2019
I
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah kontrasepsi
dan KB. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, mengingat keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan serta
pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran-
saran dan kritik yang sifatnya membangun yang menyempurnakan makalah ini. Mudah-
mudahan makalah ini dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Segala kesempunaan hanya milik Allah SWT. Sebagai makhluk
kita hanya dapat berusaha dan berdo’a, semoga kita masuk dalam golongan yang
dicintainya.
Mega Rosnawati
II
DAFTAR ISI
BAB I ……………………………………………………………………. 1
PENDAHULUAN ………………………………………….…………… 1
1.3 Tujuan…………………………………………………. 2
BAB II……………………………………………………….…………. 3
PEMBAHASAN……………………………………………………….. 3
2.6 Minilaparatomi………………………………………… 6
BAB III……………………………………………………………….... 14
PENUTUP…………………………………………………………...… 14
3.1 Simpulan………………………………………………... 14
3.2 Saran……………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. iv
III
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB). Sebaik apa pun program yang dilakukan pemerintah
tetapi tanpa peran aktif masyarakat, program tersebut tidak akan mencapai hasil yang
dengan peran serta pria untuk ikut berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi.
2012, partisipasi pria dalam ber-KB secara nasional hanya mencapai 2,8% di
antaranya 2,5% akseptor kondom dan 0,3% akseptor vasektomi. Berdasarkan data
tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi pria dalam ber-KB masih rendah jika
dengan budaya patriarki dimana peran pria lebih besar daripada wanita, hal ini
disebutkan adanya akses yang sama antara pria dan wanita terhadap fasilitas-
dalam perkembangan teknologi kontrasepsi antara metode pria dan wanita saat ini
itu harus memiliki khasiat jangka lama, tetapi bersifat revesibel dalam hal
jumlah sperma relative lebih sulit bila dibandingkan dengan menghambat terjadinya
ovulasi terhadpa wanita. Hal ini karena jumlah sperma sekali ejakulasi dapat
melebihi 20-40 juta sperma, sedangakn wanita umumnya hanya untuk menghambat
Masalahnya ialah beberapa metode yang dikembangjan sampai saat ini masih
belum dapat diedarkan dipasaran sebagai mana alat kontrasepsi pada perempuan.
Masih diperlukan uji klinik yang lebih luas sebelum digunakan untuk kepentingan
program keluarga berencana. Untuk itu perlu pemahaman lebih lanjut agar
1.3 Tujuan
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian KB
BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk mencegahterjadinya konsepsi
(kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8. Dapat diterima
darimewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi
untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru Program Keluarga Berencana ini,
melalui pemilihan alat kontrasepsi yang tepat mempunyai kontribusi penting dalam
bagi generasi muda memasuki usia nikah, program KB bagi penduduk miskin, dan
rapat Penyerahan Daftar Isian Proyek Anggaran (DIPA) 2011 kepada jajaran BKKBN
di Jakarta. Penekanan tiga prioritas program tersebut, karena sesuai hasil evaluasi
dinilai masih rendah, termasuk penduduk di daerah terpencil dan perbatasan, serta
sosialisasi program bagi generasi muda menjelang usia nikah juga masih kurang.
Adanya anggaran untuk program KB Nasional termasuk BKKBN pada 2011 yang
mencapai Rp 2,4 triliun, makatiga sasaran kesertaan KB tersebut, termasuk di luar tiga
antara lain penurunan pertumbuhan penduduk dari 1,4 persen per tahun saat ini
menjadi 1,1 persen pada 2014, serta penurunan angka kesuburan wanita (TFT-total
Kesertaan KB Pria yang baru mencapai 1,5 persen saat ini, BKKBN
oral (pil) KB Pria berupa fitofamarka dari buah gandarusa yang dijadwalkan
diluncurkan penggunaan pada akhir 2011 mendatang. Fitofarmaka (pil) jamu tersebut
telahdiujicobakan pada fase I bagi 36 pria yang terbukti tidak memiliki efek
samping,selanjutnya pada fase II akan diujicobakan bagi 200 pria, sehingga nantinya
pria (Kompas,2010)
keluarga dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hidup rakyat
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
2.4.1 Kondom
Ini merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi pria yang paling banyak
digunakan. Alasannya, karena praktis dan mudah didapat. Bahkan kini juga banyak
tersedia kondom dengan beragam rasa yang bisa menimbulkan sensasi tersendiri
Cara pakai yang mudah, harga yang tidak terlalu mahal, banyak tersedia, serta
gampang diperoleh, jadi kelebihan alat kontrasepsi jenis ini. Meskipun tidak 100
dengan catatan, jika Anda memasangnya dengan benar. Selain itu, kondom juga
malah akan menurunkan sensasi dalam berhubungan seks. Di samping itu, efektif
atau tidaknya kondom ditentukan dari ukurannya yang mesti pas dan cara
memakainya yang benar. Belum lagi, beberapa bahan kondom ada yang membuat
ejakulasi di luar merupakan metode alami yang dipilih pria yang malas
Saat bercinta, pria akan menarik keluar penisnya dari vagina ketika ia hendak
2.4.3 Vasektomi
sangat aman dan efektif. Tapi, ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang
membuat pria tak akan bisa membuahi sel telur wanita selama seumur hidupnya.
