Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Disusun Oleh :
1) Ainia Nurul Izzah / 02
2) Andhini / 09
3) Aurelline Hero Putri Tjahjono / 16
4) Dzurrotun Khoirun Nisa’ / 23
5) Fatimatuzzahro / 30
6) Lusi Cahya Murniati / 37
7) Mulinda Rahma Wulandika / 42
8) Mutiara Rahmadeni / 44

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga makalah berjudul “Kesehatan Reproduksi Remaja” dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Remaja. Makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu karena dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Domas Nurchandra Pramudia, SST., M.Keb., selaku dosen pengajar mata kuliah
Konsep Kebidanan
2. Tim PJMK Asuhan Kebidanan Remaja
3. Seluruh teman-teman kelompok 2 Reguler A

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 1 Maret 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah kelompok tentang kesehatan reproduksi remaja ini disusun guna menyelesaikan
tugas kelompok Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Remaja Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.

Disusun oleh seluruh anggota kelompok 2 dari Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Tanggal : 1 Maret 2021

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Remaja

Domas Nurchandra Pramudia, SST., M.Keb


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
2.2 Penanganan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
2.3 Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

1.2.1.1 Sebagai sumber pengetahuan dan bahan pembelajaran bagi mahasiswa


kebidanan tentang kesehatan reproduksi remaja

1.2.1.2 Sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Remaja Prodi D4 Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Untuk lebih memahami tentang definisi kesehatan reproduksi remaja

1.2.2.2 Untuk lebih memahami tentang tujuan layanan kesehatan reproduksi


remaja

1.2.2.3 Untuk lebih memahami tentang hak – hak remaja terkait dengan
kesehatan reproduksi

1.2.2.4 Untuk mengetahui lebih jauh mengenai masalah kesehatan reproduksi


remaja

1.2.2.5 Untuk mengetahui lebih jauh mengenai penanganan masalah kesehatan


reproduksi remaja

1.2.2.6 Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengembangan program


pendidikan kesehatan reproduksi remaja.

1.3 MANFAAT

Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui makalah ini antara lain: Merupakan bahan
pembelajaran, sumber pengetahuan dan pengalaman bagi penulis utamanya mengenai
Kesehatan Reproduksi Remaja. Diharapkan dengan penyusunan makalah ini, penulis
nantinya menjadi lebih siap dalam menghadapi materi sebenarnya selama pembelajaran di
kampus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Menurut Indah milanti dkk tahun 2017, masalah reproduksi yang dapat dialami oleh
remaja adalah:

1. Seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan di usia remaja dan tertularnya
penyakit menular seksual.
2. Perdarahan diluar haid (perdarahan yang terjadi di antara 2 haid). Hal ini disebabkan
oleh kelainan organik ( polip, tumor ovarium, perlukaan serviks, dll)dan kelainan
hormonal( kelainan pada rantai hormonal hipotalamus- hipofisis dan ovarium)
3. Haid yang tidak lancar. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon (FSH,
LH, GnRH) dipengaruhi oleh stres, indeks massa tubuh, dan aktivitas fisik. Stress
mempengaruhi hormon FSH-LH yang tidak teratur menyebabkan hormon estrogen
dan progesteron yang tidak teratur juga. Aktivitas yang tinggi dapat mempengaruhi
peningkatan kadar LH. Sedangkan lemak yang berlebihan dalam tubuh
mempengaruhi meningkatnya hormon estrogen yang mengakibatkan umpan negatif
pada GnRH sehingga mengakibatkan terganggunya hormon FSH.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

1. Faktor demografis- ekonomi

Faktor ekonomi mempengaruhi kesehatan reproduksi seseorang dengan


kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup, mempengaruhi akses pendidikan.
Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang menjadi kurang berpengalaman atau
mempunyai wawasan untuk melakukan suatu pekerjaan yang berpengaruh langsung
pada tingkat perekonomian mereka. Kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya
pendidikan pada seseorang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan mengenai
perkembangan seksual dan Proses reproduksi, usia pertama dalam melakukan
hubungan seksual, menikah, dan hamil. Minimnya pengetahuan berhubungan dengan
pemberdayaan diri dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi dan dapat menjadi penyebab tidak langsung dalam kematian ibu. Faktor
demografis yang kurang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi seseorang yang
disebabkan oleh akses untuk ke pelayanan kesehatan yang kurang, rasio remaja tidak
sekolah tinggi, lokasi atau tempat tinggal yang terpencil. (Prijatni, I, Rahayu, 2016)

