Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena rahmat dan
karunianya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KONSEP
DASAR KESEHATAN REPRODUKSI”. Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk menunjang proses pembelajaran pada mata kuliah “KESEHATAN
MASYARAKAT”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khusus bagi kami dan umumnya bagi kita semua pembaca.
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................iii
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian..........................................................................................................3
B. Tujuan...............................................................................................................3
C. Cara Menjaga Organ Reproduksi......................................................................4
D. Cara Menjaga Kebersihan Saat menstruasi.......................................................4
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi............................5
F. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi......................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................7
A. Kesimpulan.......................................................................................................7
B. Saran..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Usia remaja adalah usia yang kritis. Secara biologis alat reproduksi
remaja sudah mencapai kematangan (sudah mengalami mimpi basah untuk
laki-laki dan sudah menstruasi untuk perempuan). Artinya mereka sudah
mampu aktif secara seksual. Tetapi norma-norma sosial dan agama membatasi
aktualisasi potensi itu sampai masuk ke jenjang pernikahan. Masa ini masa
yang potensial tetapi terlarang melakukan aktualisasi potensi seksual tersebut
seiring dengan makin dininya awal kematangan alat reproduksi (dibawah lima
belas tahun) dan naiknya rata-rata usia pernikahan pertama (di atas 20 tahun).
Mereka dituntut untuk mengendalikan dorongan seksualnya selama masa
tersebut. Pengendalian seperti ini memang sangat diperlukan. Dari sudut
pandang agama, pengendalian seperti ini dimaknai sebagai wujud ketakwaan
pada Tuhan. Sementara dari sudut pandang kesehatan reproduksi, menghindari
seks pra-nikah adalah cara terbaik untuk mencegah penularan infeksi menular
seksual dan kehamilan tidak dikehendaki.
Selain karena permasalahan tersebut di atas, Pendidikan Kesehatan
Reproduksi perlu diberikan karena remaja yang masih duduk di bangku
sekolah menyatakan setuju terhadap hubungan seks karena alasan akan
menikah (laki-laki mencapai 72,5% dan perempuan sebanyak 27,9%). Mereka
yang setuju karena alasan saling mencintai: laki-laki mencapai 71,5% dan
perempuan sebanyak 28,5% (Sybonete Research, 2004). Ada 86% remaja, baik
laki-laki maupun perempuan, yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya
masa subur. Pendidikan Kesehatan Reprodusi memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap dan perilaku
yang berkaitan dengan seksualitas dan reproduksi dengan metode monitoring
dan evaluasi yang bersifat partisipatif dan konstruktif.
Hambatan utamanya adalah justru bagaimana mengatasi pandangan
bahwa segala sesuatu yang berbau seks adalah tabu untuk dibicarakan oleh
orang yang belum menikah, karena remaja seringkali merasa tidak nyaman
atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan
1
reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan
berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa
orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian
mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi ?
2. Apa tujuan kesehatan reproduksi ?
3. Apa saja cara menjaga kesehatan reproduksi?
4. Apa saja cara menjaga kebersihan saat menstruasi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?
6. Apa saja cakupan pelayanan kesehatan reproduksi?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui tujuan kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi
4. Untuk mengetahui cara menjaga kebersihan saat menstruasi
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
6. Untuk mengetahui cakupan pelayanan kesehatan reproduksi
2
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya. Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan kondisi kesehatan yang
menyangkut masalah kesehatan organ reproduksi, yang kesiapannya dimulai
sejak usia remaja ditandai oleh haid pertama kali pada remaja perempuan atau
mimpi basah bagi remaja laki-laki. Sistem reproduksi sendiri diperlukan bagi
makhluk hidup untuk menghasilkan, melindungi, serta mengangkut sel telur
dan sperma.
Perempuan dan laki-laki memiliki sistem reproduksi yang berbeda, baik
dari segi bentuk, fungsi, maupun struktur yang mendukungnya. Organ dari
sistem reproduksi wanita meliputi vagina, rahim (uterus), ovarium, tuba falopi,
dan vulva. Sementara sistem reproduksi pria terdiri dari penis, testis, dan
skrotum (buah zakar).
B. Tujuan
Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi kepada setiap individu dan pasangannya secara
komprehensif, khususnya kepada remaja agar setiap individu mampu menjalani
proses reproduksinya secara sehat dan bertanggungjawab serta terbebas dari
perlakuan diskriminasi dan kekerasan, termasuk di dalamnya pengakuan dan
penghormatan atas hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual sebagai bagian
integral dari Hak Asasi Manusia.
Tujuan khusus dari pengembangan sistem pendidikan dan pelayanan
Kesehatan Reproduksi bagi remaja adalah untuk melindungi remaja dari resiko
pernikahan usia dini, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, Infeksi
Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS dan kekerasan seksual. Pemberian akses
pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja diharapkan dapat
meningkatkan kemandirian remaja dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya termasuk kehidupan seksualitasnya, sehinga hak-hak kesehatan
reproduksinya dapat terpenuhi dalam meningkatkan kualitas hidup serta
3
kualitas keturunannya baik fisik, mental dan sosialnya serta terbebas dari rasa
takut, tindakan kekerasan dan diskriminasi
1. Pakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak berbau atau lembab.
2. Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat.
3. Pakaian dalam (CD) diganti minimal 2 kali sehari.
4. Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan tidak lembap.
5. Bagi wanita, hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih, deodoran,
bedak, dan vaginal douche karena dapat menyebabkan kulit kelamin
rentan iritasi.
6. Bagi wanita, sesudah buang air kecil, membersihkan alat kelamin
sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang agar kuman yang
terdapat pada anus tidak masuk ke dalam organ reproduksi.
7. Bagi wanita yang mulai memasuki masa menstruasi sebaiknya
memperhatikan kebersihan alat reproduksi saat menstruasi.
8. Bagi laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat agar mencegah
terjadinya infeksi bakteri dipenis
9. Hindari menggunakan celana terlalu ketat.
10. Gaya hidup sehat
4
Bagi wanita yang sering mengalami nyeri saat menstruasi, mengompres
perut bagian bawah dengan air hangat, melakukan olahraga yang teratur, dan
istirahat yang cukup mampu membantu mengurangi rasa nyeri. Akan tetapi,
bila nyeri terjadi hingga berhari-hari dan menggangu aktivitas, sebaiknya
hubungi dokter untuk mengonsultasikannya
5
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual, dsb).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi memiliki konsep bahwa setiap orang dapat
mempunyai suatu kepuasan dan kehidupan seks yang aman dan
bertanggungjawab. Oleh karena itu adalah hak setiap remaja untuk diberi
informasi dan mendapatkan akses terhadap kesehatan reproduksi dan seksual
yang benar, lengkap dan jujur yang memungkinkan mereka dapat membuat
pilihan dan keputusan yang bertanggungjawab berkaitan dengan hak-hak
kesehatan reproduksi dan seksualnya.
Kebanyakan orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan
informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab
mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-
nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau
sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang
mendapatkannya dari orang lain. Keengganan para orang tua untuk
memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan
oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai
kesehatan reproduksi (pendidikan seks/ kespro).
B. Saran
Diharapkan setiap orang harus mempunyai pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi. Untuk seorang bidan bisa memberikan pengetahuan dan
wawasan tentang kesehatan reproduksi kepada masyarakat dengan cara
bersosialisasi supaya masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatan
reproduksinya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016).
Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, Pusat Data dan Informasi (2015).
World Health Organization (2017).