Jadi, kontrasepsi ini jadi pilihan hanya jika Anda dan pasangan berencana untuk
Anda tidak perlu khawatir metode ini akan berpengaruh pada gairah seks,
kemampuan ereksi, orgasme, maupun ejakulasi. Dan yang penting Anda dan
saluran vasdeferens pada testis, sehingga air mani yang keluar saat ejakulasi tidak
mengandung sperma. Karena ini merupakan prosedur operasi, bisa saja timbul efek
samping dan komplikasi serta perasaan tidak nyaman usai tindakan dilakukan.
Selain itu, Anda masih tetap harus memakai alat kontrasepsi lain selama tiga bulan
setelah vasektomi untuk mencegah sisa-sisa sperma yang masih ada. Vasektomi
Testosteron, selain berperan dalam kesehatan dan gairah seksual pria, juga
bisa menjadi alat kontrasepsi. “Injeksi yang disuntikkan pada bokong ini dapat
meminimalisir hingga menghilangkan jumlah sperma, namun masih dalam proses
penelitian lebih jauh,” kata dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, dari RSUP
Fatmawati, Jakarta. Hasil penelitian di Tiongkok mencatat, dari sejumlah pria yang
berpartisipasi, sebagian besar dari mereka memiliki kadar sperma yang sedikit dan
tidak terjadi kehamilan setelah dilakukan suntik ini. Sedangkan efek samping yang
Dalam waktu tidak lama lagi, bukan hanya wanita yang memakai pil
kontrasepsi, pria pun juga. Para peneliti dari Wolverhampton University, Inggris,
mengembangkan pil kontrasepsi untuk pria. Cara kerja pil ini adalah menghentikan
sementara gerak sperma dalam beberapa menit, agar tidak berenang sampai ke sel
John Howl, peneliti utama dalam proyek ini, pil harus diminum beberapa saat
sebelum berhubungan seksual. Pil ini tidak meninggalkan efek samping dan ketika
2.5.1 Mekanis
a. Kondom 'spray-on
Dengan kondom ini, dijamin tak akan ada lagi yang bingung mencari kondom yang
sesuai sebab kondom akan menyesuaikan ukuran dengan sendirinya. Menurut sang
penemu, Jan Vinzenz Krause, Direktur Institute for Condom Consultancy Jika pergi
ke toko obat untuk membeli kondom, yang kebanyakan dijual adalah yang pas
untuk pria dengan panjang penis rata-rata 14,5 cm. Tetapi banyak orang yang
memiliki penis lebih kecil atau lebih besar dari ukuran itu. Maka Krause
menciptakan kondom yang disebut kondom 'spray-on' dengan sistem pompa yang
menyemprotkan lateks cair ke alat kelamin dalam hitungan detik. Krause telah
mengaku sudah memiliki prototipe yang sukses dan penemuannya ini dalam
dalam tabung dan menekan tombol untuk menyemprotkan lateks cair dari cartridge
yang bisa dilepas. Karet lateks akan mongering dalam hitungan detik. Setelah
selesai digunakan, kondom ini bisa dilepas seperti kondom biasa. Waktu yang
dibutuhkan agar lateks dapat mengering adalah sekitar 20 - 25 detik. Tapi Krause
sedang mengupayakan agar waktunya bisa dipercepat lagi menjadi 10 detik. Dalam
survei yang lakukan, ditemukan ada 2 tanggapan yang berbeda dari para pria.
Beberapa pria mengatakan itu ide yang hebatdan akan sangat membantu karena
sulit menemukan kondom yang pas. Sedangkan lainnya mengatakan tidak bisa
b. Kondom Spray
spray kondom (foam condom) yang dibuat darisilver “nanotech” partikel. Alat
kontrasepsi terbaru dengan spray condom. Alat kontrasepsi ini tidak digunakan bagi
laki-laki tetapi digunakan oleh pihak wanita. Penggunaannya busa spray tersebut
dan antiseptik pelumas yang dapat membantu mencegah penyakit menular seksual
(PMS).
