Anda di halaman 1dari 25

BAB VI

PERAWATAN METODE KANGURU PADA BBLR

I. KONSEP PERAWATAN METODE KANGURU

A. PENGERTIAN
Perawatan metode kanguru adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (
hanya memakai popok dan topi) diletakan secara tegak atau vertikal di dada
antara kedua payudara ibu.

B. TUJUAN PERAWATAN METODE KANGURU


1. Menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan BBLR.
2. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan bayi.
3. Sebagai metode praktis pengganti incubator.

C. KRITERIA DAN PERSYARATAN PMK


1. Kriteria bayi
- Berat lahir kurang dari 2500 gram
- Grafik berat badan cenderung naik
- Kondisi secara umum baik
- Suhu tubuh stabil ( 36,5-37,5)
- mempunyai cukup kemampuan untuk menghisap dan menelan
- ibu atau pengganti bersedia untuk melaksanakan PMK
- bayi sudah tidak memerlukan infus.
2. kriteria ibu
- Bersedia dan mau melaksanakan PMK
- Mempunyai kemampuan fisik dan mental
- Siap pakaian (baju dan kancing depan)
- Kain panjang untuk menahan bayi
- Kuku harus bersih dan tidak menggunakan cat kuku

D. MANFAAT PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)


1. Manfaat bagi bayi.
a. Suhu tubuh bayi lebih stabil.
b. Mengurangi kejadian apnea periodik.
c. Denyut jantung bayi lebih stabil
d. Pengaturan perilaku bayi lebih baik terutama dalam menetek pada ibu.
e. Meningkatkan hubungan emosi bayi dan ibu
2. Manfaat bagi ibu
a. Mempermudah pemberian ASI
b. Lebih percaya diri dalam merawat bayi
c. Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik
d. Ibu lebih sayang pada bayinya
e. Meningkatkan produksi ASI
f. Berpengaruh pada psikologis ibu dan keluarga
3. Manfaat bagipetugas kesehatan
Petugas dapat melakukan pekerjaan lain yang lebih memerlukan perhatian
petugas.karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri.
4. Manfaat bagi rumah sakit
a. Pengurangan pengguna fasilitas (incubator atau alat canggih lain).
b. Lama perawatan lebih pendek.

E. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PMK


1. Faktor ibu
a. Ibu kurang percaya diri dalam merawat bayinya
b. Ibu ingin bayinya dirawat oleh petugas
2. Faktor bayi
Tidak semua BBLR lahir dalam kondisi sehat, dan perlu perawatan
lanjutan yang mengharuskannya mendapat perawatan khusus.
3. Faktor petugas
a. Petugas mengganggap bahwa BBLR memerlukan perawatan khusus
b. Petugas kurang trampil dalam melaksanakan metode kangguru
4. Faktor institusi
Kurangnya sarana prasarana pendukung pelaksanaan PMK.

F. PERAN DALAM PELAKSANAAN PMK


1. Peran istitusi
a. Rumah sakit mengeluarjan kebijakan yang mendukung pelaksanaan PMK
yaitu dengan membuat SPO PMK
b. Menyiapkan sarana prasarana pendukung
c. Menyiapkan SDM yang terampil
2. Peran tenaga kesehatan
a. Melaksanakan PMK sesuai dengan SPO secara baik
b. Menyiapkan perawatan ibu dan bayi dengan baik
c. Memantau keadaan ibu dan bayi terutama dapat mengidentifikasi
kelainan yang muncul.
d. Melakukan dokumentasi secara lengkap semua pelayanan yang diberikan.
3. Peran ibu
a. Memperaktekan hal-hal yang sudah diberikan petugas selama perawatan

b. Merawat bayinya dengan penuh kasih sayang.

G. LANDASAN HUKUM DAN PERATURAN YANG MENDUKUNG


1. Permenkes Nomor 450/Menkes/SK/VI/2004. Tentang Pemberian ASI Eksklusif
2. Permenkes Nomor 029/Menkes/PER/II/2008. Tentang Standart Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
3. Undang – Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan ( Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran (
Lembaran Negara tahu 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4431);
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 Tentang
Ijin Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15175/Menkes/Per/XI/2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/2007 Tentang
Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu
9. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 Tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Ekslusif Pada Bayi di Indonesia;

