Anda di halaman 1dari 44

PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA

RSAU dr. M. HASSAN TOTO

PEDOMAN KERJA

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)

DI RSAU dr. M. HASSAN TOTO

TAHUN 2022
PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA
RSAU dr.M.HASSAN TOTO

KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. M. HASSAN TOTO LANUD ATANG SENDJAJA

Nomor : Kep / 24 / VII / 2022


Tentang
PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

RSAU dr. M. HASSAN TOTO LANUD ATANG SENDJAJA

KEPALA RSAU dr. M. HASSAN TOTO LANUD ATANG SENDJAJA

Menimbang : 1. Bahwa RSAU dr. M. Hassan Toto selalu berupaya untuk


meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
Kesehatan dan harapan masyarkat

2. Bahwa dalam rangka melaksanakan kebijakan pemerintah tentang


percepatan pencapaian target pelayanan KB,integritas pelayanan KB
dalam JKN system kesehtan nasional,manajemen pelayanan KB yang
meliputi perencanaan,pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi dalam
pelayanan KB,maka dibuatlah pedoman pelayanan KB RSAU dr. M.
Hassan Toto ini.Dengan diterbitkannya pedoman ini,diharapkan dapat
menjadi acuan bagi pengelola program pelayanan KB di RSAU dr. M.
Hassan Toto

3. RSAU dr. M. Hassan Toto dan Tim pelayanan KB RS agar benar-


benar memahami peran dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan program dan pelayanan KB di RSAU dr. M. Hassan Toto

4. Upaya penguatan manajemen pelayanan KB meliputi


pengorganisasisan, perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan
evaluasi. Manajemen pelayanan KB ini harus selaras dan mengacu pada
kebijakan nasional yaitu system Kesehatan nasional (SKN) yang tertuang
dalam isu strategis RPJMN 2015-2019,upaya pencapaian target Prognas
2
serta implementasi pelayanan KB dalam era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
5. Pelayanan Kb merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam
tujuan Prognas 5, namun dalam satu decade terakhir capaian
Contraceptive Prevalence Rate (CPR),Age Specific fertility (ASFR)
Perempuan usia 15-19 tahun dan unmet need belum menunjukan hasil
optimal.

6. Bahwa agar Pelayanan KB RS harus dapat terlaksana dengan baik


dan bermutu, perlu adanya pedoman sebagai landasan bagi semua
pelaksana pelayanan KB RS

7. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada nomer 1,2,3,4 diatas,


perlu menetapkan Keputusan Kepla Rumah Sakit tentang Pedoman
Pelayanan Keluarga berencana RSAU dr. M. Hassan Toto

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah
Sakit;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang


izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran

5. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 61/MENKES/PER/VII/2014


tentang Kesehatan reproduksi.

6. Peraturan Menteri Kesehtan Nomor 11/MENKES/PER/II/2017 tentang


Kesehtan Pasien

7. Peraturan Menteri Kesehtan Republik Indonesia Nomor 97 tahun


2014 tentang Pelayanan kesehtan masa sebelum hamil,masa
hamil,persalinan,dan masa sesudah melahirkan,penyelenggaraan
pelayanan kontrasepsi,serta pelayanan kesehatan seksual

8. Peraturan Kepla Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional nomor 3 tahun 2017 tentang penyediaan sarana penunjang
3

9. pelayanan kontrasepsi dalam program kependudukan,keluarga


berencana dan pembangunan keluarga

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


340/Menkes/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan kepala RSAU dr. M. Hassan Toto tentang Pedoman


Pelayanan Keluarga Berencana RSAU dr. M. Hassan Toto

KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana RS dr. M.


Hassan Toto.

KEDUA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan


ini,maka akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejsak tanggal ditetapkan

KEEMPAT : Keputusan ini disampaikan kepada unit terkait PKBRS antara lain Unit
Rawat Jalan,Unit Rawat Inap,Unit Gawat Darurat,Unit Kamar Bedah
Perawatan Intensif dan Rawat Jalan

Ditetapkan di Bogor
pada tanggal 12 Juli 2022

Kepala RSAU dr. M. Hassan Toto,


Lanud Atang Sendjaja

dr. Hendro Yulieanto,M.S.,M.Han.,Sp.An.,Sp.K.P.


Kolonel Kes NRP 519706
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… i

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….. 1

B. Tujuan ………………………………………………………………………………… 2

C. Ruang Lingkup Pelayanan …………………………………………………………. 3

D. Batasan Operasional………………………………………………………………… 4

E. Landasan Hukum ……………………………………………………………………. 5

BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………………….7

A. Distribusi Ketenagaan ………………………………………………………………. 7

B. Pengaturan Jaga …………………………………………………………………….. 8

BAB III STANDAR FASILITAS ……………………………………………………………9

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN ………………………………………………….16

BAB V LOGISTIK ………………………………………………………………………….30

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ………………………………………………………..32

BAB VII KESELAMATAN KERJA …………………………………………………………36

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU …………..……………………………………………..37

BAB IX PENUTUP.…………………………..……………………………………………...38
PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA Lampiran Kep Ka RSAU dr. M. Hassan Toto
RSAU dr. M. HASSAN TOTO Nomor Kep / 24 / VII / 2022
Tanggal 12 Juli 2022

PEDOMAN KERJA
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)
DI RSAU dr. M. HASSAN TOTO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja
selanjutnya disingkat RSAU dr. M. Hassan Toto adalah satuan pelaksana Lanud
Atang Sendjaja yang berkedudukan langsung di bawah Komandan Lanud Atang
Sendjaja. RSAU dr. M. Hassan Toto bertugas menyelenggarakan kegiatan yang
diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI AU meliputi dukungan kesehatan,
pelayanan gawat darurat, perawatan umum, spesialistik dan kesehatan preventif serta
penunjang kesehatan. RSAU dr. M. Hassan Toto mendapatkan penetapan Kelas C
berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 445/387/Kpts/Per-UU/2017 tentang
Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Muhamad Hassan
Toto. RSAU dr.M.Hassan Toto yang memiliki berbagai kemampuan pelayanan
spesialis dan beberapa pelayanan sub spesialisasi, sehingga dituntut untuk dapat
menjadi rujukan bagi rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang ada dibawahnya, salah
satunya yaitu pelayanan KB Rumah Sakit (PKBRS).
RSAU dr. M. Hassan Toto mempunyai visi yaitu Menjadi RSAU dengan layanan
dan fasilitas terbaik di Kawasan Indonesian Barat yang dibanggakan oleh pimpinan
juga seluruh personil TNI/TNIAU dan keluarga, serta masyarakat umum.

