Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI SEPANJANG USIA

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi


Dosen Pengampu : Dr. Hj. Een Kurnaesih, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 - Kesehatan Reproduksi 2D

Assyifa Ramadhani 2310713114


Denisya Marshaluna Dinanti 2310713065
Reynanda Sabrina 2310713098
Sabrina Salsabila Nuranisa 2310713118

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Hj. Een
Kurnaesih, SKM, M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Reproduksi yang
senantiasa membimbing kami. Makalah yang berjudul “Kesehatan Reproduksi Sepanjang
Usia” ini diajukan untuk memenuhi penugasan pada mata kuliah Kesehatan Reproduksi UPN
“Veteran” Jakarta. Makalah ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang penjelasan
mengenai siklus kesehatan reproduksi sepanjang usia untuk mahasiswa/i Kesehatan
Masyarakat.

Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna dan banyak terdapat kekurangan di dalamnya karena keterbatasan pengetahuan
yang dimiliki. Oleh karena itu, kami selalu menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah ini. Terakhir, besar harapan penulis
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk menambah pengetahuan dan
menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Jakarta, 5 Maret 2024

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 6
2.1 Siklus Kesehatan Reproduksi Sepanjang Usia............................................................................ 6
2.2 Perubahan yang Terjadi di Tiap Tahap Usia................................................................................7
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi........................................................9
2.4 Gizi Kesehatan Reproduksi......................................................................................................... 9
BAB III................................................................................................................................... 14
PENUTUP.............................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah aspek penting dari kesejahteraan manusia yang berkaitan
dengan fungsi sistem reproduksi baik pada pria maupun wanita. Seiring dengan perubahan
zaman dan perkembangan masyarakat, pentingnya pemahaman dan perhatian terhadap
kesehatan reproduksi sepanjang usia semakin mendapat sorotan yang lebih besar. Kesehatan
reproduksi mencakup berbagai tahap kehidupan, mulai dari masa anak anak hingga masa
lanjut usia.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi


sepanjang rentang usia dan menggali berbagai aspek penting yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi individu. Dengan memahami aspek kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan, diharapkan masyarakat dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan
reproduksinya, mencegah masalah kesehatan yang mungkin timbul, dan mengoptimalkan
kualitas hidup secara keseluruhan.

Pentingnya kesehatan reproduksi tidak hanya berkaitan dengan aspek fisik, tetapi juga
melibatkan dimensi psikologis dan sosial. Sebagai contoh, dalam fase remaja, pemahaman
tentang perkembangan fisik, psikologis, dan emosional menjadi krusial untuk membentuk
sikap dan perilaku yang sehat terkait dengan seksualitas. Di sisi lain, pada usia dewasa,
pemahaman tentang perencanaan keluarga, kesehatan reproduksi saat hamil, dan upaya
pencegahan penyakit menular seksual menjadi kunci penting dalam memastikan kesehatan
reproduksi yang optimal.

Perubahan pola hidup, tekanan lingkungan, dan dinamika sosial merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, melalui makalah ini, akan
diuraikan faktor-faktor tersebut dan bagaimana mereka berkontribusi pada kondisi kesehatan
reproduksi pada setiap tahap kehidupan. Selain itu, akan dibahas juga solusi yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan kesadaran dan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan
reproduksi.

Dengan demikian, diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembaca, terutama mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang
kesehatan reproduksi sepanjang usia. Kesadaran dan pengetahuan yang baik tentang
kesehatan reproduksi tidak hanya menciptakan individu yang sehat secara fisik dan mental
tetapi juga mendorong terbentuknya masyarakat yang peduli dan mendukung upaya
pencegahan serta perawatan kesehatan reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana siklus kesehatan reproduksi konsepsi, bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia?

4
2. Apa saja perubahan yang terjadi pada tahap konsepsi, bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?
4. Apa saja gizi yang berperan dalam masalah kesehatan reproduksi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana siklus kesehatan reproduksi konsepsi, bayi,
anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tahap konsepsi, bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, dan lanjut usia
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
4. Untuk mengetahui gizi apa saja yang berperan dalam masalah kesehatan reproduksi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Siklus Kesehatan Reproduksi Sepanjang Usia


Fungsi dan proses reproduksi dapat dilihat dari kondisi kesehatan selama siklus
kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi atau yang biasa disebut masa lansia.