II. TATA LAKSANA PERAWATAN METODE KANGURU


A. PERSIAPAN
Untuk melaksanakan perawatan metode kanguru (PMK), yang perlu
dipersiapkan adalah institusi pelayanan, ibu, suami, keluarga, petugas, sarana
dan prasarana pelayanan.
1. Institusi
a. Adanya SPO perawatan metode kanguru (PMK)
b. Perawatan metode kanguru merupakan kegiatan atau program untuk
mendukung keberhasilan program menyusui dan penurunan angka
kematian neonatus khususnya pada BBLR.
2. Ibu, suami, dan keluarga
a. Salah satu keberhasilan perawatan metode kanguru adalah kesiapan ibu,
suami, dan keluarga sehingga memahami tujuan dilakukannya PMK.
b. Suami dan keluarga perlu mendapatkan informasi tentang PMK.
3. Petugas
Kesiapan petugas dalam melaksanakan perawatanmetode kanguru antara
lain :
a. Memahami pentingnya PMK dan terampil dalam memberikan asuhan
untuk kesejahtraan ibu dan bayi
b. Mampu menilai persyaratan ibu dan bayi untuk melakukan PMK
c. Mampu menolong ibu dalam memposisikan bayi pada saat menyusui dan
manajemen laktasi yang benar
d. Mampu menolong ibu dalam mengatasi kendala yang muncul pada saat
melaksanakan PMK.
4. Sarana dan prasarana pelksanaan PMK
a. Ruang perintal dilengkapi ruang PMK untuk bayinya yang dirawat
b. Ruang nipas terdapat ruang PMK untuk dilakukannya PMK continue.

B. PELAKSANAAN PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)


1. Pelaksanaan PMK dimulai dengan memberikan penjelasan pada ibu, suami,
keluarga tentang pentingnya PMK.
2. Kondisi bayi dalam keadaan stabil selama tiga hari berturut-turut.

C. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN PMK


1. Persiapan Alat
a. Baju PMK, topi bayi
b. Termometer
c. Timbangan
d. Peralatan resusitasi dasar dan oksigen
2. Pelaksanaan PMK
a. Letakan bayi diantara payudara ibu dengan posisi tegak, dada bayi
menempel ke dada ibu.
b. Posisi bayi diamankan agar tidak ngelosor dengan kain panjang atau
pengikat lainnya.
c. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dan denga posisi sedikit
ekstensi yang bertujuan untuk menjaga saluran napas tetap terbuka
dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi.
d. Pangkal paha bayi haruslah dalam posisi fleksi dan melebar seperti
dalam posisi kodok, tanganpun harus dalam posisi fleksi.
e. Ikatlah kain dengan kuat agar bayi tidak tergelincir

D. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan dan asuhan yang
diberikan pada ibu dan bayi, hal-hal yang perlu ditulis pada pencatatan dan
pelaporan pelaksanaan PMK adalah :
1. Catatan perkembangan bayi yang dilakukan PMK sebagai bukti asuhan yang
diberikan oleh bidan atau perawat dengan menggunakan metode SOAP
S : subyektif
O : obyektif
A : analisa
P : pelaksanaan
2. Cakupan PMK
a. Jumlah bayi BBLR yang di lakukan PMK
b. Pengawasan dan evaluasi secara berkala

E. MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam
melaksanakan suatu program atau kegiatan. Kegiatan ini untuk melihat
pelaksanaan suatu program mulai dari proses awal sampai akhir kegiatan.
Sehingga dapat diketahui apakah program atau kegiatan berhasil atau tidak.
1. Indikator keberhasilan yang dilihat antara lain :
a. Semua BBLR mendapat perawatan metode kanguru, baik secara
intermiten maupun kontinyu
b. Ibu dapat melakukan perawatan metode kanguru secara mandiri dan
mengenal tanda-tanda bahayayang terjadi pada bayinya.
2. Alat monitoring dan evaluasi yang dipersiapkan adalah :
Daftar tilik untuk monitor pelaksanaan perawatan metode kanguru, sarana
dan prasarana, pelayanan, dan SPO perawatan metode kanguru (PMK).

F. KRITERIA PEMULANGAN BAYI DENGAN PERAWATAN METODE KANGURU


Antara lain :
a. Bayi sudah bisa minum dengan baik
b. Suhu tubuh stabil dalam posisi PMK
c. Berat badannya bertambah (sekurang-kurangnya 15 gr/kg/hr untuk tiga hari
berturut-turut.
d. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea
atau infeksi.
e. Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up.
BAB VII

RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI

A. PENGERTIAN
Program pelayanan ibu dan bayi adalah serangkaian petunjuk yang berisikan
pedoman guna persamaan persepsi terhadap pelaksanaan, penilaian monitoring dan
evaluasi pelayanan kesehatan dan perlindungan dirumah sakit terhadap ibu dan bayi
secara terpadu dan paripurna.
B. TUJUAN
1. UMUM :
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
2. KHUSUS
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu dan
bayi secara terpadu dan paripurna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kepedulian terhadap kesehatan ibu
dan bayi.
c. Meningkatkan kesiapan Rumah Sakit Citra Husada dalam melaksanakan
fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan
kegawatdaruratan (PONEK 24 jam).
d. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit Citra Husada sebagai pusat rujukan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi saranakesehatan lainnya.
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam
pelaksanaan IMD (inisiasi menyusui dini). Dan pemberian ASI.
f. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam perawatan metode kanguru (PMK)
pada BBLR.

