Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kamipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan–Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini. Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah KPKK Kebidanan. Tujuan lain dari penyusunan modul ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan akademis serta meningkatkan rasa tanggung
jawab seorang mahasiswa.

Kami menyadari Modul yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat membantu demi
terciptanya karya yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang. Semoga dengan
segala keterbatasan yang ada pada kami, modul ini dapat memberi manfaat kepada
semua pihak. Terima kasih.

Balikpapan,04 maret 2022

Penyusun
VISI & MISI

AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA

Visi AKBMB

Menjadi Institusi yang unggul di bidang Kesehatan pada tahun 2027 dengan
mengedepankan kualitas dan profesionalisme guna menghasilkan lulusan yang
berkarakter, berjiwa entrepreneur, dan memiliki kompetensi di bidang kesehatan serta
mampu bersaing di dunia kerja.

Misi AKBMB

1. Membudayakan dan menanamkan nilai moral dan agama sebagai asas


kepribadian danberkarakter.
2. Membangun potensi seluruh staf sebagai individu ataupun kelompok dalam
menghasilkan karya-karya akademik yang bermutu tinggi pada tingkatnasional.
3. Membangun atmosfer akademik yang kondusif dan proses belajar dengan
metode yang efektif dan efisien untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan
professional.
4. Mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi guna mendukung proses
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdianmasyarakat.
5. Membangun kerjasama kelembagaan dengan berbagai pihak baik di dalam
maupun di luarnegeri.
VISI & MISI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

Visi Program Studi DIII Kebidanan AKBMB

Menjadi Program Studi yang unggul di bidang Kebidanan dan memiliki komitmen
terhadap kualitas guna menghasilkan bidan yang professional, berjiwa entrepreneur,
dan berkarakter serta mampu bersaing di pasar kerja Nasional pada tahun 2027.

Misi Program Studi DIII Kebidanan AKBMB

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di bidang Kebidanan dengan


berlandaskan kompetensi secara efektif danefisien.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang kesehatan melalui
penelitian hibah internal maupuneksternal.
3. Mengembangkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.
4. Mengembangkan kerjasama di bidang pendidikan, peneitian, dan pengabdian
kepadamasyarakat.
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.......................................................................................................3

VISI&MISI........................................................................................................................4

A. AKADEMI KEBIDANANBORNEO MEDISTRA................................................4


B. PROGRAM STUDIDIIIKEBIDANAN................................................................5

DAFTARISI.....................................................................................................................6

BABIPENDAHULUAN....................................................................................................7

A. TUJUANINSTRUKSIONALUMUM..................................................................7
B. TUJUANINSTRUKSIONALKHUSUS...............................................................7

BABIIMATERI.................................................................................................................8
A. DEFINISI GENDERDAN SEKS.......................................................................8
B. LANGKAH-LANGKAH DALAM MANAJEMEN PELAYANAN
KEBIDANAN....................................................................................................9
C. PERENCANAAN DALAMPELAYANANKEBIDANAN....................................11
D. PEMANTAUANPELAYANANKEBIDANAN....................................................15

BAB III LATIHAN SOAL&PEMBAHASAN...................................................................17

RINGKASANMATERI....................................................................................................22

BABIVPENUTUP...........................................................................................................26

A. KESIMPULAN........................................................................................................26
B. SARAN...................................................................................................................26

REFERENSI...................................................................................................................27

GLOSARIUM.................................................................................................................28

BIODATAPENULIS.......................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM

1. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi gender danseks.


2. Mahasiswa mampu mengetahui Langkah-langkah dalam manajemenkebidanan.
3. Mahasiswi mampu mengetahui Perencanaan dalam pelayanankebidanan.
4. Mahasiswi mampu mengetahui Pemantauan pelayanankebidanan.