Pemanasan telah lama diketahui bahwa kenaikan suhu yang sebentar pada
kenaikan suhu yang lebih lama dapat mempengaruhi patologi testis dan terjadinya
yang reversible terhadap jumlah sperma tetapi masih kurang kuat untuk
meragukan termasuk masalah keamanan dari metode ini, maka penelitian lebih
sperma. Alat yang berbentuk seperti celana dalam priaini, harus digunakan
2. External Heat Sumber panas dari luar ini mirip dengan suspensory yaitu
2.5.2 Kimiawi
Alat kontrasepsi kimiawi sering dipadukan dengan kondom dan lainnya, saat
ini bahan kimiawi banyak diproduksi bersamaan langsung dengan alat kontrasepsi
mekanik, sehingga menimbulkan efek yang lebih baik untuk mencegah kehamilan.
berencananya. Selama ini alat kontrasepsi suntikan ataupun pil Kbhanya monopoli
kaum wanita. Namun dengan penemuan yang terbaru ini,lelaki sudah bisa
menggunakan alat kontrasepsi suntik. Disatu sisi hal ini mungkin menguntungkan
kaum wanita karena bisa bergantian menggunakan alat kontrasepsi, namun dilain
pihak juga khawatir penemuan ini akan makin menumbuh suburkan perilaku seks
bebas lelaki karena pria tidak takut lagi akan menghamili pasangan yang sah.
saat ini tersedia untuk pria. Untuk mencari alternatif kontrasepsi terbaru, kini para
ahli tengah meneliti kontrasepsi pria yanglebih efektif, yakni suntikan testoteron.
Berdasarkan uji coba terhadap 1.045 pria sehat berusia 20-45 tahun di Cina,
Para responden yang memiliki pasangan usia subur tersebut disuntik dengan
500 miligram formula testoteron setiap bulan selama 30 bulan. Hasil penelitian
menunjukkan angka kegagalan (terjadinya kehamilan) hanya 1,1 per 100 pria dalam
kurun waktu 24 bulan. Para peneliti juga melaporkan tidak ditemukannya efek
Saat ini tengah dikembangkan metode kontrasepsi bagi pria dari ekstrak
Bambang Prayogo, Apt. yang meneliti khasiat dari tanaman Gandarusa dan
penelitian tersebut sudah memasuki uji klinis. Menurut Drs. Bambang, carakerja
sperma tidak mampu menembus sel telur Pada fase pertama penelitiannya,
dilipatgandakan menjadi 120 pasangan usia subur (PUS). Dari hasil uji klinik
tersebut, ternyata 100 persen memiliki hasil maksimal. Tidak terjadi kehamilan
pada si wanita. Dalam uji coba ketiga ini Drs. Bambang telah mengujikan hasil
temuannya kepada sekira 350 pasangan muda subur.Proses uji coba ini masih
yangsangat lama. Bukan hanya satu atau dua tahun, tetapi membutuhkan waktu
masyarakat. Dalam uji coba itu, pasangan muda harus minumkapsul setiap hari
Bahkan para pria yang merupakan akseptor KB tersebut mengaku makin jantan.
Saat ini proses pengembangan itu sudah selesai, sehingga 2012 diperkirakan pil
Dalam penelitian didapati penggunaan pil KB khusus pria ini tak akan
batinnya, tanpa takut pasangannya mengalami kehamilan. Jadi19 tak perlu takut.
Hanya saja yang perlu dicatat adalah jika benar ini sudahdiedarkan jangan
tanaman gandarusa ini selain memiliki sifat antispermatozoa juga memiliki efek
Hartini, Gandarusa ini bisa digunakan sebagai obat anti nyeri ketika keseleo.
masalah utama berupa: toksisitas, efikasi yang rendah, dan reversabilitas yang
masih sedikitnya bukti-bukti yang nyata tentang pengaruh obat tersebut terhadap
sperma. Metode non hormonal mempunyai cara kerja yang lebih cepat dan
ketergantungan pada peran hormon androgen relatif lebih rendah. Dari review
hormonal. Pada umumnya, baik obat hormonal dan non-hormonal efektifitas dan
keamanan masih belum diketahui dengan pasti, sehingga masih memerlukan uji
membran sel sperma. Hal itu akan berdampak menghambat kerja spermatetapi
2.6.3 Ultrasound
Saat ini, peneliti dari Universitas North Carolina, AS, sedang menguji apakah
gelombang ultrasound bisa menjadi metode kontrasepsi baru bagi pria. Penelitian
nol. Angka ini merupakan angka ideal untuk mencegah terjadinya konsepsi atau
kehamilan. Namun, para peneliti masih berkutat untuk mencari tahu cara
memproduksi sperma dan cadangan sperma dikosongkan, pria akan menjadi tidak
subur sementara. Menurut Dr James Tsuruta alat kontrasepsi ini dapat diandalkan
dengan satu kali perawatan. Dr Tsuruta juga menambahkan, metode ultrasound ini
sudah umum digunakan sebagai instrumen terapi dalam kedokteran olahraga atau
klinik terapi fisik. Maka itu, diharapkan tujuan jangka panjang penelitian ini adalah
PEMBAHASAN
partisipasi pria menjadi salah satu indikator keberhasilan program KB dalam memberikan
pria/suami dalam KB adalah tanggung jawab pria/suami dalam kesertaan ber-KB, serta
berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarganya
(Muhatiah, 2010).
