Anda di halaman 1dari 6

5.

Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit
a) Standar Prognas 5
Rumah sakit melaksanakan program pelayanan keluarga berencana  dan kesehatan reproduksi
di rumah sakit beserta pemantauan dan evaluasinya.
b) Standar Prognas 5.1
Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk  penyelenggaraan pelayanan keluarga dan
kesehatan reproduksi.
c) Maksud dan Tujuan Prognas 5 dan Prognas 5.1
Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit (PKBRS) merupakan bagian dari program
keluarga berencana (KB), yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu  dan
percepatan penurunan stunting. Kunci keberhasilan PKBRS adalah ketersediaan alat dan obat
kontrasepsi, sarana penunjang pelayanan kontrasepsi dan tenaga kesehatan yang sesuai
kompetensi serta manjemen yang handal. Rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS sesuai
dengan pedoman pelayanan KB yang berlaku, dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai
berikut:
 1) Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanaan KB secara terpadu dan
paripurna.
 2) Mengembangkan kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
pelayanan KB dan meningkatkan kualitas pelayanan KB.
 3) Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS termasuk
pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
 4) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembinaan teknis dalam
melaksanakan PKBRS.
 5) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi
sarana pelayanan kesehatan lainnya. 
 6) Melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS. 
 7) Adanya regulasi rumah sakit yang menjamin pelaksanaan PKBRS, meliputi
SPO pelayanan KB per metode kontrasepsi termasuk pelayanan KB Pasca
Persalinan dan Pasca keguguran.
 8) Upaya peningkatan PKBRS masuk dalam rencana strategis (Renstra) dan
rencana kerja anggaran (RKA) rumah sakit.
 9)Tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan untuk PKBRS antara
lain ruang konseling dan ruang pelayanan KB.
 10) Pembentukan tim PKBRS serta program kerja dan bukti pelaksanaannya.
 11) Terselenggarakegiatan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan
kemampuan pelayanan PKBRS, termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca
keguguran.
 12) Pelaksanaan rujukan sesuai dengan ketentuan peraturanperundangan-
undangan.
 13) Pelaporandan analisis meliputi:
 a) Ketersediaansemua jenis alat dan obat kontrasepsi sesuai dengan
kapasitas rumah sakit dan kebutuhan pelayanan KB.
 b) Ketersediaan sarana penunjang pelayanan KB.
 c) Ketersediaantenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB.
 d) Angka capaian pelayanan KB per metode kontrasepsi, baik
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP.
 e) Angka capaian pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca
Keguguran.
 f) Kejadian tidak dilakukannya KB Pasca Persalinan pada ibu baru
bersalin dan KB Pasca Keguguran pada Ibu pasca keguguran.
d) Elemen Penilaian Prognas 5
 1) Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan PKBRS.
 2) Terdapat tim PKBRS yang ditetapkan oleh direktur disertai program kerjanya.
 3) Rumah sakit telah melaksanakan program KB Pasca Persalinan dan Pasca
Keguguran. 
 4) Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS.
e) Elemen Penilaian Prognas 5.1
 1) Rumah sakit telah menyediakan alat dan obat kontrasepsi dan sarana
penunjang pelayanan KB.
 2) Rumah sakit menyediakan layanan konseling bagi peserta dan calon peserta
program KB.
 3) Rumah sakit telah merancang dan menyediakan ruang pelayanan KB yang
memadai.

BAB IV PENUTUP
Penyelenggaraan akreditasi rumah sakit sesuai dengan standar dilaksanakan agar tercapainya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien serta tata kelola rumah sakit
yang baik, sehingga terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
bermutu, profesional, dan bertangggung jawab.
Dengan disusunnya standar akreditasi rumah sakit, diharapkan semua pihak baik rumah sakit,
lembaga penyelenggara akreditasi rumah sakit, pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, tenaga kesehatan, maupun pemangku kepentingan lainnya
dapat melaksanakan akreditasi rumah sakit dengan efektif, efisien dan berkelanjutan.

Peran Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) dalam Akselerasi


Menurunkan Kematian Maternal
Latar belakang: Angka kematian ibu (AKI) meningkat tajam dari 228/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359 pada tahun 2012. Salah satu sebabnya
adalah belum tercapainya target Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific
Fertility Rate (ASFR),  dan unmet need. Upaya penurunan AKI serta peningkatan
derajat kesehatan ibu merupakan salah satu prioritas utama dalam penanganan
bidang kesehatan. Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan
menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program Pelayanana Keluarga
Berencana Rumah Sakit (PKBRS).