Adapun misi RSAU dr. M. Hassan Toto antara lain :

1) Melaksanakan dukungan Kesehatan secara professional pada setiap


penugasan, Latihan, dan operasi terhadap awak pesawat serta personel
pendukung lainnya dalam rangka terlaksananya tugas pokok TNI AU.
2) Memberikan pelayanan Kesehatan terbaik, secara paripurna, profesional &
bermutu untuk personel TNI AU dan keluarga serta masyarakat umum, melalui
kegiatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative.
3) Menyelenggarakan Pendidikan, pelatihan, dan penelitian Kesehatan secara
komprehensif untuk mendapatkan SDM yang professional dan kompeten.
4) Berperan aktif dalam menjalin Kerjasama lintas sectoral yang sinergi untuk
pelayanan Kesehatan sosial & bakti sosial Kesehatan, pada kegiatan
kemasyarakatan ataupun penanganan bencana.
5) Menerapkan system manajemen dan administrasi yang efektif, efisien dan
akuntabel untuk menjadi institusi yang dapat memenuhi ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi RSAU dr.M.Hassan Toto, sesuai kebijakan
pemerintah untuk percepatan pencapaian target Pelayanan KB, Integrasi pelayanan
KB dalam JKN dan Sistem Kesehatan Nasional, Manajemen Pelayanan KB yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dalam pelayanan KB,
maka RSAU dr.M.Hassan Toto menyelenggarakan Pelayanan Keluarga Berencana
Rumah Sakit (PKBRS) bagi personil Kemhan dan TNI, keluarganya, serta
masyarakat.

Kunci keberhasilan PKBRS adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai


kompetensi, prasarana, sarana, dan manajemen yang handal, sehingga dibutuhkan
perencanaan yang lebih baik melalui penyusunan program kerja seperti
pengembangan SDM dan kualifikasinya, pengembangan sarana dan prasarana,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal melalui tahapan sesuai dengan
yang diharapkan tanpa adanya hambatan.

B. Tujuan Pedoman

a. Umum :
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran peserta KB, dan meningkatkan
Pelayanan Keluarga Berencana RS yang bermutu dalam rangka pemenuhan hak
pasien anggota TNI /TNI AU beserta keluarga dan masyarakat umum yang berobat ke
RSAU dr.M. Hassan Toto, sehingga dapat memberikan kontribusi dalampengendalian
angka kehamilan dan kelahiran hingga mengurangi angka AKI dan AKB di Indonesia
b. Khusus :
1. Pedoman ini disusun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan PKBRS di Rumah Sakit RSAU dr. M. Hassan Toto agar
PKBRS yang bermutu dapat terlaksana dengan baik.
2. Sebagai Standar Pelayanan RSAU dr. M. Hassan Toto yang terpadu dan
paripurna dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan menjamin keselamatan
pasien.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS)
mengenai pemilihan alat kontrasepsi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu pasca persalinan dan pasca
keguguran untuk pemilihan program KB yang tepat dan aman.
5. Meningkatkan pengetahuan ibu yang mengalami kegagalan dan komplikasi
kontrasepsi untuk melakukan pemasangan KB ulang yang tepat dan aman.
6. Terwujudnya tatalaksana pelayanan KB di rumah sakit dengan sistem
pelayanan rujukan KB termasuk Komunikasi Informed Edukasi (KIE).
7. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
mendukung pelayanan KB.
8. Terselenggaranya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
pelayanan KB Rumah sakit.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

a) Ruang Lingkup Pedoman


Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit dr. M. Hassan Toto
disusun dengan tata urut sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
BAB II Standar Ketenagaan
BAB III Standar Fasilitas
BAB IV Tatalaksana Pelayanan
BAB V Logistik
BAB VI Keselamatan Pasien
BAB VII Keselamatan Kerja
BAB VIII Pengendalian Mutu
BAB IX Penutup
b) Ruang Lingkup PKBRS
Semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penanganan efek samping,
komplikasi dan kegagalan pelayanan kontrasepsi, aborsi aman sesuai indikasi medis
serta penanganan infertilitas sesuai dengan ketersediaan sumber daya RS seperti
SDM, fasilitas, sarana prasarana, dsb.
1) Sasaran program pelayanan KB di RS yaitu :
- Pasangan usia subur (PUS).
- Klien rujukan komplikasi dan efek samping.
- Klien pasca persalianan dan pasca keguguran.
- Pasangan infertil.
- Masyarakat.

2) Sumber Daya Manusia


- Dokter
- Bidan atau Perawat
3) Pelayanan penunjang lainnya
- Klinik konseling dan penyuluhan KB
- Tempat penyimpanan alat dan obat kontrasepsi
- Ruang pencucian dan penyimpanan alat steril yang sudah dibersihkan

D. Batasan Operasional
a) Keluarga Berencana
Adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, penjarangan dan penghentian kehamilan dan
pengobatan kemandulan yang dilakukan secara sukarela.
b) Rumah Sakit
Adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam
melalui upaya kesehatan perorangan
c) UGD
Adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
d) Pelayanan medik
Adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang diberikan kepada pasien oleh tenaga medis sesuai
dengan standar pelayanan medis dengan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
secara optimal.
e) Peralatan medis
Adalah peralatan utama yang harus dimiliki RS untuk dapat melaksanakan
pelayanan KB sesuai dengan metode kontrasepsi yang diberikan.
f) Peralatan non medis
Adalah peralatan pendukung yang harus dimiliki oleh RS untuk melaksanakan
pelayanan KB.
g) Pelayanan Konseling
Adalah pelayanan untuk memberikan bantuan kepada klien dalam pengambilan
keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok. Dalam memberikan pelayanan ini
menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) ber-KB.

h) Penapisan Klien
Suatu prosedur selektif yang sesuai dengan kebutuhan sebelum tindakan
medis, antara lain menanyakan identitas, riwayat penyakit dan kehamilan serta
melakukan pemeriksaan fisik.

i) KB Pasca persalinan
Adalah pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan sampai kurun waktu 42
hari.
j) KB Pasca Keguguran
Adalah pelayanan KB yang diberikan setelah mengalami keguguran sampai
kurun waktu 14 hari.
k) Klien
Adalah salah satu Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan calon atau
peserta KB.
l) Alkon Program
Adalah jenis dan alat metode kontrasepsi yang dipergunakan dalam pelayanan
program KB.

