Pada trimester II (umur kehamilan 4-6 bulan), ibu hamil minimal diperiksa 1 kali dan dalam trimester
III (umur kehamilan 7-9 bulan) minimal 2 kali, K-4 adalah kunjungan ibu hamil mendapat pelayanan
antenatal yang ke-4 atau lebih pada trimester III dengan kunjungan pertama pada trimester I dalam
hal jenis pelayanan yang diberikan oleh petugas antenatal, Departemen Kesehatan menetukan paket
minimal ’5T’ yang terdiri dari (T)imbang Berat Badan, ukur (T)ensi, ukur (T)inggi fundus, beri (T)ablet
tambah darah dan imunisasi (T)T.

Anda mungkin juga menyukai