Anda di halaman 1dari 20

LEARNING OBJECTIVE

BLOK 5 KIA-KB

DISUSUN OLEH:

Nama : Resti Nursalsabila


Stambuk : N10121057
Kelompok :5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
1. Strategi Konseling Berimbang
Strategi konseling Berimbang dikembangkan oleh Kemenkes dan BKKBN
sejak Agustus 2016 merupakan salah satu metode konseling yang
menggunakan 4 alat bantu yaitu diagram konseling, kartu konseling,
diagram klop KB dan brosur untuk setiap metode kontrasepsi. SKB
memiliki kelebihan dimana pemberian konseling berfokus kepada klien,
lebih interaktif, keputusan benar-benar dari klien tanpa dipengaruhi
konselor. Selain itu, dengan bantuan 4 alat yang digunakan, secara visual
lebih menarik dan efektif untuk membantu klien dalam meningkatkan
pengetahuan. SKB mampu meningkatkan adopsi penggunaan KB pasca
persalinan serta meningkatkan kualitas perawatan dan pengetahuan klien
tentang metode tertentu jika provider menggunakan alat bantu kerja. Hal
tersebut menunjukkan penggunaan SKB efektif dalam mempengaruhi
peningkatan pengetahuan ibu untuk pengambilan keputusan menggunakan
alat kontrasepsi. Konseling yang terstruktur juga mampu meningkatkan
pengetahuan, sikap serta partisipasi klien dalam menggunakan alat
kontrasepsi modern.
Sumber :
Darmastuti, A. S., Kasiati, K., Laksana, M. A. C., et al. 2020. Pengaruh
Strategi Konseling Berimbang Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Kb Pada Ibu Hamil. Indonesian Midwifery and
Health Sciences Journal. Vol.4(2):150-160. Viewed on 31 May
2022. From
https://e-journal.unair.ac.id/IMHSJ/article/download/30605/15837

2. Program KIA-KB di puskesmas


Program KIA berdasar pada continuum of care sehingga perlu dilakukan
penanganan yang tepat sepanjang siklus hidup manusia. Penyediaan
layanan dan komponen upaya dalam program continuum of care memiliki
keterkaitan baik itu didalam maupun di luar sektor kesehatan. Continuum
of care yang dalam hal ini dimulai dari Pelayanan Pra-Konsepsi pada
Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS), Pelayanan
Antenatal, Pelayanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Pelayanan Masa
Nifas dan Keluarga Berencana, Pelayanan Kesehatan Bayi, Pelayanan
Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah, hingga viii Pelayanan Anak
Sekolah dan Remaja.
Sumber :
Muchtar, A., Rumiatun, D., Mulyati, E., Isir, M., Nurjaya, & Nurrochmi,
E. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak (1st ed.). Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

3. Jelaskan Indikator program KIA-KB di Puskesmas


Indikator pelayanan KIA menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam
program KIA. Berikut indikator yang digunakan dalam pemantauan
program KIA pada PWS KIA meliputi :
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat.

2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)


Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat
kali dengandistribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi 257
ADMINISTRASI PROGRAM KIA standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.

3) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn)


Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu
bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar

4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan (KF3)


Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan adalah cakupan
pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai 258 Bahan Ajar KESEHATAN IBU DAN
ANAK standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam
s.d. hari ke-3 (KF1), hari ke-4 s.d. hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29
s.d. hari ke-42 (KF3) setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan serta untuk menjaring KB Pasca Persalinan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
nifas, Keluarga Berencana di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN 1)


Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama adalah cakupan neonatus
yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6–48 jam setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan
neonatal.

6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0–28 hari (KN Lengkap)


Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0–28 hari adalah cakupan
neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6–48 jam, 1
kali pada hari ke-3 s.d. hari ke-7, dan 1 kali pada hari ke-8 s.d. hari
ke-28 setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektivitas dan
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat


Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat adalah
cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta
dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil,
bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu
hamil, bersalin dan nifas.

8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)


Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri adalah cakupan Ibu
dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu 260 Bahan Ajar KESEHATAN IBU DAN ANAK
yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional
kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.

