PEDOMAN KERJA
TAHUN 2022
PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA
RSAU dr.M.HASSAN TOTO
MEMUTUSKAN
KEEMPAT : Keputusan ini disampaikan kepada unit terkait PKBRS antara lain Unit
Rawat Jalan,Unit Rawat Inap,Unit Gawat Darurat,Unit Kamar Bedah
Perawatan Intensif dan Rawat Jalan
Ditetapkan di Bogor
pada tanggal 12 Juli 2022
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… i
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………… 2
D. Batasan Operasional………………………………………………………………… 4
BAB IX PENUTUP.…………………………..……………………………………………...38
PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA Lampiran Kep Ka RSAU dr. M. Hassan Toto
RSAU dr. M. HASSAN TOTO Nomor Kep / 24 / VII / 2022
Tanggal 12 Juli 2022
PEDOMAN KERJA
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)
DI RSAU dr. M. HASSAN TOTO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja
selanjutnya disingkat RSAU dr. M. Hassan Toto adalah satuan pelaksana Lanud
Atang Sendjaja yang berkedudukan langsung di bawah Komandan Lanud Atang
Sendjaja. RSAU dr. M. Hassan Toto bertugas menyelenggarakan kegiatan yang
diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI AU meliputi dukungan kesehatan,
pelayanan gawat darurat, perawatan umum, spesialistik dan kesehatan preventif serta
penunjang kesehatan. RSAU dr. M. Hassan Toto mendapatkan penetapan Kelas C
berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 445/387/Kpts/Per-UU/2017 tentang
Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Muhamad Hassan
Toto. RSAU dr.M.Hassan Toto yang memiliki berbagai kemampuan pelayanan
spesialis dan beberapa pelayanan sub spesialisasi, sehingga dituntut untuk dapat
menjadi rujukan bagi rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang ada dibawahnya, salah
satunya yaitu pelayanan KB Rumah Sakit (PKBRS).
RSAU dr. M. Hassan Toto mempunyai visi yaitu Menjadi RSAU dengan layanan
dan fasilitas terbaik di Kawasan Indonesian Barat yang dibanggakan oleh pimpinan
juga seluruh personil TNI/TNIAU dan keluarga, serta masyarakat umum.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi RSAU dr.M.Hassan Toto, sesuai kebijakan
pemerintah untuk percepatan pencapaian target Pelayanan KB, Integrasi pelayanan
KB dalam JKN dan Sistem Kesehatan Nasional, Manajemen Pelayanan KB yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dalam pelayanan KB,
maka RSAU dr.M.Hassan Toto menyelenggarakan Pelayanan Keluarga Berencana
Rumah Sakit (PKBRS) bagi personil Kemhan dan TNI, keluarganya, serta
masyarakat.
B. Tujuan Pedoman
a. Umum :
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran peserta KB, dan meningkatkan
Pelayanan Keluarga Berencana RS yang bermutu dalam rangka pemenuhan hak
pasien anggota TNI /TNI AU beserta keluarga dan masyarakat umum yang berobat ke
RSAU dr.M. Hassan Toto, sehingga dapat memberikan kontribusi dalampengendalian
angka kehamilan dan kelahiran hingga mengurangi angka AKI dan AKB di Indonesia
b. Khusus :
1. Pedoman ini disusun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan PKBRS di Rumah Sakit RSAU dr. M. Hassan Toto agar
PKBRS yang bermutu dapat terlaksana dengan baik.
2. Sebagai Standar Pelayanan RSAU dr. M. Hassan Toto yang terpadu dan
paripurna dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan menjamin keselamatan
pasien.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS)
mengenai pemilihan alat kontrasepsi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu pasca persalinan dan pasca
keguguran untuk pemilihan program KB yang tepat dan aman.
5. Meningkatkan pengetahuan ibu yang mengalami kegagalan dan komplikasi
kontrasepsi untuk melakukan pemasangan KB ulang yang tepat dan aman.
6. Terwujudnya tatalaksana pelayanan KB di rumah sakit dengan sistem
pelayanan rujukan KB termasuk Komunikasi Informed Edukasi (KIE).
7. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
mendukung pelayanan KB.
8. Terselenggaranya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
pelayanan KB Rumah sakit.