B. TUJUAN INSTRUKSIONALKHUSUS

Mahasiswa mampu memahami Kesehatan Perempuan & Perencanaan Keluarga,


Meliputi:
1. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi gender danseks.
2. Mahasiswa mampu mengetahui Langkah-langkah dalam manajemenkebidanan.
3. Mahasiswi mampu mengetahui Perencanaan dalam pelayanankebidanan.
4. Mahasiswi mampu mengetahui Pemantauan pelayanankebidanan.
BAB II

MATERI

A. ASUHAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN YANG


BERKAITAN DENGAN SISTEM REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF
GENDER

1. Gender. Pandangan masyarakat tentang perbedaan peran fungsi dan


tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman akibat konstruksisosial.
2. Seks. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dirumuskan perbedaan antara


gender dan seks dalam tabel sebagai berikut.

GENDER SEKS

1. Merupakan sifat yang melekat pada 1. Perbedaan biologis antara laki-laki


kaum laki-laki maupun perempuan dan perempuan titik laki-laki
yang dibentuk secara sosial maupun mempunyai penis dan menghasilkan
budaya titik misalnya bahwa sperma. Perempuan memilikirahim
perempuan dikenal lemah lembut,
2. Seksama di seluruh dunia bahwa
cantik, emosional atau keibuan.
perempuan bisa hamil sementara
Sementara laki-laki dianggap kuat
laki-laki tidak titik dari dulu hingga
rasional jantan danperkasa.
sekarang dan masa mendatang, laki-
2. Ciri dari sifat dalam gender bisa laki tidak mengalami menstruasi dan
dipertukarkan titik artinya ada laki-laki tidak dapathamil.
yang emosional lemah lembut,
3. Sebagai kuadrat, hanya bisa dirubah
sementara juga ada perempuan yang
bentuk fisik melalui tindakanmedis
kuat rasional, perkasa. Perubahanciri
tapi tidak merubah fungsidan
dan sifat sifat itu dapat berubah dari perannya.
waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat yang lain maupun dari suatu
kelas ke kelas lain.

3. Dapat dipelajari dan diteruskan


terutama melalui hubungan keluarga,
pendidikan media dan sebagainya.

1. Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar


Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk
menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang meliputi ibu
hamil, ibu bersalin maupun nifas dengan komplikasi obstetri yang mengancam jiwa ibu
maupun janinnya. Sasaran pelayanan kegawatdaruratan diperkirakan 28% dari ibu
hamil,
namun komplikasi yang mengancam nyawa ibu sering muncul secara tiba-tiba tidak
selalu bisa diramalkan sebelumnya, sehingga ibu hamil harus berada sedekat mungkin
pada sarana.
Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar(PONED)
PONED dapat dilayani oleh Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan
untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar Puskesmas PONED
merupakan Puskesmas yang siap 24 jam sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan
dari polindes dan Puskesmas. Polindes dan Puskesmas non perawatan disiapkan untuk
melakukan pertolonganpertama.

2. pelayanan obstetri neonatus emergency komprehensif.


Pelayanan PONEK (obstetri neonatal emergensi komprehensif) adalah suatu pelayanan
kedaruratan kasus maternal dan neonatal secara komprehensif danterintegrasi selama
24 jam melalui jejaring rujukan dalam suatu wilayah /daerah.
Rumah Sakit yang menyediakan Layanan PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit yang
memilki kemampuan dalam menyelenggarakan pelayanan Kedaruratan Maternal dan
Neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam
seminggu.

B. LANGKAH-LANGKAH DALAM MANAJEMENPELAYANAN


KEBIDANAN

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan, dan
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus
pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang yang diaplikasikan dalam
semua situasi titik akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke
dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

1. Langkahpengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien seperti hasil
anamnesa, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang.
Untuk dapat memperoleh data dapat dilakukan dengan:
a. Menanyakan riwayat kesehatan koma-koma kehamilan persalinan
nifas dan kondisipsikososial.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengankebutuhan.
c. Pemeriksaankhusus.
d. Pemeriksaanpenunjang.
e. Melihat catatan rekam medisklien.

Langkah ini menentukan pengambilan keputusan yang akan dibuat pada


langkah berikutnya, sehingga pekerjaan harus komprehensif meliputi data
subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan yang dapat
menggambarkan/menilai kondisi klien yang sebenarnya.