m) Peserta KB Baru
Adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan
atau PUS yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan atau
keguguran.
n) Peserta KB Aktif
Adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi
secara terus menerus tanpa diselingi kehamilan
o) Pelayanan Kontrasepsi
Merupakan upaya kesehatan dengan menggunakan metode tertentu untuk
mengatur jarak kehamilan atau menghentikan kehamilan.
p) Kontrasepsi mantap
Suatu tindakan untuk membatasi kelahiran dalam jangka waktu yang tidak
terbatas melalui suatu tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan memotong
saluran telur pada istri (tubektomi) atau mengikat dan memotong saluran sperma
pada suami (vasektomi) atas permintaan yang bersangkutan secara sukarela.
q) Pelayanan KB di Rumah Sakit
Adalah pelayanan medik dan non medik, yang disediakan dan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten sesuai dengan standard dan perkembangan iptek
dengan menggunakan fasilitas dan sarana yang memenuhi ketentuan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 61/MENKES/PER/VII/2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11/MENKES/PER/II/2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
604/MENKES/SK/VII/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga
Berencana di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
604/MENKES/SK/VII2008 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada
Rumah Sakit Umum kelas B, kelas C dan Kelas D.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang memasukan layanan KB mantap.
9. Peraturan BKKBN RI No. 18/2020 tentang Pelayanan KB Pasca Salin
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Distribusi Ketenagaan
Tim PKBRS terdiri dari dokter dan staf tenaga medis dan paramedis yang
berkualitas untuk menjamin terlaksananya pelayanan yang telah ditentukan, antara
lain: Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi terlatih, dokter umum terlatih, bidan terlatih,
serta tenaga medis/ paramedis lainnya terkait PKBRS yaitu dokter spesialis anastesi,
dokter spesialis radiologi, radiografer, analis laboratorium, apoteker, dan analis gizi.
a. Unit Rawat Jalan :
I. Tersedia dokter ahli dan bidan yang terlatih melakukan Pelayanan KB RS.
II. Melaksanakan Pelayanan KB RS.
III. Tersedia fasilitas Pelayanan KB RS di Unit Rawat Jalan ( Ruang Konseling,
Meja Ginekologi, Alat dan Obat Kontrasepsi).
b. Unit Kamar Bersalin / VK :
1) Tersedia Bidan terlatih.
2) Memberikan pelayanan PKBRS, termasuk KB Pasca Persalinan dan KB
Pasca Keguguran.
3) Tersedia fasilitas PKBRS di Unit Kamar Bersalin /VK (Ruang Konseling, Meja
Ginekologi, Alat dan Obat Kontrasepsi).
c. Unit Kamar Operasi / OK :
1) Tersedia pelayanan kamar operasi yang siap siaga 24 jam untuk melakukan
operasi.
2) Tersedia perawat OK yang terlatih dalam membantu Pelayanan KB Pasca
Persalinan dan Pasca Keguguran.
3) Tersedia Kamar operasi untuk pelayanan KB.
4) Tersedia fasilitas PKBRS di Unit Kamar Operasi (Alat serta Obat
Kontrasepsi).
d. Unit Perawatan Kebidanan :
1) Tersedia asuhan kebidanan dan perawatan bagi ibu setelah menerima
PKBRS.
2) Tersedia perawat yang terlatih dalam pelayanan KB dan dapat mengenali
kondisi emergesi maternal.
3) Mendukung penuh kegiatan program PKBRS di RSAU dr.M. Hassan Toto
termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.

e. Laboratorium
1) Menyelenggarakan pelayanan laboratorium 24 jam.
2) Menyelenggarakan pelayanan darah yang siap 24 jam.
3) Tersedia petugas laboratorium yang siap dipanggil sewaktu-waktu.

B. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan Jaga Dokter Sepesialis Obgyn atau Anastesi
1) Jaga konsultan dibuat sesuai perjanjian.
2) Jaga poli klinik spesialis obstetri ginekologi bergantian tiap hari sesuai
kesepakatan.
3) Apabila dokter jaga yang bersangkutan berhalangan maka akan digantikan
oleh dokter jaga berikutnya.
4) Jaga On Call dibuat jadwal tiap bulan bergantian setiap satu minggu sekali.
Jika jadwal On Call yang bersangkutan berhalangan, maka digantikan oleh dokter
jaga On Call urutan dibawahnya, apabila tidak bisa juga maka digantikan urutan
berikutnya.
b. Dokter Umum
Dokter umum yang sudah terlatih dibuatkan jadwal jaga sesuai jaga UGD dan
Bangsal dengan jam dinas terbagi 2 Shift yaitu pagi dan malam.
c. Perawat dan Bidan
1) Perawat dan bidan yang terlatih dibuat jadwal di Poliklinik atau Unit Rawat
Jalan, Kamar Bersalin (VK), Unit Perawatan dengan jam dinas terbagi 3 Shift
yaitu pagi, sore dan malam.
2) Jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruangan
(karu), diajukan ke Kepala Departemen terkait, dan disetujui oleh Kepala
Keperawatan.
3) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana setiap satu bulan (prosedur pengaturan jadwal dinas bidan
sesuai SPO terlampir).
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

PKBRS
Denah Ruangan KB

Alat USG

Ruang
Ruang
pemeriksaan
Konsul
T USG
Dokter
TT
pasie
n
T I R A I I

Bidan Jaga Pe
TT
me
A Pasie
rik
n
sa
an
KB
I

Pintu masuk ruang


KB
TT IUD

B. Standar Fasilitas PKBRS


1. Kriteria Umum
a) Ada dokter jaga terlatih di semua unit kerja Departemen Obsgin untuk
melakukan Pelayanan KB RS, termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca
Keguguran.
b) Mempunyai Standar Operasional Prosedur Pelayanan KB RS
c) Kebijakan pembiayaan diatur internal oleh RS dan berkoordinasi
dengan BPJS.
d) Tersedia kamar operasi yang siap untuk melakukan operasi dan
pelayanan KB RS, bila ada kebutuhan Pelayanan KB Pasca Persalinan dan
Pasca Keguguran.
e) Memiliki kru/ petugas yang siap melakukan pelayanan KB RS
f) Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan KB RS, antara
lain dokter kebidanan, dokter/petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
g) Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PKBRS,
seperti laboratorium dan radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat
dan alat penunjang yang selalu siap tersedia.
h) Perlengkapan
- semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak, cairan dll)
- permukaan metal harus bebas karat atau bercak
- semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau
tidak stabil)
- permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar

- roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik

- instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi

- semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker
menempel kokoh)
i) Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit ini.

