PADA REMAJA
Disusun Oleh :
Risa Fatilah CMR0160055
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
B. Aborsi5
4.1. Kesimpulan 12
4.2. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kesehatan reproduksi remaja menurut Darwisah (2002) adalah
sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja.
Pengertian sehat tersebut tidak semata-mata berarti terbebas dari penyakit
atau kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Pada
masa ini, seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat
menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali
dengan informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai
faktor yang ada di sekitarnya.
luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi, (Widyastuti et
al, 2010) yaitu :
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
termasuk PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan kompliasi aborsi.
d. Kesehatan reproduksi remaja.
e. Pencegahan dan penangganan infertilitas.
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula, dll.
4
kehamilan. Kehamilan bias merupakan akibat perilaku seksual baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Keadaan yang bias dilakukan
remaja jika mengalami kehamilan yang tidak diinginkan seperti
mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi). Bila
kehamilan dipertahankan, akan membawa resiko baik fisik, psikis, maupun
sosial (Soetjiningsih, 2004).
Kehamilan usia remaja merupakan kehamilan beresiko tinggi sebab
dapat menyebabkan kematian waktu hamil dan melahirkan 3-4 kali
dibanding kematian ibu yang berumur 20 -35 tahun. Begitu pula dengan
bayinya. Resiko kematian bayi dan ibu remaja sekitar 2-3 kali
dibandingkan dengan kematian bayi dari ibu yang berusia 20-35 tahun
(Depkes. RI, 2013).
Sebab dari kehamilan yang tidak diinginkan sendiri adalah
ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang
dapat menyebabkan kehamilan, akibat perkosaan, diantaranya perkosaan
oleh teman kencan, tidak menggunakan kontrasepsi, kegagalan alat
kontrasepsi akibat mereka menggunakan alat tanpa disertai pengetahuan
yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar atau kegagalan alat
kontrasepsinya (efektifitas) sendiri (BKKBN, 2010)
B. Aborsi
Aborsi spontan (abortus spotane) adalah keguguran yang terjadi
secara alamiyah atau tidak disengaja. Aborsi buatan (abortus provokatus)
adalah usaha pengguguran dengan sengaja. Ada dua cara yang tidak aman
secara medis (self treatment/unsafe abortion). Alasan remaja memilih
aborsi adalah :
1. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
2. Takut pada kemarahan orangtua.
3. Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
4. Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum
menikah.
5
5. Tidak mencintai pacar yang menghamili.
6. Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan karena
kehamilan terjadi akibat perkosaan, terlebih bila pemerkosa tidak
dikenal oleh si remaja putri.
Aborsi pada kalangan remaja sering cenderung bersifat self
treatment karena aborsi di Indonesia illegal, sehingga remaja mengalami
KTD tidak dapat mengakses pelayanan aborsi. Tenaga medis tidak mau
mengambil resiko melakukan aborsi kecuali atas indikasi medis.
Tidak semua remaja mencoba pergi ke dukun karena takut
konsekuensi negative dari layanan yang tidak hygiene dan tidak
professional. Mereka mencoba usaha-usaha self treatment karena percaya
pada cerita atau pengalaman orang lain (biasanya teman/sahabat mereka)
dan mempercayai bahwa usaha-usaha itu akan berhasil menggugurkan
kandungan mereka.
6
Akibat yang dapat ditimbulkan adalah penyakit radang panggul,
kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada bayi yang dilahirkan,
memudahkan penularan HIV, lahir muda, cacat bayi, lahir mati.
3) Herpes Genitalis
Penyebabnya adalah virus herves simple dengan masa inkubasi 4-7
hari setelah virus masuk ke dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau
rasa kesemutan pada tempat virus masuk. Gejala selanjutnya adalah bintil-
bintil berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada kemaluan,
kemudian pecah meninggalkan luka kering berkerak, lalu hilang sendiri,
gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri pada tahap awal,
biasanya hilang dan timbul, kambuh apabila ada factor pencetus (seperti
stress) dan menetap seumur hidup.
4) HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus .Virus
ini dapat menurunkan dan merusak system kekebalan tubuh manusia.
Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga system
kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Ketika
individu sudah tidak lagi memiliki system kekebalan tubuh maka semua
7
penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Selanjutnya Aids
adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau
kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu
akibat HIV. Kasus AIDS pertama sekali dilaporkan di Los Angeles oleh
Gottleib dan kawan-kawan pada tanggal 5 juni 1981, walaupun sebenarnya
telah ditemukan.
8
BAB III
9
3.2. Pencegahan sexs Bebas Pada Remaja
4. Memantau pergaulan
7. Menikah
9. Beraktivitas Positif
Remaja
10
1. Melakasanakan kegiatan Advokasi, pemberdayaan
masyarakat, penyebarluasan informasi, membuat
perencanaan media.
2. Penyeluhan tentang bahaya dari sexs bebas
3. Mengadakn acara yang melibatka Remaja-Remaja daerah
Makasar
Metode penyuluhan yang diberikan dapat berupa ceramah dengan
alat bantu audio visual, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan umpan
balik berupa permainan singkat. Kegiatan penyuluhan ini dapat
dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Penyuluhan dapat semakin efektif mencapai sasaran bila dapat
menggunakan media seperti LCD, leaflet, poster, video, spanduk, surat
kabar atau penyuluhan interaktif melalui televisi dan radio.
11
BAB IV
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Orang tua, guru dan pemerintah serta instansi terkait harus lebih
memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada remaja dengan
memberikan pandangan yang benar mengenai kesehatan reproduksi
seperti pengenalan tentang kesehatan reproduksi remaja, persepsi pacaran
dan hubungan seks. Informasi dapat diberikan secara formal dan
informal, baik dengan melibatkan instansi pemerintah dan non
12
pemerintah serta sektor terkait. Sebaiknya penyampaian informasi
dilakukan oleh petugas yang berkompeten di bidang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sari puti. 2009. Perilaku Berisiko Dan Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja
Darwisyah, S. 2002. Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta
Hidayat, Zainul, 2005. Remaja Indonesia dan Permasalahan Kesehatan
Reproduksi, Warta Demografi, 33, No. 4, 14-22
13