2. Langkah merumuskan diagnosa/masalahkebidanan


Bidan menganalisis data dasar yang diperoleh pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga
dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan. Diagnosa ini
dirumuskan dengan menggunakan nomenklatur kebidanan (diagnosa
yang sudah disepakati bersama oleh profesi). Masalah dirumuskan bila
bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap
kondisi yang dialami titik masalah dapat terjadi pada ibu tetapi belum
termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut
membutuhkan penanganan atau intervensi bidan, maka masalah
dirumuskan setelahdiagnosa.

3. Rangka mengantisipasi diagnosa atau masalahpotensial


Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melaksanakan asuhan kebidanan, bidan untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada/sudah terjadi titik
dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang
akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada bidan harus
dapat merumuskan tindakan yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah/diagnosa potensial yang akan terjadi.
Pada langkah antisipatif ini beda diharapkan selalu waspada dan
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini belum mendaftar jadi titik
langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman dan
dilakukan secara cepat karena sering terjadi dalam kondisi emergency.

4. Langkah menetapkan kebutuhan tindakansegera


Bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan
berdasarkan kondisi klien
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergency berdasarkan hasil
analisis data bahwa klien membutuhkan tindakan segera untuk
menyelamatkan jiwa Ibu dan bayinya.

5. Langkah menyusun rencana asuhan secaramenyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera ataupun rutin. Pada
langkah ini informasi data yang kurang dapat dilengkapi dengan
merumuskan tindakan yang sifatnya mengevaluasi/memeriksa kembali
atau perlu tindakan yang sifatnya follow up.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
penanganan masalah yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya
antisipasi (penyuluhan, konseling). Setiap rencana asuhan harus disetujui
oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut (informankonsen).
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan
teori yang aktif serta telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut
bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian ( evidencebased)

6. Langkahimplementasi
Merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh secara
efisien efektif dan aman. Pelaksanaan zakat dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau bersama dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Bila diputuskan bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam penatalaksanaan asuhan adalah dengan menjadi tanggung jawab
bidan titik penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

7. Langkahevaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan
di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang benar efektif dan dalampelaksanaannya.

C. PERENCANAAN DALAM PELAYANANKEBIDANAN

Komponen pelayanan maternal meliputi:


1) Preeklamsia maupuneklampsia
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat berdarsarkan kolaborasi
dengan dr.Sp.OG yaitu pemasangan infus RL 500 ml, injeksi MgSO4 40% dosis awal 4
gr atau 10 ml yang di aplus dengan larutan aqades yang di berikan secara IV. Di
lanjutkan dengan dosis pemeliharaan MgSO4 40% 6 gr di larutkan pada larutan infus
RL 500 ml dengan 28 tpm. Setelah di berikan penanganan awal di IGD PONEK pasien
di pindahkan ke ruang Nifas untuk di lakukan observasi lanjutan.

2) Tindakan obstetric ada pertolonganpertama.


3) Perdarahan pascapersalinan
Perbaikan keadaan umum dengan cara memberi infus RL 500 ml di tangan kanan dan
RL 500 ml dan Oksitosin 20 IU di tangan kiri. Pemberian RL 500 ml dan Oksitosin 20
IU mungkin dilakukan karena diagnosa di surat rujukan menunjukkan ibu mengalami
sisa plasenta. Berdasarkan prosedur tetap penanganan kegawatdaruratan maternal
bagi bidan (perdarahan postpartum) di RSU Kabupaten Tangerang stabilisasi pasien
dengan perdarahan yang pertama kali dilakukan adalah memastikan jalan napas bebas
dan berikan oksigen 6-10 liter / menit secara masking.24 Namun hal tersebut tidak
dilakukan pada Ny. K karena pada saat asuhan tanda-tanda vital (TTV) masih dalam
batas normal.

Asuhan selanjutnya adalah segera menghentikan perdarahan dengan melakukan


penjahitan pada luka robekan jalan lahir grade III A. Dalam proses penjahitan tersebut
hanya boleh dilakukan oleh dokter di rumah sakit rujukan. Hal ini sesuai dengan yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 dalam BAB III pasal 10 ayat (3) bahwa bidan dalam
memberikan pelayanan berwenang untuk melakukan penjahitan luka jalan lahir tingkat I
dan II.

