BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan KB merupakan salah satu intervensi penurunan Angka
Kematian Ibu melalui pencegahan kehamilan berisiko (kehamilan dengan 4
terlalu) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Dasar kebijakan pelayanan KB di
Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang tercantum
dalam pasal 78, dimana tujuan pelayanan kesehatan dalam keluarga
berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia
subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas dan
Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat. Intervensi dilakukan
melalui pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, alat dan obat
perbekalan kesehatan, infrastruktur dan sarana pelayanan, regulasi
manajemen dan informasi kesehatan, pemberdayaan dan kemitraan serta
penelitian dan pengembangan.
Dasar kebijakan dalam pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 78, dimana tujuan pelayanan
kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang
sehat dan cerdas dan Pemerintah bertanggung jawab serta menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat. Undang-Undang RI No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pasal 20 disebutkan bahwa
untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana.
Pada tahap persalinan dan nifas, diupayakan agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Setelah melahirkan, diupayakan agar setiap ibu mendapat
pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila terjadi
komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu
dirujuk dan mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes dasar
(Puskesmas PONED) maupun fasyankes lanjutan (RS PONEK).
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Nasional di
Indonesia, menganut sistem “cafetaria” dengan menawarkan berbagai jenis
kontrasepsi yang relatif aman dan efektif, dimana salah satunya adalah AKDR.
Sesuai dengan HTA (Health Technology Assesment) Indonesia yang telah
dikeluarkan oleh Kemenkes tentang KB pada periode menyusui, salah satu upaya
dalam meningkatkan penggunaan kontraseps jangka panjang adalah ditujukan
pada ibu pasca bersalin dengan menggunakan AKDR pasca persalinan dalam
mengatur jarak kehamilan tanpa mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI).
RSUD Kota Mataram merupakan salah satu rumah sakit
PONEK yang berada di Kota Mataram, dimana menerima rujukan dari
FKTP dan FKTRL untuk kasus kasus kegawatan obstetri dan
ginekologi, di rumah sakit ini juga melayani KB yang di kelola oleh Tim
PKBRS yang secara kontinyu dan sinergis menjalankan aktivitas
pelayanan di bidangnya.
B. Tujuan
a. Umum :
Meningkatkan kemampuan pengelola pelayanan keluarga berencana
rumah sakit dalam sebagai upaya mendukung percepatan
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
b. Khusus
1. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam
pengorganisasian pelayanan KB.
2. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam
perencanaan pelayanan KB.
3. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam
pelaksanaan pelayanan KB.
4. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam
pemantauan dan evaluasi pelayanan KB.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Panduan Pelayanan KB meliputi:
Pengorganisasian, Perencanaan dan Advokasi, Pelaksanaan,
Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB
BAB II
DEFINISI
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan
hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin
selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang
perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan nifas.
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi
yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu,
Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk
mencegah kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering dan terlalu banyak).
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75
tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang
diselengggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah
satu dari 5 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu pelayanan
promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;pelayanan gizi; dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Begitu pula untuk
di Rumah Sakit, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, pelayanan
KB merupakan pelayanan medik umum yang harus ada di RS. Dapat
disimpulkan, pelayanan KB merupakan:
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan
medik umum di Rumah Sakit
2. Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk
membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas
3. Upaya pencegahan
kehamilan yang tidak
diinginkan 4. Memenuhi hak
reproduksi klien.
Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam
pelayanan KB, meliputi pendidikan kesehatan reproduksi pada
remaja, konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada ibu
hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan,
dan pelayanan KB interval. Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional
Pelayanan KB 2014-2015, salah satu strateginya adalah peningkatan
ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan KB melalui
pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling
secara sistematis dengan salah satu program utama adalah
memastikan seluruh penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan
pelayanan KB.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi adalah proses yang
sangat penting dalam pelayanan KB. Pengertian komunikas
adalah penyampaian pesan secara tidak langsung
melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk
mendapatkan suatu efek. Dalam bidang kesehatan kita mengenal
komunikasi kesehatan yaitu usaha sistematis untuk mempengaruhi
perilaku positif masyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode
komunikasi baik menggunakan komunikasi individu maupun
komunikasi massa. Sementara informasi adalah keterangan, gagasan
maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang
disampaikan) dan edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah
yang positif.
