A. Latar Belakang
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, jumlah
penduduk Indonesia berjumlah 237,641,326 jiwa yang mengalami
peningkatan sebesar 5,32% dari tahun 2007. Dengan Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP) sebesar 1,28% yang diperkirakan jumlah kelahiran di
Indonesia sebesar 5 Juta jiwa per tahun dan perkiraan angka keguguran
sebesar 3,5 juta per tahun. Sedangkan perkiraan persalinan yang terjadi di
Rumah Sakit 20%, Bidan praktek swasta 30% dan Puskesmas/Bidan
Pedesaan 50%. Mengingat besarnya jumlah kelahiran per tahun maka
diperlukan upaya untuk mengendalikan kelahiran melalui perencanaan
keluarga dengan menggunakan kontrasepsi terutama setelah melahirkan
atau mengalami keguguran.
Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia dan kurang
seimbangnya stuktur umur penduduk di propinsi merupakan masalah pokok
yang dihadapi dalam bidang kependudukan dan keluarga berencana
nasional. Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi disebabkan
masih tingginya tingkat kelahiran disatu pihak dan lebih cepatnya penurunan
tingkat kematian dilain pihak. Selain itu, struktur umur penduduk yang kurang
seimbang disebabkan oleh karena sebagian besar penduduk berumur muda
Salah satu arah kebijakan dan strategi BKKBN yang tercantum dalam
peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 6
tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional tahun 2020-2024, adalah meningkatkan akses dan
kualitas penyelengaraan KBKR, yang komperensif berbasisi kewilanyahan
dan focus pada segmentasi sasaran melalui focus strategi peningkatan
pengetahuan ibu dan keluarga khususnya pengasuhan, tumbuh kembang
anak dan gizi; perluasan cakupan KB dan kesehatan reproduksi berkualitas
sesuai karakteristik wilayah melalui penguatan kemitraan dengan pemerintah
daerah ; peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan reproduksi
bagi remaja dan praremaja yang responsive gender, peningkatan
kompetensi penyuluh KB/petugas Lapangan KB (PLKB).
Kesepakatan Internasional dalam International Conference of
Population andDevelopment (ICPD) di Kairo 1994 dengan paradigma
baru kesehatan reproduksi, telahmerubah orientasi yang semula
menempatkan manusia sebagai obyek menjadi subyekdalam
pengendalian kependudukan. Hak reproduksi memberikan kebebasan
kepadaperempuan untuk mengatur kehidupan reproduksinya termasuk
dalam menjalankanKeluarga Berencana (KB).
penguatan jejaring dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
khususnya TPMB, dokter swasta dan organisasi profesi: dan penguatan
advokasi, komnikasi, informasi, edukasi (KIE)Program Bangga Kencana serta
konseing KB dan Kesehatan Reproduksi secara komprehensif.
Tersedianya fasyankes merupakan salah satu standar dalam
penyelenggaraan KB. Kuantitas fasyankes yang memberikan pelayanan KB,
menjadi kunci utama dalam perluasan akses pelayanan KB bagi pasien usia
subur (PUS) diseluruh tingkatan wilayah. Berdasarkan laporan data potensi
faskes KB 3 (Tiga) tahun terakhir yaitu 2019-2021, terlihat fluktuasi jumlah
fasyankes yang memberikan pelayanan KB yang teregistrasi di BKKBN yaitu
tahun 2019 sebanyak 18.762 fasyankes, tahun 2020 sebanyak 17.722
fasyankes dan tahun 2021 sebanyak 18.243 fasyankes. Banyak kendala dan
tantangan yang dihadapi oleh pengelola data dan program KB, Baik di tingkat
pusat profinsi maupun kabupaten atau kota
Program Keluarga Berencana Nasioanal diatur dalam Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan. Keluarga Dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
produksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Pelaksanaan program KB yang dilaksanaan oleh BKKBN dirasakan
telah membuahkan hasil. Walaupun masih belum berhasil benar tetapi telah
mengalami kemajuan yang cukup besar. Banyak sekali kebiasaan yang ada
di masyarakat yang telah berubah. Program KB bertujuan untuk mengontrol
jumlah penduduk yang ada di negara ini. Jumlah penduduk yang ada di
negeri ini sudah lumayan cukup besar. Untuk suatu negara, penduduk kita
termasuk besar yakni lebih dari dua ratus juta jiwa. Angka yang cukup tinggi.