Komponen pelayanan neonatal meliputi:

1) Asfiksia padabayi.
2) Gangguannafas.
3) Kejang pada bayi barulahir.
4) Infeksineonatal.
5) Rujukan dan transportasi bayi barulahir.

D. PEMANTAUAN PELAYANANKEBIDANAN

Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5063);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5607);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor6325);
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2012
Nomor 24,bTambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607)
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri KesehatannNomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Ikementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor945);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 954);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat KonsilTenaga Kesehatan Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor944);

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR


PROFESI BIDAN. KESATU : Standar profesi Bidan terdiri atas:

1. Standar kompetensi;dan
2. kode etik proitu

KEDUA : Mengesahkan standar kompetensi Bidan sebagaimana dimaksud


dalam Diktum KESATU huruf a, tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteriini.

KETIGA : Kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU


huruf b ditetapkan oleh organisasiprofesi.

KEEMPAT : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan
dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.

KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


BAB III

LATIHAN SOAL & PEMBAHASAN

A. LATIHANSOAL

1. 1. Definisi dari seksyaitu....


a. perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang secara
fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
b. Merupakan sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budayatitik
c. Ciri dari sifat dalam gender bisadipertukarkan
d. perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional ataukeibuan.
e. laki-laki dianggap kuat rasional jantan danperkasa

2. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yaitudari...


a. Pemeriksaankhusus
b. titik laki-laki mempunyai penis dan menghasilkan sperma. Perempuan
memilikiRahim.
c. Pola Asuh Lalai, Pola Asuh dengan KasihSayang
d. Pemeriksaanpenunjang.
e. Melihat catatan rekam medisklien

3. Dalam Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan


yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi,
salah satunya yaitu langkah pengkajian. Untuk dapat memperoleh data dapat
dilakukan denganlangkah.
a. 5 langkah.
b. 2 langkah.
c. 4 langkah.
d. 7 langkah.
e. 3 langkah.

4. Langkah-langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan terdapat beberapa


langkah, salah satunyayaitu...
a. Rangka mengantisipasi diagnosa atau masalahpotensial
b. Langkah menetapkan kebutuhan tindakansegera
c. Langkahimplementasi
d. Langkahpengkajian
e. Semua jawabanbenar.

5. Perencanaan dalam pelayanan kebidanan terdapat komponen pelayanan


maternalmeliputi...
a. Preeklamsia maupuneclampsia
b. Tindakan obstetric ada pertolonganpertama.
c. Perdarahan pascapersalinan
d. Infeksinifas.
e. Semua jawabanbenar.

6. Bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan intervensi,


tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan
kondisi klien adalah tindakan dalamlangkah...
a. Langkahimplementasi
b. Langkahevaluasi
c. Langkah menetapkan kebutuhan tindakansegera
d. Langkah menyusun rencana asuhan secaramenyeluruh
e. Rangka mengantisipasi diagnosa atau masalahpotensial

7. Dalam perencanaan pelayanan kebidanan terdapat komponen pelayanan


neonatal, ada berapakah komponen pelayananneonatal?
a. Ada 8.
b. Ada 3.
c. Ada 10.
d. Ada 5.
e. Semua jawabansalah

8. Dalam pemantauan pelayanan kebidanan Menimbang : bahwa sesuai


ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Standar Profesi Bidan. Mengingat berapakah undang-undang yang
ada didalamnya?
a. Terdapat 12undang-undang.
b. Terdapat 10undang-undang.
c. Terdapat 7undang-undang.
d. Terdapat 5undang-undang.
e. Semua jawabansalah.

9. Dalam pemantauan pelayanan kebidanan, standar profesi Bidan terdiriatas...


a. Standar kompetensi; dan kode etik proitu
b. Tentang Kesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia)
c. Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara RepublikIndonesia)
d. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia)
e. Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KonsilTenaga Kesehatan
Indonesia
10. Dalam pemantauan pelayanan kebidanan Menimbang : bahwa sesuai
ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Standar Profesi Bidan. Isi undang-undang nomor 2 yaitu:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor954);
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KonsilTenaga Kesehatan
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor944);
c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5336);
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5063);
e. Semua jawabansalah.

