PKBRS
JLN.TAMALANREARAYA(POROSBTP)BLOK10MNO.9-10
NO.TELP0411-4774085/082293330007
EMAIL:PERMATAHATI0910@GMAIL.COM
WEB:RSIAPERMATAHATI.COM
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan ......................................................................... 1
B. Latar Belakang ...................................................................... 2
C. Pengertian ............................................................................ 3
A. Pengorganisasian ................................................................... 21
B. Perencanaan ......................................................................... 24
C. Jenis Pelayanan ..................................................................... 25
D. Pelaksanaan .......................................................................... 25
E. Pemantauan dan evaluasi pelayanan KB ............................... 29
A. Kebijakan ............................................................................... 30
BAB V DOKUMENTASI
Menetapkan
Pertama : Penunjukan petugas kamar bersalin/perawatan kebidanan dan rawat
jalan kebidanan untuk menjadi petugas KB pasca persalinan dan
pasca keguguran sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan
ini.
Keempat : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan sesuai dengan daftar
lampiran surat keputusan ini, apabila dikemudian hari ternya terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 14 Februari 2022
dr.H.Andi Alamsyah
NIK : 2020110223001
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pelayanan KB merupakan salah satu intervensi penurunan Angka Kematian Ibu melalui
pencegahan kehamilan berisiko (kehamilan dengan 4 terlalu) dan kehamilan yang tidak
diinginkan. Dasar kebijakan pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 78, dimana tujuan pelayanan kesehatan
dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia
subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas dan Pemerintah
bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat
dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau
oleh masyarakat. Intervensi dilakukan melalui pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM)
kesehatan, alat dan obat perbekalan kesehatan, infrastruktur dan sarana pelayanan, regulasi
manajemen dan informasi kesehatan, pemberdayaan dan kemitraan serta penelitian dan
pengembangan.
Dasar kebijakan dalam pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 78, dimana tujuan pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana
dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk
generasi penerus yang sehat dan cerdas dan Pemerintah bertanggung jawab serta menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan
keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Undang-Undang
RI No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
pasal 20 disebutkan bahwa untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga
berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana.
Pada tahap persalinan dan nifas, diupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah melahirkan, diupayakan agar setiap ibu
mendapat pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila terjadi komplikasi pada
masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu dirujuk dan mendapatkan penanganan
tepat waktu di fasyankes dasar (Puskesmas PONED) maupunfasyankes lanjutan (RS PONEK).
RSIA.PERMATA HATI MAKASSAR merupkan salah satu rumah sakit PONEK yang berada di
Makassar, dimana menerima rujukan dari FKTP dan FKTRL untuk kasus kasus kegawatan
obstetri dan ginekologi, di rumah sakit ini juga melayani KB yang di
kelola oleh Tim PKBRS yang secara kontinyu dan sinergis menjalankan aktivitas pelayanan di
bidangnya sesuai budaya kerja SIMPATIK.
B. LATAR BELAKANG
alat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai enam minggu pasca melahirkan (42 hari)
kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga keluarga dapat merencanakan
kehamilan yang aman dan sehat. Kontrasepsi pasca persalinan ini mempunyai peran besar
untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. KB pasca persalinan
umumnya dikenalkan pada minggu keenam pasca persalinan untuk menghindari kehamilan
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak
pertama, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan
keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan yang dikoordinasikan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pembangunan dan kualitas kesehatan khusus pasangan
usia subur.
Menekan ovulasi
Waktu Penggunaan Efektif hingga 6 bulan pasca persalinan, harus benar-benar eksklusif
Efektivitas 2 kehamilan per 100 ibu (2%)
Keuntungan
1. Segera efektif
4. Tanpa biaya
5. Bayi lebih sehat karena mendapat kekebalan pasif dan sumber gizi terbaik dari ASIserta
terhindar dari paparan kontaminasi dari botol, air, dan susu formula.
6. Baik bagi ibu karena mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi risiko
anemia, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi.
Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pasca persalinan
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
Cara kerja:
A. Mencegah ovulasi
E. Efektivitas: secara umum 10 kehamilan per 100 ibu (10%) , untuk ibu menyusui 1
1. Dapat segera diberikan 3 hari untuk daerah sulit setelah persalinan maupun pasca
keguguran
2. Dapat digunakan segera mungkin pada ibu menyusui dan tidak menyusui
Keterbatasan:
4. Bila lupa minum satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan
denganwanita yang tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
Kontraindikasi:
Cara Pakai:
3. Bila dimulai dari hari ke 6 setelah hari pertama haid, gunakan kontrasepsi
tidakmenyusui.
b. Pil kombinasi cara kerja
A. Mencegah ovulasi
B. Mencegah implantasi
Keuntungan
4. Siklus haid jadi teratur dan jumlah darah haid berkurang (mencegah anemia)
2. Menyusui eksklusif
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis (tidak terkontrol)
> 20 tahun.
Cara pakai
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
5. Jangka panjang
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan kedua
atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
3. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak
berhubunganselama 7 hari
4. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi suntikan, dapat
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
pertama pemakaian
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
5. Jangka panjang
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan kedua
atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
2. Menyusui
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM tidak terkontrol >20 tahun
Cara pakai
1. Ibu menyusui hanya bisa digunakan saat bayi berusia 6 bulan atau lebih
4. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan
selama 7 hari
5. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi suntikan, dapat
langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak hamil
6. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik yang lain lagi,
jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan kontrasepsi suntik
sebelumnya.
d. Metode Implan Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan setelah persalinan maupun pasca keguguran dan pada klien
yang menyusui maupun tidak menyusui (MEC 2015).
2. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun pemakaian
4. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan dengan
2. Dipasang saat siklus haid ke 2 hingga 7, bila dipasang setelah siklus haid ke-7,
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
4. Setelah 48 jam pertama pemasangan, daerah pemasangan harus tetap dibiarkan
d. Metode AKDR
1. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Cara kerja
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
• AKDR bekerja terutama mencegah ovum dan sperma bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
• Memungkinkan untuk mencegah implantasi embrio dalam uterus
Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau setelah 4 minggu pascapersalinan
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada infeksi.
Keuntungan
5. Tidak perlu mengingat-ingat (tidak seperti pil yang harus diminum setiap hari)
1. Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih banyak dan
nyeri, dan perdarahan antar menstruasi
2. Merasa nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan
Kontraindikasi
Cara Pakai
Cara kerja :
3. Menginaktifkan sperma.
Waktu Penggunaan:
pascapersalinan.
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada
infeksi.
Keuntungan
1. Efektif dengan jangka proteksi 1 tahun
Keterbatasan
2. Mahal
Kontraindikasi
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau abortus septik
Cara Kerja
Menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
keguguran (WHO Mec 2015)
2. Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan
Keuntungan:
1. Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2. Paritas > 2
Cara kerja
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara melakukan oklusi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak terjadi.
Keuntungan
1. Sangat efektif : Efektivitas: 1 kehamilan pada 100 ibu (0.15%)
Keterbatasan
Kontraindikasi
2. Infeksi sistemik
4. Hernia inguinalis
5. Filariasis
3. Daerah luka tidak basah dalam 24 jam, dan setelah 3 hari daerah luka boleh dicuci
dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah skrotum kering
6. Boleh bersenggama setelah hari ke 2-3, namun pakai kondom hingga 15-20 ejakulasi
atau 3 bulan
7. Lakukan pemeriksaan semen setelah 3 bulan pasca vasektomi
Cara Pakai :
Pil kontrasepsi darurat atau yang sering disebut Morning after pil adalah pil hormon yang
dapat dikonsumsi wanita setelah melakukan hubungan seks. Pil ini berfungsi paling baik
jika diminum maksimal 72 jam pertama setelah melakukan hubungan seks, tetapi masih
tetap dapat mengurangi risiko kehamilan jika dikonsumsi dalam kurun waktu 120 jam (5
hari) setelah hubungan seks yang tidak berpengaman
Cara kerja:
Cara kerja kontrasepsi darurat adalah dengan menunda ovulasi (pelepasan sel telur
wanita selama siklus bulanan). Apabila pembuahan dan implantasi telah terjadi, maka
levonorgestrel tidak akan mengganggu kehamilan.
Efektivitas :
1 atau 2 dari setiap 100 wanita yang menggunakan kontrasepsi darurat dapat
hamilwalaupun telah mengkonsumsi obat tersebut.
RUANG LINGKUP
A. PENGORGANISASIAN
a. Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi serta bahan habis pakai, penyimpanan
dan distribusinya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terkait ketersediaan
alokon dan bahan habis pakai :
1. Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan yang dijamin oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah, maka tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan, meliputi alat
kontrasepsi dasar, vaksin untuk imunisasi dasar dan obat program pemerintah
(Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 19). Sesuai dengan kebijakan yang ada saat
ini, penyediaan alat dan obat kontrasepsi disediakan oleh BKKBN.
2. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit
harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 tahun 2009, pasal 15). Standar Kefarmasian adalah pedoman
untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau
penyaluran, dan pelayanan kefarmasian (Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian)
3. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai oleh fasilitas kesehatan
dilakukan melalui e-purchasing, yang harganya tercantum dalam e- catalogue
(Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013).
b. Menjamin tersedianya sarana penunjang pelayanan KB seperti obgyn-bed, IUD kit, implan
removal kit, VTP kit, KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan pedoman manajemen.
Pengelola program KB perlu berkoordinasi dengan pengelola program terkait di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, baik di sarana pelayanan pemerintah maupun
swasta.
organisasi profesi.
B. PERENCANAAN
untuk masing-masing metode kontrasepsi minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan dan
dikelola dengan sistem satu pintu untuk memfasilitasi alokon di Poli Kebidanan/KB dan
Kamar Bersalin. Rumah Sakit juga merencanakan dan mengusulkan kebutuhan dan
pengembangan SDM sesuai dengan kompetensinya yang diteruskan kepada Dinas Kesehatan
Kab/kota.
C. JENIS PELAYANAN
1. pelayanan konseling;
D. PELAKSANAAN KB
profesi dan Lintas Sektor lainnya untuk melakukan upaya pemantauan, penilaian dan
bimbingan meliputi aspek teknis medis dan manajemen.
2. Dari sudut pandang pelaksana pelayanan
c. Hak memilih jenis kontrasepsi yang diinginkan, sepanjang memenuhi syarat kesehatan,
dalam hal ini termasuk hak untuk memilih tempat dan pemberi pelayanan KB
d. Hak mendapatkan pelayanan yang berkualitas, berarti pelayanan KB yang diterima
sesuai standar
e. Hak privasi, artinya klien perlu dihormati harkat dan martabatnya dengan memberikan
pelayanan ditempat sesuai standar.
f. Hak atas kerahasiaan, artinya data dan informasi tentang klien harus dijaga
kerahasiaannya, juga alat kontrasepsi yang digunakan klien tidak boleh disebarluaskan
g. Hak dihormati atau dihargai, dimaksudkan bahwa semua klien mendapat perlakuan
yang sama dan adil dengan tanpa diskriminasi dengan tidak membedakan status sosial,
ekonomi, pendidikan, agama, suku atau lainnya
h. Hak mendapat kenyamanan dalam pelayanan, termasuk waktu tunggu yang tidak terlalu
lama dan ruang tunggu yang nyaman
i. Hak atas kelanjutan pelayanan, yaitu jaminan atas kelanjutan ketersediaan alat/ obat
1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Poli Kebidanan/KB mendaftar ke
KEBIJAKAN
A. KEBIJAKAN
Kebijakan penyelenggaraan KB dalam era JKN diharapkan dapat memberikan manfaat,
penguatan akses dan kualitas pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi (KR) yang lebih baik
lagi. Kebijakan JKN merupakan hal yang baru, tentunya masih ada hal-hal yang perlu
disempurnakan karena bisa saja ada kebijakan di BPJS belum mengakomodir kegiatan yang
selama ini sudah berlangsung. Sosialisasi kebijakan JKN seperti ke bidan, karena banyak
bidan belum tahu seperti bagaimana menjadi jejaring pada pelayanan kesehatan yang sudah
menjadi penyedia pelayanan BPJS, besaran jasa medisnya, proses klaim dan besaran klaim.
Dari kondisi yang ada untuk FKTP Pemerintah di Kota Binjai, pembiayaan pelayanan
KB yang masuk dalam non kapitasi, belum diatur penggunaan dan pemanfaatannya dalam
sebuah kebijakan seperti peraturan walikota. Pelayanan KB (yang termasuk non kapitasi)
tetap berjalan walaupun jasa untuk pelayanan ini belum pernah di klaim ke BPJS. Kedepan
diharapkan melalui Dinas Kesehatan Kota Binjai bisa berinisiatif mendorong pengaturan
penggunaan dan pemanfaatan dana nonkapitasi dengan peraturan kepala daerah, sehingga
pembiayaan yang ada bisa optimal. Selain itu BPJS Kesehatan terus melakukan sosialisasi
pelayanan KB dalam
JKN khusus pada bidan praktek swasta, karena dari hasil penelitian yang ada masih
banyak bidan praktek swasta yang belum tahu bagaimana menjadi jejaring atau bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan, proses klaim dan besaran klaim. FKTP Pemerintah juga harus
berinisiatif untuk membina bidan praktek swasta yang ada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014, Pasal 3 menegaskan bahwa pil
dan kondom untuk pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dibiayai JKN
melalui sistem kapitasi. Berbeda halnya dengan pemasangan atau pencabutan IUD/implan,
pelayanan suntik KB, penanganan komplikasi KB, dan pelayanan MOP/vasektomi dibiayai
dengan menggunakan tarif non kapitasi.
