Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANALISIS KASUS KESEHATAN REPRODUKSI

PADA REMAJA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Kesehatan Reproduksi
Dosen Pengampu : Hj. Mamlukah, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :
Risa Fatilah CMR0160055

S1 Kesehatan Masyarakat ( III/B )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah dengan judul Analisis Kasus Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja

Tujuan kami menganalisis studi kasus ini adalah untuk


mengetahu cara mencegah emanggulagi kasus kesehatan reproduksi di
masyarakat dan untuk memenuhi tugas mata Kesehtan Reproduksi.
Dengan terwujudnya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Hj. Mamlukah, SKM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah


Dasar Kesehatan Lingkungan .
2. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak bekerjasama dalam
penyusunan da mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan masih banyak kesalahan


dan kekurangannya serta jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran dan kritikannya dari pembaca dan semua pihak.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca serta semua pihak lainnya.

Kuningan, 17 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Reproduksi3

2.1.1. Definisi Kesehatan Reproduksi 3

2.1.2. maslah kesehatan Reproduksi 4

A. Kehamilan Yang Tidak Diinginkan 4

B. Aborsi5

C. Infeksi Menular Seksual 6

BAB III Pembahasan

3.1. Contoh Kasus 9

3.2. Pencegahan sexs Bebas Pada Remaja 10

3.3. Peran Kesehatan Masyarakat dalam menanggulangi Sexs Bebas10

BAB III PENUTUP

4.1. Kesimpulan 12

4.2. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk


mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai
oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan
seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-
kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap
berbagai masalah kesehatan reproduksi. Resiko kesehatan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, misalnya tuntutan untuk
menikah muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ reproduksi,
ketidaksetaraan jender,kekerasan seksual, dan pengaruh media massa
maupun gaya hidup.

Upaya untuk menuju reproduksi sehat sudah harus dimulai paling


tidak pada usia remaja. Remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan,
sikap maupun tindakannya kearah pencapaian reproduksi yang sehat
(WHO, 1995 dalam Sianturi, 2000). Kelompok remaja menjadi perhatian
karena jumlah mereka yang besar dan rentan serta mempunyai resiko
gangguan terhadap kesehatan reproduksi.

1.1. Rumusan Masalah

Berdsarkan latar belakang diatas rumusan maslahnya yaitu :


1. Bagaiamana upaya mencegah terjadinya sexs bebas pada remaja ?
2. Bagaiamana upaya menanggulangi terjadinya sexs bebas pada
remaja

1
1.2. Tujuan

Berdsarkan latar belakang diatas rumusan maslahnya yaitu :

1. mempelajari masalah perilaku berisiko yang terkait dengan


kesehatan reproduksi pada remaja di Kota Makassar.
2. Menjelaskan cara mencegah terjadinya sexs bebas pada remaja
3. Menjelaskan cara menanggulangi terjadinya sexs bebas pada
remaja

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Reproduksi

2.1.1. DefinisiKesehatan Reproduksi

Menurut WHO (1992) Sehat adalah “ suatu keadaan sejahtera fisik,


mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. (Situmorang, 2003). menurut WHO
tersebut yaitu : “ keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik,
mental dan sosial, dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau gangguan
di segala hal yang berkaitan
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN,2010), kesehatan reproduksi adalah Adalah suatu keadaan sehat
mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan
material yang layak, berdakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, spritual
memiliki hubungan serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga dan
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Situmorang,2003).
menyatakan bahwa kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan
hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Implikasi difinisi
kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu memiliki
kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu
menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan apapun,
kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturuna.

3
Kesehatan reproduksi remaja menurut Darwisah (2002) adalah
sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja.
Pengertian sehat tersebut tidak semata-mata berarti terbebas dari penyakit
atau kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Pada
masa ini, seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat
menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali
dengan informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai
faktor yang ada di sekitarnya.
luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi, (Widyastuti et
al, 2010) yaitu :
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
termasuk PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan kompliasi aborsi.
d. Kesehatan reproduksi remaja.
e. Pencegahan dan penangganan infertilitas.
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula, dll.

2.1.2. Maslah Kesehatan Reproduksi


Menurut Depkes (2013), masalah-masalah kesehatan reproduksi
remaja yang sering terjadi antara lain masalah hubungan seks pranikah
yang mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi,
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS serta masalah kekerasan
seksual yang dialami remaja.

A. Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD)


Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kondisi dimana
pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari

4
kehamilan. Kehamilan bias merupakan akibat perilaku seksual baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Keadaan yang bias dilakukan
remaja jika mengalami kehamilan yang tidak diinginkan seperti
mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi). Bila
kehamilan dipertahankan, akan membawa resiko baik fisik, psikis, maupun
sosial (Soetjiningsih, 2004).
Kehamilan usia remaja merupakan kehamilan beresiko tinggi sebab
dapat menyebabkan kematian waktu hamil dan melahirkan 3-4 kali
dibanding kematian ibu yang berumur 20 -35 tahun. Begitu pula dengan
bayinya. Resiko kematian bayi dan ibu remaja sekitar 2-3 kali
dibandingkan dengan kematian bayi dari ibu yang berusia 20-35 tahun
(Depkes. RI, 2013).
Sebab dari kehamilan yang tidak diinginkan sendiri adalah
ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang
dapat menyebabkan kehamilan, akibat perkosaan, diantaranya perkosaan
oleh teman kencan, tidak menggunakan kontrasepsi, kegagalan alat
kontrasepsi akibat mereka menggunakan alat tanpa disertai pengetahuan
yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar atau kegagalan alat
kontrasepsinya (efektifitas) sendiri (BKKBN, 2010)
B. Aborsi
Aborsi spontan (abortus spotane) adalah keguguran yang terjadi
secara alamiyah atau tidak disengaja. Aborsi buatan (abortus provokatus)
adalah usaha pengguguran dengan sengaja. Ada dua cara yang tidak aman
secara medis (self treatment/unsafe abortion). Alasan remaja memilih
aborsi adalah :
1. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
2. Takut pada kemarahan orangtua.
3. Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
4. Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum
menikah.

5
5. Tidak mencintai pacar yang menghamili.
6. Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan karena
kehamilan terjadi akibat perkosaan, terlebih bila pemerkosa tidak
dikenal oleh si remaja putri.
Aborsi pada kalangan remaja sering cenderung bersifat self
treatment karena aborsi di Indonesia illegal, sehingga remaja mengalami
KTD tidak dapat mengakses pelayanan aborsi. Tenaga medis tidak mau
mengambil resiko melakukan aborsi kecuali atas indikasi medis.
Tidak semua remaja mencoba pergi ke dukun karena takut
konsekuensi negative dari layanan yang tidak hygiene dan tidak
professional. Mereka mencoba usaha-usaha self treatment karena percaya
pada cerita atau pengalaman orang lain (biasanya teman/sahabat mereka)
dan mempercayai bahwa usaha-usaha itu akan berhasil menggugurkan
kandungan mereka.

C. Infeksi Menular Seksual (IMS)


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang menyerang
organ kelamin seseorang dan sebagian besar ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vaginal,
oral, maupun anal. Adapun jenis-jenis IMS adalah sebagai berikut :

1) Gonore/GO (kencing nanah)


Gonore disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhea. Masa
inkubasinya 2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh. Gejala yang terjadi
pada pria adalah keluarnya cairan berwarna putih dari uretra (lubang
kencing), kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri, mulut uretra
bengkak dan agak merah. Sedangkan pada wanita gejalanya adalah
terdapat keputihan (cairan vagina), kental, berwarna kekuningan, rasa
nyeri di rongga panggul seperti rasa sakit saat haid.

6
Akibat yang dapat ditimbulkan adalah penyakit radang panggul,
kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada bayi yang dilahirkan,
memudahkan penularan HIV, lahir muda, cacat bayi, lahir mati.

2) Sifilis (Raja Singa)


Penyebabnya adalah Bakteri treponema pallidum dengan masa
inkubasi 2-6 minggu, dan kadang-kadang 3 bulan sesudah kuman masuk
ke tubuh melalui hubungan seksual. Tubuh akan bereaksi dengan gejala
bintil/bercak merah di tubuh, luka pada kemalua tanpa rasa nyeri (biasanya
tunggal) dan kadang-kadang bias sembuh sendiri, tanpa gejala klinis yang
jelas, kelainan syaraf, jantung, pembuluh darah dan kulit.
Akibatnya jika tidak diobati akan menyebabkan kerusakan berat
pada otak dan jantung, dapat menyebabkan keguguran, bayi dalam
kandungan ikut tertular, lahir cacat, dan memudahkan penularan HIV.

3) Herpes Genitalis
Penyebabnya adalah virus herves simple dengan masa inkubasi 4-7
hari setelah virus masuk ke dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau
rasa kesemutan pada tempat virus masuk. Gejala selanjutnya adalah bintil-
bintil berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada kemaluan,
kemudian pecah meninggalkan luka kering berkerak, lalu hilang sendiri,
gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri pada tahap awal,
biasanya hilang dan timbul, kambuh apabila ada factor pencetus (seperti
stress) dan menetap seumur hidup.

4) HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus .Virus
ini dapat menurunkan dan merusak system kekebalan tubuh manusia.
Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga system
kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Ketika
individu sudah tidak lagi memiliki system kekebalan tubuh maka semua

7
penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Selanjutnya Aids
adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau
kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu
akibat HIV. Kasus AIDS pertama sekali dilaporkan di Los Angeles oleh
Gottleib dan kawan-kawan pada tanggal 5 juni 1981, walaupun sebenarnya
telah ditemukan.