C. SEPULUH LANGKAH PERLINDUNGAN IBU DAN BAYI SECARA TERPADU DAN


PARIPURNA MENUJU RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI ekslusif dan perawatan metode
kanguru (PMK) untuk bayi BBLR.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal
dan neonatal.
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru
lahir dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi.
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK).
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.
9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak lanjut.
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindak lanjuti pemberian
ASI ekslusif dan PMK.

D. SASARAN
 Rumah sakit umum pemerintah dan swasta
 Rumah sakit khusus yang menangani ibu dan anak (RS bersalin dan RS ibu dan
anak) pemerintah atau swasta.

E. PELAKSANAAN
Bidang pelayanan memfasilitasi, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program
yang tertuang dalam sepuluh langkah perlindungan dan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna menuju Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
(RSSIB) di Rumah Sakit Citra Husada, yaitu sebagai berikut :
1. Kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI ekslusif dan perawatan
metode kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Pelaksanaannya :
a. Direktur rumah sakit citra husada menandatangani protap-protap
pelaksanaan program. RSSIB terpadu yang telah dibuat oleh pokja /
komite dan cara / format pelaporan, seperti :
1) Kegawatdaruratan Kebidanan.
2) Kegawatdaruratan Neonatal.
3) Pelayanan Antenatal.
4) Persalinan Bersih dan Aman (APN) termasuk persalinan yang
ditunggui oleh suami dan keluarga.
5) Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian vitamin
K1 injeksi (untuk bayi normal setelah IMD, bayi sakit setelah resusitasi)
dan salep / tetes mata.
6) Perawatan nifas dan rawat gabung.
7) Perawatan PMK untuk BBLR dan prematur.
8) Pencegahan infeksi nosokomial.
9) Pelaksanaan 10 langkah keberhasilan menyusui (termasuk IMD,
membantu ibu dalam masalah pelekatan dan cara menyusui yang benar,
on demand, asi ekslusif).
10) Tindakan medis operasi Caesar.
11) Hygiene perineum.
12) Pengaturan jadwal dokter, perawat, dan bidan sehingga pelayanan
siap 24 jam.
13) Pelayanan kebutuhan darah, obat, dan cairan infus untuk pasien.
14) Pelayanan penunjang laboratorium dan radiologi
15) Keluarga berencana
16) Imunisasi
17) Audit maternal dan perinatal.
b. Adanya pertemuan berkala untuk melakukan evaluasi program RSSIB
Rumah Sakit Citra Husada dapat mengembangkan pelaksanaan program
berupa :
1) Kebijakan yang belum tercakup tentang perlindungan ibu dan bayi
sesuai standar yang ideal.
2) Pengembangan penelitian yang berdampak terhadap perlindungan
kesehatan ibu dan bayi.
3) Publikasi dan dokumentasi hasil-hasil penelitian.
4) Ruang laktasi dan klinik laktasi dengan konselor menyusui yang siap
24 jam.

2. Penyelenggaraan Pelayanan Antenatal termasuk konseling Kesehatan


Maternal dan Neonatal.
Pelaksanaannya :
a. Pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
b. Melaksanakan penapisan dan pengenalan dini kehamilan resiko tinggi dan
komplikasi kehamilan.
c. Mengadakan kegiatan senam ibu hamil.
d. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan
pemberian ASI, manajemen laktasi, penyuluhan gizi dan penyuluhan
perubahan pada ibu dan janin serta kebutuhan setiap trimester
kehamilan, persiapan persalinan dan “tanda-tanda bahaya”.
e. Mempertimbangkan tindakan – tindakan yang dilakukan ibu berlatar
belakang kepercayaan / agama dan tradisi / adat setempat.
f. Diterapkannya upaya pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal.
g. Melibatkan suami saat pemeriksaan, penyuluhan dan konseling.
h. Memberikan konseling kepada ibu hamil yang terinfeksi HIV.
i. Semua petugas dibagian kebidanan dan anak dapat memberikan
informasi kepada ibu-ibu yang habis melahirkan mengenai cara menyusui
yang benar dan pentingnya ASI.