Selain itu dari kebijakan yang sudah ada, ternyata masih belum tercakupnya pelayanan
MOW dalam skema JKN, kecuali melekat pada layanan persalinan di FKRTL, dengan kata lain
bagaimana memasukan MOW di dalam tarif INA CBGs atau non kapitasi yang berdiri sendiri.
Selain itu belum adanya standar klinis pelayanan KB yang harus diselesaikan di FKTP atau
apakah harus dirujuk ke FKRTL, tindakan tubektomi interval, apakah hal itu harus
diselesaikan di FKTP atau bisa dirujuk ke FKRTL. Tentu hal ini bisa menjadi penghambat
penyelenggaraan pelayanan KB dalam era JKN.
Selain itu, Kota Binjai juga tidak memiliki kebijakan lokal dalam mendorong atau
memotivasi peningkatan pelayanan KB dan cakupan pelayanan KB. Sebaiknya pemerintah
Kota Binjai mendukung dengan kebijakan yang sifatnya bisa mendorong pemberi dan
penerima pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan KB. Peran pemerintah daerah dalam
peningkatan anggaran penyelenggaraan KB juga sangat dibutuhkan. Dari hasil penelitian
yang ada anggaran yang berasal dari APBN masih lebih besar dibanding dengan anggaran
yang disediakan pemerintah Kota Binjai, hal ini menunjukan pelayanan KB masih belum
menjadi prioritas, untuk itu kebijakan anggaran yang menempatkan program KB adalah hal
yang tidak boleh dilupakan sangat diperlukan. Selain itu pemerintah pusat juga bisa
mempertimbangkan untuk melakukan perbaikan tarif non kapitasi, jangan sampai tarif non
kapitasi yang ada justru merugikan pemerintah daerah.
BAB IV
TATA LAKSANAN
- Aktif dalam program jaga mutu, termasuk audit medik pelayanan KB.
sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Untuk sarana dan prasarana, alokon dan BHP
dikelola RS secara umum seperti pengelolaan di Puskesmas. Bedanya di RS
pengelolaan alokon satu pintu untuk memfasilitasi Poli Kebidanan, PKBRS, Kamar
bersalin dan Kamar Operasi. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB di RS mengikuti
Sistim Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang terdiri dari pencatatan dalam rekam medik,
formulir RL 3, formulir RL 4a, Formulir RL4b serta menggunakan format pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Rumah Sakit juga melaksanakan penyuluhan program KB sebagai salah satu
pelaksanaan KIE di PKBRS.
Ruang lingkup rujukan meliputi rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli atau
sarana /logistik) dan rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi).
Sistem rujukan pelayanan KB mengikuti tata rujukan yang berlaku vertikal dan
horizontal menurut alur rujukan timbal balik. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat
lanjutan hanya dapat diberikan atas rujukan pelayanan kesehatan tingkat pertama
dan atau pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan lainnya. Bidan hanya dapat
melakukan rujukan ke dokter pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Ketentuan tersebut dikecualikan pada keadaaan gawat darurat, kekhususan
permasalahan kesehatan klien.
a. Rujukan Vertikal
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
Pelayanan KB dapat ditangani oleh tingkatan Faskes yang lebih rendah sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya
Klien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
Faskes yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan
jangka panjang, dan/atau
Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
klien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan
b. Rujukan Horisontal
• Pengantar tertulis kepada Faskes yang dituju mengenai kondisi klien saat ini dan
riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan
• Bila perlu, berikan upaya stabilisasi klien selama di perjalanan
Membandingkan jumlah kasus dengan angka toleransi, yaitu sebesar 0,2% untuk
semua metode kontrasepsi
Meninjau metode kontrasepsi yang memberikan kontribusi terbesar
DOKUMENTASI
1. DOKUMENTASI KB
Makassar, 13 Februari 2022
Direktur RSIA Permata Hati