Proses yang diberikan dalam KIE, salah satunya adalah
konseling. Melalui
B
A
B
I
V
METODE KB PASCA PERSALINAN
B. Meto
de
Ame
norel
akta
si
(MA
L)
Cara
kerja
Menekan ovulasi
Waktu Penggunaan Efektif hingga 6 bulan pasca persalinan,
harus benar-benar eksklusif Efektivitas 2 kehamilan per 100 ibu
(2%)
Keuntungan
1. Segera efektif
2. Tid
ak
meng
gang
gu
sengg
ama
3.
Tidak
ada
efek
sampi
ng
4. Tanpa biaya
5. Bayi lebih sehat karena mendapat kekebalan pasif dan sumber
gizi terbaik dari ASI serta terhindar dari paparan kontaminasi dari
botol, air, dan susu formula.
6. Baik bagi ibu karena mengurangi perdarahan pasca
persalinan, mengurangi risiko anemia, meningkatkan hubungan
psikologis ibu dan bayi
Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
2. Mungkin sulit
dilaksanakan karena
kondisi sosial 3. Tidak
melindungi dari infeksi
menular seksual
4. Efektivitas tinggi bila dilakukan dengan baik dan benar (ASI
eksklusif) dan hanya selama 6 bulan
Kontraindikasi
1. Sudah
mendapatkan haid
setelah bersalin 2.
Tidak ASI eksklusif
3. Bayi tidak menyusui lebih lama dari 4 jam
Informasi untuk klien agar metode ini berhasil (konsensus Bellagio
1988)
1. Ibu
harus
menyusui
secara
penuh 2.
Bayi
menghisa
p secara
langsung
3. Menyusui dimulai dari 30 menit – 1
jam bayi setelah lahir 4. Kolostrum
diberikan kepada bayi
5. Pola menyusui on demand
6. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam, termasuk malam hari
7. Perdarahan sebelum hari ke 56 pasca persalinan belum dianggap
sebagai haid
MAL harus Memenuhi 3 persyaratan
1.
Belum
haid
setelah
melahir
kan. 2.
ASI
Ekslusi
ve ( asi
saja )
3. Bayi berusia kurang dari 6 bulan.
C. Metode Pil
a.
P
i
l
P
r
o
g
e
s
t
i
n
(
m
i
n
i
p
i
l
)
C
a
r
a
k
e
r
j
a
:
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma 4. Mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
5. Efektivitas: secara umum 10 kehamilan per 100 ibu (10%) ,
untuk ibu menyusui 1 kehamilan per 100 ibu (1%)
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan 3 hari untuk daerah sulit
setelah persalinan maupun pasca keguguran
2. Dapat digunakan segera mungkin pada ibu
menyusui dan tidak menyusui 3. Setelah abortus,
segera dimulai
Keuntungan:
1. Tidak
menganggu
hubungan
seksual 2.
Tidak
mempengaruhi
ASI
3. Kesuburan cepat
kembali bila obat
dihentikan 4. Efek
samping sedikit terhadap
kesehatan
5. Dapat dihentikan setiap saat
6. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan
gangguan pembekuan darah, kurang meningkatkan
tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
7. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
8. Mencegah kanker
endometrium dan
ovarium 9. Dapat
diberikan pada pasien
endometriosis
Keterbatasan:
1. Gangguan pada haid (perdarahan
sela, spotting, amenorea) 2.