D. Batasan Operasional
a) Keluarga Berencana
Adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, penjarangan dan penghentian kehamilan dan
pengobatan kemandulan yang dilakukan secara sukarela.
b) Rumah Sakit
Adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam
melalui upaya kesehatan perorangan
c) UGD
Adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
d) Pelayanan medik
Adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang diberikan kepada pasien oleh tenaga medis sesuai
dengan standar pelayanan medis dengan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
secara optimal.
e) Peralatan medis
Adalah peralatan utama yang harus dimiliki RS untuk dapat melaksanakan
pelayanan KB sesuai dengan metode kontrasepsi yang diberikan.
f) Peralatan non medis
Adalah peralatan pendukung yang harus dimiliki oleh RS untuk melaksanakan
pelayanan KB.
g) Pelayanan Konseling
Adalah pelayanan untuk memberikan bantuan kepada klien dalam pengambilan
keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok. Dalam memberikan pelayanan ini
menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) ber-KB.
h) Penapisan Klien
Suatu prosedur selektif yang sesuai dengan kebutuhan sebelum tindakan
medis, antara lain menanyakan identitas, riwayat penyakit dan kehamilan serta
melakukan pemeriksaan fisik.
i) KB Pasca persalinan
Adalah pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan sampai kurun waktu 42
hari.
j) KB Pasca Keguguran
Adalah pelayanan KB yang diberikan setelah mengalami keguguran sampai
kurun waktu 14 hari.
k) Klien
Adalah salah satu Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan calon atau
peserta KB.
l) Alkon Program
Adalah jenis dan alat metode kontrasepsi yang dipergunakan dalam pelayanan
program KB.
m) Peserta KB Baru
Adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan
atau PUS yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan atau
keguguran.
n) Peserta KB Aktif
Adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi
secara terus menerus tanpa diselingi kehamilan
o) Pelayanan Kontrasepsi
Merupakan upaya kesehatan dengan menggunakan metode tertentu untuk
mengatur jarak kehamilan atau menghentikan kehamilan.
p) Kontrasepsi mantap
Suatu tindakan untuk membatasi kelahiran dalam jangka waktu yang tidak
terbatas melalui suatu tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan memotong
saluran telur pada istri (tubektomi) atau mengikat dan memotong saluran sperma
pada suami (vasektomi) atas permintaan yang bersangkutan secara sukarela.
q) Pelayanan KB di Rumah Sakit
Adalah pelayanan medik dan non medik, yang disediakan dan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten sesuai dengan standard dan perkembangan iptek
dengan menggunakan fasilitas dan sarana yang memenuhi ketentuan.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 61/MENKES/PER/VII/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11/MENKES/PER/II/2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
604/MENKES/SK/VII/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga
Berencana di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
604/MENKES/SK/VII2008 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada
Rumah Sakit Umum kelas B, kelas C dan Kelas D.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang memasukan layanan KB mantap.
9. Peraturan BKKBN RI No. 18/2020 tentang Pelayanan KB Pasca Salin
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Distribusi Ketenagaan
Tim PKBRS terdiri dari dokter dan staf tenaga medis dan paramedis yang
berkualitas untuk menjamin terlaksananya pelayanan yang telah ditentukan, antara
lain: Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi terlatih, dokter umum terlatih, bidan terlatih,
serta tenaga medis/ paramedis lainnya terkait PKBRS yaitu dokter spesialis anastesi,
dokter spesialis radiologi, radiografer, analis laboratorium, apoteker, dan analis gizi.
a. Unit Rawat Jalan :
I. Tersedia dokter ahli dan bidan yang terlatih melakukan Pelayanan KB RS.
II. Melaksanakan Pelayanan KB RS.
III. Tersedia fasilitas Pelayanan KB RS di Unit Rawat Jalan ( Ruang Konseling,
Meja Ginekologi, Alat dan Obat Kontrasepsi).
b. Unit Kamar Bersalin / VK :
1) Tersedia Bidan terlatih.
2) Memberikan pelayanan PKBRS, termasuk KB Pasca Persalinan dan KB
Pasca Keguguran.
3) Tersedia fasilitas PKBRS di Unit Kamar Bersalin /VK (Ruang Konseling, Meja
Ginekologi, Alat dan Obat Kontrasepsi).
c. Unit Kamar Operasi / OK :
1) Tersedia pelayanan kamar operasi yang siap siaga 24 jam untuk melakukan
operasi.