9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus


Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus adalah cakupan
neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada
masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh
kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
dalam menangani kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yang
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau
dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

10) Cakupan Pelayanan Balita


Persentase Usia Bawah Lima Tahun (Balita) mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar. Pelayanan Kesehatan Balita
sesuai standar adalah:
a. Pelayanan kesehatan Balita diberikan oleh Dokter, Bidan,
Perawat, Tenaga Gizi sesuai kewenangannya;
b. Pelayanan kesehatan Balita diberikan di Puskesmas dan
jaringannya dan di fasilitas BUMD/BUMN/swasta yang
bekerja sama dengan pemerintah daerah;
c. Pelayanan Kesehatan Balita meliputi:
a. pemantauan pertumbuhan dan perkembangan;
b. pemberian kapsul vitamin A;
c. pemberian imunisasi dasar lengkap dan imunisasi
lanjutan;
d. pemberian PMT untuk balita gizi kurang;
e. penanggulangan balita sakit.
11) Cakupan Peserta KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
Cakupan Peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB yang
baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia
subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang
masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk
menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.

Intervensi untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan


kelangsungan dan kualitas kesehatan ibu dan anak (KIA), antara
lain:
a) pada 1.000 hari kehidupan (Scaling up Nutrition), sejak anak dalam
kandungan sampai berusia 2 tahun yang mencakup pemenuhan
kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas,
dan stimulasi pertumbuhan perkembangan anak;
b) persalinan di fasilitas kesehatan;
c) penguatan keluarga pada pola asih, asah, dan asuh, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan deteksi dini anak sakit dan
bermasalah, dan pencaharian pertolongan pelayanan kesehatan
serta menghindari perkawinan dan kehamilan di usia remaja, dan
d) memperkuat peran keluarga, masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
tokoh masyarakat serta pendidik dalam kesehatan ibu anak, dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Sumber :
Muchtar, A., Rumiatun, D., Mulyati, E., Isir, M., Nurjaya, & Nurrochmi,
E. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak (1st ed.). Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

4. Faktor-faktor risiko kehamilan dan komplikasi kehamilan


Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kehamilan
dan persalinan merupakan faktor risiko kehamilan yang berupa faktor
sosial demografi, faktor riwayat obstetri ibu, faktor riwayat non-obstetri,
dan faktor akses terhadap pelayanan kesehatan. Faktor riwayat obstetri ibu
terdiri dari umur ibu, gravida, paritas, riwayat abortus, jarak kelahiran,
cara persalinan, dan riwayat komplikasi.
Umur yang paling aman untuk melahirkan adalah 20-35 tahun.
Umur terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)
memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan.
Gravida adalah jumlah total kehamilan ibu, termasuk kehamilan
intrauterin normal dan abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan
mola hidatidosa. Primigravida dan gravida ≥ 4 merupakan faktor
risiko tinggi kehamilan dan persalinan. Ibu yang tergolong
primigravida berisiko mengalami komplikasi preeklampsia,
perdarahan antepartum, abortus, persalinan prematur, kelainan
kongenital, dan ganggguan tumbuh kembang janin dalam rahim
tergaanggu
Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu hingga
persalinan terakhir. Jumlah paritas yang paling aman adalah 2-3
anak.
Jarak kelahiran merupakan jarak kelahiran antara persalinan
terakhir dengan persalinan sebelumnya. Jarak kelahiran ideal
adalah 2-4 tahun

Sumber :

Sulastri, & Nurhayati, E. (2021). Identifikasi Faktor Risiko Ibu Hamil


dengan Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Higeia Journal of
Public Health Research and Development, 5(2), 277–282. Viewed
on 31 May 2022. From https://ikm.unnes.ac.id/akademik/jurnal-
ikm/higeia/