Rumah sakit dapat mengembangkan pelaksanaan korban berupa :


a. Upaya membuat sendiri bahan materi yangb baik dan benar
b. Menggunakan multimedia secara bertahap (cetakan, kaset, vidio, film)
c. Sound sistem disemua unit RS untuk penyuluhan masal melalui
PKMRS
d. Mengupayakan setiap pegawai RS mengetahui tentang RS sayang ibu
dan bayi dan mengharapkan mereka sebagai key person dilingkungan
dimana mereka tinggal

3. Penyelenggaraan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi


baru lahir dengan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit ibu – bayi
a. Melaksanakan penapisan resiko persalinan dan pemantauan persalinan .
b. Diterapkannya standar pelayanan kebidanan pada persalinan
c. Fasilitas kamar bersalin sesuai standar
d. Fasilitas pencegah infeksi sesuai standar
e. Fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru lahir
f. Fasilitas kamar operasi sesuai standar
g. Inisiasi menyusui dini : skin to contact, perhatikan tanda – tanda bayi siap
menyusu, bayi mulai menghisab.
h. Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian vitamin K1
injeksi dan tetes mata
i. Pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (in house training)
dalam penanganan persalinan aman dan penanganan pada bayi baru lahir
j. Pelatihan IMD neonatus
k. Penanggung jawab program perinatal resiko tinggi dan program RSSIB
berkoordinasi melalui pertemuan lintas sektor maupun lintas program
secara rutin.
Rumah Sakit dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :
1. Menambah sarana dan prasarana fisik untuk minimal 1 OK khusus
maternal.
2. Pengembangan unit perawatan neonatus resiko tinggi (NICU).

INISIASI MENYUSU DINI


1. DEFINISI
IMD adalah tindakan segera menaruh bayi didada ibunya, kontak kulit
dengan kontak kulit ( skin to skin contact ) segera setelah lahir
Setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri. Apabila
bayi sehat diletakan segera pada perut dan dada ibu setelah lahir untuk
kontak kulit ibu dan kulit bayi, memperlihatkan kemampuan yang
menakjubkan. Bayi siaga, bayi dapat merangkak, dirangsang oleh
sentuhan ibu yang lembut, sehingga mulailah ASI mengelir dan juga
meningkatkan rasa cinta kasih pada bayi. kemudian bayi mencium,
menyentuh dengan mulut dan menjilat puting ibu. Akhirnya bayi
melekat pada payudara ibu dan mengisap minum ASI.
2. Tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum :
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat bersalin
b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi
saat persalinan.dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat,
aromatheraphi atau gerakan.
c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya
melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok
d. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan
lemak putih alami (vernix) yang melindungi kulit baru bayi
e. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi
melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini
dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai.
Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi
f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu
g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda
atau prilaku bayi sebelum menyusu
h. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu
yang melahirkan dngan tindakan, misalnya operasi seksio caesar
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan di cap setelah
satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif misalnya
suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda
j. Rawat gabung ibu dan bayi dirawat satu kamar selama 24 jam. Bayi
tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian
minuman prelaktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar)
dihindarkan.

3. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini pada operasi Caesar


a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif
b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-25 derajat celcius.
Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi untuk
mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi
c. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural
d. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tata laksana umum diatas
e. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi atau
bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakan di
dada ibu ketika dipindahkan kekamar perawatan ibu atau kamar
pulih.
4. Penyelenggaraan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)

pelaksanaannya
1. Adanya standar pelayanan terhadap kasus potensial resiko tinggi,
kasus resiko tinggi dan kasus gawat darurat obstetrik dan neonatal
2. Adanya pelayanan transfusi yang di laksanakan 24 jam
3. Tindakan operasi dapat dilaksanakan 24 jam
4. Kesiapan pelayanan kebidanan 24 jam
5. Dokter jaga 24 jam yang telah mengikuti pelatihan penanggulangan
gawat darurat kebidanan dan neonatal
6. Fasilitas unit gawat darurat kebidanan dan fasilitas pelayanan HCU /
ICU / PICU / NICU / sesuai standar dan kompetensi
7. Adanya pelatihan bagi dr.SPOG, dr.Spa, dokter, bidan dan perawat
tentang pelayanan obstetri neonatal emergency komprehensif
8. Adanya pelatihan untuk penanganan bayi kurang bulan dengan
perawatan metode kanguru

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


1. Upaya secara bertahap melakukan pelatihan sehingga mencapai
100% terutama diunit terkait, misalnya RS yang mempunyai NICU
dengan tenaga terlatih
2. Memperbaiki proses pelatihan sesuai hasil evaluasi
3. Mengembangkan unit gawat darurat neonatus resiko tinggi

5. Penyelenggaraan Pelayanan Adekuat Untuk Nifas¸Rawat Gabung,


Termasuk Membantu Ibu Menyusu Yang Benar, dan Pelayanan
Neonatus Sakit

Pelaksanaannya :
1. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
2. Adanya pemantauan infeksi nosokomial pada bayi yang dirawat
gabung
3. Melakukan manajemen laktasi dan perawatan bayi
4. Adanya tata tertib atau jam kunjungan ibu dan bayi
5. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya
6. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering
semau bayi
7. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi baru lahir
selain ASI kecuali ada indikasi medis
8. Melaksanakan perawatan metode kanguru untuk bayi kurang bulan /
BBLR (Kangoroo Mother Care)
9. Memberi tahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar
10. Tidak memberikan dot atau kempeng pada bayi
11. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya
12. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
13. Melakukan perawatan nifas
14. Melkukan hygiene perineum
15. Pencegahan infeksi nosokomial pada ibu yang dirawat