2. Kriteria Khusus.
A. Prasarana dan sarana
Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PKBRS
diperlukan:
1) Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2) Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3) Ruang pulih/ observasi pasca tindakan.
4) Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi
internal
B. Kriteria umum ruangan
1) Struktur Fisik
a) Lantai harus porselen dan plastic
b) Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapisi
keramik
2) Kebersihan
a) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat
dengan mudah
b) Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah
rumah sakit
c) Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit
3) Pencahayaan
a) Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
b) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak
masuk
c) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan
semua lampu berfungsi baik dan kokoh
d) Tersedia peralatan gawat darurat dan cukup lampu untuk neonatus
4) Ventilasi
a) Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan
ukuran ruang
b) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
c) Suhu ruangan harus dijaga 24-26˚C
d) Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
5) Pencucian Tangan
a) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun disinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki
b) Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang
sesuai (dari lantai dan dinding)
c) Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
d) Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang
dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat terbuka
e) Harus ada tissue untuk mengeringkan tangan, diletakkan disebelah
wastafel.
C. Kriteria khusus ruangan
1) Area cuci tangan di Ruang Pelayanan KB RS
2) Area resusitasi dan stabilitas di ruang Pelayanan KB RS
a) Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam unit
perawatan khusus
b) Kamar PKBRS harus terpisah dari kamar lain. Sifat privasi ini penting
untuk kebutuhan pasien.
c) Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilitas
kondisi pasien pasca pelayanan KB RS
d) Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi dan incubator
e) Kamar PKBRS membutuhkan:
• Ruang berisi: Meja Ginekologi, lampu sorot, lemari dan troli darurat
• Meja, kursi
• Aliran udara bersih dan sejuk
• Pencahayaan
• Lampu sorot dan lampu darurat
• Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet)
• Lemari berisi: perlengkapan alat dan obat kontrasepsi.
• Wastafel dengan air mengalir dan antiseptic
f) Sarana pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga,
ruang sterilisator, dan jalur ke ruang bersalin/kamar operasi terletak saling
berdekatan

D. Kamar bersalin
1) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir
2) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang
3) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin
4) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum
5) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat
6) Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala I, kala III
dan kala III yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala IV bagi
ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka
diperlukan dua kamar kala I dan sebuah kamar kala II
7) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke
ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan
dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin
8) Harus ada kamar mandi/toilet berhubungan kamar bersalin
9) Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 pertempat tidur (bed)
dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal: 10 m2
10) Ruang tersebut terpisah dari fasilitas: toilet, kloset, lemari
11) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antara tempat tidur minimum 1
m sampai dengan 2 m dan antara dinding 1 m
12) Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup
13) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgyn, kursi pemeriksa,
meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli
emergensi
14) Ruang perawat – nurse station – berisi: meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/obat
15) Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care/ Pelayanan KB RS: untuk
kuret, penjahitan, pemasangan Alat dan Obat kontrasepsi yang berisi: meja
operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci
tangan operator, mesin anastesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA), dan
sebagainya.

E. Kamar operasi
1) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi SC, Kuret dan laparotomi dan
Tindakan pemasangan alat dan obat kontrasepsi
2) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Didalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi
3) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan sekurang-
kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik,
inkubator bayi, troli darurat
4) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca
5) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed
6) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
• Nurse Station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang
• Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci
wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja
kerja dan kursi kursi, troli
• Saluran pembuangan kotoran/cairan
• Kamar pengawas
• Ruang tunggu keluarga tersedia kursi-kursi dan toilet
• Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat
• Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat termasuk alat
dan obat kontrasepsi
• Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat
didepan kamar operasi/bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak
membuat basah lantai. Air cuci tangan haruslah steril
• Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen
• Kamar jaga dokter
• Kamar jaga paramedic
7) Ruangan penunjang harus disediakan seperti:
• Ruang perawat/bidan
• Kantor perawat
• Toilet staf
• Ruang staf medik
• Ruang loker staf/perawat
• Ruang cuci
• Ruang persiapan
• Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja kerja dsb
• Ruang linen bersih
F. Sarana Penunjang
1) Radiologi dan USG
Unit ini harus berfungsi untuk diagnostik obstetri dan ginekologi serta thoraks
2) Laboratorium 24 jam
Laboratorium siap 24 jam dalam melaksanakan pelayanan penunjang yang
terkait dengan pelayanan PKBRS
3) Apotik
Apotik siap 24 Jam dalam melaksanakan pelayanan pengadaan obat yang terkait
dengan pelayanan PKBRS
4) Ruang menyusui
Ruangan ini berada di poliklinik rawat jalan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pelayanan KB secara terpadu dan paripurna


1. Identifikasi Pasien
Klien / calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di RS pada tahap awal
akan melalui proses sebagai berikut :

A. Jika Klien Baru


- Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.
- Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas
paramedis.
- Apabila pasien bersedia menjadi akseptor KB akan diarahkan ke poli PKBRS.
- Apabila pasien belum bersedia mengikuti KB akan tetap diarahkan ke poli
PKBRS untuk mendapat KIE.
B. Jika pasien lama/ ulang :
- Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.
- Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas
paramedis.
- Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke RS, Maka konseling
yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
C. Klien dengan khasus khusus (misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/ keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harud ditangani dengan baik terlebih dahulu.
D. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB pasca
persalinan di RSAU dr.M. Hassan Toto harus menjadi prioritas utama. Hal ini
berarti diharapkan sebelum pasien pasca persalinan pulang sudah dilakukan
pelayanan KB.

2. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)


a. Setelah dilakukan identifikasi klien maka dilakukan kegiatan KIE.
b. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di RSAU dr.M. Hassan Toto
c. KIE dapat diberikan oleh bagian promosi Kesehatan/ tenaga Kesehatan
yang sudah terlatih memberikan KIE.
3. Konseling
Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling untuk memberikan bantuan
kepada klien dalam pengambilan keputusan pemilhan kontrasepsi yang cocok.
4. Penapisan medis
Setelah pasien memilih jenis kontasepsi yang akan digunakan kemudian dilakukan
penapisan medis oleh dokter/ dokter spesialis.
5. Pelayanan kontrasepsi
a. Pelayanan kontrasepsi diberikan oleh tenaga medis (dokter spesialis/ dokter
terlatih/ bidan) tergantung jenis kontrasepsi yang dipilih.
b. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi dan
memperhatikan hak pasien termasuk membuat informed consent yang telah
disetujui dan ditanda tangani oleh klien atau keluarga klien.
c. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium, radiologi dan sebagainya.
d. Pelayanan yang diberikan meliputi :
- Pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih mengutamakan
metode efektif terpilih (IUD, Implant dan Kontrasepsi Mantap).
- Pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi serta pelayanan ginekologis pada akseptor KB.
- Pelayanan rehabilitative yaitu berupa pelayanan infertilitas dan reversibilitas
(pemulihan kesuburan).
6. Pemantauan medis dan pemberian nasihat pasca Tindakan yang dilakukan oleh
tenaga medis.
7. Kunjungan control
Dapat dilakukan di RSAU dr. M. Hassan Toto atau fasilitas Kesehatan diluar RS
(Puskesmas, klinik, dokter/ bidan swasta) apabila klien sebelumnya merupakan
kiriman atau rujukan dari sarana pelayanan Kesehatan tersebut.