2.1.1 Konsepsi
Masa konsepsi adalah masa yang dimulai dari pertemuan antara sel telur dengan sel
sperma di dalam alat genetalia interna perempuan yaitu tuba falopi. Tahap konsepsi
yang menjadi pokok utama tumbuh kembang janin dalam rahim adalah interaksi
antara janin-ibu-plasenta dan pusatnya pada ruang intervilus.

2.1.2 Bayi dan Anak


Masa bayi dan anak-anak dikelompokan lagi menjadi beberapa kategori, antara lain:
- Masa bayi baru lahir (newborn) dimulai saat bayi pertama kali lahir ke dunia
sampai usianya 10–15 hari
- Masa bayi (babyhood) dimulai sejak usia bayi menginjak 2 minggu sampai usia
2 tahun
- Masa anak-anak awal (early childhood) dimulainya masa awal anak-anak pada
umur 2--6 tahun
- Masa anak-anak akhir (later childhood), anak-anak mulai tumbuh dan
mengakhiri masa anak-anaknya di usia 6–12 tahun

2.1.3 Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dari periode anak menuju dewasa dimana pada
masa ini remaja mengalami banyak perubahan mulai dari perubahan biologis,
perubahan psikologis, maupun perubahan sosial. Pada masa ini juga manusia
mengalami pubertas dan biasanya ditemukan banyak masalah kesehatan akibat
menstruasi pada remaja wanita.

2.1.4 Dewasa
Usia dewasa atau biasa disebut usia subur dimulai dari usia 18 sampai 40 tahun, usia
ini merupakan usia yang sehat untuk kehamilan. Pada periode ini masalah kesehatan
berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan
tuntutan karir.

6
2.1.5 Lanjut Usia
Merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaaan. Menurut WHO pengertian lansia
digolongkan menjadi 4 yaitu:
- Usia pertengahan ( middle age) 54–59 tahun
- Lanjut usia ( Elderly) 60–74 tahun
- Lanjut usia tua ( Old) 75–90
- Lansia sangat tua ( Very Old) diatas 90 tahun

2.2 Perubahan yang Terjadi di Tiap Tahap Usia


Sistem reproduksi manusia pasti mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia.
Sistem reproduksi mulai bekerja sebagaimana fungsinya. Seiringan dengan itu, terdapat
ciri-ciri yang menjadi tanda berkembangnya sistem reproduksi manusia. Mulai dari masa
konsepsi hingga masa lansia.

2.2.1 Konsepsi
Pada masa konsepsi terjadi penurunan sifat bawaan mental psikologis anak, jenis
kelamin anak juga dapat dilihat pada masa ini, serta memastikan apakah anak yang
akan lahir tunggal atau kembar.

2.2.2 Bayi dan Anak


Perubahan yang dapat kita lihat dari bayi 0–1 tahun adalah perubahan dan
pertumbuhan yang amat cepat, berkurangnya ketergantungan anak pada ibunya dan
awal munculnya individualitas, mulai belajar mengenal orang lain diluar dirinya dan
orang tuanya, dan adanya keingintahuan yang sangat besar walau koordinasi otot dan
kekuatan fisik belum sempurna.
Sedangkan pada bayi cukup bulan dapat dicirikan dari pembentukan genitalia interna
telah sempurna, folikel pada kedua ovarium telah lengkap, genitalia eksterna telah
terbuka, bayi masih membawa pengaruh estrogen yang didapat saat dalam kandungan,
seperti epitel vagina relative tebal dan Ph vagina 5 pada minggu pertama dan kedua
setelah lahir

2.2.3 Remaja
Perubahan fisik yang cukup mencolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan
laki-laki memasuki usia antara 9-15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tumbuh
menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi juga terjadi perubahan-perubahan di
dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. Perubahan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas
ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada
laki-laki.
Pada masa remaja organ seksual mulai berfungsi, baik untuk reproduksi maupun
rekreasi (mendapat kenikmatan). Terjadi perubahan penampilan, bentuk maupun
proporsi tubuh, serta fungsi fisiologis. Hormon yang mulai berfungsi juga

7
mempengaruhi dorongan seks. Sehingga remaja mulai tertarik dengan lawan jenis dan
ingin mendapat kepuasan seksual.