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


1. Meningkatkan kualitas bahan dan alat peraga untuk demonstrasi
2. Pelaporan keberhasilan menyusui
3. Adanya pelayanan perinatal lanjutan (pelayanan follow up di luar
rumah sakit atau kunjungan rumah)
4. Pemberian susu formula hanya atas indikasi medis dan keadaan
khusus
5. Persediaan susu formula bukan untuk pemberian gratis
6. Pengembangan penelitian tentang keberhasilan menyusui (ASI)

6. Penyelenggaraan Pelayanan Rujukan dua Arah dan Membina Jejaring


Rujukan Pelayanan ibu dan bayi Dengan Sarana Kesehatan Lain
Pelaksanaan
1. RS sebagai pembina wilayah rujukan
2. Menyediakan pelayanan ambulan 24 jam
3. Melaksanakan umpan balik rujukan
4. Menyelenggarakan pelatihan PONEK atau pelatihan yankes ibu bayi
lainnya bagi semua petugas yang terkait program dan bagi petugas
puskesmas atau rumah bersalin dan bidan praktek swasta diwilayah
lingkup rujukan Rumah Sakit Citra Husada Melawi
5. Membina jejaring rujukan ibu dan bayi, dengan sarana kesehatan
lain diwilayah binaan Rumah Sakit Citra Husada Melawi

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa:


1. Membentuk keterpaduan dalam sistem rujukan di kabupaten atau
kota
2. Mengevaluasi pelaksanaan rujukan
3. Pengembangan penelitian tentang sistem rujukan
4. Mendokumentasikan hasil – hasil evaluasi
7. Penyelengaraan Program Imunisasi Bayi dan Tumbuh Kembang

Pelaksanaannya :
1. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di RS
sesuai dengan usia
2. Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang
3. Memantau pemberian ASI ekslusif pada bayi
4. Penanganan penyakit bayi sesuai standar

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa:


1. Pengembangan penelitian tentang imunisasi
2. Publikasi dan dokumentasi hasil – hasil penelitian

8. Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Termasuk


Pencegahan Dan Penanganan Kehamilan Yang Tidak Diinginkan Serta
Kesehatan Reproduksi Lainnya

Pelaksanaannya :
1. Menyelenggarakan konseling KB dan konseling termasuk metode
Amenorhea laktasi (MAL) untuk ibu dan suami sebelum
meninggalkan RS
2. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk kontrasepsi
untuk perempuan dan pria
3. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi
termasuk konseling pranikah

9. Menyelenggarakan Audit Maternal Dan Perinatal Rumah Sakit Secara


Periodik Dan Tindak Lanjut

Audit maternal perinatal (AMP) adalah suatu kegiatan untuk menelusuri


sebab kesakitan dan kematian ibu perinatal dengan maksud mencegah
kematian dan kesakitan dimasa yang akan datang. Rumah Sakit Citra
Husada Melawi adalah bagian dari tim AMP antar RS PONEX. Dinas
Kesehatan Kabupaten Melawi dan Propinsi Kalimantan Barat yang
bertugas :
1. Membentuk TIM terpadu AMP
2. Menyebarluaskan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP
3. Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP
4. Orientasi pengelolaan program KIA dalam pelaksanaan AMP
5. Pelaksanaan kegiatan AMP
Pelaksanaannya :
Tim AMP Rumah Sakit Citra Husada Melawi yang terdiri dari
direktur sebagai pelindung, ketua Tim PONEX, Dokter spesialis
kebidanan dan kandungan dan Dokter Anak, anggota terdiri dari Kabid
dan Kasie yang menangani KIA, Kepala kebidanan, Kepala ruangan
perinatologi dan Kepala ruag nifas.
Tim AMP yang mengadakan pertemuan rutin yang berpungsi
melaksanakan AMP, secara berkala tidak mencari kesalahan tetapi
membantu memberikan solusi serta menghilangkan hambatan medik
dan non medik dengan melibatkan direktur RS dan manajemennya
kepala SMF di RS dan jajarannya Dokter SpOG dan SpA.