2) Tersedia perawat OK yang terlatih dalam membantu Pelayanan KB Pasca
Persalinan dan Pasca Keguguran.
3) Tersedia Kamar operasi untuk pelayanan KB.
4) Tersedia fasilitas PKBRS di Unit Kamar Operasi (Alat serta Obat
Kontrasepsi).
d. Unit Perawatan Kebidanan :
1) Tersedia asuhan kebidanan dan perawatan bagi ibu setelah menerima
PKBRS.
2) Tersedia perawat yang terlatih dalam pelayanan KB dan dapat mengenali
kondisi emergesi maternal.
3) Mendukung penuh kegiatan program PKBRS di RSAU dr.M. Hassan Toto
termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
e. Laboratorium
1) Menyelenggarakan pelayanan laboratorium 24 jam.
2) Menyelenggarakan pelayanan darah yang siap 24 jam.
3) Tersedia petugas laboratorium yang siap dipanggil sewaktu-waktu.
B. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan Jaga Dokter Sepesialis Obgyn atau Anastesi
1) Jaga konsultan dibuat sesuai perjanjian.
2) Jaga poli klinik spesialis obstetri ginekologi bergantian tiap hari sesuai
kesepakatan.
3) Apabila dokter jaga yang bersangkutan berhalangan maka akan digantikan
oleh dokter jaga berikutnya.
4) Jaga On Call dibuat jadwal tiap bulan bergantian setiap satu minggu sekali.
Jika jadwal On Call yang bersangkutan berhalangan, maka digantikan oleh dokter
jaga On Call urutan dibawahnya, apabila tidak bisa juga maka digantikan urutan
berikutnya.
b. Dokter Umum
Dokter umum yang sudah terlatih dibuatkan jadwal jaga sesuai jaga UGD dan
Bangsal dengan jam dinas terbagi 2 Shift yaitu pagi dan malam.
c. Perawat dan Bidan
1) Perawat dan bidan yang terlatih dibuat jadwal di Poliklinik atau Unit Rawat
Jalan, Kamar Bersalin (VK), Unit Perawatan dengan jam dinas terbagi 3 Shift
yaitu pagi, sore dan malam.
2) Jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruangan
(karu), diajukan ke Kepala Departemen terkait, dan disetujui oleh Kepala
Keperawatan.
3) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana setiap satu bulan (prosedur pengaturan jadwal dinas bidan
sesuai SPO terlampir).
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
PKBRS
Denah Ruangan KB
Alat USG
Ruang
Ruang
pemeriksaan
Konsul
T USG
Dokter
TT
pasie
n
T I R A I I
Bidan Jaga Pe
TT
me
A Pasie
rik
n
sa
an
KB
I
- semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker
menempel kokoh)
i) Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit ini.
2. Kriteria Khusus.
A. Prasarana dan sarana
Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PKBRS
diperlukan:
1) Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2) Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3) Ruang pulih/ observasi pasca tindakan.
4) Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi
internal
B. Kriteria umum ruangan
1) Struktur Fisik
a) Lantai harus porselen dan plastic
b) Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapisi
keramik
2) Kebersihan
a) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat
dengan mudah
b) Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah
rumah sakit
c) Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit
3) Pencahayaan
a) Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
b) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak
masuk
c) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan
semua lampu berfungsi baik dan kokoh
d) Tersedia peralatan gawat darurat dan cukup lampu untuk neonatus
4) Ventilasi
a) Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan
ukuran ruang
b) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
c) Suhu ruangan harus dijaga 24-26˚C
d) Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
5) Pencucian Tangan
a) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun disinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki
b) Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang
sesuai (dari lantai dan dinding)
c) Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
d) Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang
dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat terbuka
e) Harus ada tissue untuk mengeringkan tangan, diletakkan disebelah
wastafel.
C. Kriteria khusus ruangan
1) Area cuci tangan di Ruang Pelayanan KB RS
2) Area resusitasi dan stabilitas di ruang Pelayanan KB RS
a) Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam unit
perawatan khusus
b) Kamar PKBRS harus terpisah dari kamar lain. Sifat privasi ini penting
untuk kebutuhan pasien.
c) Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilitas
kondisi pasien pasca pelayanan KB RS
d) Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi dan incubator
e) Kamar PKBRS membutuhkan:
• Ruang berisi: Meja Ginekologi, lampu sorot, lemari dan troli darurat
• Meja, kursi
• Aliran udara bersih dan sejuk
• Pencahayaan
• Lampu sorot dan lampu darurat
• Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet)
• Lemari berisi: perlengkapan alat dan obat kontrasepsi.