Tujuan: Mengetahui peran PKBRS dalam akselerasi menurunkan kematian maternal

Metode: Melakukan penelusuran kepustakaan yang berkaitan dengan kematian


maternal dan PKBRS serta penelitian di RS.
Hasil: PKBRS cukup efektif dan efisien dalam akselerasi penurunan kematian
maternal dan saat sekarang yang utama dilaksanakan adalah program KB pasca salin
(KBPS) dan KB pasca gugur (KBPG). Pemilihan IUD sebagai KBPS dan KBPG
merupakan pilihan kontrasepsi unggulan disamping metode KB yang lain. Di RS Dr.
Moewardi, yang merupakan Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga (PPK III) setelah
dilaksanakan PKBRS, pada tahun 2013 terdapat 21 kasus kematian maternal,
menurun menjadi 18, dan 11 kasus kematian maternal di tahun 2014 dan 2015.
Demikian juga di RSUP Dr Sardjito terjadi penurunan angka kematian maternal
(AKM) sejak diberlakukan program PKBRS. Pada tahun 2013 AKM 101, menurun
menjadi 88, dan 66 kasus di tahun 2014 dan 2015. Kasus kematian maternal
didominasi oleh preeklamsi, perdarahan, dan infeksi.

Kesimpulan: Pelayanan PKBRS berperan dalam akselerasi menurunkan kematian


maternal.

Kata kunci: PKBRS, CPR, ASFR, unmet need, kematian maternal 

Abstract

Background: Maternal mortality rate (MMR) has a sharp increase from 228 / 100,000
live births in 2007 into 359 live births in 2012. One reason why is just because the
target of Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific Fertility Rate (ASFR), and
unmet need have not been achieved yet. The effort to reduce maternal mortality rate
and improving the mother's health is one of the main priorities in the health sector
management. One of the programs to reduce maternal mortality rate and reduce the
number of the population growth is through Pelayananan Keluarga Berencana
Rumah Sakit  (PKBRS).

Objective: To determine the role of PKBRS in accelerated lowering the maternal


mortality rate.

Methods: We concluded the  literature searches related to maternal mortality rate


and PKBRS and research at the hospital.

Results: PKBRS is quite effective and efficient in accelerated declining in maternal


mortality and the present practice of KB pasca salin  (KBPS = family planning
program after labor) and KB pasca gugur  (KBPG). Selection of IUD for KBPS and
KBPG  as a contraceptive choices featured in addition to other methods of birth
control.  Dr. Moewardi hospital, as a third level of health centre, once implemented a
PKBRS, in 2013, there were 21 cases of maternal mortality, decreased into 18, and 11
cases of maternal mortality occured in 2014 and 2015. In Dr. Sardjito Hospital, 
decreased in maternal mortality happened since enacted the PKBRS program. In
2013, there were 101 cases of maternal mortality, grafually decreasing into 88, and
66 cases of maternal deaths occured in 2014 and 2015. Cases of maternal mortality is
dominated by preeclampsia, bleeding, and infection cases.

PGAM NASINAL (PGNAS) SASAAN 1 : PENUUNAN ANGKA KEMATIAN IBU AN BAYI SETA
PENINGKATAN KESEHATAN IBU AN BAYI Maksud dan Tujuan Standar 1, Standar 1.1 dan Standar
1.2 : Lihat SNAS 1 umah sakit dalam melaksanakan program PNEK sesuai dengan pedoman
PNEK yang berlaku, dengan langkahlangkah pelaksanaan sebagai berikut: a) melaksanakan dan
menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna. b)
mengembangkan kebijakan dan SP pelayanan sesuai dengan standar c) meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi. d) meningkatkan
kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk
pelayanan kegawat daruratan (PNEK 24 jam) e) meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model
dan pembina teknis dalam pelaksanaan IM dan pemberian ASI Eksklusif f) meningkatkan fungsi
rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan
kesehatan lainnya. g) meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode Kangguru
(PMK) pada BBL. h) melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SSIB 1
langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu i) ada regulasi rumah sakit yang menjamin
pelaksanaan PNEK 24 jam, meliputi pula pelaksanaan rumah sakit sayang ibu dan bayi,
pelayanan ASI eksklusif (termasuk IM), pelayanan metode kangguru, dan SP Pelayanan
Kedokteran untuk pelayanan PNEK (lihat juga PAP 3.1) j) dalam rencana strategis (enstra),
rencana kerja anggaran (KA) rumah sakit, termasuk upaya peningkatan pelayanan PNEK 24 jam
k) tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan untuk PNEK antara lain rawat gabung l)
pembentukan tim PNEK m) tim PNEK mempunyai program kerja dan bukti pelaksanaannya n)
terselenggara pelatihan untuk meningkatan kemampuan pelayanan PNEK 24 jam, termasuk
stabilisasi sebelum dipindahkan o) pelaksanaan rujukan sesuai peraturan perundangan p)
pelaporan dan analisis meliputi : angka keterlambatan operasi operasi section caesaria (SC) ( > 3
menit) angka keterlambatan penyediaan darah ( > 6 menit) angka kematian ibu dan bayi
kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini (IM) pada bayi baru lahir Standar 1 umah sakit
melaksanakan program PNEK 24 jam di rumah sakit beserta monitoring dan evaluasinya.
Elemen Penilaian Standar 1 Telusur Skor 1. Ada regulasi rumah sakit tentang pelaksanaan PNEK
24 jam di rumah sakit dan ada rencana kegiatan PNEK dalam perencanaan rumah sakit. () 2. Ada
bukti keterlibatan pimpinan rumah sakit di dalam menyusun kegiatan PNEK. (,) 3. Ada bukti
upaya peningkatan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan
neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PNEK 24 Jam). (,) 1) egulasi tentang
pelaksanaan PNEK 24 jam 2) Program PNEK Bukti rapat tentang penyusunan kegiatan PNEK yang
melibatkan Pimpinan S irektur S Ketua/anggota tim PNEK Bukti pelaksanaan peningkatan
kesiapan rumah sakit PNEK 24 jam, antara lain berupa: 1) aftar jaga PPA di IG 2) aftar jaga staf di
kamar operasi 3) aftar jaga staf di kamar bersalin Ketua/anggota tim PNEK Kepala/staf unit
pelayanan PPA INSTUMEN SUVEI STANA NASINAL AKEITASI UMAH SAKIT EISI 1 217