2.2.4 Dewasa
Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan
kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Gangguan yang sering muncul pada
usia ini adalah endometriosis yang ditandai dengan nyeri haid, kram haid, nyeri
pinggul saat hubungan seksual, sakit saat buang air besar, atau buang air kecil, namun
ada juga sebagian wanita tidak mengalaminya

2.2.5 Lanjut Usia


Ada beberapa tahap sebelum manusia mengalami masa lanjut usia, diantaranya:
1. Klimakterium
Merupakan masa peralihan yang normal berlangsung beberapa tahun sebelum dan
sesudah menopause. Terbagi atas beberapa fase:
a. Sebelum menopause. Kira-kira dimulai 6 tahun sebelum menopause, defisiensi
fungsi organ reproduksi mulai turun, kadar estrogen mulai turun dan kadar hormon
gonadotropin mulai meningkat sampai timbulnya keluhan tanda-tanda menopause.
b. Selama menopause. Terjadi selama berlangsungnya menopause, rentang 1–2 tahun
sebelum 1 tahun sesudah menopause.
c. Sesudah menopause. Berlangsung mulai 6-7 tahun sesudah menopause. Pada Fase
ini kadar estrogen sudah pada titik terendah sesuai dengan keadaan senium.
2. Menopause
Merupakan periode berhentinya haid secara alamiah atau suatu masa dimana seorang
wanita mengalami pendarahan haid terakhir dan tidak pernah mendapatkan haid lagi.
Perubahan yang dapat terjadi pada masa menopause:
a. Perubahan psikis. Hal ini bergantung pada masing-masing individu. Pengetahuan
yang cukup akan membantu wanita dalam memahami dan mempersiapkan dirinya
menjalani masa menopause.
b. Perubahan fisik. Meliputi: kulit menjadi kendur, kulit menjadi kering, payudara
mulai lembek, vagina menjadi kering, kulit menjadi mudah terbakar terkena matahari,
epitel vagina menipis, dispareunia, perasaan panas dan berkeringat pada malam hari,
tidak dapat menahan air seni, hilangnya jaringan penunjang, penambahan berat badan,
nyeri tulang dan sendi, gangguan mata.
3. Senium
Pada masa ini telah terjadi keseimbangan hormonal yang baru. Perubahan yang terjadi
adalah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses menjadi tua,
dan cenderung terjadi osteoporosis.

8
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi manusia. Secara umum
faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi manusia dikelompokkan menjadi 4, antara
lain:

2.3.1 Faktor sosial-ekonomi dan demografi


Faktor ini berkaitan dengan tingkat kemiskinan di masyarakat, tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah tentang perkembangan seksual dan reproduksi sehingga
masalah kesehatan reproduksi masih dianggap tabu bagi masyarakat, serta tinggal di
daerah terpencil sehingga sulit menjangkau layanan kesehatan.

2.3.2 Faktor budaya dan lingkungan


Praktek tradisional, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, serta mitos-mitos yang
tidak asing ditelinga masyarakat Indonesia juga dapat berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi. Banyaknya kebudayaan dan adat istiadat di Indonesia membuat
sebagian besar masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai budaya dan bahkan tak
jarang yang lebih percaya akan pengobatan tradisional.

2.3.3 Faktor psikologis


Faktor psikologis ini dapat timbul dari masalah keluarga , seperti keretakan orang tua,
komunikasi yang buruk antar keluarga, ataupun cara pola asuh orang tua yang dapat
menimbulkan trauma bagi anak, depresi, dan membuat anak kehilangan rasa
kebebasan juga merupakan faktor pemicu masalah kesehatan reproduksi.

2.3.4 Faktor biologis


Faktor biologis masalah kesehatan reproduksi diantaranya disebabkan oleh cacat sejak
lahir maupun cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dimana
organ reproduksi sudah tidak bekerja sebagaimana fungsinya.

2.4 Gizi Kesehatan Reproduksi


Reproduksi manusia membutuhkan zat gizi yang cukup. Asupan zat gizi harus diperhatikan agar
mencapai kematangan seksual. Gizi seimbang akan menentukan kesehatan organ reproduksi. Berikut
diuraikan beberapa zat gizi yang berperan dalam kesehatan reproduksi.
2.4.1 Karbohidrat
Ketika premenstruasi, tidak jarang orang maja mengalami penurunan atau
penekanan nafsu makan akibat hormon estrogen. Perubahan asupan energi
tersebut belum didukung data pasti. Ada yang berpendapat bahwa karbohidrat
merupakan sumber peningkatan asupan energi selama fase luteal, sedangkan
yang lain berpendapat bahwa konsumsi soft drink yang mengandung gula
cenderung meningkatkan selama fase luteal. Dengan demikian, maka selama

9
fase luteal terjadi peningkatan asupan makanan energi. Akan tetapi, remaja
cenderung mengkonsumsi fast food yang kurang akan zat-zat gizi yang secara
tidak langsung akan menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat gizi makro dan
mikro. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus menerus, maka akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh dan terganggunya fungsi reproduksi seperti
gangguan menstruasi.