B. Tata Laksana Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


• Persiapan pasien dan lingkungan
I. Konseling pra pemasangan AKDR/IUD
KONSELING AWAL

1. Berikan informasi tentang KB suntik yang tersedia


2. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan dan
kedatangannya
3. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
4. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan dari
masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan metode
reversible):
5. Tunjukkan dimana dan alkon tersebut digunakan.
6. Jelaskan bagaimana cara kerja alkon.
7. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang
mungkin dialami
8. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien.
9. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
10. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
11. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
12. Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur
jarak kelahiran atau membatasi jumlah anaknya).
13. Tanyakan agama/ kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB.
14. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang
empati.
15. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
16. Jelaskan kemungkinan kemungkinan efek samping KB Suntik, sampai benar-
benar dimengerti oleh klien.
17. Siapkan lingkungan yang mendukung pelaksanaan tindakan, atur penerangan yang
cukup, jaga privasi klien.

II. Persiapan alat


a) Speculum
b) Bengkok
c) IUD set
d) Mangkok untuk larutan antiseptik
e) Kain kasa
f) Bak instrumen
g) Sarung tangan steril 2 pasang
h) penster klem
i) Tenakulum
j) Sonde uterus
k) Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi
l) Serviks
m) Larutan antiseptik (betadine, klorin, alkohol 70%).

III. Prosedur pelaksanaan


1) Jelasakan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit
sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah-langkah tersebut. Pastikan klien telah mengosongkan kending
kencingnya.
2) Mengatur posisi klien secara litotomi.
3) Mencuci tangan dengan sabun.
4) Menyiapkan kembali peralatan.
5) Memakai sarung tangan steril.
6) Periksa genitalia eksternal.
7) Melakukan vulva higine dengan alkohol 70%.
8) Memasukkan spekulum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.
Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
9) Lakukan pemeriksaan panggul.
10) Masukka lengan AKDR copper T 380 A di dalam kemasan sterilnya .
11) Mengusap portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem.
12) Masukkan sonde uterus untuk mengukur kedalaman uterus.
13) Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman uterus yang telah
diukur dengan sonde uterus.
14) Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR/IUD ke dalam kanalis
servikalis sampai ada tahanan.
15) Memegang dan menahan tenakulum dengan satu tangan dan tangan lain
menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong.
16) Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung
inserter setelah pendorong keluar.
17) Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis, potong benang
saat tampak keluar dari lubang tabung 3-4 cm.
18) Melepaskan tenakulum dan menekan bekas jeputan dengan kasa betadine
sampai perdarahan berhenti.
19) Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu
rendam di larutan klorin.
20) Masukkan peralatan lain ke dalam larutan klorin.
21) Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk
bersih.
22) Catat semua hasil tindakan.

IV. KONSELING PASCA PEMASANGAN AKDR


a) Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang harus
dilakukan bila mengalami efek samping.
b) Beritahu kapan klien harus datang kembali ke RS untuk control
c) Ajarkan klien bagaimana memeriksa benang AKDR/IUD dengan cara memasukkan
jari tengah dan telunjuknya ke dalam vagina untuk meraba benang IUD/AKDR yang
terselip di depan portio/leher rahim. Meminta klien menunggu di klinik selama 15-30
menit setelah pemasangan AKDR/IUD untuk mengamati.
d) Jadwalkan pasien untuk kontrol ulang.
e) Klien diberi kartu Akseptor dan dipesan kembali sesuai jadwal yang ditentukan
f) Selesai

C. Tata Laksana Pelayanan Pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


• Persiapan pasien dan lingkungan
I. Konseling pra pencabutan AKDR/IUD
A. Berikan informasi tentang KB suntik yang tersedia
B. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan dan
kedatangannya
C. Tanyakan alasan ingin mencabut AKDR (apakah klien ingin mengganti jenis KB
atau klien ingin program hamil).
D. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
E. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
F. Jelaskan proses pencabutan IUD dan apa yang akan klien rasakan pada saat
dan setelah pencabutan
G. Siapkan lingkungan yang mendukung pelaksanaan tindakan, atur penerangan
yang cukup, jaga privasi klien.

II. Persiapan alat


1) Speculum
2) Bengkok
3) Mangkok untuk larutan antiseptic
4) Kain kasa
5) Bak instrument
6) Sarung tangan steril 2 pasang
7) Penster klem
8) Tenakulum
9) Sonde uterus
10) Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi
11) Serviks
12) Larutan antiseptik (betadine, klorin, alkohol 70%).

III. Prosedur pelaksanaan


1) Jelasakan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit
sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah-langkah tersebut. Pastikan klien telah mengosongkan
kending kencingnya.
2) Mengatur posisi klien secara litotomi.
3) Mencuci tangan dengan sabun.
4) Menyiapkan kembali peralatan.
5) Memakai sarung tangan steril.
6) Periksa genitalia eksternal.
7) Melakukan vulva higine dengan alkohol 70%.
8) Lakukan pemeriksaan bimanual.
9) Memasukkan spekulum dan usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
10) Jepit benang yang terlihat dekat dengan serviks dengan klem dan Tarik keluar
benang dengan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR/ IUD.
11) Mengusap portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem.
12) Melepaskan tenakulum dan menekan bekas jeputan dengan kasa betadine
sampai perdarahan berhenti.
13) Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu
rendam di larutan klorin.
14) Masukkan peralatan lain ke dalam larutan klorin.
15) Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan
handuk bersih.
16) Catat semua hasil tindakan.

IV.KONSELING PASCA PENCABUTAN AKDR


a) Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang
harus dilakukan bila mengalami efek samping.
b) Konseling sesuai alasan klien untuk pencabutan AKDR.
c) Klien diberi kartu Akseptor dan dipesan kembali sesuai jadwal yang
ditentukan
d) Selesai

D. Tata Laksana Pelayanan KB Pil


I. Prosedur Pelaksanaan :
a) Calon peserta KB PIL mendaftar ke loket
b) Pengisian data calon peserta KB PIL ke kartu KI dan KIV KB
c) Pemeriksaan TTV
d) Lakukan anamnesa tentang riwayat penyakit pasien
e) Berikan Konseling tentang manfaat dan efek samping dari KB PIL kepada PUS.
II. KONSELING AWAL
a) Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan dan
kedatangannya.
b) Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
c) Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan dari
masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan metode
reversible).
d) Tunjukkan dimana dan alkon tersebut digunakan.
e) Jelaskan bagaimana cara kerja alkon.
f) Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah Kesehatan lain yang
mungkin dialami
g) Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien.
h) Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
i) Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
III. KONSELING PRA PEMBERIAN PIL DAN SELEKSI KLIEN
a) Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
b) Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur
jarak kelahiran atau membatasi jumlah anaknya).
c) Tanyakan agama/ kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB.
d) Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang empati.
e) Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
f) Jelaskan kemungkinan- kemungkinan efek samping pil, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
g) Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi.
h) Siapkan PIL KB
i) Menerangkan cara meminum PIL KB
j) Memberikan PIL KB
IV. KONSELING PASCA PEMBERIAN PIL
a. Ajarkan klien bagaimana cara memakai pilnya.
b. Ajarkan bagaimana jika klien lupa meminum pilnya.
c. Ajarkan kapan klien bisa memulai meminum pilnya.
d. Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang
harus dilakukan bila mengalami efek samping.
e. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke RS untuk kontrol.
f. Mendokumentasikan data klien di K/IV/K, di status pasien, dan register
kohort KB Beritahu pasien kapan harus kembali