Peningkatan berat badan
3. Harus diminum setiap hari pada waktu yang sama
4. Bila lupa minum satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
8. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang terjadi
Kontraindikasi:
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi
(fenitoin dan barbiturat) 4. Kanker payudara atau riwayat
kanker payudara
5. Sering lupa menggunakan pil
6. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
7. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
Cara Pakai:
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Konsumsi pil dimulai dari hari 1 hingga 5 haid
3. Bila dimulai dari hari ke 6 setelah hari pertama haid, gunakan
kontrasepsi lain atau tidak berhubungan selama 2 hari
4. Dapat digunakan segera pasca persalinan, baik pada ibu
menyusui maupun tidak menyusui
b. P
i
l
K
o
m
b
i
n
a
s
i
C
a
r
a
k
e
r
j
a
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel
telur
Keuntungan
1. Memiliki efektivitas yang tinggi (8 kehamilan per 100
pengguna dalam 12 bulan pertama pemakaian)
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak menganggu hubungan seksual
P
r
o
g
e
s
t
i
n
P
r
e
p
a
r
a
t
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA disuntik
3. Bulan sekali, secara intramuscular
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberika setiap 2 bulan sekali
secara intramuscular
Cara kerja (sama seperti suntikan kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel
telur
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah
persalinan maupun pasca keguguran (MEC 2015)
2. Pada klien yang menyusui dapat digunakan setelah 6
minggu pasca persalinan 3. Pada klien yang tidak menyusui
digunakan segera mungkin
4. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna
selama 12 bulan pertama 2. Risiko terhadap kesehatan
kecil
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri 4. Tidak
diperlukan
pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping
terhadap
kesehatan kecil
7. Klien tidak
perlu menyimpan
obat suntik 8.
Mengurangi
jumlah, lama, dan
nyeri haid
9. Mencegah kanker
ovarium dan
endometrium 10.
Mencegah kehamilan
ektopik
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan
sela sampai 10 hari 2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara
ringan, dan akan menghilang setelah suntikan
kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat
tuberkulosis dan epilepsi 5. Penembahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti
serangan jantung, stroke, gangguan pembekuan
darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual 8. Kesuburan
kembali lama
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan
haid, terutama amonorea 4. Menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi
Cara Pakai
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
3. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau
tidak berhubungan selama 7 hari
4. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke
kontrasepsi suntikan, dapat langsung diberikan kapan saja, bila
dipastikan ibu tidak hamil
5. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan
kontrasepsi suntik yang lain lagi, jadwal penyuntikan adalah
sesuai dengan jadwal penyuntikan kontrasepsi suntik
sebelumnya. \
6. Untuk suntikan depo medroksiprogesteron asetat disuntik
setiap 12 minggu, intra muscular
7. Untuk suntikan noretisteron enantat untuk 4 kali
suntikan pertama diseling 8 minggu, suntikan ke 5
setiap 12 minggu, intra muscular
b. S
u
n
t
i
k
a
n
K
o
m
b
i
n
a
s
i
P
r
e
p
a
r
a
t
• Cyclofem mengandung Depo medroksiprogesteron asetat 25 mg dan
estradiol
sipionat 5 mg, disuntik sebulan sekali secara intramuscular.
• 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat, suntikan sebulan
sekali
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama
12 bulan pertama pe makaian
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri 4. Tidak
diperlukan
pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping
terhadap
kesehatan kecil
7. Klien tidak
perlu menyimpan
obat suntik 8.
Mengurangi
jumlah, lama, dan
nyeri haid
9. Mencegah kanker
ovarium dan
endometrium 10.
Mencegah kehamilan
ektopik
K
e
t
e
r
b
a
t
a
s
a
n
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan
sela sampai 10 hari 2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara
ringan, dan akan menghilang setelah suntikan
kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat
tuberkulosis dan epilepsi 5. Penambahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti
serangan jantung, stroke, gangguan pembekuan
darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual 8. Kesuburan
kembali lama
Kontraindikasi
1
.
H
a
m
i
l
a
t
a
u
d
i
d
u
g
a
h
a
m
i
l
2
.
M
e
n
y
u
s
u
i
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum
diketahui penyebabnya 4. Penyakit hati akut
(hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM tidak
terkontrol >20 tahun 8. Kanker payudara atau dicurigai
kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
Cara pakai
1. Ibu menyusui hanya bisa digunakan saat bayi
berusia 6 bulan atau lebih 2. Pastikan pasien tidak
hamil
3. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
4. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau
tidak berhubungan selama 7 hari
5. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke
kontrasepsi suntikan, dapat langsung diberikan kapan saja,
bila dipastikan ibu tidak hamil
6. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik
yang lain
lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal
penyuntikan kontrasepsi suntik sebelumnya.