2.4.2 Protein
Unit pembangun dari protein adalah asam amino. Arginin adalah asam amino
yang berfungsi memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah
kemandulan. Sumber arginin dari bahan makanan adalah ikan, daging sapi,
ayam, kacang-kacangan. Kedelai dan hasil olahan seperti tempe dan tahu
merupakan sumber phytoestrogen.

2.4.3 Lemak
Lemak memegang peranan penting sebagai sumber asam lemak esensial yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai pengangkut vitamin larut lemak. Tubuh
seorang wanita harus mempunyai simpanan lemak dalam bentuk jaringan adiposa
sebagai persiapan menyusui. Menstruasi wanita tidak akan teratur kalau tidak
memiliki simpanan lemak 20% dari total berat badan.
Asam lemak esensial seperti asam lemak omega 3, mengonsumsi asam lemak
omega-3 dalam makanan sehari-hari akan mengurangi nyeri haid. Ikan tuna
dan salmon mengandung asam lemak omega 3.

2.4.4 Vitamin
Kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendorong kelebihan prostaglandin
yang dapat memfasilitasi terjadinya Dysmenorrhea. Agar remaja tidak mengalami
gangguan haid tersebut, dibutuhkan zat gizi mikro yang penting dalam mengurangi
kejadian Dysmenorrhea primer.

2.4.5 Vitamin A
Kurang vitamin A (KVA) dikaitkan dengan asupan makanan mengandung vitamin A
yang rendah, frekuensi penyakit infeksi yang tinggi serta siklus reproduksi. Vitamin
A, C, dan E sebagai antioksidan berfungsi menangkal serangan radikal bebas terhadap

10
dinding sperma dan ovum. Wortel, ubi merah, buah warna kuning dan orange seperti
mangga dan sayur daun hijau merupakan sumber beta-karoten untuk maturasi sperma.
Asparagus juga kaya dengan kandungan vitamin A dan C yang bermanfaat dalam hal
kesuburan dan membangkit libido. Kecukupan vitamin A untuk remaja dan dewasa
adalah 500-600 Re per hari. Defisiensi mikronutrien dihubungkan dengan turunnya
fungsi imunitas sehingga mempengaruhi frekuensi, lama dan keparahan penyakit
infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian infeksi selama kehamilan
meningkat pada ibu dengan defisiensi vitamin A, zat besi dan seng termasuk infeksi
pada saluran reproduksi.

2.4.6 Vitamin C
Vitamin C berfungsi meningkatkan kesuburan, memperkuat sistem imun, dan
membantu penyerapan zat besi . Buah - buahan, seperti stroberi, kiwi, alpukat, jambu,
jeruk, mangga serta sayuran hijau kaya akan vitamin C yang dapat meningkatkan
jumlah sperma dan mobilitasnya. Kecukupan vitamin C untuk remaja dan dewasa
adalah 50-90 mg/hari.

2.4.7 Vitamin E
Vitamin E sangat penting bagi sistem reproduksi. Vitamin E mendukung produksi
sperma dan hormon-hormon seks serta mencegah kerusakan DNA sperma.
Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh- tumbuhan, terutama minyak
kecambah gandum dan biji-bijian seperti biji labu kuning.

2.4.8 Asam Folat


Asam folat juga berfungsi dalam pembentukan hemoglobin. Selama hamil dan
menyusui wanita memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi. Sumber asam
folat adalah sayuran berwarna hijau tua, kol dan keluarga kol, buah-buahan seperti
stroberi, biji-bijian, daging, susu dan sereal yang difortifikasi. Asparagus juga
memiliki kandungan asam folat yang cukup tinggi.

2.4.9 Vitamin B6
Vitamin B6 dapat meningkatkan kesuburan wanita. Sumber vitamin B6 adalah ikan,
ayam, telur, pisang, wortel, brokoli.