2. Faktor budaya dan lingkungan

Faktor budaya di lingkungan masyarakat sangatlah melekat. Dari semua


tahapan kehidupan seseorang sebuah kebudayaan sangat berperan penting di
kehidupan bermasyarakat di pandangan kebudayaan dari tiap daerah yang berbeda
dapat menyebabkan ketidak Sinambungan antara kehidupan bermasyarakat dan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan kesehatan seksual Mereka. Salah satu contoh
permasalahan kebudayaan adalah antara lain untuk menjadi seorang wanita yang
sesungguhnya dan telah melewati proses pernikahan haruslah memiliki keturunan
atau hal ini dapat memerlukan seluruh anggota keluarga dari pihak wanita maupun
pria.

3. Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi seseorang. Hal


ini dapat terjadi apabila seseorang memiliki ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak
berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi yang dapat
menjatuhkan harga diri seseorang.

4. Faktor biologis

Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaan organ reproduksi atau cacat


sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan
gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada alat
reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi di atas dapat
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu
adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak
hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.

2.2 Penanganan Masalah Reproduksi Remaja

Berdasarkan masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya
penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut :
1. Gizi seimbang = Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi = Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap
proses reproduksi, serta cara menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat
remaja lebih bertanggung jawab. Terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat
berpikir ulang sebelum melakukan hal yang dapat merugikan.
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual =
a. Selalu waspada, terutama saat sedang berada di tempat publik, termasuk di
kendaraan umum.
b. Bekali diri dengan semprotan merica atau alat pembela diri lainnya.
c. Lakukan perlawanan, salah satunya dengan memukul kelamin pelaku.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA =
a. Jangan pernah untuk mencoba-coba menggunakan narkotika, kecuali atas
dasar pertimbangan medis atau dokter.
b. Mengetahui akan berbagai macam dampak buruk narkoba.
c. Memilih pergaulan yang baik dan jauhi pergaulan yang bisa mengantarkan
kita pada penyalahgunaan narkotika.

2.3 Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

2.3.1 Pentingnya Pendidikan Reproduksi Remaja

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah


sebagaimana ditunjukkan oleh hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
tahun 2007. Sebanyak 13% remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisiknya dan
hampir separuhnya (47,9% tidak mengetahui kapan masa subur seorang perempuan.
Adapun yang memprihatinkan kita semua adalah, pengetahuan remaja tentang cara
paling penting untuk menghindari infeksi HIV masih terbatas. Hanya 14% remaja
perempuan dan 95% remaja laki-laki menyebutkan pantang ber hubungan seks, 18%
remaja perempuan dan 25% remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta
11% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah
pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindar dari
HIV/AIDS.
Sementara itu, data dari Kemenkes tahun 2010 menunjukkan bahwa hampir
separuh (47,8%) kasus AIDS berdasarkan usia juga diduduki oleh kelompok usia muda
(20-29 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seks berisiko terjadi pada usia
remaja. Oleh karena itu, rendahnya pengetahuan tersebut menjadikan pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksual penting untuk diberikan.

2.3.2 Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja

Promosi Kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual dan intelektual. Kesehatan bukan
hanya perubahan gaya hidup, namun berkaitan dengan perubahan lingkungan yang
diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Perubahan
gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabungan antara beberapa faktor (Kholid,
2012):

a. menciptakan lingkungan yang mendukung

b. mengubah perilaku

c. meningkatkan kesadaran

Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang pengaruhi status kesehatan
(Blum). Upaya intervensi perilaku dalam bentuk (Kholid, 2012):

a. Tekanan (enforcement)

1. dalam bentuk peraturan, tekanan dan sanksi,

2. perubahan cepat tapi tidak langgeng.

b. Edukasi (education)

1. melalui persuasi, himbauan, ajakan, kesadaran dll,

2. perubahan lama tapi dapat langgeng.