7. Suntikan dilakukan 1 bulan sekali
E. M
e
t
o
d
e
I
m
p
l
a
n
C
a
r
a
k
e
r
j
a
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma 4. Mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan setelah persalinan maupun pasca
keguguran dan pada klien yang menyusui maupun tidak
menyusui (MEC 2015)
2. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna
dalam 1 tahun pemakaian 2. Tidak menganggu hubungan
seksual
E. Metode AKDR
a. AKDR (Alat
Kontrasepsi
Dalam Rahim)
Cara kerja
1. Menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba falopi 2.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah ovum dan sperma bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi embrio dalam uterus
Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau
setelah 4 minggu pasca persalinan
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada infeksi
Keuntungan
1. Efektivitasnnya tinggi 0.8 kehamilan per 100 pengguna
dalam 12 bulan pertama pemakaian
2. Memberi
perlindungan
hingga 12
tahun 3. Segera
efektif setelah
dipasang
4. Metode kontrasepsi jangka panjang, dapat digunakan sampai menopause
5. Tidak perlu mengingat-ingat (tidak seperti pil yang harus
diminum setiap hari) 6. Tidak mempengaruhi hubungan
seksual
7. Tidak ada efek hormonal
(AKDR tanpa progestin) 8.
Tidak mengganggu
produksi ASI
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Kembalinya kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR dilepaskan
Keterbatasan
1. Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya
haid jadi lebih banyak dan nyeri, dan perdarahan antar
menstruasi
2. Merasa nyeri dan kram perut 3-5
hari setelah pemasangan 3. Perforasi
dinding uterus apabila sukar dalam
pemasangan 4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang
suka berganti pasangan 6.
Memerlukan prosedur medis saat
pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan
8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat genital (gonorrhea, clamidia, vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran
abnormal) atau menderita tumor jinak rahim
6.
P
e
n
y
a
k
i
t
t
r
o
f
o
b
l
a
s
g
a
n
a
s
7
.
M
e
n
d
e
r
i
t
a
T
B
C
p
e
l
v
i
c
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
Cara Pakai
1. Dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil
2. Sebagai kontrasepsi darurat dapat digunakan hari ke 1-5 pasca
senggama
b. A
K
D
R
d
e
n
g
a
n
P
r
o
g
e
s
ti
n
C
a
r
a
k
e
rj
a
1. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler,
epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi
2. Mencegah pembuahan dengan mencegah
pertemuan ovum dan sperma 3. Mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba falopii
4. Menginaktifkan sperma
Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau
setelah 4 minggu pasca persalinan.
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama
dipastikan tidak ada infeksi Keuntungan
1. Efektif dengan
jangka proteksi 1
tahun 2. Tidak
mengganggu
hubungan suami
istri 3. Tidak
berpengaruh
pada ASI
4. Kesuburan cepat kembali
setelah AKDR diangkat 5.
Efek samping kecil
6. Mengurangi jumlah darah dan nyeri haid
7. Tidak menganggu kerja obat tuberkulosis dan epilepsy
Keterbatasan
1.
Me
merl
ukan
pros
edur
medi
s 2.
Mah
al
3. Perforasi dinding uterus
apabila salah pemasangan 4.
Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang
suka berganti pasangan 6.
Memerlukan prosedur medis saat
pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan
8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui (terutama pada
pemasangan AKDR pascaplasenta)
9. Efek samping progestin: risiko trombosis, menurunkan kadar HDL pada
pemberian
jangka panjang, memicu pertumbuhan miom
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui penyebabnya 3. Menderita
Infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
t
r
o
f
o
b
l
a
s
g
a
n
a
s
7
.
M
e
n
d
e
r
i
t
a
T
B
C
p
e
l
v
i
c
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
F. M
e
t
o
d
e
T
u
b
e
k
t
o
m
i
C
a
r
a
k
e
r
j
a
:
Menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma
tidak dapat bertemu dengan ovum
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah
persalinan maupun pasca keguguran (WHO Mec 2015)
2. Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan
Keuntungan:
1. Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna
selama setahun pertama 2. Tidak mengganggu
produksi ASI
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri 4. Tidak ada
efek samping
hormonal
Keterbatasan
1. Harus melalui prosedur medis
2. Tidak melindungi dari
infeksi menular seksual
3. Rasa nyeri atau
tidak nyaman pasca
tindakan
Yang dapat menjalani tubektomi
1
.