11
2.4.10 Vitamin B12
Vitamin B12 diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Vitamin B12 dapat
menambah dan meningkatkan kualitas sperma. Sumber dalam makanan meliputi hati,
daging merah, ikan, telur dan susu. Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia
pernisiosa. Kecukupan vitamin B12 untuk usia 10-12 tahun adalah 1,8 ug/hari, dan
usia 13 tahun ke atas 2,4 ug/hari.

2.4.11 Zat Besi


Zat besi penting untuk transportasi darah dan oksigen di dalam tubuh. Kaum
perempuan perlu menjaga keseimbangan proses ovulasi. Ikan tuna dan salmon
mengandung zat besi yang tinggi yang membantu merangsang produksi sel darah
merah untuk mengganti kehilangan darah selama menstruasi. Sumber zat besi juga

terdapat dalam hati, daging, kacang-kacangan, maupun sayur-sayuran.

2.4.12 Kalsium
Kalsium merupakan zat gizi mikro yang memiliki peran dalam mengurangi
Dysmenorrhea. Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju.

2.4.13 Seng
Seng sangat diperlukan untuk pematangan seksual. Bagi pria seng membantu menjaga
fungsi organ seksual, produksi sperma dan melincahkan sperma.
Sumber seng paling baik adalah protein hewani, terutama daging, hati, ayam, telur,
kerang, rajungan, lobster, ikan salmon. Serealia tumbuk, kacang- kacangan dan biji
labu kuning juga merupakan sumber yang baik.

2.4.14 Magnesium
Magnesium adalah mineral penting dalam mempertahankan otot. Wanita dengan
kekurangan magnesium akan menghasilkan otot yang terlalu aktif sehingga
menyebabkan nyeri haid dan gejala yang hebat
Sayuran hijau adalah sumber utama magnesium, kacang- kacangan dan biji- bijian
merupakan sumber magnesium yang baik, seperti tepung kedelai, tahu, tempe, kacang
mete, jagung manis, dan almond. Sedangkan buah- buahan umumnya mengandung
sedikit magnesium.

12
2.4.15 Selenium
Selenium merupakan antioksidan yang berperan mencegah oksidasi sel-sel sperma.
Kekurangan selenium dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Sumber utama
selenium adalah daging merah, hati dan makanan dari laut.

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam membahas kesehatan reproduksi sepanjang usia, ditemukan sejumlah faktor yang
memainkan peran penting dalam mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Bab ini
menguraikan berbagai aspek yang melibatkan perubahan fisik, pengetahuan, akses terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi.

Pentingnya pemahaman mendalam terhadap perubahan fisik pada setiap tahap kehidupan,
terutama pada masa remaja dan lanjut usia, menjadi landasan utama dalam menjaga
kesehatan reproduksi. Faktor-faktor seperti pendidikan, pengetahuan, dan akses terhadap
layanan kesehatan reproduksi membentuk dasar bagi individu untuk mengambil keputusan
yang cerdas terkait perencanaan keluarga, pencegahan penyakit menular seksual, dan
perawatan kesehatan reproduksi secara umum.

Pentingnya pendidikan seksual yang komprehensif menjadi sorotan dalam membentuk


perilaku dan sikap yang sehat terkait dengan seksualitas. Pendidikan ini tidak hanya
memberikan informasi tentang aspek biologis, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan
emosional yang penting dalam membentuk pemahaman yang seimbang.

Dengan demikian, faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi perlu diperhatikan. Lingkungan yang bersih dapat mendukung kesehatan
reproduksi yang optimal. Gaya hidup sehat, termasuk pola makan turut berkontribusi pada
kesehatan reproduksi

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. (2022). Kesehatan Reproduksi Remaja : Permasalahan dan Upaya Pencegahan.


Kemenkes Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/29/kesehatan-reproduksi-remaja-permasalahan-dan-
upaya-pencegahan

Dewantari, N. M. (2013). Peranan gizi dalam kesehatan reproduksi. Jurnal skala husada,
10(2), 219-224

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2018). Modul Kespro


PATBM

Wulandari, R. (2020). Modul Kesehatan Gizi Reproduksi, Universitas Kusuma Husada.


Surakarta

Yusuf, Rahmi Novita dkk .(2021). “Kesehatan Reproduksi Sepanjang Daur Hidup Wanita”.
Stikes Syedza Saintika, 20–36

15

Anda mungkin juga menyukai