B. PEMBAHASAN
1. A. Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang secara fisik
melekat pada masing-masing jenis kelamin laki-laki danperempuan.
Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang
secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.

2. B. Titik laki-laki mempunyai penis dan menghasilkan sperma. Perempuan


memilikirahim.
Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan titik laki-laki mempunyai
penis dan menghasilkan sperma. Perempuan memiliki Rahim.
3. A. 5 langkah.
Dalam Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi,
salah satunya yaitu langkah pengkajian. Untuk dapat memperoleh data dapat
dilakukan dengan 5 langkah.

4. E. Semua jawabanbenar.
Langkah-langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan terdapat beberapa
langkah, yaitu Rangka mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial,
Langkah menetapkan kebutuhan tindakan segera, Langkah implementasi,
Langkah pengkajian.

5. E. Semua jawabanbenar.
5) Perencanaan dalam pelayanan kebidanan terdapat komponen pelayanan
maternal meliputi : Preeklamsia maupun eklampsia, Tindakan obstetric
ada pertolongan pertama, Perdarahan pasca persalinan, Infeksinifas.

6. C. Langkah menetapkan kebutuhan tindakansegera.


Bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan intervensi,
tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan
kondisi klien adalah tindakan dalam langkah menetapkan kebutuhan tindakan
segera.

7. D. Ada 5.
Dalam perencanaan pelayanan kebidanan terdapat komponen pelayanan
neonatal. Ada 5 komponen pelayanan neonatal.

8. E. Semua jawabansalah.
Dalam pemantauan pelayanan kebidanan Menimbang : bahwa sesuai
ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Standar Profesi Bidan. Undang-undang di dalam ini ada 8.

9. A. Standar kompetensi; dan kode etik proitu.


Dalam pemantauan pelayanan kebidanan, standar profesi Bidan terdiri atas
Standar kompetensi; dan kode etik pro itu.

10. C. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi


(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5336);
Dalam pemantauan pelayanan kebidanan Menimbang : bahwa sesuai
ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Standar Profesi Bidan. Isi undang-undang nomor 2 yaitu : Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5336);
RINGKASAN MATERI

A. DEFINISI GENDER DANSEKS


1. Gender. Pandangan masyarakat tentang perbedaan peran fungsi dan
tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman akibat konstruksisosial.
2. Seks. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.

B. LANGKAH-LANGKAH DALAM MANAJEMEN PELAYANANKEBIDANAN


Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan, dan
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus
pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang yang diaplikasikan dalam
semua situasi titik akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam
tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisiklien.
1. Langkahpengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien seperti hasil anamnesa, hasil
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang. Untuk dapat
memperoleh data dapat dilakukandengan:
a. Menanyakan riwayat kesehatan koma-koma kehamilan persalinan nifas
dan kondisipsikososial.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengankebutuhan.
c. Pemeriksaankhusus.
d. Pemeriksaanpenunjang.
e. Melihat catatan rekam medisklien.
Langkah ini menentukan pengambilan keputusan yang akan dibuat pada
langkah berikutnya, sehingga pekerjaan harus komprehensif meliputi data
subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan/menilai
kondisi klien yang sebenarnya.
2. Langkah merumuskan diagnosa/masalahkebidanan
Bidan menganalisis data dasar yang diperoleh pada langkah pertama,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan. Diagnosa ini dirumuskan
dengan menggunakan nomenklatur kebidanan (diagnosa yang sudah
disepakati bersama oleh profesi). Masalah dirumuskan bila bidan
menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kondisi yang
dialami titik masalah dapat terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan
penanganan atau intervensi bidan, maka masalah dirumuskan setelah
diagnosa.