U
s
i
a
>
2
6
t
a
h
u
n
2
.
P
a
r
i
t
a
s
>
2
3. Yakin dengan jumlah kehamilan yang diinginkan
4. Kehamilan berikutnya agan memberikan risiko
kesehatan yang serius 5. Pasca persalinan dan
pasca keguguran
6. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya 3. Infeksi
sistemik atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh
menjalani prosedur
pembedahan 5. Ragu-
ragu untuk menjalani
prosedur
6. Tidak menandatangani persetujuan medis tertulis
G. M
e
t
o
d
e
V
a
s
e
k
t
o
m
i
C
a
r
a
k
e
r
j
a
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara melakukan
oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan fertilisasi tidak terjadi Keuntungan
1. Sangat efektif : Efektivitas: 1 kehamilan
pada 100 ibu (0.15%) 2. Tidak ada efek
samping jangka panjang
3. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
Keterbatasan
Membutuhkan prosedur medis
Kontraindikasi
1. Infeksi
kulit
pada
lapang
operasi
2. Infeksi
sistemik
3. Hidrokel
dan
varikokel
yang besar
4. Hernia
inguinalis
5. Filariasis
6.
U
n
d
e
s
e
n
s
u
s
t
e
s
t
i
k
u
l
a
r
i
s
7
.
M
a
s
s
a
i
n
t
r
a
s
k
r
o
t
a
l
i
s
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah
Informasi bagi klien
1. Pertahankan band aid selama 3 hari
2. Luka yang dalam penyembuhan jangan ditarik atau digaruh
3. Daerah luka tidak basah dalam 24 jam, dan setelah 3 hari
daerah luka boleh dicuci dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan
daerah skrotum kering 5. Hindari
mengangkat benda berat dan kerja keras
dalam 3 hari
6. Boleh bersenggama setelah hari ke 2-3, namun pakai
kondom hingga 15-20 ejakulasi atau 3 bulan
7. Lakukan pemeriksaan semen setelah 3 bulan pasca vasektomi
Cara kerja:
Cara kerja kontrasepsi darurat adalah dengan menunda ovulasi
(pelepasan sel telur wanita selama siklus bulanan). Apabila
pembuahan dan implantasi telah terjadi, maka levonorgestrel tidak
akan mengganggu kehamilan.
Cara Pemakaian :
Hormon seperti Levonorgestrel progesterone diberikan dalam
dosis tinggi untuk mencegah kehamilan. Jumlah pil yang
dikonsumsi tergantung pada tipe jenis pil yang digunakan. Jenis
kontrasepsi darurat ini adalah yang paling efektif ketika
dikonsumsi secepat mungkin setelah berhubungan, walaupun
masih tetap dapat mengurangi risiko kehamilan ketika dikonsumsi
hingga 120 jam setelah berhubungan.
Tipe terbaru dari kontrasepsi darurat yang bernama ulipristal
acetate adalah jenis pengobatan yang berbeda. Pil ini menunda
ovulasi dan mungkin membantu mencegah implan. Jenis ini masih
efektif bila dikonsumsi hingga 5 hari setelah berhubungan.
Kontrasepsi darurat tidak akan mencegah kehamilan jika
hubungan seks yang tidak berpengaman dilakukan setelah
meminum kontrasepsi darurat.
Efektivitas :
1 atau 2 dari setiap 100 wanita yang menggunakan kontrasepsi
darurat dapat hamil walaupun telah mengkonsumsi obat tersebut
pada waktu yang telah disarankan
B
A
B
V
RUANG LINGKUP
A. Pengorganisasian
2. pelayanan
kontrasepsi AKDR
dan AKBK
3. Metode Operasi
Wanita (MOW)
4. Metode Operasi Pria (MOP)
D. Pelaksanaan KB
B
A
B
V
I
I
P
E
N
U
T
U
P
DIREKTUR
RSUD Kota Mataram