2.1 Definisi PKBRS
Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya
tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat
ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap,
kondom. (BKKBN,2004).
Kegiatan Keluarga berencana ini bisa di lakukan di fasilitas kesehatan salah satunya di
Rumah Sakit. Kegiatan Keluarga Berencana di Rumah Sakit dikembangkan sejak tahun 1986
melalui Program post partum Rumah Sakit (P3RS). Program ini dilaksanakan di unit
kebidanan kandungan dengan sarana utama pelayanan adalah penderita pasca persalinan dan
keguguran yang dilayani di unit tersebut.
Mulai tahun 1973-1974 program keluarga berencana di rumah sakit dikembangkan
menjadi bagian bagi proyek pelayanan proram KB Nasional dan mulai tahun 1979-1980 P3RS
menjadi program keluarga berencana di rumah sakit atau PKBRS.
Sasaran pelayanan tidak diarahkan tidak lagi diarahkan hanya pada penderita pasca
persalinan dan keguguran yang dilayani di unit kebidanan dan kandungan saja, tetapi seluruh
penderita rawat inap walaupun rawat jalan beserta keluarganya, serta pengunjung dan pengantar
penderita, bahkan juga sebelum petugas kesehatan di rumah sakit. Ruang lingkup kegiatan yang
tadinya bertumpuk di unit kebidana kandungan dengan demikian diperlukan keseluruhan unit
lainnya yang ada di rumahsakit.
2.3 Tujuan PKBRS
1. Tujuan umum PKBRS :
PKBRS diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan program KB Nasional sekaligus
Program pembnagunan kesehatan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan diterima
dan dilaksananya Norma Keluarga Berencana dan sejahtera.
Cacatan medik merupakan sumber data tentang penderita untuk mendukung kegiatan KB di
rumah sakit, maka data umum penderita, jumlah anak, kesertaan penderita dalam KB dan lain-
lain yang ada hubungannya dengan KB perlu dicatat dan dapat dilihat dengan jelas dicatatan
medic. Catatan medic demikian disebut catatan medic yang berorientasi ( CMBKB ).
CMBKB yang dikembangkan dalam PKBRS berbentuk Cap/stempel sebagai berikut :
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB
c. Memberikan pelayanan AKDR / implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas pelayanan yang
memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
· Bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga Berencana
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implant serta
kontrasepsi mantap pria bagi yang memenuhi persyaratan
c. Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan
kemampuan
e. Memberikan pelayanan rujukan
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
a. Dokter umum yang sudah mendapat pelatih
b. Bidan atau perawat yang sudah mendapat pelatihan
c. Tenaga administrasi
Prasarana dan Saran
· Ruangan, Perlengkapan dan Peralatan
1. Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan
perlengkapan minimal :
a. Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran
b. Satu lemari tempat penyimpanan kartu status, registrasi, formulir laporan
c. Tempat duduk untuk menunggu
d. Bahan-bahan KIE medis KB
e. Satu set alat peraga
f. APBK/DMT
2. Ruang konsultasi / konseling dengan ukuran minimal 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
a. Satu meja dan kursi untuk konseling
b. Satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi
c. Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi
d. Konseling kit
3. Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan ukuran 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
a. Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal dan linen (sprei, sarung bantal, duk, dan karet
laken)
b. Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat tidur
c. Satu tensimeter, satu stetoskop, dan satu timbangan berat badan
d. Alat sterilisator
e. Set alat suntik disposibel
f. Satu meja untuk meletakkan stoples dan alat-alat
g. 5 buah stoples / tapper ware
h. Meja ginekologik
i. Korentang dan tempatnya
j. Cawan / mangkuk ginjal
k. Tempat sampah medis/nonmedis
l. Alat-alat / obat kontrasepsi
m. Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas dan kassa steril
n. Dua set AKDR kit siap pakai : DTT / steril
o. Tiga set Implan kit (untuk pemasangan dan pencabutan), DTT / steril
p. Satu meja kecil tempat penyangga lengan untuk pelayanan implant
q. Tiga set vasektomi kit
r. Satu set emergensi kit : ambu bag, suction apparatus, endotrakheal tube, laringoskop, O2 tank +
O2, infuse set + cairannya, obat-obatan (adrenalin, narcan, kortison, antihistamin, koramin)
4. Ruang laboratorium sederhana berikut perlengkapan dan obat-obatan
5. Kamar kecil / WC dengan ukuran minimal 1,5 x 2,5 m² berikut :
a. Tempat air dan gayungnya
b. Sabun dan alat-alat pembersih lainnya
Fungsi
· Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
· Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implant dan kontrasepsi
mantap pria serta wanita kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
· Memberikan pelayanan konseling bagi klien
· Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi
· Memberikan pelayanan rujukan
· Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan kemampuan
· Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
· Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
· Dokter spesialis kebidanan / dokter spesialis bedah / dokter umum yang telah mendapat
pelatihan
· Satu orang bidan yang telah mendapat pelatihan
· Satu orang perawat kesehatan yang telah mendapat pelatihan
· Satu orang tenaga konseling
· Satu orang tenaga administrasi
Fungsi
· Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan.
· Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan implant serta
kontrasepsi mantap pria dan wanita.
· Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi.
· Memberikan pelayanan rujukan.
· Memberikan pelayanan rekanalisasi.
· Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas.
· Melakukan pencatatan dan pelaporan.
· Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling.
· Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis.
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
· Dokter spesialis obstetric dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan penanggulangan
infertilitas dan rekanalisasi.
· Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan
rekanalisasi.
· Dokter spesialis anestesi.
· Dokter spesialis urologi.
· Dokter umum yang telah mendapat pelatihan.
· Tenaga konseling yang telah mendapat pelatihan.
· Bidan dan perawat yang telah mendapat pelatihan.
· Tenaga administrasi yang telah mendapat pelatihan.
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Penjagaan Kualitas Alat/Obat Kontrasepsi
Pengamatan alat/obat kontrasepsi secara visual dapat dilakukan apabila secara fisik terlihat
adanya adanya tanda-tanda kelainan sebagai berikut. Jangan digunakan pabila terdapat tanda-
tanda:
1. Pil KB
- Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna)
- Aluminium pembungkus rusak
- Pada paket/strip, ada pil yang hilang
- Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik cokelat, mudah pecah)
2. Kondom
- Kondom terlihat rusak
- Kemasan kondom terbuka/bocor
- Segel kemasan tidak utuh
3. AKDR
- Kemasan steril sudah rusak/terbuka
Catatan: Efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nyaterlihat gelap atau ada noda/bintik
hitam.
4. Suntik KB
- Cairan memadat, walaupun sudah dicocok
Catatan: Bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan.
5. Implan
- Kemasan steril terlihat rusak
- Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna (tidak putih)
- Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/ tidak lurus
6. Spermisida
- Tube/kemasan jeli mengkerut
- Aplikator tertutup
7. Tablet foam
- kemasan rusak atau ada tablet yang hilang
- Kemasannya membengkak atau mengelmbung (meandakan bahwa isi di daamnya lembab/
bocor
- Kemasan foilnya risak
- Teblet telah berubah warna (seharusnya berwarna putih)
- Tabet terlihat lunak , lembab/basah, beruap, atau mudah luntur
2.10 Sistem Pelayanan KB di RS
harus memenuhi hal-hal :
1. Pelayanan dilakukan sesuai standar di RS
2. Pendekatan Satu Atap (One Stop Services)
3. Terpadu dengan komponen kespro lainnya
4. SDM, sarana dan prasarana sesuai ketentuan
5. Dokumentasi tindakan
6. Sistem rujukan
7. Monitoring dan evaluasi
8. Ayoman pasca pelayanan
2.11 Isu pokok peningkatan manajemen pelayanan keluarga berencana di rumah sakit
1. Peningkatan tata kelola pelayanan KB di Rumah Sakit
2. Peningkatan pemenuhan kebutuhan SDM yang kompeten
3. Peningkatan ketersedian kebutuhan Alokon sesuai kebutuhan dan berkesinambungan
4. Peningkatan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di Rumah Sakit
5. Pembiayaan pelayanan KB di RS
6. Peningkatan komitmen Pemda
7. Peningkatan kemitraan Organisasi Profesi dan Asosiasi terkait
Tujuan
Menjaga proses jaga mutu berlangsung dengan cara berkesinambungan dengan cara
memepertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.
Waktu pelksanaan
Supervisi fasilitatif dilakukan :
· Setelah pelatihan keterampilan (pascapersalinan)
· Penyeliaan rutin berkala
· Permintaan objek selia.
a. Penyeliaan pascapelatihan
· Merupkan tindak lanjut pelatihan yang bersifat evaluasi pascapelatihan dilingkungan kerja
peserta latih.
· Dilakukan sebaiknya 3-4 bulan pascapelatihan
· Pelaksanan : petugas yang telah mendapat pelatihan standarisasi dalam aspek klinis terkait dan
mempunyai kompetisi sebagai peneyelia/pelatih klnis.
· Menggunakan instrumen :
a. Daftar tilik pada KB
b. Format pengisisan kartu status kesehatan
· Langkah-langkah yang dilakukan :
a. Menjelaskan tujuan superfisi fasilitatif kepada pemimpin pada sasaran
b. Meminta izin untuk melakukan supervisi fasilitatif
c. Mengamati secara langsung saat pelayann dilakukan oleh sasaran selia
d. Mengkaji kartu status peserta KB
e. Wawancara dengan klien yang dihadiri oleh sasaran seia.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dap pelaporan pelayanan
kontrasepsi, beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
· Cakupan Laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya meliputi jumlah,
ketepatan pengisian, ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat lini lapangan
sampai ke tingkat pusat.
· Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadapa kualitas data pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi perlu dilihat bagaimana masukan laporannya, baik laporan bulanan maupun laporan
tahunan serta bagaimana informasi yang disajikan setiap bulanan atau tahunan. Dalam hal ini
sering/ dapat terjadi laporan yang mengalami keterlambatan dan cakupannya belum optimal
maupun kualitas dan kuantitasnya serta informasi yang disampaikan belum optimal.
· Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, hal-
hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga :
Ø Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaimana kondisi jumlah petugas RR Klinik yang melakukan pencatatan pelaporan pelayanan
nkontrasepsi.
Ø Kualitas tenaga
Apakah petugas RR Klinik sudah mengikuti pelatihan RR.
· Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap saran, perlu dilihat bagaimana sarana mendukung
kelancaran pelaksanaan pencatatan dsan pealporan diantaranya :
1. Ketersediaan formulir dan kartu
2. Ketersediaan buku petujuk teknis pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
3. Ketersediaan faksimil oleh seluruh Provinsi/kota untuk kecepatan pelaporan
4. Ketersediaan komputer sampai tingkat Provinsi/kota
Biaya Dana Operasional
Dalam mengevaluasi penyedian dana operasional perlu dilakukan inventarisasi apakah
tersedia dukungan anggaran unytuk kegiatan operasional petugas RR Klinik dan biaya
pembinaan RR, baik yang bersumber dari APBN maupun diluar APBN. Dengan tersedianya
dukungan dana operasional tersebut, pemanfaatannya dapat secara efektif dan efisien untuk
peningkatan kualitas pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi sehingga
cakupan, kualitas data dan informasi meningkat disetiap tingkat.