Anda di halaman 1dari 31

Program Keluarga Berencana di Rumah Sakit ( PKBRS

2.1     Definisi PKBRS
Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya
tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat
ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap,
kondom. (BKKBN,2004).  
Kegiatan Keluarga berencana ini bisa di lakukan di fasilitas kesehatan salah satunya di
Rumah Sakit. Kegiatan Keluarga Berencana di Rumah Sakit dikembangkan sejak tahun 1986
melalui Program post partum Rumah Sakit (P3RS). Program ini dilaksanakan di unit
kebidanan kandungan dengan sarana utama pelayanan adalah penderita pasca persalinan dan
keguguran yang dilayani di unit tersebut.
Mulai tahun 1973-1974 program keluarga berencana di rumah sakit dikembangkan
menjadi bagian bagi proyek pelayanan proram KB Nasional dan mulai tahun 1979-1980 P3RS
menjadi program keluarga berencana di rumah sakit atau PKBRS.
Sasaran pelayanan tidak diarahkan tidak lagi diarahkan hanya pada penderita pasca
persalinan dan keguguran yang dilayani di unit kebidanan dan kandungan saja, tetapi seluruh
penderita rawat inap walaupun rawat jalan beserta keluarganya, serta pengunjung dan pengantar
penderita, bahkan juga sebelum petugas kesehatan di rumah sakit. Ruang lingkup kegiatan yang
tadinya bertumpuk di unit kebidana kandungan dengan demikian  diperlukan keseluruhan unit
lainnya yang ada di rumahsakit.

P3RS (1968-1979) PKBRS ( 1979 –


sekarang )
TUJUAN Penjarangan kehamilan Penurunan tingkat
dan pembatasan fertilitas, morbiditas
kelahiran baru khususnya bagi ibu dan
anak
SASARAN Ibu-ibu pasca persalinan Penderita rawata inap,
atau abortus rawat jalan beserta
keluarganya,
pengunjung. Pengantar
penderita dan seluruh
petugas kesehatan yang
ada di rumah sakit .
PELAKSANA Unit kebidanan Seluruh unit yang ada
kandungan di rumah sakit
PENANGGUNGJAWAB Kepala unit kebidanan Direktur rumah sakit,
kandungan ( disebut direktur umum
PKBRS )

2.2       Latarbelakang dikembangkannya program KB di Rumah Sakit


            Hal-hal yang melatar belakangi dikembangkannya program KB di rumah sakit, karena
rumah sakit memiliki beberapa hal yang spesifik dan menguntungkan program KB :
1.         Rumah sakit memiliki tenaga yang diakui dan dipercaya oleh masyarakat di bidang pelayanan
dan penanggulangan masalah kesehatan, termasuk KB, sehingga petugas rumahsakit potensial
sebagai penyuluih dan penggeraka KB di masayarakat.
2.         Peralatan dan tenaga yang tersedia di rumah sakit memungkinkan untuk pelayanan yang lebih
bermutu, sehingga rumah sakit potensial untuk pelaksanaan fungsi pengayoman medis KB
3.         Petugas rumah sakit merupakan suatu kelompok masyarakat tersendiri, jumlahnya cukup
banyak dan hubungan heterogen,  sehingga untuk melaksanakan kegiatan KB disitu diperlukan
pendekatan khusus
4.         Rumah sakit merupakan jalur terakhir bagi masyarakat untuk motivasi dan pelayanan
kesehatan  termasuk KB , sehingga rumah sakit dapat dijadikan pusat rujuka pelayanan
kesahatan termasuk KB oleh unit pelayanan kesehatan lainnya yang ada diluar rumah sakit. 
5.         Didalam perkembangan KB nasional diperlukan upaya maksimal selain memeperluas jangkauan
pelayanan dengan menambah makin banyak peserta keluarga kecil, juga mempertahankan apa
yang telah dicapai melalui upaya penagyoman medis KB. Dengan demikian diharapkan
gilirannya akan memantapkan kelembagaan pembudayaan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera ( NKKBS) peran tersebut sangat relevan dengan fungsi rumah sakit pada umumnya.

2.3       Tujuan PKBRS
1.      Tujuan umum PKBRS :
PKBRS diarahkan  untuk menunjang pencapaian tujuan program KB Nasional sekaligus
Program pembnagunan kesehatan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan diterima
dan dilaksananya Norma Keluarga Berencana dan sejahtera.

2.      Tujuan khusus PKBRS :


Secara kuantitatif, PKBRS bertujuan menunjang upaya penurunan fertilitas sekaligus mortalitas
dan morbiditas khususnya bagi ibu dan anak melalui Pelayan KB Paripurna yang ditunjukan
kepada sasaran yang berhubungan dengan rumah sakit terdiri dari aspek :
a)    Promotif, berupa pelayanan KIE-Kb dan Kesehatan Ibu dan Anak.
b)   Preventif, berupa pelayanan kontrasepsi menggunakan metode efektif terpilih ( IUD, Implant
dan Kontap)
c)    Kuratif, berupa pelayanan efek sampingan, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi
serta pelayanan mendis lainnya bagi akseptor KB.
d)   Rehabilitative, berupa pelayanan reversibilitas dan infertilitas.

2.4       Ruang Lingkup PKBRS


Semua jenis pelayanan kontrasepsi serta penanganan efek samping, komplikasi dan
kegagalan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketersediaan sumber daya RS seperti : SDM,
fasilitas, sarana, prasarana, dsb.

2.5       Pendekatan pelayanan KB di rumah sakit


Pelayanan KB di rumah sakit terutama diarahkan kepada peningkatana kesehatan Ibu dan
anak yang memeberi dampak pada penurunan fertilitas sekaligus mortalitas dan morbiditas ibu
dan anak. Tetapi sesuai fungsi dan ruang lingkup pelayanan KB di rumah sakit, maka pendekatan
pelayanan dapat dikembangkan menjadi :
1)        Pelayanan KB untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sekaligus pelayanan kesehatan
ibu dan anak untuk memberikan rasa aman dan perlindungan kepada akseptor untuk berkeluarga
kecil.
2)        Pelayanan KB yang ditujukan kepada penderita terutama d rumah sakit untuk menghindari atau
mengurangi kemungkinan kedaruratan medic karena resiko kehamilan.
3)        Pelayana KB untuk membantu penderita dan keluarga mendeteksi masalah reproduksinya

2.6       Pendekatan starategis PKBRS


Pelaksanaan pendekatan  starategis adalah dengan menumbuhkan atau membina peran serta
petugas atau unit-unit pelayan di rumah sakit melalui penerapan :
1)   Cacatan medic yang berorientasi KB
2)   Pelayanan KB melekat dalam pelayanan keseahatan sehari- hari kepada penderita rawat inapa
maupun rawata jalan di rumah sakit
3)   Rujukan intern ( antara unit pelayanan ) di rumah sakit

Cacatan medik merupakan sumber data tentang penderita untuk mendukung kegiatan KB di
rumah sakit, maka data umum penderita, jumlah anak, kesertaan penderita dalam KB dan lain-
lain yang ada hubungannya dengan KB perlu dicatat dan dapat dilihat dengan jelas dicatatan
medic. Catatan medic demikian disebut catatan medic yang berorientasi ( CMBKB ).
CMBKB yang dikembangkan dalam PKBRS berbentuk Cap/stempel sebagai berikut :