8
BAB III

ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Contoh Kasus

Kasus Sexs bebas Pada kalangan Remaja di Daerah Makasar


bukan lah hal yang asing lagi, banyak remaja pada jaman sekarang yang
sering melakukan sex bebas dengan pasngannya tampa mengetahui apa
bahayanya dari melalakuan sexs bebas diusia Remaja. Hal itu
menyebabkan banyak kejadian seperti Aborsi, dan angka kematian pun
menjadi meningkat.
Pada umumnya remaja di Makasar melakukan hubungan seksual
sebelum menikah karena beberapa alasan, misal atas dasar saling suka
(tanpa paksaan), sekedar ingin tahu atau coba-coba (biasanya sehabis
nonton film asusila), dan untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian
mereka kepada pasangan, dalam hal ini pacar. Mereka sebenarnya tahu dan
mengerti akan bahaya dan risiko yang akan timbul. Bahkan mereka juga
mengerti larangannya dari segi agama. Namun sebagian dari mereka
beralasan bahwa mereka tidak kuasa untuk menolak dorongan dan hasrat
yang ada di dalam diri mereka untuk melakukan kegiatan seksual. Begitu
pula yang terjadi dengan pasangan mereka, sehingga mereka selalu
mencari jalan dan berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan biologis
mereka.
Alasan lain adalah keadaan ini erat hubungannya dengan materi
dan fasilitas. Biasanya seseorang akan lebih merasa bangga bila pasangan
atau pacarnya memiliki fasilitas kendaraan baik motor maupun mobil,
karena dinilai bisa menaikkan kelas/gengsi mereka di mata teman-
temannya. Selain itu juga fasilitas tersebut digunakan untuk memudahkan
mereka menjangkau tempat yang mereka inginkan.

9
3.2. Pencegahan sexs Bebas Pada Remaja

Sebagian besar remaja mengungkapkan cara menghindari


kehamilan yaitu dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti pil KB,
suntik atau kondom. Cara lainnya bisa dengan mengeluarkan sperma
diluar rahim. Menurut para informan, alat kontrasepsi yang biasa dipakai
remaja ketika berhubungan seksual adalah pil dan kondom karena lebih
mudah didapat. Sedang spiral atau suntik biasanya untuk yang sudah
pernah punya anak. Berikut cara-cara pencegahan Sexs Bebas pada
Remaja :
1. Pahami dampak negatif seks bebas

2. Memberi batasan jam malam

3. Memilih lingkungan yang positif

4. Memantau pergaulan

5. Menjalin hubungan akrab antara orang tua dan anak

6. Pikirkan masa depan

7. Menikah

8. Mendekatkan diri kepada Tuhan

9. Beraktivitas Positif

10. Memberi pendidikan seks yang benar

3.3. Peran Kesehatan Masyarakat dalam menanggulangi Sexs Bebas Pada

Remaja

Peran kesehatan Mayarakat dalam menanggulangi terjadinya sex


bebas pada kalangan Remaja Yaitu dengan melakukan:

10
1. Melakasanakan kegiatan Advokasi, pemberdayaan
masyarakat, penyebarluasan informasi, membuat
perencanaan media.
2. Penyeluhan tentang bahaya dari sexs bebas
3. Mengadakn acara yang melibatka Remaja-Remaja daerah
Makasar
Metode penyuluhan yang diberikan dapat berupa ceramah dengan
alat bantu audio visual, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan umpan
balik berupa permainan singkat. Kegiatan penyuluhan ini dapat
dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Penyuluhan dapat semakin efektif mencapai sasaran bila dapat
menggunakan media seperti LCD, leaflet, poster, video, spanduk, surat
kabar atau penyuluhan interaktif melalui televisi dan radio.

11
BAB IV

PENUTUP

1.

2.

3.

4.

4.1. Kesimpulan

Cara pencegahan Sexs Bebas pada Remaja Pahami dampak negatif


seks bebas, Memberi batasan jam malam, Memilih lingkungan yang
positif, Memantau pergaulan, Menjalin hubungan akrab antara orang tua
dan anak, Pikirkan masa depan, Mendekatkan diri kepada Tuhan,
Beraktivitas Positif, Memberi pendidikan seks yang benar.
Metode penyuluhan yang diberikan dapat berupa ceramah dengan
alat bantu audio visual, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan umpan
balik berupa permainan singkat. Kegiatan penyuluhan ini dapat
dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Penyuluhan dapat semakin efektif mencapai sasaran bila dapat
menggunakan media seperti LCD, leaflet, poster, video, spanduk, surat
kabar atau penyuluhan interaktif melalui televisi dan radio.

4.2. Saran

Orang tua, guru dan pemerintah serta instansi terkait harus lebih
memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada remaja dengan
memberikan pandangan yang benar mengenai kesehatan reproduksi
seperti pengenalan tentang kesehatan reproduksi remaja, persepsi pacaran
dan hubungan seks. Informasi dapat diberikan secara formal dan
informal, baik dengan melibatkan instansi pemerintah dan non

12
pemerintah serta sektor terkait. Sebaiknya penyampaian informasi
dilakukan oleh petugas yang berkompeten di bidang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sari puti. 2009. Perilaku Berisiko Dan Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja
Darwisyah, S. 2002. Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta
Hidayat, Zainul, 2005. Remaja Indonesia dan Permasalahan Kesehatan
Reproduksi, Warta Demografi, 33, No. 4, 14-22

13

Anda mungkin juga menyukai