Oleh karena itu pemerintah berusaha menekan laju pertumbuhan penduduk
dengan program KB. Berbagai cara dilakukan oleh BKKBN dalam
mensukseskan program
A. KEGIATAN POKOK
1. Melaksanakan pemberian pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
dilakukan secara kontinyu dalam rangka Pelayanan Tim PKBRS sehari –
harinya mencakup pelayanan Konseling, KIE KB, KIE Kesehatan
Reproduksi, Pelayanan kontrasepsi, Pelayanan Medis ( efek samping,
kegagalan ).
a. Pelayanan KB yang diselenggarakan di rumah sakit mencakup
semua jenis alat/obat kontrasepsi baik jangka pendek maupun
jangka panjang dengan pelayanan penanganan efek samping,
komplikasi, kegagalan, rekanalisasi dan infertilitas, Pelayanan KB
terbagi menjadi beberapa Klasifikasi layanan yaitu :
1) Pelayanan KB Lengkap
adalah pelayanan Keluarga Berencana yang meliputi
pelayanan kontrasepsi kondom, pil/KB, suntik KB, Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD),
pemasangan/pencabutan implant, MOP (bagi yang
memenuhi persyaratan), serta penanganan efek samping dan
komplikasi pada tingkat tertentu sesuai kemampuan dan
fasilitas/sarana yang tersedia.Minimal tenaga yang tersedia
a) Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
b) Dokter Spesialis Bedah terlatih.
c) Dokter umum terlatih (jika tidak ada dokter spesialis).
d) Bidan terlatih.
e) Perawat terlatih.
f) Tenaga Konselor
g) Dokter Anestesi
2) Pelayanan konseling bagi calon peserta KB
Berupa pelanyanan dengan memberikan informasi disertai dengan
umpan balik
3) Melaksanakan rapat koordinasi dengan pelaksana pelayanan terkait
Tim PKBRS Tk.II Dr. R. Hardjanto secara berkala
4) Melaksanakan peningkatan standar kompetensi tenaga medis dokter,
perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya yang dilakukan secara
berkala serta berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit melalui seminar, symposium, pelatihan , workshop dan lain –
lain baik di adakan di internal RS maupun diluar RS.
5) Mengajukan sarana dan prasarana unit kerja TIM PKBRS Tk. II Dr.
R. Hardjanto Balikpapan.
6) Menyusun pedoman, melaksanakan program-program dan laporan
dalam meningkatkan mutu pelayanan Tim PKBRS Tk. II Dr. R.
Hardjanto Balikpapan
7) Menyusun laporan pelaksanaan pelayanan dan pelaksanaan program
kerja, serta rencana evaluasi program kerja Tim PKBRS Rumah
Sakit Tk. II Dr. R. Hardjanto Balikpapan
8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap program Tim
PKBRS Tk. II Dr. R. Hardjanto Balikpapan
b. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1) Mengadakan pertemuan berkala dengan Tim PKBRS RS Tk. II Dr.
R. Hardjanto Balikpapan minimal 3 bulan sekali.
2) Membahas rencana kegiatan, keberhasilan dan hambatan dalam
pelaksanaan program minimal 3 bulan sekali
3) Mengajukan pada pimpinan untuk penyelenggaraan peningkatan
kompetensi baik medis, perawat dan bidan yang dilakukan internal
maupun eksternal sesuai program
4) Mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana sesuai standar serta
melakukan follow up
5) Mengumpulkan laporan bulanan dan tahunan dari masing-masing
bagian yang selanjutnya dianalisa minimal 3 bulan, dan dilaporkan
kepada kepala Rumah Sakit tiap 1 tahun.
6) Membuat laporan setiap pelaksanaan kegiatan setiap bulannya
dengan menggunakan sistem NEW SIGA (Sistem Informasi
Gender dan Anak ) ke DP3AKB ( Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana ) kota
Balikpapan yang merupakan system pelaporan nasional
7) Mengadakan evaluasi dan rencana tindak lanjut terhadap hasil
analisa.
B PENCATATAN & PELAPORAN
1. RS wajib melaksanakan pencatatan kegiatan pelayanan PKBRS Pencatatan pelaksanaan
layanan KB di RS
2. Pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan Formulir dari BKKBN dan Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS)
C SISTIM RUJUKAN
1. Rujukan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari unit pelayanan KB di luar RS
ke RS lain dengan kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
2. Rujukan dapat berlangsung secara vertical dan horizontal, rujukan balik, rujukan eksternal
dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang dimiliki.
