Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM KERJA

TIM PELAKSANA KELUARGA BERENCANA


(KB) DI RUMAH SAKIT SANTA TERESA
MARAMPA’ RANTEPAO

Disusun
Oleh:
POKJA PROGNAS KB
RSTM
2022
A. Pendahuluan

Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis,


komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera
yang tidak terpisahkan dengan program pendidikan kesehatan Undang-Undang Nomor 10
tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
yang kemudian di revisi menjadi Undang –ndang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa, Keluarga
Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia diatas proyeksi, hasil sensus penduduk (SP)
tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sekitar 237,6 juta jiwa, melebihi 3,4
juta dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa. Demikian juga angka laju pertumbuhan
penduduk (LPP) periode 2000-2010 sebesar 1,49 %, yang diharapkan ditahun 2014 LPP
menurun menjadi 1,1%. Oleh sebab itu perkembangan kependudukan dan pengembangan
keluarga harus mendapat perhatian khusus dalam kerangka pembangunan nasional yang
berkelanjutan.
Terpenuhinya informasi yang seimbang penyuluhan dan konseling kepada
masyarakat (ibu hamil, PUS) dapat membantu program peningkatan kesehatan reproduksi
terutama pelayanan kehamilan yang aman bebas resiko tinggi ( making Pregnancy safer)
dengan pelayanan KB yang aman dan berkualitas (patient safety). Saat ini peserta KB
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berdasarkan SDKI mulai menurun dari
14,6% (2002/03) menjadi 10,9% (2007), peserta KB MKJP diharapkan meningkat
menjadi 27,5 % ditahun 2014. Penurunan peserta KB MKJP ini dipengaruhi oleh faktor
penerimaan (image) terhadap kontrasepsi tersebut, selain itu dari sisi penyedia pelayanan,
MKJP membutuhkan tenaga yang kompenten, sarana dan prasarana penunjang pelayanan
yang memadai.
Dalam mendukung program MKJP tersebut, pemerintah maupun swasta
mengupayakan program pelayanan kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di Rumah
Sakit sejak tahun 1995 termasuk pelayanan KB, dalam hal ini Rumah Sakit sebagai
tingkat rujukan primer, sekunder, tersier mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan
KIE dan konseling KB yang diarahkan pada terciptanya peserta KB mantap (MOW/MOP),
penanganan efek samping, komplikasi, kegagalan KB, penanganan rujukan KB yang
meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, penelitian dan
pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan KB untuk fasilitas pelayanan dasar.
B. LATAR BELAKANG
Perkembangan program KB Nasional dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi di dunia
internasional. Pada kurun waktu 1970 hingga 1990-an, keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) di Indonesia sangat ditentukan pada aspek demografis semata yaitu
pengendalian angka kelahiran. Namun pasca ditandatanganinya Internasional
Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994, telah terjadi
pergeseran paradigma yang cukup signifikan dalam pelaksanaan program Keluarga
Berencana (KB) yaitu dari pendekatan demografis menjadi mengedepankan aspek hak-
hak asasi manusia. Disamping itu pula Indonesia merupakan salah satu dari beberapa
negara berkembang yang menyepakati tujuan-pembangunan Global dalam Millennium
Development Goals (MDGs) yang telah diratifikasi pada tahun 2000.

C. Tujuan
1. Umum :
Meningkatkan akses, kualitas dan keamanan pelayanan Keluarga Berencana
di Rumah Sakit.

2. Khusus :
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan
Keluarga Berencana di Rumah Sakit.

b. Tersedianya sIstem pelayanan dan rujukan KB termasuk Komunikasi


Informasi Edukasi (KIE).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan KB
d. Tersedianya panduan dalam penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam pelayanan KB
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit


2. Peningkatan efektifitas intervensi
3. Melakukan kegiatan intervensi spesifik
4. Melakukan penguatan system surveilens KB
5. Rumah sakit melaksanakan program pelayanan KB

E. CARA MELAKUKAN KEGIATAN


1. Pembentukan tim PKBRS.
2. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit
tentang KB.
3. Peningkatan efektivitas intervensi spesifik yakni salah satunya berkordinasi
dengan Dinas Kesehatan Toraja Utara mengenai program yang sudah
dialakukan.
4. Melakukan kegiatan intervensi spesifik seperti:
a) Melakukan konseling kepada pasien pasangan usia subur pasca
persalinan dan pasca keguguran
b) Melakukan penyuluhan tentang KB kepada pasien pasangan usia
subur
5. Melakukan penguatan sistem surveilens KB dengan mengevaluasi
pelayanan, melakukan pelaporan setiap bulan ke Dines Kesehatan Toraja
Utara dan setiap triwulan.
6. Rumah sakit dapat melaksanakan pendampingan klinis dan manajemen
serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit dengan kelas di
bawahnya dan fasilitas kesehatan tingkat I (FKTP) di wilayahnya dalam
tatalaksana Keluaraga Berencana (KB).
DAFTAR FASILITAS RUANGAN TIM KB

No Jenis Ada tidak ket


Peralatan Non Medis
1 Timbangan BB √
2 Tempat tidur periksa √
3 Bangku kecil untuk naik ke tempat √
tidur
4 Meja alat √
5 Toples √
6 Wastafel pengajuan
7 Cawan √
8 Bahan & Obat habis pakai √
9 Papan nama fasilitas pelayanan pengajuan
10 Lemari penyimpan alokon pengajuan

Persediaan Alokon
1 Kondom √
2 Pil KB √
3 Suntikan √
4 IUD √
5 Implant √

Media KIE & KIP / Konseling


1 Poster √

F. SASARAN
Sasaran program pelayanan KB di RS adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien rujukan komplikasi dan efek samping
3. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
4. Pasangan yang infertil
5. Masyarakat

G. JADWAL PELAKSANAAN
Sejak terbentuknya TIM pelaksana program KB
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi program setiap 3 bulan.
1. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan alat untuk pengawasan dan pengendalian
kegiatan pelayanan, adapun bentuk-bentuk pencatatan dan pelaporan sebagai
berikut:
 Buku laporan bulanan pasien yang melakukan KB
 Laporan kegiatan
 Laporan triwulan ke direktur RS dan Dinkes Toraja Utara
2. Kegiatan pertemuan/ rapat koordinasi
a) Rapat rutin
Rapat internal TIM KB dilakukan pada minggu pertama tiap 1 bulan sekali.
Rapat ini dihadiri oleh seluruh tim untuk membahas permasalahan internal
maupun eksternal, koordinasi internal, keilmuan dan lain-lain.
b) Rapat triwulan
Rapat internal TIM dilakukan pada minggu pertama tiap 3 bulan sekali.
Rapat ini dihadiri oleh seluruh tim untuk membahas laporan kegiatan yang
sudah dilakukan dalam 3 bulan.
c) Rapat insidentil
Rapat insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau
sesuatu hal yang perlu dibahas dan sosialisasi kebijakan baru.

Anda mungkin juga menyukai