• Wastafel dengan air mengalir dan antiseptic
f) Sarana pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga,
ruang sterilisator, dan jalur ke ruang bersalin/kamar operasi terletak saling
berdekatan
D. Kamar bersalin
1) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir
2) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang
3) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin
4) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum
5) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat
6) Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala I, kala III
dan kala III yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala IV bagi
ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka
diperlukan dua kamar kala I dan sebuah kamar kala II
7) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke
ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan
dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin
8) Harus ada kamar mandi/toilet berhubungan kamar bersalin
9) Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 pertempat tidur (bed)
dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal: 10 m2
10) Ruang tersebut terpisah dari fasilitas: toilet, kloset, lemari
11) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antara tempat tidur minimum 1
m sampai dengan 2 m dan antara dinding 1 m
12) Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup
13) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgyn, kursi pemeriksa,
meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli
emergensi
14) Ruang perawat – nurse station – berisi: meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/obat
15) Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care/ Pelayanan KB RS: untuk
kuret, penjahitan, pemasangan Alat dan Obat kontrasepsi yang berisi: meja
operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci
tangan operator, mesin anastesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA), dan
sebagainya.
E. Kamar operasi
1) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi SC, Kuret dan laparotomi dan
Tindakan pemasangan alat dan obat kontrasepsi
2) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Didalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi
3) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan sekurang-
kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik,
inkubator bayi, troli darurat
4) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca
5) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed
6) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
• Nurse Station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang
• Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci
wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja
kerja dan kursi kursi, troli
• Saluran pembuangan kotoran/cairan
• Kamar pengawas
• Ruang tunggu keluarga tersedia kursi-kursi dan toilet
• Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat
• Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat termasuk alat
dan obat kontrasepsi
• Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat
didepan kamar operasi/bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak
membuat basah lantai. Air cuci tangan haruslah steril
• Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen
• Kamar jaga dokter
• Kamar jaga paramedic
7) Ruangan penunjang harus disediakan seperti:
• Ruang perawat/bidan
• Kantor perawat
• Toilet staf
• Ruang staf medik
• Ruang loker staf/perawat
• Ruang cuci
• Ruang persiapan
• Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja kerja dsb
• Ruang linen bersih
F. Sarana Penunjang
1) Radiologi dan USG
Unit ini harus berfungsi untuk diagnostik obstetri dan ginekologi serta thoraks
2) Laboratorium 24 jam
Laboratorium siap 24 jam dalam melaksanakan pelayanan penunjang yang
terkait dengan pelayanan PKBRS
3) Apotik
Apotik siap 24 Jam dalam melaksanakan pelayanan pengadaan obat yang terkait
dengan pelayanan PKBRS
4) Ruang menyusui
Ruangan ini berada di poliklinik rawat jalan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
II. PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. KONSELING AWAL
a. Berikan informasi tentang KB suntik yang tersedia
b. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan
dan kedatangannya
c. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
d. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan
dari masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan
metode reversible):
e. Tunjukkan dimana dan alkon tersebut digunakan.
f. Jelaskan bagaimana cara kerja alkon.
g. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain
yang mungkin dialami
h. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien.
i. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
j. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
k. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
l. Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau membatasi jumlah anaknya).
m. Tanyakan agama/ kepercayaan yang dianut klien yang mungkin
menentang penggunaan salah satu metode KB.
n. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang empati.
o. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
p. Jelaskan kemungkinan kemungkinan efek samping KB Suntik, sampai
benar-benar dimengerti oleh klien.
q. Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada
indikasi.
r. Anamnesa data pasien
s. Menjelaskan prosedur dan tujuannya (pada klien dan keluarga). Klien
sebelum memutuskan menggunakan kontrasepsi yang dipilih, harus dijelaskan
efek samping dan reaksi yang mungkin terjadi misal pola haid berubah, nafsu
makan bertambah dll.