5. Alat Kontrasepsi (kelebihan, kekurangan, indikasi, kontradiksi)

1. Alat kontrasepsi
a. Alat kontasepsi dalam Rahim (AKDR) atau IUD Yaitu alat
kontasepsi yang dimasukkan ke dalam Rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastic, ada yang dililit tembaga,
dililit tembaga bercampur perak, dan ada juga yang batangnya
hanya berisi hormo progesterone. Cara kerjanya yaitu menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopoo, mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
Kelebihan:
• Cocok untuk ibu menyusui.
• Saat dilepas, kesuburan akan kembali dan bisa hamil lagi.
• Bisa digunakan oleh wanita yang sedang menjalani
pengobatan apa pun.
• Tidak menyebabkan penambahan berat badan.
• Tidak memengaruhi suasana hati dan gairah seksual.
Kekurangan:
• Merasakan sakit atau kram selama 3-5 hari pasca
pemasangan
• Mempengaruhi siklus menstruasi
• Menyebabkan kenaikan berat badan
• Tidak melindungi terhadap penyakit menular
Indikasi:
IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi
dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka panjang; dan
tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak.
Kontaindikasi:
• Kehamilan
• Infeksi : post partum sepsis, post septik abortus, penyakit
radang panggul yang masih aktif, sedang mengalami infeksi
menular seksual (misalnya infeksi Chlamydia, gonorrhoea),
tuberkulosis pelvis
• Penyakit Neoplastik : kanker serviks, penyakit trofoblastik
dengan tingkat hormon beta HCG yang tinggi terus
menerus, kanker endometrium, kanker serviks
• Perdarahan vagina diluar siklus haid yang berat
• Bentuk rahim yang tidak normal

b. Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant


Yaitu jenis alat kontasepsi hormonal yang disusupkan ke bawah
kulit, biasanya dilengan atas. AKBK merupakan metoda
kontrasepsi efektif yang dapat memberi perlindungan 5 tahun
untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau Implanon,
terbuat dari bahan semacam karet lunak berisi hormone
levenorgestrel.
Kelebihan:
• Perlindungan jangka panjang hingga tiga tahun
• Implan dapat dilepas kapan saja, termasuk saat muncul efek
samping yang tidak diinginkan
• Dapat kembali ke masa subur dengan cepat setelah implan
dilepas
• Tidak perlu repot mengingat untuk konsumsi pil KB atau
suntik KB secara teratur
Kekurangan:
Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit menular
seksual termaksud AID’s, membutuhkan Tindakan pembedahan
minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak dapat
menghentikdan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan,
akan tetapi harus ke klinik.
Indikasi:
Kontraindikasi:
Kemungkinan hamil, penyakit hati atau tumor hati jinak/ganas,
menderita Tromboembolik aktif, misalnya thrombosis di kaki, paru
atau mata, mengalami pendarahan vagina yang tidak diketahui
penyebabnya, adanya benjolan di payudara/dugaan kanker
payudara atau mioma uteri, Riwayat stroke dan penyakit jantung.
c. Kontrasepsi mantap
MOW (tubektomi) merupakan suatu kontrasepsi permanen
untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat
atau memootng pada kedua saluran tuba fallopi,
efektivitasnya mencapai 99%.
Kelebihan:
 Tidak memengaruhi hormon
 Hanya perlu sekali tindakan
 Tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mencegah
kehamilan
Kekurangan:
 Peradangan pada rongga panggul
 peradangan liang senggama akut
 bekas laparotomi.
Indikasi:
Untuk kontrasepsi mantap (permanen) bagi wanita yang
ingin mengakhiri fertilitasnya secara irreversible atas dasar
keinginan sendiri. Selain itu, tindakan ini juga dapat
diindikasikan bagi wanita yang akan mengalami masalah
medis serius bila hamil.
Kontarindikasi:
Pasien yang ambivalen atau tidak yakin tentang sterilisasi.
Selain itu, pasien yang sedang hamil, pasien yang tidak
mampu membuat keputusan sendiri, pasien yang memiliki
keganasan ginekologi, dan pasien yang memiliki infeksi
pelvis aktif juga menjadi kontraindikasi.