tidak langsung. Partisipasi pria/suami secara langsung (sebagai peserta KB) adalah
sanggama terputusdan metode pantang berkala). Sedangkan keterlibatan pria secara tidak
langsung misalnya pria memiliki sikap yang lebih positif dan membuat keputusan yag
lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang dimilikinya
(Muhatiah, 2010).
Menurut BKKBN (2005) dalam Muhatiah (2010), bentuk partisipasi pria dalam
Keluarga Berencana dapat dilakukan secaralangsung maupun tidak langsung, antara lain:
secara tidak langsung adalah mendukung dalam ber-KB.Dengan cara (1) memilih
kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi
istrinya, (2) membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti
mengingatkan saat minum pil KB, dan mengingatkan istri untuk kontrol, (3) membantu
mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaianalat
rujukan, (5) mencari alternatif lain bila kontrasepsiyang digunakan saat ini terbukti tidak
istritidak memungkinkan.
3.2 Faktor yang mempengaruhi peran pria dalam Keluarga Berencana (KB)
3.2.1 Faktor Predisposisi, merupakan faktor terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku. Termasuk ke dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai, adat istiadat (budaya), dan persepsi, berkenaan dengan motivasi
jumlah anak.
menjatuhkan harkat dan martabat pria atau suami karena masih sering
alatkontrasepsi.
perundangan.
memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi
a. Faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk petugas
kesehatan.
pemenuhankebutuhan individu
3. Permintaan KB.
5. Program pembangunan.
4. Budaya (faktor keturunan, banyak anak banyak rejeki, anak sebagai faktorekonomi)
1. Di adakannya program KB pria yang berlekanjutan dan peran pria dalam KB tidak
normal dan lebih baik. Masalah yang menyangkut berbagai macam jenis KB dan
yang dilakukan oleh tokoh masyarakat maupun tokoh agama sebagian besar masih
3. Konseling dan penyuluhan Keluarga Berencana (KB) oleh petugas kesehatan atau
kader.
4. Upaya peningkatan kapasitas kader KB, agar kegiatan penyuluhan KB lebih
(CHARM) yaitu salah satu program di negara India berupa konseling suami
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
bahagian dan sejahtera. Untuk mencapai tujun tersebut maka partisipasi pasangan suami istri
sangat diharapkaan. Namun pada kenyataannya, partisipasi wanita jauh lebih besar jumlahnya
dari pada pria. randahnya partisipasi pria dalam mengikuti program keluarga berencana hampir
merata di sluruh wilayah di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi
pria dalam megikuti program keluarga berencana (KB). Faktor tersebut antara lain faktor
predisposisi (predisposingf actors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat
(reinforcing factors).
Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, adat istiadat (budaya), dan
persepsi, berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Faktor
predisposisi sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok ke dalam suatu
pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat,
dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Berbagai faktor demografis seperti status
sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga penting sebagai faktor demografis.
4.2 Saran
a. Dibentuknya program yang lebih inovatif agar menarik minat masyarakat tentang
berkelanjuta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
2015. http://gorontalo.bkkbn.go.id/.
6. BKKBN Jatim. 2015. Cara-Cara Kontrasepsi Yang Digunakan Dewasa Ini. Diakses:
7. BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan
http://www.depkes.go.id.
10. DKK Surakarta. 2014. Rekap Bidang Binkesmas. Surakarta: DKK Surakarta.
11. Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang KB
Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang Tahun 2012. [Skripsi
13. Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
14. Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
15. Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
16. Hasian, M. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pria dalam Program
17. Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana Tahun
2014-2015. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2012.
18. Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
19. Kurniawati, T. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.
20. Lina. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Ber-KB Pasangan Usia
Subur Suami Istri Keluarga Ekonomi Rendah di Desa Rawamangun Kab. Luwu Utara.
21. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Vol. 1 Nomor 1 Tahun 2012. Murti, B. 2010.
Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang
24. Novianti, S. 2014. Faktor Persepsi dan Dukungan Istri yang Berhubungan dengan
26. Rizkitama, A. 2015. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Sosial Budaya dengan Peran
27. Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
34. Vasra, E. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Suami dengan
35. Walgito, W. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andri Offset.