t. Dilakukan penapisan : HPHT, paritas, riwayat persalinan yang lalu, nyeri
haid, penyakit yang pernah diderita
u. Klien setelah dilakukan pemeriksaan TTV, dipersilahkan naik di tempat tidur
v. Klien disiapkan dengan posisi miring , bagian pantat yang disuntik
dibersihkan dengan kapas alkohol
w. Obat yang sudah disiapkan di spuit, sebelumnya jarum injeksi diganti baru
x. Obat disuntikkan dengan cara tegak lurus sampai jarum masuk seluruhnya,
aspirasi
y. Setelah selesai jarum dibuang ditempat yang telah disediakan
z. Klien dirapikan , tindakan didokumentasikan
BAB V
LOGISTIK
A. Sarana, Prasarana dan Peralatan
Sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di RSAU dr.M. Hassan
Toto dapat terpisah atau terintegrasi/bergabung dalam unit pelayanan kebidanan
dan kandungan, bedah dan unit pelayanan lainnya sesuai dengan kondisi rumah
sakit.
Adapun sarana, prasarana dan peralatan minimal yang harus tersedia dalam
pelayanan tersebut adalah :
Persediaan Alokon
1 Kondom √ √ √
2 Pil KB √ √ √
3 Suntikan √ √ √
4 IUD √ √ √
5 Implant √ √ √
Gudang
BKKBN
F/V/KB PROVINSI
Gudang
Institusi KB DINKES
Kab/Kota
Kab/Kota
Gudang
RSAU
PUSKESMAS PPLKB/Pengendali/K
F/V/KB INDUK oordinator/UPTD
PUSTU
Klinik swasta
PUSKESDES/
POLINDES
AKSEPTOR
C. Pencatatan dan Pelaporan
RSAU dr.M. Hassan Toto wajib melaksanakan pencatatan kegiatan pelayanan
PKBRS dilaporkan secara berkala ke Departemen Kesehatan dan disampaikan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pencatatan pelaksanaan layanan KB di RS memiliki 2 mekanisme yaitu :
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit lebih aman.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD (Kejadian Tidak Diinginkan) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD.
KESELAMATAN KERJA
A. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik,
kimia, biologi di RS yang mungkin dapat menimbulkan dampak atau gangguan kesehatan
kerja pada petugas, pasien, dan pengunjung masuk sekitar rumah sakit. Pelayanan
PKBRS berkaitan erat dengan kegawatdaruratan pasien sehingga perlu pelayanan yang
aman sebagai upaya keselamatan bagi pasien dan petugas.
B. Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan.
PENGENDALIAN MUTU
Merupakan kegiatan untuk memantau kualitas pelayanan yang diberikan di RSAU dr.
M. Hassan Toto Pemantauan dimaksud antara lain mencakup mutu interaksi petugas-
klien melalui pengumpulan data, menilai hasil pemantauan dengan membandingkan
dengan pedoman pelayanan yang telah ditetapkan, identifikasi berbagai permasalahan
yang muncul berdasarkan hasil penilaian, menetapkan urutan prioritas penyelesaian
masalah dan mencari jalan keluar tersebut serta menilai keberhasilannya.
B. Akreditasi
Dalam akreditasi 5 pelayanan terdapat parameter yang mengukur pelayanan medik
termasuk pelayanan kontrasepsi mantap yang diberikan oleh RSAU dr. M. Hassan Toto
BAB IX
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PKBRS dipandang sebagai prioritas dalam pelaksanaan program KB Nasional serta
perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Pelayanan KB di RS dr.M.Hassan Toto
mengikuti sistem manajemen pelayanan yang ada di RS dengan tetap berorientasi pada
keselamatan dan keamanan pasien. Pelaksanaan PKBRS berkoordinasi dengan lintas
program maupun lintas sektor terkait.
2. Pedoman PKBRS ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi
resiko kematian ibu dan bayi melalui peningkatan kualitas pelayanan KB.
4. Pola ketenagaan dan kualifikasi personel merupakan modal utama organisasi unit
kerja untuk bekerja secara optimal dan memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
dan memuaskan.
B. Saran
1. Pengembangan jumlah personil dan kualifikasi personil secara rutin dan berkala
sesuai kebutuhan di unit kerja terkait pelayanan PKBRS.
2. Perlu kegiatan orientasi dan pelatihan internal bagi tenaga kesehatan baru untuk
lebih mengenal dan memahami kegiatan dalam unit kerja terkait PKBRS.