1. Membina tim AMP kabupaten melawi dalam permasalahan


kasus maternal perinatal
2. Menyelenggarakan program serveilance pemantauan dan
evaluasi kasus maternal atau perinatal
3. Melakukan intervensi dan tindak lanjut dalam menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi
4. Melaksanakan sistem pelaporan AMP kepada direktur dan
tindak lanjutnya secara rutin

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :

1. Mengembangkan sistem informasi manajemen (SIM) atau data


kesakitan atau data kematian ibu dan bayi dapat diperoleh
secara cepat dan mudah serta akurat melalui komputerisasi
2. Pengembangan penelitian tentang rumah sakit yang mampu
secara proaktif melakukan AMP dikabupaten melawi

10. Pemberdayaan Kelompok Pendukung ASI Dalam Menindaklanjuti


Pemberian ASI Ekslusif Dan PMK

Pelaksanaannya :
1. Ada kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan
perawatan metode kanguru (PMK), yang anggota kelompok ini
akan saling membantu dan mendukung pemberian ASI ekslusif
termasuk pelaksanaan PMK
2. Penyediaan pasilitas tempat penitipan anak dan bayi bagi
pegawai RS dan lingkungannya
3. Adanya ruang menyusui
4. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI
RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :
1. Melatih anggota pendukung ASI diluar RS (posyandu, ibu-ibu
yang pernah melahirkan di RS) sehingga mampu berperan dalam
kelompok pendukung ASI
2. Pemantauan dan evaluasi terhadap semua kelompok ASI yang
dibina dan menjadi tanggung jawab RS
3. Mengupayakan ada peningkatan jumlah kelompok pendukung
ASI
4. Mengupayakan merujuk ibu yang baru melahirkan setelah
pulang kerumah kepada kelompok pendukung ASI terdekat
dengan formulir rujukan
5. Mendata jumlah kelompok pendukung ASI
6. Mendokumentasikan permasalahan dan pemecahan masalah
kelompok pendukung ASI
7. Adanya kelompok pendukung ibu-bayi lainnya

SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM RSSIB

1. UMUM

RSSIB adalah program pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang


merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung
berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk
menyelenggarakan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.

2. PELAKSANAAN DI RUMAH SAKIT


 Pada pelayanan di Rumah Sakit diperlukan sarana , prasarana, IGD,
poliklinik, kamar bersalin ruang nifas, kamar operasi, kamar rawat
intensif,(HCU, ICU, NICU, PICU), unit – unit penunjang (radiologi,
laboratorium, farmasi, gizi, ruang rawat inap) dll.
 Pelayanan di IGD adalah pelayanan pertama bagi kasus gawat
darurat obstetric dan neonatal yang memerlukan organisasi yang
baik (Tim PONEX 24 Jam), pembiayaan termasuk sumber
pembiayaan , SDM yang baik dan terlatih, mengikuti
perkembangan tekhnologi pada pelayanan medis.
 Poliklinik adalah pelayanan rawat jalan bagi ibu hamil dan menyusui.
Disini tenaga kesehatan (SpOG, Bidan, Perawat dll) dapat
memberikan pelayanan dan konseling mengenai kesehatan ibu dan
bayi termasuk KB, imunisasi, gizi, dan tumbuh kembang. Tersedia
juga pojok laktasi untuk menyusui
 Kamar bersalin adalah ruangan tempat ibu melakukan persalinan,
dimana selalu ada bidan jaga 24 jam, yang dilengkapi dengan
peralatan (forcep, vakum, dan peralatan resusitasi bayi) dan depo
obat-obatan dan unit transfusi darah.
 Ruang nifas merupakan ruang perawatan paska persalinan yang
meliputi pengelolaan tentang menyusui, infeksi, perdarahan sisa
plasenta dan defisiensi episiotomi. Disini juga baiknya tersedia
ruangan dan aktivitas senam nifas
 Penunjang diagnostik dan penunjang dalam pengobatan merupakan
pendukung dalam pelaksanaan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.

3. MEKANISME RUJUKAN
Sistem rujukan ialah sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya pelimpahan tanggung jawab atas problem yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih mampu.
Pelimpahan tanggung jawab tersebut meliputi berbagai jenis rujukan, yang
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. rujukan medis , terdiri dari
 Rujukan pasien
Adalah pengiriman pasien (dalam hal maternal dan perinatal)
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan yang kurang mampu
kepada unit kesehatan yang lebih mampu. Sebaliknya unit
kesehatan yang mengirim untuk pengawasan atau melanjutkan
yang diperlukan.
Persiapan rujukan pasien :
 Menyiapkan petugas yang terampil dan terlatih dalam
penanganan maternal dan perinatal.
 Bila sarana prasarana tidak memungkinkan dilakukan
pertolongan segera buat surat rujukan dan kartu sehat
kerumah sakit
 Memberi tahu penjelasan kepada pihak keluarga alasan
pasien dirujuk ke Rumah Sakit
 Alur PONED, bila tidak ditangani dirujuk ke Rumah Sakit
 Mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang
dilaksanakan di dalam penanganan maternal dan perinatal
 Pasien didampingi oleh petugas kesehatan berangkat
kerumah sakit.
Di rumah sakit :
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala
tindakan yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan
bayinya.
 Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah jika
dibutuhkan
 Ibu, suami dan keluarga diberi penjelasan mengenai akhir
perawatan atau persalinannya
 Buat persetujuan tindakan medis dan simpan dalam status

 Rujukan Laboratorium
Adalah pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium dari
laboratorium yang kurang mampu ke laboratorium yang lebih
mampu atau lengkap.