C. PERENCANAAN DALAM PELAYANANKEBIDANAN


1. Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar dan pelayanan obstetri
neonatus emergencykomprehensif.
2. Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar(PONED)
PONED dapat dilayani oleh Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau
kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
dasar Puskesmas PONED merupakan Puskesmas yang siap 24 jam sebagai
rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan Puskesmas. Polindes
dan Puskesmas non perawatan disiapkan untuk melakukan pertolongan
pertama gawat darurat obstetri dan neonatal PPGDON dan tidak disiapkan
untuk melakukanPONED.
Komponen pelayanan maternal meliputi:
1) Preeklamsia maupuneklampsia
2) Tindakan obstetric ada pertolonganpertama.
3) Perdarahan pascapersalinan
4) Infeksinifas.

Komponen pelayanan neonatal meliputi:


1) Asfiksia padabayi.
2) Gangguannafas.
3) Kejang pada bayi barulahir.
4) Infeksineonatal.
5) Rujukan dan transportasi bayi barulahir.

D. PEMANTAUAN PELAYANANKEBIDANAN
Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan; Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor5063);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5607);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor6325);
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 24,bTambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5607)
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan
Pandangan masyarakat tentang perbedaan peran fungsi dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial
budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat
konstruksi sosial. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan
secara biologis yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin
laki-laki dan perempuan.
b. Saran
Semoga modul ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan asuhan kebidanan pada
perempuan terkait sistem produksi. Serta bermanfaat bagi institusi/bidan
sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan dalam meningkatkan
pelayanan asuhankebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jogloabang .2019. PP 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Peraturan


Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
(Kespro).https://www.jogloabang.com/kesehatan/pp-61-2014-kesehatan-
reproduksi
2. MARFIYANA ADINDA UMAR SAPUTRI. 2018. KARYA TULIS ILMIAH
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA NY “S” DENGAN KISTA OVARIUM DI RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR TANGGAL 18 JULI - 22 JULI TAHUN2018.
3. Mariana Amiruddin, Kesehatan dan Hak Reproduksi Perempuan Panduan untuk
Jurnalis, Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) dan the Japan Foundation, Jakarta:
2003.
4. Naimah. 2014. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KESEHATAN
REPRODUKSI PEREMPUAN DARI KEKERASAN BERBASISGENDER.
5. Undang-undamg Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga(PKDRT).
6. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan KonvensiMengenai
7. Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention OnThe
8. Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women(CEDAW)).
9. Konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan tahun
1979.
GLOSARIUM

1. ASI : air susuibu.


2. CHECKUP : Pemeriksaanfisik.
3. BBLR : Berat Badan BayiRendah.
4. HDL : Kadar kolestrolbaik.
5. HIV : Virus yang mengganggu kemampuantubuh.
melawaninfeksi.
6. IMS : Infeksi yang ditularkan melalui hubunganseks.
7. ISR : Infeksi saluranreproduksi.
8. KB : Keluargaberencana.
9. KONSEPSI : Peleburan dua gamet yang berupasel-sel
bernukleus untuk membentuk seltunggal.
10. KTP : Kekerasan terhadapperempuan.
11. LANSIA : Lanjutusia.
12. LDL : Kadar kolestrol tidakbaik.
13. SADARI : Tindakan skrining awal yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya benjolan pada payudarawanita.
14. SKRINING : Pemeriksaan sekelompok orang untukmemisahkan
orang yang sehat dari orang yang mempunyai
keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai risikotinggi.
15. RS : Rumahsakit.
BIODATA PENULIS

Nama : Dewi Tsabita A.

Tempat,tanggallahir : Makassar, 22 Maret2003

JenjangPendidikan : Pondok Modern Asy-SyifaBalikpapan

SMA Patra Dharma

Akbid Borneo Medistra Balikpapan

Motto : Sebaik apapun sifatmu, orang yang membencimu akan

menganggapmu buruk.

Nama : Friska Kusuma W.

Tempat,tanggallahir : Pontianak, 11 Juni 2001

JenjangPendidikan : SMPN 02 PontianakSelatan

SMK Kesehatan Bina Dharma

Akbid Borneo Medistra Balikpapam

Motto : Jadilah Kaya Agar Tidak Di Injak-

Injak.

Anda mungkin juga menyukai