E. Tata Laksana Pelayanan Metode Operasi


• Persiapan pasien dan lingkungan
I. Konseling metode operasi wanita (MOW)
a) Berikan informasi tentang KB suntik yang tersedia
b) Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan
dan kedatangannya
c) Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
d) Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan
dari masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan
metode reversible)
e) Tunjukkan dimana dan cara alkon tersebut digunakan.
f) Jelaskan bagaimana cara kerja alkon.
g) Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain
yang mungkin dialami
h) Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien.
i) Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
j) Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
k) Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
l) Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau membatasi jumlah anaknya).
m) Tanyakan agama/ kepercayaan yang dianut klien yang mungkin
menentang penggunaan salah satu metode KB.
n) Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang empati.
o) Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
p) Jelaskan kemungkinan kemungkinan efek samping KB Suntik, sampai
benar-benar dimengerti oleh klien.
q) Siapkan lingkungan yang mendukung pelaksanaan tindakan, atur
penerangan yang cukup, jaga privasi klien.
II. Prosedur pelaksanaan
a) Jelasakan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan.
b) Mengatur posisi klien secara litotomi.
c) Mencuci tangan dengan sabun.
d) Menyiapkan kembali peralatan.
e) Memakai sarung tangan steril.
f) Masukkan peralatan lain ke dalam larutan klorin.
g) Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan
handuk bersih.
h) Catat semua hasil tindakan.
III. KONSELING PASCA METODE OPERASI WANITA (MOW)
a) Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang
harus dilakukan bila mengalami efek samping.
b) Beritahu kapan klien harus datang kembali ke R S untuk control
c) Jadwalkan pasien untuk kontrol ulang.
d) Klien diberi kartu Akseptor dan dipesan kembali sesuai jadwal yang
ditentukan
e) Selesai

F. Tata Laksana Pelayanan KB Kondom


1. Persiapan Alat
Kondom
2. Langkah langkah :
a) Akseptor kondom datang
b) Petugas melakukan anamnesa dan mengkaji keluhan atau efek samping
yang mungkin dirasakan akseptor selama pemakaian alkon kondom
c) Bila ada, petugas memberikan tindak lanjut sesuai masalah
d) Bila tidak ada keluhan petugas memberikan alkon kondom sebanyak 12
buah
e) Petugas memberitahu kepada akseptor jika alkon kondom habis, akseptor
diminta datang kembali ke klinik
f) Petugas mencatat tindakan dalam rekam medic
g) Petugas mencuci tangan.
h) Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Menjaga privasi dan kenyamanan pasien

G. Tata Laksana Pelayanan KB Suntik


I. PERSIAPAN ALAT
- Obat suntik kontrasepsi suntikan progestin sesuai pilihan
- Spuit Disposable 3cc
- Kapas alkohol
- Tensimeter
- Timbangan BB
- Buku Register KB
- Kartu Akseptor
- Tempat Jarum
- Jarum disposable
- Bengkok
- Tempat sampah medis

II. PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. KONSELING AWAL
a. Berikan informasi tentang KB suntik yang tersedia
b. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan
dan kedatangannya
c. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
d. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan
dari masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan
metode reversible):
e. Tunjukkan dimana dan alkon tersebut digunakan.
f. Jelaskan bagaimana cara kerja alkon.
g. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain
yang mungkin dialami
h. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien.
i. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
j. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
k. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
l. Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau membatasi jumlah anaknya).
m. Tanyakan agama/ kepercayaan yang dianut klien yang mungkin
menentang penggunaan salah satu metode KB.
n. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang empati.
o. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
p. Jelaskan kemungkinan kemungkinan efek samping KB Suntik, sampai
benar-benar dimengerti oleh klien.
q. Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada
indikasi.
r. Anamnesa data pasien
s. Menjelaskan prosedur dan tujuannya (pada klien dan keluarga). Klien
sebelum memutuskan menggunakan kontrasepsi yang dipilih, harus dijelaskan
efek samping dan reaksi yang mungkin terjadi misal pola haid berubah, nafsu
makan bertambah dll.
t. Dilakukan penapisan : HPHT, paritas, riwayat persalinan yang lalu, nyeri
haid, penyakit yang pernah diderita
u. Klien setelah dilakukan pemeriksaan TTV, dipersilahkan naik di tempat tidur
v. Klien disiapkan dengan posisi miring , bagian pantat yang disuntik
dibersihkan dengan kapas alkohol
w. Obat yang sudah disiapkan di spuit, sebelumnya jarum injeksi diganti baru
x. Obat disuntikkan dengan cara tegak lurus sampai jarum masuk seluruhnya,
aspirasi
y. Setelah selesai jarum dibuang ditempat yang telah disediakan
z. Klien dirapikan , tindakan didokumentasikan

II. KONSELING PASCA PEMBERIAN KB SUNTIK


a) Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang
harus dilakukan bila mengalami efek samping.
b) Beritahu kapan klien harus datang kembali ke RS untuk kontrol.
c) Klien diberi kartu Akseptor dan dipesan kembali sesuai jadwal yang
ditentukan
d) Selesai