2. Rujukan kesehatan, terdiri dari

 Rujukan Iptek dan Keterampilan


Yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan, misalnya :
 Penugasan dokter terutama bedah, kebidanan dan
kandungan, penyakit dalam, kesehatan anak dari RS kelas B,
C ke RS kelas D (terutama untuk melakukan tindakan),
diatur dengan MOU antar RS dan memerlukan SIP sendiri.
Dalam kunjungan tersebut digunakan untuk konsultasi,
observasi, pengobatan, diskusi dan ceramah.
 Pengiriman asisten ahli senior (yang hampir lulus) ke RS
kelas C, D, yang belum ada dokter ahlinya untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka penyelesaian spesialisnya.
Pengiriman tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat dll),
dari RS kelas D dan C ke RS kelas B untuk mengikuti latihan
keterampilan dan tambahan pengetahuan dalam satu
bidang keahlian terutama bedah, kebidanan dan penyakit
kandungan, penyekit dalam, dan kesehatan anak.
 Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan
dibidang klinik. Manajemen dan pengoperasian peralatan.

3. Rujukan Manajemen, terdiri dari :

 Pengiriman Informasi
Guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan
kesehatan diperlukan sistem informasi

 Dapat berupa biaya, tenaga, peralatan dan obat. Dapat berupa


permintaan atau bantuan kepada unit yang kurang atau lebih
mampu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu, yang tidak
dapat diatasi sendiri

ALUR RUJUKAN MATERNAL DAN NEONATAL


4. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

1. Fasilitas fisik terkait program


2. Kinerja kelompok kerja diunit gawat darurat, kamar bersalin, kamar
operasi,(harus mampu dilakukan operasi dalam waktu kurang dari
30 menit, setelah diputuskan) dan kamar neonatal
3. Case fatallity rate, angka kematian penyakit yang harus menurun
setiap tahun dengan kecepatan 20 %
4. Angka rasio kematian ibu harus ( <200/100.000 kelahiran hidup)
rasio kematian perinatal (<20/1000 kelahiran hidup) dirumah sakit
5. Laporan triwulan data kegiatan pelayanan ibu dan bayi di RSCH
melawi dengan format terlampir
6. Pencegahan kesakitan kematian ibu harus diupayakan misalnya
dengan perluasan cakupan peserta KB mencapai 75% hal ini dapat
dilakukan dengan program PKBRS dan pelatihan petugas
7. Audit kematian ibu dan bayi dilakukan dengan melibatkan
a. Dinas kesehatan dan Bappeda
b. Rumah sakit rujukan
c. Staf pendidikan

Audit kesehatan juga ditujukan bagi kasus yang NYARIS MATI, karena
hal itu tidak bisa dibiarkan. Ada banyak unsur medik dan non medik
yang dapat dihindarkan (uang muka rumah sakit, transfortasi,
kelambanan petugas insentif, persediaan obat dll) yang sebenarnya
dapat diselesaikan dengan hati dan nurani.
BAB VIII

SISTEM RUJUKAN

A. PENGERTIAN RUJUKAN
Sistem rujukan adalah sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya pelimpahan tanggung jawab atas problem yang timbul
baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih mampu. Pelimpahan
tanggung jawab tersebut meliputi berbagai jenis rujukan, yang dapat dibedakan
sebagai berikut :

1. Rujukan Medis, terdiri dari :

Rujukan Pasien
Adalah pengiriman pasien (dalam hal ini maternal dan perinatal) dilakukan
oleh unit pelayanan kesehatan yang kurang mampu kepada unit kesehatan yang
lebih mampu. Sebaliknya unit kesehatan yang mengirim untuk pengawasan atau
melanjutkan yang diperlukan.
Persiapan rujukan pasien:
 Menyiapkan petugas yang terampil dan terlatih dalam penanganan
maternal dan perinatal
 Bila sarana prasarana tidak memungkinkan dilakukan pertolongan
segera buat surat rujukan dan kartu sehat ke rumah sakit
 Memberi penjelasan kepada pihak keluarga alasan pasien dirujuk
ke rumah sakit
 Alur PONED, bila tidak bisa ditangani dirujuk ke rumah sakit
 Mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilaksanakan di
dalam penanganan maternal dan perinatal
 Pasien didampingi oleh petugas kesehatan berangkat ke rumah
sakit
Di Rumah Sakit :
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
 Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah jika dibutuhkan
 Ibu, suami dan keluarga diberi penjelasan mengenai akhir perawatan
atau persalinan
 Buat persetujuan tindakan madis dan simpan dalam status