Kriteria PN 1 – 5 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelaksanaan PONEK 24 jam.
 2) Terdapat Tim PONEK yang ditetapkan oleh rumah sakit dengan rincian tugas
dan tanggungjawabnya.
 3) Terdapat program kerja yang menjadi acuan dalam pelaksanaan program
PONEK Rumah Sakit sesuai maksud dan tujuan.
 4) Terdapat bukti pelaksanaan program PONEK Rumah Sakit.
 5) Program PONEK Rumah Sakit dipantau dan dievaluasi secara rutin.

Kriteria PN 1.1 – 3 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit menetapkan program pembinaan jejaring rujukan rumah sakit.
 2) Rumah sakit melakukan pembinaan terhadap jejaring secara berkala.
 3) Telah dilakukan evaluasi program pembinaan jejaring rujukan.

Kriteria PN 2 – 4 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan penanggulangan
tuberkulosis di rumah sakit
 2) Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program kerjanya.
 3) Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan upaya pencegahan
tuberkulosis
 4) Tersedianya laporan pelaksanaan promosi Kesehatan.

Kriteria PN 2.1 – 3 Elemen Penilaian


 1) Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
 2) Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien tuberkulosis
paru dewasa maka rumah sakit harus memiliki ruang rawat inap yang memenuhi
pedoman pencegahan danpengendalian infeksi tuberkulosis.
 3) Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.

Kriteria PN 2.2 – 4 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit telah menerapkan kepatuhan staf medis terhadap panduan praktik
klinis tuberkulosis.
 2) Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Obat Anti
Tuberkulosis.
 3) Rumah sakit melaksanakan pelayanan TB MDR (bagi rumah sakit rujukan TB
MDR).
 4) Rumah sakit melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus TB Paru sesuai
ketentuan.
Kriteria PN 3 – 6 Elemen Penilaian
 1) Rumah sakit telah melaksanakan kebijakan program penanggulangan
HIV/AIDS sesuai ketentuan perundangan.
 2) Rumah sakit telah menerapkan fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
 3) Rumah sakit melaksanakan pelayanan PITC dan PMTC.
 4) Rumah sakit memberikan pelayanan ODHA dengan faktor risiko IO.
 5) Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan ART.
 6) Rumah sakit melakukan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan
HIV/AIDS.

Kriteria PN 4 – 3 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan program gizi.
 2) Terdapat tim untuk program penurunan prevalensi stunting dan wasting di
rumah sakit.
 3) Rumah sakit telah menetapkan sistem rujukan untuk kasus gangguan gizi yang
perlu penanganan lanjut.

Kriteria PN 4.1 – 2 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit membuktikan telah melakukan pendampingan intervensi dan
pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di
bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
 2) Rumah sakit telah menerapkan sistem pemantauan dan evaluasi, bukti
pelaporan, dan analisis.

Kriteria PN 5 – 4 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan PKBRS.
 2) Terdapat tim PKBRS yang ditetapkan oleh direktur disertai program kerjanya.
 3) Rumah sakit telah melaksanakan program KB Pasca Persalinan dan Pasca
Keguguran.
 4) Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS.

Kriteria PN 5.1 – 3 Elemen Penilaian


 1) Rumah sakit telah menyediakan alat dan obat kontrasepsi dan sarana
penunjang pelayanan KB.
 2) Rumah sakit menyediakan layanan konseling bagi peserta dan calon peserta
program KB.
 3) Rumah sakit telah merancang dan menyediakan ruang pelayanan KB yang
memadai.

Anda mungkin juga menyukai