H. Tata Laksana Rujukan


i. Perencanaan Rujukan
Perencanaan rujukan ini dilaksanakan apabila pasien tersebut tidak dapat
ditangani di RSAU dr.M. Hassan Toto. Tata laksana rujukan sebagai berikut :
a) Komunikasikan rencana rujukan pada pasien apabila tidak dapat ditangani di
RSAU dr.M. Hassan Toto karena rujukan harus mendapat persetujuan dari pasien
dan keluarga. Petugas perlu memberi kesempatan dan pertimbangan jika
memungkinkan dalam menyampaikan hal-hal berikut :
1) Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan.
2) Alasan untuk merujuk.
3) Resiko yang timbul jika tidak dirujuk.
4) Resiko yang timbul saat dirujuk.
5) Mode dan cara transportasi yang digunakan.
6) Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan mode transportasi
lain.
7) Hubungi pusat layanan yang akan menerima rujukan.
8) Lengkapi dan kirim berkas berikut :
9) Formulir rujukan
10) Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi pasien saat ini.
11) Hasil pemeriksaan penunjang
12) Berkas lain untuk pembiayaan menggunkan jaminan kesehatan.
ii. Pelayanan Menerima Rujukan KB
Pelayanan ini dilakukan apabila pasien tersebut dating ke RSAU dr.M. Hassan Toto
yang berasal dari faskes lain. Tata laksana penerimaan rujukan sebagai berikut :
a. Menyiapkan petugas untuk menerima pasien
b. Pada saat menerima pasien rujukan jika telah ada komunikasi sebelumnya
crosscheck keadaan pasien dengan informasi yang sebelumnya diperoleh. Bila
belum ada komunikasi tanyakan hal-hal berikut :
1) Nama pasien
2) Nama petugas yang merujuk atau nama fasyankes yang merujuk
3) Indikasi rujukan
4) Kondisi pasien
5) Penatalaksanaan yang telah dilakukan selama dan sebelum dirujuk.
6) Kelengkapan berkas (formulir rujukan, fotokopi rekam medis yang berkaitan
dengan kondisi pasien saat dirujuk, hasil pemeriksaan penunjan, berkas-berkas
penunjang jaminan Kesehatan).
7) Memastikan kondisi pasien dengan melakukan pemerikasaan.
8) Jika pasien membutuhkan Tindakan medis pastikan pasien mendapat
penjelasan tentang prosedur yang dilaksanakan.
9) Persiapan pihak keluarga untuk memberikan persetujuan tindakan medis
dan diberikan penjelasan tentang prosedur yang dilaksanakan.

I. Tata Laksana Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan adalah keseluruhan proses pendataan pelaksanaan
pelayanan KB di Rumah sakit. Penggunaan buku register di rumah sakit dalam
pelayanan KB berisi data-data dasar semua pasien. Untuk pelaporan dilakukan setiap
6 bulan sekali dan akan dilaporkan langsung kepada kepala RSAU dr.M.Hassan Toto.
Dari data tersebut diharapkan dapat membantu untuk melakukan Analisa dan
pencatatan selama penanganan guna kepentingan dalam peningkatan mutu dan
kinerja pelayanan KB di rumah sakit.

BAB V
LOGISTIK
A. Sarana, Prasarana dan Peralatan
Sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di RSAU dr.M. Hassan
Toto dapat terpisah atau terintegrasi/bergabung dalam unit pelayanan kebidanan
dan kandungan, bedah dan unit pelayanan lainnya sesuai dengan kondisi rumah
sakit.
Adapun sarana, prasarana dan peralatan minimal yang harus tersedia dalam
pelayanan tersebut adalah :

No Jenis Lengkap Sempurna Paripurna Ket


Ruangan
1 R. Perlengkapan & peralatan √ √ √
2 R. Tunggu & pendaftaran serta KIE √ √ √
Medis
3 R. Konsultasi/konseling √ √ √
4 R. Periksa & Pelayanan kontrasepsi √ √ √
5 R. Khusus cuci tangan √ √ √
6 R. Operasi √ √ √
7 R. Perawatan pasca bedah √ √ √
8 R. Lab lengkap √ √ √
9 Kamar kecil /WC √ √ √
Peralatan Medis
1 Meja ginekologi √ √ √
2 Tensimeter √ √ √
3 Stetoskop √ √ √
4 Implant kit √ √ √
5 IUD Kit √ √ √
6 Vasektomi tanpa pisau (VTP) Kit √ √ √
7 Minilaparoskop kit - √ √
8 Laparoskop - √ √
9 Emergensi kit √ √ √
10 Sterilisator √ √ √
11 Alat suntik √ √ √
12 Perlengkapan & obat secukupnya √ √ √
untuk yang kontapIUD, Implant,
MOP, MOW
13 Histeroskopi - - √
14 Peralatan untuk rekanalisasi - - √
15 Peralatan penanggulangan infertilitas - - √
No Jenis Lengkap Sempurna Paripurna Ket
Peralatan Non Medis
1 Timbangan BB √ √ √
2 Tempat tidur periksa √ √ √
3 Bangku kecil untuk naik ke tempat √ √ √
Tidur
4 Meja alat √ √ √
5 Wastafel √ √ √
6 Bahan & Obat habis pakai √ √ √
7 Papan nama fasilitas pelayanan √ √ √
8 Lemari penyimpan alokon √ √ √

Persediaan Alokon
1 Kondom √ √ √
2 Pil KB √ √ √
3 Suntikan √ √ √
4 IUD √ √ √
5 Implant √ √ √

Media KIE & KIP / Konseling


1 Poster √ √ √
2 Lembar balik √ √ √
3 Kartu Informasi √ √ √
4 Media elektronik √ √ √

B. Sumber dan mekanisme distribusi Alat/ Obat Kontrasepsi (Alokon)


Alat atau obat kontrasepsi yang digunakan dalam pelayanan KB di RSAU
dr.M.Hassan Toto bersumber dari :
1. DP3AP2KB
2. APBD Provinsi, Kabupaten/Kota
3. Biaya Mandiri
4. Jamkesmas
5. Sumber lainnya
Biaya pelayanan KB di RSAU dr.M. Hassan Toto memliki beberapa komponen :
1. Konsul dokter
2. Tindakan, meliputi :
a. Jasa Pelayanan
b. Jasa Rumah Sakit
c. Bahan dan Alat Habis Pakai
3. Ayoman Pasca Pelayanan
Besaran biaya pelayanan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Mekanisme Distribusi

Alokon F/V/KB BKKBN


PUSAT

Gudang

BKKBN
F/V/KB PROVINSI

Gudang

Institusi KB DINKES
Kab/Kota
Kab/Kota
Gudang

RSAU

dr.M. Hassan Toto

PUSKESMAS PPLKB/Pengendali/K
F/V/KB INDUK oordinator/UPTD

PUSTU

Klinik swasta

PUSKESDES/
POLINDES

AKSEPTOR
C. Pencatatan dan Pelaporan
RSAU dr.M. Hassan Toto wajib melaksanakan pencatatan kegiatan pelayanan
PKBRS dilaporkan secara berkala ke Departemen Kesehatan dan disampaikan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pencatatan pelaksanaan layanan KB di RS memiliki 2 mekanisme yaitu :

1. Pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan formulir dari BKKBN yang


terdiri dari :
a. Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/08) yang digunakan oleh klinik KB
untuk melakukan pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat
didirikan dan untuk pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama, yang
dilakukan pada setiap awal tahun anggaran (bulan Januari).
b. Kartu Peserta KB (K/I/KB/08) yang digunakan sebagai tanda pengenal
dan bukti diri sebagai peserta KB.
c. Register Hasil Pelayanan KB di Klinik KB (R/I/KB/08)
d. Register Alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/08) yang digunakan untuk
mencatat penerimanaan dan pengeluaran, serta persediaan semua jenis
alokon di Klinik KB.
e. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/08) yang digunakan untuk
melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik untuk
peserta KB baru maupun ulang.
Institusi KB di Kab/Kota dapat mengambil laporan tersebut berkoordinasi
dengan Dinkes Kab/Kota apabila diperlukan.

2. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB di RS Suyoto mengikuti Sistem


Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang terdiri dari :
a. Pencatatan dalam rekam medik pasien.
b. Pencatatan dan pelaporan menggunakan :
1) Formulir RL 1, yang meliputi :
a) Kunjungan rawat jalan yang terdiri dari kunjungan baru dan
kunjungan ulang.
b) Metode kontrasepsi yang digunakan untuk peserta KB baru dan
kunjungan ulang berikut keluhan efek samping.
c) Kegiatan penyuluhan KB
d) Kegiatan rujukan KB meliputi rujukan pasien, pengiriman dokter
ahli ke sarana kesehatan lain dan kunjungan dokter ahli yang diterima.
2) Formulir RL 2a tentang data keadaan morbiditas pasien rawat inap.
3) Formulir RL 2b tentang data keadaan morbiditas pasien rawat jalan
dengan golongan sebab sakit : pengelolaan kontrasepsi (Z30) berdasarkan
umur dan jenis kelamin pasien.
4) Menggunakan format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB yang
digunakan oleh Dinkes Kab/Kota (lihat pedoman sistem pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB, Depkes 2009).
Untuk contoh kartu/formulir yang digunakan dalam sistim pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi terdapat dalam lampiran.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit lebih aman.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD (Kejadian Tidak Diinginkan) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD.

C. Standar Pasien Safety


1. Fisik:
a. Semua tempat tidur pasien harus mempunyai pagar penghalang di
setiap instalasi.
b. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
d. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan
sekali.
e. Tersedianya APAR.
f. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik.
g. Adanya pengaman dikamar mandi pasien di setiap instalasi.
h. Pintu toilet dibuka keluar.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)


a. Ketepatan identifikasi pasien.
b. Komunikasi yang efektif dengan pasien.
c. Keamanan pemberian cairan konsentrat.
d. Ketepatan tindakan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
e. Pengurangan resiko infeksi dari tindakan medis yang dilakukan.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik,
kimia, biologi di RS yang mungkin dapat menimbulkan dampak atau gangguan kesehatan
kerja pada petugas, pasien, dan pengunjung masuk sekitar rumah sakit. Pelayanan
PKBRS berkaitan erat dengan kegawatdaruratan pasien sehingga perlu pelayanan yang
aman sebagai upaya keselamatan bagi pasien dan petugas.

B. Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan.

C. Tatalaksana Keselamatan Karyawan


1. Fisik
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin, dan mudah
dibersihkan.
b. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan
mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
c. Pintu dapat dibuka dari luar.
d. Ventilasi AC terdapat filter bakteri.
e. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, biologi dan kimia setiap 6 bulan
sekali.
f. Tersedianya APAR.
g. Tersedianya fasilitas penanganan sampah medis.
h. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan.
i. Tersedianya instalasi pengelolaan air limbah.
j. Tersedianya tempat pembuangan limbah padat.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)


a. Tersedianya alat pelindung diri secara lengkap.
b. Terdapatnya baju ganti khusus petugas kamar bersalin.
c. Dilakukannya pemeriksaan (MCU) dan vaksinasi berkala untuk petugas
pelayanan disemua instalasi.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelayanan KB


di Rumah Sakit dr. M. Hassan Toto Kegiatan ini meliputi :

A. Evaluasi/ Penilaian dari Provider (internal)


Merupakan suatu proses untuk mengukur diri sendiri sejauh mana pelayanan yang
telah diberikan oleh provider yang bersangkutan sesuai dengan standar/pedoman yang
tersedia. Untuk melakukan penilaian tersebut, digunakan check list yang memuat
prosedur pelayanan yang sudah diberikannya. Dengan penilaian diri tersebut, secara
bertahap provider akan terus dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikannya
Pemantauan oleh Tim Jaga Mutu (eksternal).

Merupakan kegiatan untuk memantau kualitas pelayanan yang diberikan di RSAU dr.
M. Hassan Toto Pemantauan dimaksud antara lain mencakup mutu interaksi petugas-
klien melalui pengumpulan data, menilai hasil pemantauan dengan membandingkan
dengan pedoman pelayanan yang telah ditetapkan, identifikasi berbagai permasalahan
yang muncul berdasarkan hasil penilaian, menetapkan urutan prioritas penyelesaian
masalah dan mencari jalan keluar tersebut serta menilai keberhasilannya.

B. Akreditasi
Dalam akreditasi 5 pelayanan terdapat parameter yang mengukur pelayanan medik
termasuk pelayanan kontrasepsi mantap yang diberikan oleh RSAU dr. M. Hassan Toto
BAB IX

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. PKBRS dipandang sebagai prioritas dalam pelaksanaan program KB Nasional serta
perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Pelayanan KB di RS dr.M.Hassan Toto
mengikuti sistem manajemen pelayanan yang ada di RS dengan tetap berorientasi pada
keselamatan dan keamanan pasien. Pelaksanaan PKBRS berkoordinasi dengan lintas
program maupun lintas sektor terkait.

2. Pedoman PKBRS ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi
resiko kematian ibu dan bayi melalui peningkatan kualitas pelayanan KB.

3. Pedoman PKBRS merupakan pedoman bagi tenaga Kesehatan dan pengelola


program KB untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kontrasepsi dan Keluarga
berencana.

4. Pola ketenagaan dan kualifikasi personel merupakan modal utama organisasi unit
kerja untuk bekerja secara optimal dan memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
dan memuaskan.

5. Pelaporan yang rutin secara berkala merupakan sarana evaluasi pelayanan


kesehatan yang telah diberikan kepada pasien.

B. Saran
1. Pengembangan jumlah personil dan kualifikasi personil secara rutin dan berkala
sesuai kebutuhan di unit kerja terkait pelayanan PKBRS.

2. Perlu kegiatan orientasi dan pelatihan internal bagi tenaga kesehatan baru untuk
lebih mengenal dan memahami kegiatan dalam unit kerja terkait PKBRS.

3. Pentingnya diadakan rapat koordinasi secara berkala sebagai sarana memecahkan


permasalahan di unit kerja PKBRS

4. Rapat koordinasi terjadwal dan terstruktur di unit kerja PKBRS.


Demikian pedoman kerja pelayanan keluarga berencana rumah sakit (PKBRS)
Tahun 2022 sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan di RSAU dr.M. Hassan Toto.

Bogor, 12 Juli 2022


Mengetahui,
Kepala RSAU dr.M.Hassan Toto Ketua Tim PKBRS RSAU dr.M.Hassan Toto

dr.Hendro Yulieanto,M.S.,M.Han.,Sp.An.,Sp.K.P dr.Alex Chandra, Sp.OG


Kolonel Kes NRP 519706

Anda mungkin juga menyukai