Rujukan Laboratorium
Adalah pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium dari laboratorium yang
kurang mampu ke laboratorium yang lebih mampu atau lengkap
2. RUJUKAN KESEHATAN, terdiri dari :
 Rujukan Iptek dan Keterampilan:
Yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan, misalnya :
1) Penugasan dokter terutama bedah, penyakit kebidanan dan
kandungan, penyakit dalam, kesehatan anak dari Rs kelas B, C, ke
Rs kelas D (terutama untuk melakukan tindakan) diatur dengan
MOU antar RS dan memerlukan SIP tersendiri. Dalam kunjungan
tersebut, digunakan untuk konsultasi, observasi, pengobatan,
diskusi dan ceramah.
2) Pengiriman asisten ahli senior (yang hampir lulus) ke RS kelas C, D
yang belum ada dokter ahlinya untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka penyelesaian spesialisnya
3) Pengiriman tenaga kesehatan ( dokter, bidan, perawat dll), dari RS
kelas D, dan C ke RS kelas B untuk mengikuti latihan keterampilan
dan tambahan pengetahuan dalam satu bidang keahlian terutama
bedah, kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit dalam dan
kesehatan anak
4) Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan dibidang
klinik, manajemen dan pengoperasian peralatan

3. RUJUKAN MANAJEMEN, terdiri dari :


 Pengiriman informasi
Guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan kesehatan
diperlukan sistem informasi
 Dapat berupa biaya, tenaga, peralatan dan obat. Dapat berupa permintaan
atau bantuan kepada unit yang kurang atau lebih mampu untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu, yang tidak dapat diatasi sendiri.

B. SISTEM PELAYANAN RUJUKAN MATERNAL DAN PERINATAL


Bila pasien maternal dan perinatal tidak dapat ditangani sendiri segera
rujukan ke sarana kesehatan yang lebih lengkap fasilitas dan tenaga kesehatannya.
Harus ada koordinasi, mudah, sehingga tidak memperlambat pertolongan dan tidak
merugikan pasien. Mudah, cepat dan tepat adalah yang utama.
Rujukan pasien ada dua, yaitu rujukan pasien internal adalah rujukan antar
spesialis dalam rumah sakit, dan rujukan eksternal adalah rujukan antar spesialis
keluar Rumah Sakit dengan mengikuti sistem rujukan yang ada.

Rujukan internal Rumah Sakit berpedoman kepada prosedur rujukan di dalam


Rumah Sakit dan mekanisme kerja dibagian atau instalasi bayi dan obstetric dan
ginekologi, rujukan eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang
pelayanan.
1. Persiapan rujukan eksternal pasien :
a. Menyiapkan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
b. Memberi penjelasan kepada pihak keluarga alasan pasien dirujuk ke
rumah sakit lain
c. Jika memungkinkan, hubungi terlebih dahulu rumah sakit yang akan
menerima rujukan sehingga dapat dilakukan persiapan
d. Pada saat merujuk pasien, harus disertakan surat rujukan dan resume
medik pasien. Surat rujukan dibuat oleh dokter yang merawat
e. Menyiapkan obat, alat-alat kesehatan dan administrasi pasien
f. Menghubungi bagian penunjang (mobil ambulan)
g. Mencatat data pasien yang dirujuk dibuku register

2. Rujukan masuk pasien ke Rumah Sakit Citra Husada :

a. Persiapan sebelum pasien dirujuk


1) Petugas yang akan merujuk menghubungi Rumah Sakit Citra
Husada
2) Petugas IGD bersiap-siap menerima pasien
b. Setelah pasien tiba di Rumah Sakit Citra Husada
1) Melakukan tindakan segera pada pasien gawat darurat
2) Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa
segala tindakan yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan
ibu dan bayi
3) Pasien atau keluarga diberi penjelasan mengenai tindakan atau
perawatan yang dilakukan
4) Dokter IGD akan melakukan konsultasi kepada dokter spesialis
sesuai kasus
5) Pasien dikirim sesuai kriteria pasien masuk ruangan.
ALUR RUJUK MATERNAL DAN NEONATAL
BAB IX

PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pelayanan Obstetri


Neonatal Emergenci Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas, sesuai
prosedur di Rumah Sakit Citra Husada Melawi. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.

Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan
dikesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi tim PONEK Rumah
Sakit Citra husada Melawi pada khususnya juga untuk para pembaca pada
umumnya.

DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA HUSADA

Anda mungkin juga menyukai