3. Rujukan internal berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan mekanisme kerja di
bagian terkait
D. MONITORING
1. Dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas/memperbaiki pelayanan kontrasepsi di Rumah
Sakit, yang cukup : Playanan SDM, Pembiayaan, Pelapor, Fasilitas.
2. Pemantauan dilakukan melalui : Analisis hasil pencatatan dan pelaporan, Pertemuan/Rapat
Koordinasi
3. Pemantauan internal dilakukan oleh Tim jaga Mutu RS yang bersangkutan dengan self
assessment yang dapat dilakukan 4 kali setahun
4. Pemantauan esternal oleh Tim Jaga Mutu dilakukan di fasilitas pelayanan KB di wilayah kerja
tim jaga mutu tersebut yang meliputi : monitoring kualitas (4kali/th), supervise fasilitatif (4
kali/tahun), audit medic pelayanan KB (berdasarkan kasus khusus dalam pelayanan KB),
pertemuan koordinasi tim jaga mutu (2 kali/tahun)
I. EVALUASI
Evaluasi terhadap pelaksanaan program pelayanan KB melalui pertemuan berkala atau sewaktu-
waktu bila diperlukan (Audit Medik Teknis, Rapat Program, Rapat Kerja) dan melalui feed back
pelaporan.Tolak ukur adalah kualitas pelayanan.
J. HASIL YANG DICAPAI
1. Pelaksanan program kerja pelanyanan keluarga berencana Rumah Sakit
a. Dalam Bab ini akan membahas tentang pelaksanan program kerja pelanyanan
keluarga berencana rumah sakit tahun 2022 yang secara umum. Program kerja PKBRS
mencakup pelanyanan yang memberikan pelanyanan Terhadap ibu pasca persalinan
oprasi SC atau Kuret untuk segera berKB dengan metode MOW atau pemasangan IUD
b. Terlaksananya program kerja PKBRS ini didukung oleh beberapa factor yaitu dukungan
dari menegemen rumah sakit, Sumber daya manusia yang memdai dan sarana dan
prasarana yang mencukupi Serta bekerja sama dengan dinas kb. Untuk unit yang
berkaitan langsung dengan pelanyanan KB ini adalah poli kandungan dan ok
2. Hasil dan evaluasi pelaksanan program
a. Pelanyanan program kb
Kb pasca persalinan
TAHUN 2022
APRIL 24 8 5 3 0 0 0 0 0 17.00%
MEI 22 5 3 2 0 0 0 0 0 23.00%
JUNI 20 7 5 3 0 0 0 0 0 35.00%
JULI 19 1 1 0 0 0 0 0 0 5.20%
AGUST 22 8 4 4 0 0 0 0 0 36.00%
US
SEPTE 16 4 0 3 0 0 0 1 0 25.00%
MBER
OKTOB 24 15 7 1 0 0 6 1 0 62.50%
ER
NOVEM 11 10 5 4 0 0 1 0 0 90.90%
BER
Chart Title
7
0
RI RI E T
RI
L EI NI LI US R ER R
A A
AR AP
M JU JU T BE B BE
NU B RU M US E M TO EM
JA FE AG PT OK V
SE NO
KB PASCA SALIN
KB PASCA SALIN
15
10
8 8
7
6
5 5
4
3
1
KB PASCA KEGUGURAN
N BULAN JUMLAH % KET
O. PERSALIN BER KB JENIS KONTRASEPSI
AN PASCA IUD MOW IMPLANT SUNTIK PIL KONDOM MO (4) / (3) x
PERSALINA P 100 %
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
JANUARI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
FEBRUARI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
MARET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
APRIL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
MEI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
JUNI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
JULI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
AGUSTUS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
SEPTEMBER 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
OKTOBER 1 1 0 0 0 0 0 1 0 100.00%
NOVEMBER 2 2 0 0 0 0 0 2 0 100.00%
K. PENUTUP
A. Kesimpulan
konseling yang berkualitas terhadap semua ibu pasca salin maupun pasca
pelanyanan PKBRS
Program PKBRS Sudah terlaksana sesuai dengan target yang telah di yang
telah di tetapkan oleh tim dan telah berjalan namun untuk pelaksanan diklat dan
pelatihan CTU masi belum dapat dilaksanakan dikarenakan masi dalam tahap
pengajuan
B. Saran
KB.
2. Agar dilakukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang baik dari tingkat
Tidak
SETUJU
Ya
Informed Consent KIE ULANG
Pemeriksaan Penunjang
Tidak
PERLU
Ya
Dilakukan Pelayanan KB