MOP (vasektomi) merupakan operasi kecil yang dilakukan


untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat
dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel
sperma tidak seluar pada saat senggama, efektifitasnya
99%.
Kelebihan:
• Vasektomi lebih dari 99 persen efektif untuk
mencegah kehamilan.
• Efek jangka panjang bagi kesehatan jarang terjadi.
• Tidak memengaruhi kadar hormon, gairah seks atau
mengganggu aktivitas seks.
• Dapat dipilih sebagai alternatif yang lebih sederhana
dan lebih aman untuk sterilisasi wanita (tubektomi)
Kekurangan:
Bekas laparotomi
Indikasi: -
Vasektomi dilakukan atas keinginan pasien, setelah pasien
mendapat penjelasan mengenai seluruh alternatif
kontrasepsi.
Kontraindikasi:
Belum memiliki keturunan, usia muda (<30 tahun),
memiliki penyakit berat, tidak memiliki pasangan, dan
keluhan nyeri pada skrotum

2) Pil kombinasi merupakan jenis alat kontrasepsi yang mengandung 2


hormon yang harus diminum setiap hari dengan cara mencegah
pengeluaran hormone dari kelenjar hopifose (hormone LH) sehingga
tidak terjadi ovulasi.
Kelebihan:
• Mampu mengurangi gejala PMS (sindrom pramenstruasi).
• Melindungi Anda dari penyakit radang panggul.
• Mengurangi risiko fibrosis, kista ovarium, dan penyakit payudara
nonkanker.
• Sama sekali tidak mengganggu seks karena dikonsumsi dengan
cara diminum.
• Periode menstruasi lebih teratur, ringan, dan tidak terlalu
menyakitkan.
• Mengurangi risiko kanker indung telur, rahim, dan usus besar.
• Bisa langsung program hamil setelah berhenti mengonsumsi pil
KB.
Kekurangan:
• Membosankan karena harus minum setiap hari
• Mual, pusing, terutama pada 3 bulan pertama
• Pendarahan bercak terutama 3 bulan pertama
• Nyeri payudara dan kenaikan berat badan
• Pil kombinasi, tidak boleh diberikan pada ibu yang menyusui
karena akan mengurasi produksi ASI.
• Tidak mecegah IMS, HIV/AID’s.
Indikasi:
Kontraindikasi:

3) Suntik kombinasi, merupakan jenis kontasepsi yang disuntukkan


secara IM, diberikan setiap 1 bulanan dan mengandung 2 hormon,
sangat efektif dimana kegagalannya hanya 0,1-0,4 kehamilan per 100
perempuan.
Kelebihan:
• Tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain
• Relatif aman untuk ibu menyusui
• Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi
setiap hari
• Tidak perlu menghitung masa subur jika hendak berhubungan
seksual
• Jika ingin berhenti, cukup hentikan pemakaiannya dan tidak
perlu ke dokter
• Dapat mengurangi risiko munculnya kanker ovarium dan kanker
rahim
Kekurangan:
• Terjadi perubahan pada pola haid
• Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
• Menyebabkan kenaikan berat badan
Indikasi:
Kontraindikasi:
• Sedang hamil
• Memiliki riwayat kanker payudara
• Pendarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Menderita gangguan hati seperti hepatitis, darah tinggi atau
diabetes
• Kelainan pembuluh darah
• Perokok berusia lebih dari 35 tahun

4) Kondom merupakan salah satu metoda kontrasepsi berier sebagai


perlindungan ganda apabila akseptor menggunakan kontrasepsi
modern dalam mencegah menular penyakit menular seksual dan juga
sebagai alat kontrasepsi.
Kelebihan:
• Kondom bisa digunakan dengan bebas di berbagai tempat
dengan harga yang tergolong murah
• Tidak memerlukan arahan dokter dalam penggunaan
• Kondom sangat mudah digunakan tanpa perlu keahlian khusus
• Kondom tidak menganggu kesuburan seseorang
Kekurangan:
• Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak
digunakan
• Efektivitas tidak terlalu tinggi, tergantung pada pemakaian
kondom yang benar
• Angka kegagalan cukup tinggi yaitu 3-15 kehamilan per 100
wanita pertahun
Indikasi:
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual namun
belum menginginkan kehamilan, serta untuk perlindungan maksimal
terhadap IMS.
Kontraindikasi:
Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metode
ini, malformasi penis, apabila salah satu pasangan alergi terhadap
karet lateks.