Dimensi Intervensi Perilaku

a. Perubahan perilaku: perubahan dari perilaku yang tidak kondusif ke yang


kondusif bagi kesehatan.
b. Pembinaan perilaku: mempertahankan perilaku sehat.
c. Pengembangan perilaku: membiasakan hidup sehat bagi remaja.

Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1984)

a. Advokasi (advocacy): agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang


menguntungkan kesehatan.
b. Dukungan sosial (social support): agar kegiatan promosi kesehatan mendapat
dukungan dari tokoh masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment): agar masyarakat mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya.

2.3.3 Progam Kesehatan Peduli Remaja

Salah satu program pokok puskesmas yang menitikberatkan kegiatannya pada


remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan
remaja. Remaja mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang
perlu diketahui remaja. Remaja berada dalam masa transisi atau peralihan dari masa
anak-anak untuk menjadi dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang
tetapi secara psikis atau kejiwaan belum matang. Oleh karena itu, kelompok anak usia
remaja dianggap termasuk dalam kelompok berisiko untuk terkena berbagai masalah
termasuk kesehatan reproduksi.

a. Karakteristik kebijakan program


1. Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender dalam penyediaan
pelayanan.
2. Tidak mensyaratkan persetujuan orang tua.
3. Tidak menghalangi pemberian pelayanan dan produk kesehatan untuk remaja.
4. Tidak membatasi sasaran pelayanan berkaitan dengan status.
b. Karakteristik staf pemberi pelayanan
1. Petugas yang memiliki kompetensi dalam memberikan pelayanan kesehatan
remaja.
2. Peduli, memahami dan tertarik pada masalah remaja.
3. Menghormati privasi dan kerahasiaan klien.
4. Memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi secara baik dengan klien dapat
dihubungi sewaktu-waktu.
5. Tersedianya konselor sebaya.
c. Karakteristik prosedur pelayanan
1. Klien dapat berkunjung sewaktu-waktu tanpa perjanjian.
2. Waktu tunggu harus sesingkat mungkin.
3. Biaya pelayanan terjangkau.
4. Ada kaitan dengan pelayanan sosial lainnya.
d. Karakteristik partisipasi remaja
1. Remaja terpapar informasi mengenai keberadaan pelayanan dan memanfaatkannya.
2. Aktif berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pelayanan.
e. Karakteristik lingkungan
1. Tidak ada stigma.
2. Lokasi terjangkau dan nyaman.
3. Waktu pelayanan sesuai.
4. Material KIE cukup.
5. Privasi ruang periksa, ruang konseling dijamin.

2.3.4 Pemberian Informasi dan Edukasi

1. Dilaksanakan didalam atau diluar gedung, baik secara perorangan atau


berkelompok.
2. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah, atau
dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan)
puskesmas.
3. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group discussion (FGD),
diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media
elektronik (radio, email, dan telepon atau hotline, SMS).
4. Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap,
dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua, guru) dan
mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak
menggurui serta perlu bersikap santai.
DAFTAR PUSTAKA

Badan KBPMPP. 2016. “Cara Pencegahan Penyalah Gunaan Narkoba”.


https://dinp3ap2kb.slemankab.go.id/2016/02/cara-pencegahan-penyalahgunaan-narkoba/ .
Diakases pada tanggal 01 Maret 2021.

Hertiwi, nina, putri. 2020. “Kekerasan Seksual: Jenis, Dampak, dan Pencegahan yang Bisa
Dilakukan”. https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/kekerasan-seksual-
jenis-dampak-dan-pencegahan-yang-bisa-dilakukan/amp . Diakses pada tanggal 01 Maret
2021.

Meilan, Nessi, Maryanah, dkk. 2018. Kesehatan Reproduksi Remaja. Malang: Wineka
Media.
Redaksi Halodoc, 2018. “Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja”.
https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-pengetahuan-kesehatan-reproduksi-bagi-remaja
. Diakses pada tanggal 01 Maret 2021

Atikah Rahayu, SKM, MPH, dkk. 2017. Buku Ajar akesehatan Reproduksi Remaja dan
Lansia. Surabaya: Airlangga University Press.

Miswanto. 2014. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada


Remaja. Jurnal Studi Pemuda. 3(2): 118-119.

Anda mungkin juga menyukai