2.7         Klasifikasi fasilitas pelayanan KB


Klasifikasi Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas
pelayanan medis Keluarga Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas pelayanan Keluarga Berencana
professional dan fasilitas pelayanan Keluarga Berencana masyarakat.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional diselenggarakan oleh tenaga
profesional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat kesehatan. Fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana professional ini dapat bersifat statis dan bersifat bergerak
(mobil).
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional yang bersifat statis meliputi
pelayanan-pelayanan Keluarga Berencana yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan Keluarga
Berencana Sederhana, Lengkap, Sempurna dan Paripurna. Pengelompokan fasilitas tersebut
didasarkan pada kemampuan dan kewenangannya.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil) adalah
pelayanan yang menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga Berencana Keliling,
Puskesmas Keliling dan Tim Mobil Kontap.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat ialah pelayanan Keluarga
Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sub PPKBD, Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos KB – Kes, dan Kelompok Akseptor.
a.         Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana
Batasan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana ialah fasilitas yang mampu dan berwenang
memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a.    Sederhana (kondom, obat vaginal)
b.    Pil KB
c.    Suntik KB
d.   AKDR / Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih
e.    Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.

Fungsi
a.    Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan
b.    Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB
c.    Memberikan pelayanan AKDR / implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas pelayanan yang
memiliki tenaga bidan terlatih
d.   Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan
e.    Melakukan pencatatan dan pelaporan

Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
·      Bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga Berencana

Prasarana dan Sarana


·      Ruangan, Perlengkapan, dan Peralatan
1.  Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis, biasanya dipakai bersama dengan pelayanan
kesehatan lain. Ukuran minimal 2,5 x 4 m² dengan perlengkapan minimal :
a.       Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran
b.      Sebuah lemari tempat penyimpanan kartu status, register, formulir laporan dan obat / alat
kontrasepsi
c.       Tempat duduk untuk menunggu
d.      Satu set bahan-bahan KIE medis Keluarga Berencana
e.       Satu set alat peraga
2.      Ruang konsultasi, dapat menyatu dengan ruang pelayanan lain dan ukuran minimal 2,5 x 3 m²
dengan perlengkapan :
a.  Satu meja dan kursi untuk pelayanan konsultasi
b. Satu meja untuk tempat obat dan alat kontrasepsi
c.  Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi
3.      Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi. Ukuran minimal 2,5 x 3 m², dengan perlengkapan
minimal :
a.       Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal, dan linen (sarung bantal, sprei, duk, karet laken)
b.      Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat tidur
c.       Satu tensimeter, satu stetoskop, dan satu timbangan berat badan
d.      Alat sterilisator
e.       Satu set alat suntik
f.       Satu meja peralatan untuk meletakkan stoples obat dan alat-alat
g.      5 buah stoples
h.      Meja ginekologik sederhana untuk pelayanan AKDR bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai
tenaga bidan terlatih
i.        Satu set AKDR kit
j.         Satu set Implan kit
k.      Cawan / mangkuk ginjal
l.        Wadah / kotak tak tembus untuk tempat semprit
m.    Tempat sampah medis
n.      Tempat sampah nonmedis
o.      Wadah larutan klorin
p.      Sabun cair / batangan kecil
q.      Handuk sekali pakai / tisu
r.        Alat-alat kontrasepsi
s.       Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas dan kassa steril / DTT
t.        Fasilitas air mengalir
4.      Kamar kecil / WC (bila memungkinkan). Ukuran minimal 2 x 1 m², dengan perlengkapan :
a.       Tempat air berikut gayungnya
b.      Sabun dan alat pembersih lainnya

·      Perlengkapan dan obat-obatan, yang dipergunakan untuk :


1.   Pelayanan metode kontrasepsi sederhana
2.   Pelayanan metode pil KB
3.   Pelayanan metode suntikan KB
4.   Pelayanan metode AKDR / Implan

·      Papan nama fasilitas pelayanan


Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana Berlokasi dan Merupakan Bagian
dari:
a.       Puskesmas pembantu
b.      Balai Pengobatan Swasta
c.       Balai Kesehatan Ibu dan Anak Swasta
d.      Pos Kesehatan TNI / POLRI
e.       Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana khusus (Instansi pemerintah / swasta)
f.       Dokter / bidan praktik swasta
g.      Pondok Bersalin Desa (Bidan di Desa)

b.        Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap


Batasan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan berwenang
memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a.         Sederhana
b.        Pil KB
c.         Suntik KB
d.        AKDR
e.         Pemasangan / pencabutan implant
f.         Kontrasepsi mantap pria, bagi yang memenuhi persyaratan

Fungsi
a.       Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
b.      Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implant serta
kontrasepsi mantap pria bagi yang memenuhi persyaratan
c.       Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih
d.      Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan
kemampuan
e.       Memberikan pelayanan rujukan
f.       Melakukan pencatatan dan pelaporan

Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
a.       Dokter umum yang sudah mendapat pelatih
b.      Bidan atau perawat yang sudah mendapat pelatihan
c.       Tenaga administrasi
Prasarana dan Saran
·      Ruangan, Perlengkapan dan Peralatan
1.    Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan
perlengkapan minimal :
a.         Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran
b.         Satu lemari tempat penyimpanan kartu status, registrasi, formulir laporan
c.         Tempat duduk untuk menunggu
d.        Bahan-bahan KIE medis KB
e.         Satu set alat peraga
f.          APBK/DMT
2.    Ruang konsultasi / konseling dengan ukuran minimal 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
a.       Satu meja dan kursi untuk konseling
b.      Satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi
c.       Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi
d.      Konseling kit
3.    Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan ukuran 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
a.       Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal dan linen (sprei, sarung bantal, duk, dan karet
laken)
b.      Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat tidur
c.       Satu tensimeter, satu stetoskop, dan satu timbangan berat badan
d.      Alat sterilisator
e.       Set alat suntik disposibel
f.       Satu meja untuk meletakkan stoples dan alat-alat
g.      5 buah stoples / tapper ware
h.      Meja ginekologik
i.        Korentang dan tempatnya
j.        Cawan / mangkuk ginjal
k.      Tempat sampah medis/nonmedis
l.        Alat-alat / obat kontrasepsi
m.    Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas dan kassa steril
n.      Dua set AKDR kit siap pakai  : DTT / steril
o.      Tiga set Implan kit (untuk pemasangan dan pencabutan), DTT / steril
p.      Satu meja kecil tempat penyangga lengan untuk pelayanan implant
q.      Tiga set vasektomi kit
r.        Satu set emergensi kit : ambu bag, suction apparatus,  endotrakheal tube, laringoskop, O2 tank +
O2, infuse set + cairannya, obat-obatan (adrenalin, narcan, kortison, antihistamin, koramin)
4.    Ruang laboratorium sederhana berikut perlengkapan dan obat-obatan
5.    Kamar kecil / WC dengan ukuran minimal 1,5 x 2,5 m² berikut :
a. Tempat air dan gayungnya
b.    Sabun dan alat-alat pembersih lainnya

·  Perlengkapan dan obat-obatan, dipergunakan untuk :


1.      Pelayanan metode kontrasepsi sederhana
2.      Pelayanan metode pil KB
3.      Pelayanan metode suntik KB
4.      Pelayanan metode AKDR
5.      Pelayanan metode  implant
6.      Pelayanan kontrasepsi mantap pria
7.      Pelayanan kontrasepsi mantap wanita, bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan

·      Papan nama fasilitas pelayanan


ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan

Fasilitas Pelayanan KB Lengkap berlokasi dan merupakan bagian dari :


·      Puskesmas / puskesmas dengan rawat inap
·      Balai Pengobatan Swasta
·      Balai Kesehatan Ibu dan Anak Swasta
·      Poloklinik TNI/POLRI
·      Rumah Bersalin

c.         Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sempurna


Batasan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan berwenang
memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a.         Sederhana
b.        Pil KB
c.         Suntik KB
d.        AKDR
e.         Pemasangan / pencabutan implant
f.         Kontrasepsi mantap pria
g.        Kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan

Fungsi
·      Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
·      Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implant dan kontrasepsi
mantap pria serta wanita kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
·      Memberikan pelayanan konseling bagi klien
·      Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi
·      Memberikan pelayanan rujukan
·      Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan kemampuan
·      Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
·      Melakukan pencatatan dan pelaporan

Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
·      Dokter spesialis kebidanan / dokter spesialis bedah / dokter umum yang telah mendapat
pelatihan
·      Satu orang bidan yang telah mendapat pelatihan
·      Satu orang perawat kesehatan yang telah mendapat pelatihan
·      Satu orang tenaga konseling
·      Satu orang tenaga administrasi

Prasarana dan Saran


·      Ruangan, Perlengkapan dan Peralatan
1.    Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan
perlengkapan minimal :
a.       Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran
b.      Satu lemari tempat penyimpanan kartu status, registrasi, formulir laporan
c.       Tempat duduk untuk menunggu
d.      Bahan-bahan KIE medis KB
e.       Satu set alat peraga
2.    Ruang konsultasi / konseling dengan ukuran minimal 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
a.       Satu meja dan kursi untuk konseling
b.      Satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi
c.       Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi
d.      Konseling kit / APBK
3.    Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan ukuran 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
A.    Peralatan nonmedis
a.       Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal dan linen (sprei, sarung bantal, duk, dan karet
laken)
b.      Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat tidur
c.       Satu alat sterilisator
d.      Lima wadah DTT / steril masing-masing untuk menyimpan sarung tangan karet steril, kassa
steril, kapas DTT / steril, duk bersih, dan AKDR
e.       Satu tempat mencuci alat-alat (wastafel)
f.       Satu cawan / mangkuk ginjal
g.      Tempat sampah medis / nonmedis
h.      Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas, kassa steril
B.     Peralatan medis
a.       Satu meja ginekologik
b.      Satu tensimeter, satu stetoskop, dan satu timbangan berat badan
c.       Korentang dan tempatnya
d.      Tiga set AKDR kit
e.       Tiga set implant kit
f.       Tiga set vasektomi kit
g.      Satu set laparoskop (laparokator)
h.      Tiga set minilaparoskop
i.        Satu set emergensi kit : ambu bag, suction apparatus, endotrakheal tube,  laringoskop, O2 tank +
O2, infuse set + cairannya, obat-obatan (adrenalin, narcan, kortison, antihistamin, koramin)
4.    Ruang khusus cuci tangan
a.       Satu bak cuci tangan lengkap dengan kran air yang mengalir dengan baik
b.      Sabun, sikat tangan dan alat pembersih lainnya
c.       Duk
5.    Ruang operasi
a.       Meja operasi dengan lampu operasi
b.      Perlengkapan untuk operasi metode kontrasepsi mantap pria dan wanita
c.       Satu tensimeter dan satu stetoskop
6.    Ruang perawatan pascabedah
a.       Beberapa tempat tidur berikut kasur, bantal, sprei dan sarung bantal serta karet laken
b.      Satu tensimeter
c.       Satu stetoskop
d.      Satu timbangan berat badan
e.       Satu emergensi kit
7.    Ruang pelatihan medis teknis dan konseling (bila memungkinkan) berikut perlengkapannya
8.    Ruang laboratorium sederhana berikut perlengkapan dan obat-obatan
9.    Kamar kecil / WC dengan ukuran minimal 1,5 x 2,5 m² berikut :
d.      Tempat air dan gayungnya
e.       Sabun dan alat-alat pembersih lainnya

·      Perlengkapan dan obat-obatan, dipergunakan untuk :


1.      Pelayanan metode kontrasepsi sederhana
2.      Pelayanan metode kontrasepsi pil KB
3.      Pelayanan metode kontrasepsi suntik KB
4.      Pelayanan metode kontrasepsi AKDR
5.      Pelayanan metode kontrasepsi implant
6.      Pelayanan kontrasepsi mantap pria
7.      Pelayanan kontrasepsi mantap wanita, bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan

·      Papan nama fasilitas pelayanan


ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan

Fasilitas Pelayanan KB Sempurna berlokasi dan merupakan bagian dari :


·      RSU Kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetric dan ginekologi dan dokter spesialis
bedah serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan
·      RSU Swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis bedah serta
dokter umum yang telah mendapat pelatihan
·      RSU TNI / POLRI yang mempunyai dokter spesialis kenidanan dan dokter spesialis bedah serta
dokter umum yang telah mendapat pelatihan
·      RS Bersalin

d.        Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Paripurna


Batasan
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna ialah fasilitas yang mampu dan berwenang
memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan
penanggulangan infertilitas.

Fungsi
·      Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan.
·      Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan implant serta
kontrasepsi mantap pria dan wanita.
·      Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi.
·      Memberikan pelayanan rujukan.
·      Memberikan pelayanan rekanalisasi.
·      Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas.
·      Melakukan pencatatan dan pelaporan.
·      Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling.
·      Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis.

Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
·    Dokter spesialis obstetric dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan penanggulangan
infertilitas dan rekanalisasi.
·    Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan
rekanalisasi.
·    Dokter spesialis anestesi.
·    Dokter spesialis urologi.
·    Dokter umum yang telah mendapat pelatihan.
·    Tenaga konseling yang telah mendapat pelatihan.
·    Bidan dan perawat yang telah mendapat pelatihan.
·    Tenaga administrasi yang telah mendapat pelatihan.

Prasarana dan Sarana


Ruangan, perlengkapan dan peralatan
·         Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis-dengan ukuran minimal 3x4 m 2 dan perlengkapan
minimal :
a.       Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran.
b.      Satu lemari tempat penyimpanan kartu status, registrasi dan formulir laporan.
c.       Tempat duduk untuk menunggu.
d.      Bahan-bahan KIE medis keluarga berencana.
e.       Satu set alat peraga.
·         Ruang konsultasi/konseling-dengan ukuran minimal 3x3 m2 dan perlengkapan minimal :
a.       Satu meja dan kursi untuk konseling.
b.      Satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi.
c.       Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi.
d.      Konseling kit.
·         Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi-dengan ukuran 3x3 m2 dan perlengkapan minimal :
·         Peralatan nonmedis :
a.         Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal, sprei, sarung bantal, duk, dan karet laken.
b.        Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat tidur.
c.         Alat sterilisator.
d.        Lima wadah DTT/steril masing-masing untuk menyimpan sarung tangan karet steril, kasa steril,
kapas DTT/steril, duk bersih dan AKDR.
e.         Satu tempat untuk mencuci alat (wastafel).
f.         Satu cawan/mangkuk ginjal.
g.        Tempat sampah medis/nonmedis.
h.        Bahan/obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptik, kapas dan kasa steril.
·         Peralatan medis :
a.       Meja ginekologik.
b.      Satu tensimeter, satu stetoskop, satu timbangan berat badan dan Hb-meter.
c.       Korentang dan tempatnya.
d.      Tiga set AKDR kit.
e.       Tiga set implan kit.
f.       Tiga set vasektomi kit.
g.      Tiga set laparoskop (laparokator).
h.      Tiga set minilaparoskop kit.
i.         Tiga set emergensi kit.
·         Ruang cuci tangan
a.       Satu bak cuci tangan lengkap dengan kran air yang mengalir dengan baik.
b.      Sabun, sikat tangan dan alat pembersih lainnya.
c.       Duk.
·         Ruang operasi
a.       Meja operasi berikut lampu operasi.
b.      Meja alat.
c.       Histeroskop.
d.      Bedah mikro set.
e.       Perlengkapan untuk pelayanan kontrasepsi mantap pria dan kontrasepsi mantap wanita,
rekanalisasi, serta penanggulangan infertilitas.
·         Ruang pascabedah
a.       Beberapa tempat tidur berikut kasur, bantal, sprei, sarung bantal, duk dan karet laken.
b.      Satu tensimeter.
c.       Satu stetoskop.
d.      Satu timbangan berat badan.
e.       Satu set emergensi kit.
·         Ruang laboratorium lengkap (dapat sebagai bagian dari laboratorium umum) dengan
kemampuan untuk :
a.       Pemeriksaan darah lengkap.
b.      Pemeriksaan sperma.
·         Kamar kecil/wc
a.       Bak air dan gayungnya.
b.      Sabun dan alat-alat pembersih lainnya.
·         Ruang pelatihan medis teknis dan konseling-berikut perlengkapannya.
·         Ruang penelitian-dapat menyatu dengan bagian yang bisa, berikut perlengkapannya.

·      Perlengkapan dan obat-obatan, dipergunakan untuk :


a.                      Pelayanan metode kontrasepsisederhana.
b.                     Pelayanan metode pil KB.
c.                      Pelayanan metode suntik KB.
d.                     Pelayanan metode AKDR.
e.                      Pelayanan metode implant.
f.                      Pelayanan metode mantap pria dan wanita.
g.                     Pelayanan infertilitas dan rekanalisasi.

·      Papan nama fasilitas pelayanan


Ukuran 60x20 cm2, berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna berlokasi dan merupakan bagian dari :
A.       RSU kelas A.
B.                 RSU TNI/POLRI kelas I.
C.       RSU swasta setara.
D.       RSU kelas B yang sudah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rekanalisasi.

2.8.Manajemen Pasokan Alat Kontrasepsi


A.    Panduan dasar penyimpanan alat/obat kontrasepsi
Tata cara penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang baik merupakan ipaya menjaga agar kulaitas
alat/obat kontrasepsi tersebut selalu dalam kondisi yang baik aman untuk digunakan oleh klien
KB. Untuk itu, para petugas di klinik dan dilapangan perlu memperhatikan pedoman dasar
alat/obat kontrasepsi yang isinya antara lain sebagai berikut.
·         Bersihkan dan suci hamakan tempat penyimpanan alat/obat kontraspsi secara teratur
·         Simpan alat/obat kontrasepsi  dalam keadaan kering, tidak lembab, mendapat ventilasi udara
yang baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung
·         Pastikan bahwa tempat penyimpanan  alat/obat kontrasepsi bebas dari cipratan air atau
kebocoran atap karena hujan
·         Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik, serta siap dan
mudah digunakan/diambil
·         Tempatkan dus kondom terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber lisrik/lampu, untuk
mencegah bahaya kebkaran
·         Tempatkan dus penyimpanan alat/obat kontrasepsi (yang berada di gudang):
1.        Kurang lebih 10 cm di atas lantai
2.        Kurang lebih 30 cm dari tembok atau dinding
3.        Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 meter
·         Agar diatur dus karton sedemikian rupa sehingga kartu identitas/label yang berisi batas waktu
kadaluarsa atau waktu pembuatan di pabrik dapat mudah dilihat
·         Tempatkan alat/obat kontrasepsi pada posisi yang memungkinkan untuk pendistribusian pada
sistem FEFO (first expire-first out distribution yaitu alat/obat kontrasepsi yang lebih awal
kdaluarsanya, agar lebih awal didistribusikan/dipakai oleh klien)
·         Tempatkan tiap jenis alat/obat kontrasepsi secara terpisah, dan jauhkan dari bahan-bahan yang
mengandung insektisida, bahan kimia, arsip tua/lama, peralatan kantor dan material lain
·         Pisahkan alat dan obat kontrasepsi yang sampai pada batas kadaluarsa, sesuai dengan ketentuan
pemerintahan atau Donor Agency/pemberi bantuan
·         Pastikan bahwa penyimpanan alat/obat kontrasepsi benar-benar dalam posisi aman

Sistem Distribusi Dengan Cara FEFO


Untuk memastikan bahwa alat/obat  kontrasepsi belum sampai pada batas ladaluarsa pada wkatu
disalurkan ke klien, maka perlu ditetapkan kebijakan FEFO (first expire, first out), sebagai
pengganti sistem yang lama yaitu FIFO (fisrt in first out). Kebijakan ini harus diinformasikan ke
seluruh jajaran petugas (klinik dan lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada FEFO:
·      Teliti setiap dus alat/obat kontrasepsi yang tiba di gudang atau fasilitas pelayanan (RS,
Puskesmas, Klinik), kapan waktu kadaluarsa
·      Letakan setiap dus alat/obat kontrasepsi sesuai dengan urutan waktu kadaluarsa. Letak dus
alat/obat kontrasepsi paling atas adalah alat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya paling
tua/dekat. Pastikan bahwa alat/obat kontrasepsi tersebut mudah terllihat dan mudah diambil oleh
petugas untuk disalurkan ke klien
·      Umumkan kepada petugas lain agar menggunakan allat/obat kontrasepsi yang masa
kadaluarsanya paling tua terlebih dahulu pastikan untuk tidak menyalurkan alat/obat kontrasepsi
yang masa kadaluarsanya telah lewat

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Penjagaan Kualitas Alat/Obat Kontrasepsi
Pengamatan alat/obat kontrasepsi secara visual dapat dilakukan apabila secara fisik terlihat
adanya adanya tanda-tanda kelainan sebagai berikut. Jangan digunakan pabila terdapat tanda-
tanda:
1.      Pil KB
-          Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna)
-          Aluminium pembungkus rusak
-          Pada paket/strip, ada pil yang hilang
-          Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik cokelat, mudah pecah)
2.      Kondom
-          Kondom terlihat rusak
-          Kemasan kondom terbuka/bocor
-          Segel kemasan tidak utuh

3.      AKDR
-          Kemasan steril sudah rusak/terbuka
Catatan: Efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nyaterlihat gelap atau ada noda/bintik
hitam.
4.      Suntik KB
-          Cairan memadat, walaupun sudah dicocok
Catatan: Bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan.
5.      Implan
-          Kemasan steril terlihat rusak
-          Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna (tidak putih)
-          Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/ tidak lurus
6.      Spermisida
-          Tube/kemasan jeli mengkerut
-          Aplikator tertutup
7.      Tablet foam
-           kemasan rusak atau ada tablet yang hilang
-          Kemasannya membengkak atau mengelmbung (meandakan bahwa isi di daamnya lembab/
bocor
-          Kemasan foilnya risak
-          Teblet telah berubah warna (seharusnya berwarna putih)
-          Tabet terlihat lunak , lembab/basah, beruap, atau mudah luntur

B.     PANDUAN INVERTARISASI ALAT/OBAT KONTRASEPSI


Guna mengetahui apakah obat/alat kontrasepsi yang tersimpan dalam gudang atau tempat
penyimpanan di RS atau Puskesmas/Klinik KB masih berada dalam kualitas yang baik dan aman
untuk disalurkan ke klien, perlu dilakukan pengamatan mutu terhadap fisik alat/obat kontrasepsi
secara terbuka.
Manajer atau penyelia yang mengunjungi tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang perlu
mengobservasi dan melakukan pengamatann dengan menggunakan Dfatr Tilik. Penggunaan
Daftar Tilik dilakukan dengan cara mengisis pada kolom Ya Tu Tidak. Jawaban Tidak, dapat
mengindikasinkan permasalahan yang perlu diperhatikan dan dicarikan jalan keluarnya.

Tabel Manajemen inventarisasi


Kegiatan Ya Tidak
Pencataan
·         Apakah pencatatan alokon teratur dan terkini (up to date)?
·         Apakah data pencatatannya akurat?
·         Apakah angka-angkanya benar?
Kondisi persediaan
·         Apakah persediaan setiap produk memadai (berada pada tingkatan
minimum dan maksimum)?
·         Apakah perkiraan penggunaan bulanan bulanan telah diperhitungkan secara
benar dan akurat?
·         Apakah ada masalah pada kondisi produk alokon yang ada (pecah/patah,
rapuh)?
·         Apakah kualitas pelayanan dapat menjamin ketersediaan persediaan
alat/obat kontrasepsi?
Jaminan mutu
·         Apakah ada produk alat/obat kontrasepsi yang mengalami permasalahan
(rapuh, retak, pecah)?
Inventaris fisik
·         Apakah inventarisasi fisik dilakukan secara berkala (bulanan/triwulan)?
·         Apakah  inventaris fdicatat pada kartu persediaan/kartu kontrol inventaris?
Pemesanan
·         Bila fasilitas pelayanan KB memesan alokon, apakah pesanan tersebut
disesuaikan dengan tingkat minimum-maksimumnya?
·         Apakah jumlah pesanan dilakukan peghitungan secara teliti?
Pelaporan
·         Apakah pelaporan dilakukan secara teratur pada waktunya?
·         Apakah ada kesalahan laporan dalam waktu 6 bulan terakhir?
·         Apakah formulir laporan diisi dengan lengkap dan benar?
·         Apakah informasi data laporan akurat?
Pembuangan produk yang telah tidak digunakan
·         apakah ada alokon yang telah rusak atau lewat masa kadaluarsa, tetapi
masih disimpan di fasilitas pelayanan KB?
·         Apakah alokon yang rusak atau lewat masa kadaluarsa telah dipsahkan dari
alokon yang masih digunakan?
·         Apakah staf pada fasilitas pelayan KB telah melakuakan prosedur
pengaturan alokon yang rusak atau lewat kadaluarsa?
·         Apakah ada logistik atau manual distribusi yang memadai bagi petugas
pada fasilitas pelayan KB?
·         Apakah diperlukan formulir distribusi yang memadai untuk pencatatan,
pelaporan dan pemesanan?

Tabel kondisi tempat penyimpanan


Kondisi tempat penyimpanan Ya Tidak
·         Apakah tinggi susunan dus karton melebihi 2,5 meter?
·         Apakah diletakan diatas pallet?
·         Apakah letaknya tidak menempel dinding?
·         Apakah alokon yang sering digunakan diletakan pada tempat yang mudah
dijangkau?
·         Apakah alokon yang sudah tidak digunakan diletakan secara terpisah dari
alokon yang masish digunakan?
·         Apakah tempat/dus penyimpanan alokon telah diberi catatan yang jelas
tentang waktu kadaluarsa?
·          Apakah tempat penyimpanan telah diatur sesuai dengan FEFO?
·         Apakah temperatur pada tempat penyimpanan di bawah 40oC?
·         Apakah ada kipas angin atau sitem ventilasi untuk menjaga sirkulasi udara?
·         Apakah lantai dinding dalam kondisi kering?
·         Apakah atap dan jendela tidak bocor?
·         Apakah kondisi ruang/tempat penyimpanan sesuai dengan kondisi alokon
yang ada/
·         Apakah penerangan yang ada pada temoat penyimpanan memadai untuk
melihat tabel produksi/ kartu persediaan?
·         Apakah alokon yang disimpan terhindar sinar matahari langsung?
·         Apakah tempat penyimpanan dalam kondisi bersih, rapih dan bebas debu?
·         Apakah tempat alokon terpisah dari barang lain yang membahayakan
seperti insektisida, bahan kimia, arsip lama, peralatan kantor dan material
lainnya?
Penjagaan mutu alat/obat kontrsepsi pada tempat penyimpanan
Efektivitas dan mutu alokon dapat etrjaga dengan baik, apabila disimpan dalam kondisi yang
baik. Guna menjaga kondidi ini dapat dilihat uraian berikut.

Tabel penjagaan mutu dankondisi penyimpanan alat/obat kontrasepsi


Jenis kontrasepsi Kondisi penyimpanan Masa kadaluarsa
·         Pil KB Simpan ditempat kering, dan jauhkan dari sinar 5 tahun
matahari langsung.
·         Kondom Simpan ditempat kering, yaitu suhu >40oC dan 3-5 tahun
jauhkan dari sinar matahari langsung, bahan
kimia, dan bahan yang mudah terbakar.
·         AKDR Lindungi dari kelembaban, sinar matahari 7 tahun
langsung, suhu15-30 oC
·         Spermisida Simpan pada ruang bersuhu 15-30 oC, jauhkan 3-5 tahun
dari tmperatur tinggi USAID; 5 tahun
Lain-lain: 3 tahun
Simpan ditempat kering, suhu > 30 oC 5 tahun
·         Norpalnt Simpan pada suhu 15-30 oC posisi vials tegak
·         Suntik KB lurus menghadap keatas, jauhkan dari sinar
matahari langsung.

Cara melakukan pencegahan kulaitas alat/obat kontrasepsi


Untuk memastikan apakah alokon dalam kondisi baik, sebelum didistribusikan kepada klien, hal-
hal yang dilakukan petugas sebagai berikut:
·         Petugas melakukan pengecekan kondisi fisikatas alokon yang diterima
·         Apabila kondisi kontrasepsi baik, kemudian akan dismpan lebih dari 6 bulan, apalagi kondisi
tempat penyimpanan kurang baik (terlalu panas/lembab), petugas perlu melakukan pengecekan
fisik scara berkala (mingguan/bulanan)
·         Lakukan pencatatan dan pelaporan atas temuan yang ada untuk mendapatkan solusi yang baik.
2.9     Pengorganisasian
1.       Bentuk :
·                        Tim/Pokja PKBRS (di bawah Dirut) atau
·                Sub Komite PKBRS (di bawah Komite Medik)
2.         Untuk RS vertikal milik Depkes mengacu Kepmenkes 1045  tentang Pedoman Organisasi RS di
lingkungan Depkes .
3.         Untuk RSUD, RS TNI/POLRI, RS Swasta à Struktur mengikuti kebijakan / aturan kepemilikan
RS

2.10   Sistem Pelayanan KB di RS
           harus memenuhi hal-hal :
   1. Pelayanan dilakukan sesuai standar di RS
   2. Pendekatan Satu Atap (One Stop Services)
   3. Terpadu dengan komponen kespro lainnya
   4. SDM, sarana dan prasarana sesuai ketentuan
   5. Dokumentasi tindakan
   6. Sistem rujukan
   7.  Monitoring dan evaluasi
   8. Ayoman pasca pelayanan
2.11     Isu pokok  peningkatan manajemen pelayanan keluarga berencana di rumah sakit
1.         Peningkatan tata kelola pelayanan KB di Rumah Sakit
2.         Peningkatan pemenuhan kebutuhan SDM yang kompeten
3.         Peningkatan ketersedian kebutuhan Alokon sesuai kebutuhan dan berkesinambungan
4.         Peningkatan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di Rumah  Sakit
5.         Pembiayaan  pelayanan KB di RS
6.         Peningkatan komitmen Pemda
7.         Peningkatan kemitraan Organisasi Profesi dan Asosiasi terkait

2.12     Supervisi fasilitatif dalam PKBRS


Pengertian
Supervisi atau penyeliaan adalah proses atau kegiatan untuk melihat kinerja suatu unit atau
individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tugas, program, atau pun semua aktivitas yang
dijalankan untuk mencapai suatu standar atau target yang telah ditetapkan Sebelumnya.
Penyeliaan fasilitatif atau supervisi fasilitatif adalah suatu pendekatan supervisi dengan lebih
mementingkan monitoring, pemecahan masalah bersama, dan komunikasi dua arah antara
supervisor dan yang disupervisi.

Tujuan
Menjaga proses jaga mutu berlangsung dengan cara berkesinambungan  dengan cara
memepertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

Fokus dan cara melakukannya


·           Fokus supervisifasilitatif adalah pada sistem dan proses kinerja dengan memanfaatkan data atau
informasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta menemukan akar penyebab
masalah. Kemudian diaplikasikan upaya pemecahan masalah terpilih dalam rangka menjaga dan
memeprbaiki kualitas pelayanan.
·           Kualitas pelayanan mencakup 8 dimensi mutu :
a.       Kompetensi teknis pelaksana pelayanan
b.      Akses klien terhadap fasiltas pelayanan
c.       Efektivitas pelayanan
d.      Efisiensi pelayanan
e.       Hubungan antar manusia yaitu antara klie dan pelaksana pelayananan
f.       Keamanan pelayanan
g.      Kenyamanan pelayanan

Karakteristik penyelia fasilitatif


Seorang penyelia fasilitatif diharapkan mempunyai karesteristik sebagai berikut :
1.         Mempunyai sifat pemimpin
2.         Mempunyai keterampilan berkomunikasi
3.         Mempunyai kemampuan sebagai fasilitator yang dapat membantu sasaran selia
4.         Mempunyai kemampuan analisis dan menemukan akan masalah
5.         Mempunyai kemampuan sebgai narasumber dan mediator

Peran penyelia fasilitatif


·         Lakukan pengamatan mendalam dengan cara menelusuri penyebab dan faktor yang
mempengaruhi timbulnya masalah
·         Temukan kekuatan dan kelemahan kinerja tanpa mehakimi objek selia dan berusaha memberi
kan saran yang sesuai. Gunakan alat penyelia yang berupa daftar tilik yang terstruktur dan baik.
·         Fokuskan supervisi pada proeses dan sistem, bukan pada individu.
·         Berorientasi pada pedoman mendatang dan bukan melihat pada kesehatan yang telah terjadi.
·         Lakukan penyeliaan yang berkesinambungan dengan cara pemantauan hasil penyeliaan yang
lalu sertakan menindaklanjuti.

Waktu pelksanaan
Supervisi fasilitatif dilakukan :
·         Setelah pelatihan keterampilan (pascapersalinan)
·         Penyeliaan rutin berkala
·         Permintaan objek selia.

a.      Penyeliaan pascapelatihan
·         Merupkan tindak lanjut pelatihan yang bersifat evaluasi pascapelatihan dilingkungan kerja
peserta latih.
·         Dilakukan sebaiknya 3-4 bulan pascapelatihan
·         Pelaksanan : petugas yang telah mendapat pelatihan standarisasi dalam aspek klinis terkait dan
mempunyai kompetisi sebagai peneyelia/pelatih klnis.
·         Menggunakan instrumen :
a.       Daftar tilik pada KB
b.      Format pengisisan kartu status kesehatan
·         Langkah-langkah yang dilakukan :
a.                                         Menjelaskan tujuan superfisi fasilitatif kepada pemimpin pada sasaran
b.                                        Meminta izin untuk melakukan supervisi fasilitatif
c.                                         Mengamati secara langsung saat pelayann dilakukan oleh sasaran selia
d.                                        Mengkaji kartu status peserta KB
e.                                         Wawancara dengan klien yang dihadiri oleh sasaran seia.

b.      Penyeliaan rutin berkala


·         Sasaran penyeliaan rutin berkala pada fasilitas pelayanan kesehatan
·         Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan
·         Pelaksana :
Tim yang terdiri dari petugas yang dilatih standarisasi pelayanan KB, pengelola pelayann KB
dan petugas yang paham tentang kontrasepsi sebaiknya petugas penyelia adalah mereka yang
telah mengikuti magang atau pelatihan supervisi fasilitatif dan telah memahami prinsip kegiatan
jaga mutu.
·         Menggunakan instrumen:
a.       Daftar tilik langkah baku pelayanan KB
b.      Format pengisian kartu status peserta KB
c.       Pengelolaan pelayanan KB
d.      Atur pelayanan aksepetor KB
e.       Daftar tilik sarana atau prasarana dan alat atau bahan obat pelayanan KB
f.       Ringkasan laporan hasil penyelia
·            Langkah-langkah yang perlu diperlukan:
a.       Penyeliaan tentang keterampilan petugas
b.      Penyeliaan tentang pengelolaan pelayanan
c.       Penyusunan ringkasan laporan hasil penyeliaan
d.      Tindak lanjut penyeliaan fasilitatif

2.13     Menitoring Dan Evaluasi dalam PKBRS


Peran Dan Tanggung Jawab
Tujuan sistem monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana kelseluruhan
upaya yang dilaksanakan berdampak trehadap kemajuan program Keluarga Berencana, termasuk
pelayanan kontrasepsi mencakup ketersediaan pelayanan, keterjangkauan pelayanan, dan kualitas
pelayanan Keluarga Berencana tersebut berdasarkan kebijakan yang berlaku. Kegiatan
monitoring dan evaluasi pelayanan di lapangan hakikatnya dapat terselenggara melalui peran
yang dilaksanakan oleh tim penjaga mutu, dengan mempergunakan indikator-indikator
pelayanan yang sudah ditetapkan pada setiap metode kontrasepsi dalam program Keluarga
Berencana.
Pengaturan peran dan tanggung jawab pelayanan Keluarga berencana menyangkut
pengembangan kebijakan mengenai program pelayanan Keluarga Berencana, ataupun penetapan
peran dan tanggung jawab dari berbagai pihak yang berkait dengan pelayanan keluarga
berencana tersebut.
Berdasarkan kesepakatan nasional yang berlaku, secara umum BKKBN merupakan
institusi pemerintah yang memegang tanggung jawab terutama dalam aspek pengembangan
kebijakan Program Pelayanan Keluarga Berencana Nasional. Secara operasional BKKBN,
terutama memegang peranan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku yang positif
terhadap pelayanan Keluarga Berencana, serta meningkatkan permintaan masyarakat terhadap
pelayanan keluarga Berencana tersebut.
Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk memberikan informasi tentang adanya pilihan
metode kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana yang sudah tersedia secara luas,
sehingga menimbulkan permintaan masyarakat terhadap pelayanan Keluarga Berencana.
Jajaran kesehatan baik Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan, terutama
memegang tanggung jawab dalam pemberian pelayanan, menyangkut aspek pelayanan kesehatan
dan pelayanan medis keluarga Berencana yang memenuhi persyaratan untuk memberikan
pelayanan Keluarga Berencana.
Disamping itu bersama-sama organisasi profesi yang terkait menetapkan pemberlakuan
standar pelayanan kesehatan dan pelayanan medis serta standar mutu pelyanan Keluarga
Berencana yang telah disusun bersama.
Tujuan kebijakan pemberian pelayanan Keluarga Berencana adalah memberikan pelayanan
yang berkualitas, yang menempatkan keselamatan klien sebagai prioritas. Kebijakan tersebut
dilaksanakan melalui penyediaan tenaga pemberi pelayanan yang kompeten serta patuh terhadap
standar pelayanan kesehatan yang sudah ditetapkan, pemenuhan sarana pelayanan kesehatan
yang memadai, pemberian pelayanan konseling yang berkualitas, penapisan klien, pelayanan
kesehatan dan pelayanan medis, pelayanan pascatindakan serta pelayanan rujukan yang optimal.
Sementara itu organisasi profesi terutama memegang tanggung jawab dalam
penyelenggaraan upaya pelatihan tenaga pemberi pelayanan, khususnya tenaga medis berikut
pemantauan pascapelatihan serta upaya penyusunan standar pelayanan berikut standar mutu
pelayanan Keluarga Berencana.
BKKBN, Departemen Kesehatan dan institusi kesehtan lainnya, serta organisasi profesi
bersama-sama bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya advokasi kepada lembaga
pengambil keputusan dalam program Keluarga Berencana. Di samping itu, secara bersama-sama
pula mendorong institusi profesi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk dapat ikut
menyelenggarakan kegiatan KIE dalam meningkatkan permintaan masyarakat terhadap
penerimaan program Keluarga Berencana Nasional.

Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi


Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional merupakan suatu proses untuk
mendapatkan data dan informasi yang merupakan substansi pokok dalam system informasi
program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional program. Data dan
informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan, pemantauan dan
penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu data dan informasi yang dihasilkan harus
akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Dalam upaya memenuhi harapan data dan informasi
yang dihasilkan merupakan data dan informasi yang berkualitas, maka selalu dilakukan langkah-
langkah penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program dengan visi dan misi program
baru serta perkembangan kemajuan teknologi informasi.
Mulai bulan april 2005, kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Program KB Nasional telah
dilaksanakan sesuai dengan system pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui
Instruksi Kepala BKKBN Nomor : 01/HK.012/D1/05 tanggal 3 Januari 2005 tentang Pedoman
Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional meliputi pengumpulan, pencatatan
serta pengolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasli kegiatan operasional.
System pencatatan dan pelaporan saat ini telah disesuaikan dengan tuntutan informasi,
desentralisasi dan perbaikan kualitas.
System pencatatan dan Pelaporan Program KB Nasional yang disesuaikan meliputi
Subsistem Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi, Subsistem Pelaporan Pengendalian
Lapangan, Subsistem Pencatatan Pelaporan Pendataan Keluarga dan Subsistem Pencatatan
Pelaporan Pendataan Keluarga Miskin. Dalam bab ini akan dibahas Subsistem Pencatatan dan
Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.

System Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi


Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB ditujukan kepada kegiatan dan
hasil kegiatan operasional yang meliputi :
·         Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
·         Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di Dokter / Bidan dan Praktik
Swasta
·         Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di Klinik KB

Mekanisme dan arus Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi


System pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat menyediakan
berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi di seluruh wilayah sampai ke tingkat
kecamatan dan desa. Adapun mekanisme dan arus pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi sebagai berikut :
·         Pada waktu mendaftar untuk pembukaan atau peresmian klinik KB baru harus dibuat Kartu
Pendaftaran Klinik KB (K/0/KB/04) dalam rangkap 2 (dua), masing-masing dikirim ke PDPKB
Kabupaten/Kota  dan arsip
·         Setiap bulan January pada awal tahun anggaran yang bersangkutan dilakukan pendaftaran ulang
untuk setiap klinik KB, dengan mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB(K/0/KB/04). Hal ini
dimaksudkan untuk melakukan perbaikan / penyesuaian data dan informasi mengenai klinik KB
yang bersangkutan
·         Setiap peserta KB baru dan peserta KB pindahan dari klinik KB atau pelayanan lain dibuatkan
Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/04), yang natara lain memuat cirri-ciri peserta KB yang
bersangkutan, kartu ini disimpan di klinik KB yang bersngkutan dan digunakan kembali sewaktu
peserta KB melakukan kunjungan ulang di klinik tersebut
·         Setiap peserta KB baru dan peserta KB atau pindahan, dari klinik KB atau tempat pelayanan
lain, dibuatkan Kartu Peserta KB (K/I/KB/04)
·         Setipa hari pelayanan KB yang dilakukan oleh klinik KB harus dicatat dalam Register Klinik
KB (R/I/KB/04), dan pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan hasil pelayanan KB.
Register ini merupakan sumber data untuk pengisian Laporan Bulanan klinik KB (F/II/KB/04)
·         Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik KB dicatat dalam Register
Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/04), dan pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan.
Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/04) merupakan sumber data untuk pengisian
LAporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04)
·         Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dokter / Bidan Praktik Swasta setiap hari dicatat dalam
Buku Bantu hasil Pelayanan Kontrasepsi pada Dokter / Bidan Praktik Swasta (B/I/DBS/04) dan
pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan. Buku bantu ini merupakan sumber data untuk
pengisian Laporan Bulanan Petugas Penghubung Dokter / Bidan Praktik Swasta (F/I/PHDBS/04)
·         Setiap bulan PDPKB atau petugas yang ditunjuk sebagai petugas penghubung dokter / bidan
praktik swasta membuat ALporan Bulanan Petugas Penghubung Dokter / Bidan Praktik Swasta
(F/I/PH/DBS/04) yang merupakan rekapitulasi / penjumlahan dari catatan pada Buku Bantu
Hasil Pelayanan Kontrasepsi pada Dokter / Bidan Praktik Swasta yang ada di wilayah kerjanya.
Laporan ini merupakan sumber data untuk pengisian Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04)
·         Setiap bulan, petugas klinik KB membuat Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04) yang
sumber datanya diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/I/KB/04), Laporan
Bulanan Petugas Penghubung Dokter / Bidan Praktik Swasta (F/I/PH/DBS/04) dan Register Alat
Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/04)
·         Setiap bulan PDPKB Kabupaten / Kota membuat Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB
Tingkat Kabupaten / Kota dengan menggunakan formulir Rek.Kab.F/II/KB/04. Data untuk
membuat laporan ini diambil dari Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04) yang diterima dari
klinik KB yang berada diwilayah (F.KB/Kota) yang bersangkutan
·         Setiap bulan BKKBN Provinsi membuat Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat
Provinsi dengan menggunakan formulir Rek.Prov.F/II/KB/04. Data untuk membuat laporan ini
diambil dari Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Kabupaten/kota
(Rek.Kb.F/II/KB/04) yang diterima dari PDPKB Kabupaten/Kota yang berada di wilayah
provinsi yang bersangkutan
·         Satu tahun sekali PDPKB Kabupaten/Kota membuat Rekapitulasi Kartu Pendaftaran Klinik KB
Tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir Rek.Kab.K/0/KB/04. Data untuk
membuat laporan ini diambil dari semua K/0/KB/04 yang diterima dari Klinik KB yang berada
di wilayah kerja PDPKB Kabupaten/Kota
·         Satu tahun sekali BKKBN Provinsi membuat Rekapitulasi Pendaftaran Klinik KB Tingkat
Provinsi dengan menggunakan formulir Rek.Prov.K/0/KB/04.
Data untuk membuat laporan ini diambil dari semua Rek.Kab.K/0/KB/04 yang diterima dari
PDPKB Kabupaten/Kota yang berada di wilayah kerja BKKBN Provinsi.

Arus Pelaporan Pelayanan Informasi adalah sebagai berikut :


·         Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/0/KB/04) dibuat oleh klinik KB rangkap 2 (dua), 1 lembar
untuk Pengelola Daerah Program KB (PDPKB) Provinsi/Kota yang dikirim selambat-lambatnya
tanggal 7 februari setiap tahun PDPKB Provinsi/Kota dan Arsip.
·         Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat Provinsi/kota (Rek.Prov.K/0/KB/04), dibuat
rangkap 3 (tiga) oleh PDPKB Provinsi/Kota dan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 14
februari setiap tahun, masing-masing ke BKKBN Provinsi, BKKBN Pusat, dan Arsip.
·         Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat Provinsi (Rek.Prov.K/0/KV/04), dibuat
rangkap 3 (tiga) oleh PDPKB Provinsi dan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 21 februari
setiap tahun, masing-masing ke BKKBN Pusat, dan Arsip.
·         Laporan Bulanan Petugas Penghubung Hasil Pelayanan Oleh dokter /Bidan Praktek Swasta
(F/I/PH/DBS/04) dibuat oleh PDPKB Dokter/Bidan Praktik Swasta dalam rangkap 2 (Dua),
dikirim selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya ke klinik KB Induk di wilayah kerjanya
dan arsip.
·         Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04) dibuat oleh klinik KB dalam rangkap 4 (Empat),
dikirim selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya masing-masing ke PDPKB
Provinsi/Kota, mitra kerja tingkat II, kantor camat dan arsip.
·         Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat Provinsi/Kota (Rek.Prov.F/II/KB/04), dibuat
rangkap 3 (tiga) oleh PDPKB Provinsi/Kota dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan
berikutnya ke BKKBN Provinsi BKKBN Pusat, dan Arsip.
·         Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat Provinsi (Rek.Prov.F/II/KB/04), dibuat rangkap
2 (dua) oleh BKKBN Provinsi dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya ke
BKKBN Pusat, dan Arsip.
·         PDPKB Kabupaten/Kota setiap bulan menyampaikan umpan balik kepada camat dan mitra
kerja.
·         BKKBN Provinsi (Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program) setiap bulan
menyampaikan umpan balik ke PDPKB Kabupaten/Kota dan Dinkes.
·         BKKBN Pusat (Direktorat pelaporan dan statistik) setiap bulan menyampaikan umpan balik
kepada semua pimpinan dijajaran BKKBN pusat, ke BKKBN Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Mitra kerja tingkat pusat.

Monitoring dan Evaluasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi


Dalam Pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi masih dirasakan
adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Melalui sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi dan hasil monitoring dan
evaluasi tersebut dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kegiatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanna kontrasepsi.

Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dap pelaporan pelayanan
kontrasepsi, beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
·         Cakupan Laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya meliputi jumlah,
ketepatan pengisian, ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat lini lapangan
sampai ke tingkat pusat.
·         Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadapa kualitas data pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi  perlu dilihat bagaimana masukan laporannya, baik laporan bulanan maupun laporan
tahunan serta bagaimana informasi yang disajikan setiap bulanan atau tahunan. Dalam hal ini
sering/ dapat terjadi laporan yang mengalami keterlambatan dan cakupannya belum optimal
maupun kualitas dan kuantitasnya serta informasi yang disampaikan belum optimal.
·         Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, hal-
hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga :
Ø  Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaimana kondisi jumlah petugas RR Klinik yang melakukan pencatatan pelaporan pelayanan
nkontrasepsi.
Ø  Kualitas tenaga
Apakah petugas RR Klinik sudah mengikuti pelatihan RR.
·         Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap saran, perlu dilihat bagaimana sarana mendukung
kelancaran pelaksanaan pencatatan dsan pealporan diantaranya :
1.      Ketersediaan formulir dan kartu
2.      Ketersediaan buku petujuk teknis pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
3.      Ketersediaan faksimil oleh seluruh Provinsi/kota untuk kecepatan pelaporan
4.      Ketersediaan komputer sampai tingkat Provinsi/kota
Biaya Dana Operasional
Dalam mengevaluasi penyedian dana operasional perlu dilakukan inventarisasi apakah
tersedia dukungan anggaran unytuk kegiatan operasional petugas RR Klinik dan biaya
pembinaan RR, baik yang bersumber dari APBN maupun diluar APBN. Dengan tersedianya
dukungan dana operasional tersebut, pemanfaatannya dapat secara efektif dan efisien untuk
peningkatan kualitas pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi sehingga
cakupan, kualitas data dan informasi meningkat disetiap tingkat.

2.14Peningkatan tata kelola  pelayanan  Keluarga Berencana di rumah sakit


1.      Membentukan TIM PKBRS
2.      Monitoring Evaluasi kinerja pelayanan KB-RS
3.      Penyusunan sasaran dan target pelayanan
4.      Membentuk Unit Pelayanan KB terpadu
5.      Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO)
a.         Mengacu standar profesi, standar pelayanan, standar kompetensi dan pedoman penyelengga-
raan pelayanan KB-RS
b.        Pendelegasian kewenangan melakukan tindakan medis
6.      Melaksanakan sistem rujukan
7.      Peningkatan KIE KB-RS (PKMRS)

2.15Peningkatan Kompetensi  SDM pelayanan KB-RS  


1.    Pemetaan kebutuhan dan prioritas pelatihan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi SDM
2.    Review dan penyusunan modul pelatihan
3.    Penyusunan proposal pelatihan dan kebutuhan anggaran
4.    Advokasi untuk penyediaan anggaran pelatihan TA 2010 dan 2011 s/d 2014
5.    Dukungan kebijakan/peraturan Kemenkes khususnya tentang Kewenangan melakukan tindakan
medis bagi Bidan dan Perawat

Anda mungkin juga menyukai