Sumber :

Muchtar, A., Rumiatun, D., Mulyati, E., Isir, M., Nurjaya, & Nurrochmi,
E. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak (1st ed.). Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

6. Strategi konseling KB
Strategi konseling KB adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi
yang diberikan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian
pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus
diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien
dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri, Tidak memaksa, Informed
consent (ada persetujuan dari klien); Hak klien, dan Kewenangan.
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah
keterampilan yang digunakan seseorang sesuai dengan profesinya yang
meliputi:
a) Pengajaran
b) Nasehat dan bimbingan
c) Pengambilan tindakan langsung
d) Pengelolaan
e) Konseling.
Pada konseling KB terdapat enam langkah konseling yang sudah dikenal
dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan langkah konseling KB SATU
TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. beberapa klien membutuhkan
lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibanding dengan langkah
yang lainnya. Langkah konseling KB SATU TUJU yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

SA SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat
yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinka klien untuk
membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang
dapat dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi
serta yang lainnya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh
klien. Dengan memahami kebutuhan, pengetahuan dan keinginan
klien, kita dapat membantunya
U Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan
mengenai kontasepsi yang mungkin diingini oleh klien dan jenis
kontasepsi yang ada
TU BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya.
Dorong klien untuk menunjukan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klienterhadap setiap
jenis kontrasepsi. Tanyakan apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihannya tersebut
J Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan, perlihatkan alat/obat kontasepsinya. Jelaskan
bagaimana alat/obat tersebut digunakan dan cara penggunaannya.
Lalu pastikan klien untuk bertanya atau menjawab secara
terbuka.
U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat
perjanjian kepada klien untuk kembali lagi melakukan
pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan.

Konseling keluarga berencana dilakukan dengan menggunakan Alat Bantu


Pengambil Keputusan (ABPK). ABPK membantu petugas melakukan
konseling sesuai standar dengan adanya tanda pengingat mengenai
keterampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa perlu
diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. ABPK mengajak
klien bersikap lebih partisipatif dan membantu mengambil keputusan.
Sumber :
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga
Berencana Dan Kontrasepsi (1st ed.). Pustaka Ilmu.

7. KB pasca persalinan
Dalam pelayanan KB pasca persalinan, sebelum mendapatkan pelayanan
kontrasepsi, klien dan pasangannya harus mendapatkan informasi dari
petugas kesehatan secara lengkap, jelas, dan benar agar dapat menentukan
pilihannya dengan tepat. Pelayanan KB pasca persalinan akan berjalan
dengan baik bila didahului dengan konseling yang baik, dimana klien
berada dalam kondisi yang sehat, sadar, dan tidak dibawah tekanan
ataupun tidak dalam keadaan kesakitan.
Poin-poin kunci yang harus dilakukan pada konseling pasca salin adalah:
1) Tetap memperomosikan ASI eksklusif
2) Memberikan informasi tentang waktu dan jarak kelahiran yang
baik
3) Memastikan tujuan klien berKB apakah untuk membatasi jumlah
anak atau mengatur jarak kelahiran.
Dalam konseling KB pasca persalinan, informasi penting yang harus
diberikan pada umumnya meliputi:
1) efektivitas dari metode kontrasepsi
2) keuntungaan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
3) kembalinya kesuburan setelah melahirkan
4) efek samping jangka panjang dan jangka pendek
5) gejala dan tanda yang membahayakan
6) kebutuhan untuk pencegahan terhadap infeksi menular seksual
7) waktu dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan
pada:
a) status menyusui
b) metode kontrasepsi yang dipilih
c) tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya member jarak.
Sumber :
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga
Berencana Dan Kontrasepsi (1st ed.). Pustaka Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai