Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA TERHADAP

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DI DAERAH PEDESAAN

OLEH:

AFIFAH DWI HIDAYANTI

PO76302191013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAMUJU

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus seputar reproduksi remaja sekarang semakin

meningkat, disebabkan ketidakpahaman remaja terhadap berbagai

aspek reproduksi yang berhubungan dengan dirinya sendiri.

Peningkatan kualitas Kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan

dengan memperhatikan masalah komunikasi Kesehatan.

Permasalahan remaja mengenai seksualitas dan Kesehatan

reproduksi kian lama dirasakan kian kompleks dan

memprihatinkan. Masalah yang terjadi pada Kesehatan reproduksi

remaja bisa berupa hubungan seks sebelum menikah, putus

sekolah karena hamil, pasangan tidak bertanggungjawab,

penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, terinfeksi HIV/AIDS, penyakit

menular seksual dan penggunaan obat-obat terlarang.

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-

kanak dengan dewasa. Remaja pada tahap ini belum mencapai

kematangan mental dan sosial sehingga remaja harus menghadapi


banyak tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Remaja akan mengalami perubahan fisik yang cepat

Ketika remaja memasuki masa puber. Salah satu dari

perubahan fisik tersebut adalah kemampuan untuk melakukan

proses reproduksi. Tetapi banyak fenomena memperlihatkan

Sebagian remaja belum mengetahui tentang Kesehatan reproduksi,

misalnya tentang menstruasi dan terjadi kehamilan.

Orang tua di daerah pedesaan masih menganggap bahwa

membicarakan mengenai reproduksi dengan remaja masih

dianggap tabu, hal ini didukung oleh penelitian Ernawati bahwa

orang tua bukan menjadi sumber informasi Kesehatan reproduksi

remaja sehingga akan berdampak mengenai kebenaran informasi

yang didapat oleh remaja. Pada penelitian lain disebutkan bahwa

ada beda pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi pada siswa

SMA yang berasal dari pedesaan dan perkotaan. Hal ini

dikarenakan pada perbedaan jumlah informasi, status sosial

ekonomi dan Pendidikan orang tua.

Remaja yang berasal dari daerah pedesaan perlu untuk

diberikan informasi tentang Kesehatan reproduksi, selain agar

remaja mendapatkan kejelasan mengenai alat reproduksinya


dengan benar juga dapat membantu mereka mengenal dirinya

sendiri, sehingga remaja bisa lebih bertanggungjawab pada

Kesehatan reproduksinya.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaiamana pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi

remaja di daerah pedesaan?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang

Kesehatan reproduksi di daerah pedesaan

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum :

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Kesehatan

reproduksi remaja dengan daerah pedesaan

b. Tujuan Khusus :

- Dapat mengetahui tentang pengetahuan remaja pedesaan

mengenai Kesehatan reproduksi

- Dapat mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi

pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi di daerah

pedesaan
D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan tentang Kesehatan reproduksi remaja di daerah

pedesaan

b. Manfaat praktis :

Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi kepada

pelayanan Kesehatan terkhusus bidan dalam memberikan

penyuluhan masalah Kesehatan reproduksi remaja di daerah

pedesaan

c. Manfaat bagi peneliti

Merupakan pengalam yang sangat berharga bagi peneliti

dalam memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai

Kesehatan reproduksi remaja di daerah pedesaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi

1. Batasan tentang pengetahuan Kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,

mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan

sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi (cholil,1996)

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu

keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan

kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses

reproduksi, dan pemikiran Kesehatan reproduksi bukan hanya

kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana

seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan

sebelum dan sesudah menikah (Nugroho,2010)

Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah

keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan

dengan system, fungsi dan proses reproduksi.

Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan

fungsi dan proses system reproduksi, maka setiap orang perlu

mengenal dan memahami tentang hak-hak reproduksi berikut ini.

1. Hak untuk hidup

2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk

diskriminasi

4. Hak privasi

5. Hak kebebasan berpikir

6. Hak atas informasi dan edukasi

7. Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk

dan merencanakan sebuah keluarga

8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai

anak

9. Hak atas pelayanan dan proteksi Kesehatan

10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena

politik

12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

(Kemenkes RI, 2010).


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor

yang dapat berdampak buruk bagi Kesehatan reproduksi

(Taufan,2010) yaitu:

a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang

perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi

tempat tinggal yang terpencil);

b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional

yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,

kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang

fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja

karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb);

c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada

remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak

berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya

secara materi, dsb);

d. . Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran

reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb)


3. Ruang lingkup Kesehatan reproduksi

Secara garis besar ruang lingkup Kesehatan reproduksi

(BKKBN,2011) meliputi:

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual

dan napza yang dapat berakibat pada HIV/AIDS

d. Kesehatan reproduski pada usia lanjut

Uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja berdasarkan

pada pendekatan siklus kehidupan, yakni memperhatikan kekhususan

kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,

serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Ini dikarenakan

masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat

diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan baik maka akan

berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya Salah satu ruang

lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan adalah

kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari program kesehatan

reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami

kesehatan reproduksi, sehingga remaja memiliki sikap danperilaku

sehat serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan

reproduksi (Widyastuti dkk., 2012).


B. Tinjauan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di

Daerah Pedesaan

1. Batasan Kesehatan reproduksi remaja di daerah pedesaan

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat

yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang

dimiliki oleh remaja.  Pengertian sehat disini tidak semata-mata

berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga

sehat secara mental serta sosial kultural.

Definisi mengenai remaja ternyata mempunyai beberapa

versi sesuai dengan karakteristik biologis ataupun sesuai dengan

kebutuhan penggolongannya. Pada umumnya remaja didefinisikan

sebagai masaperalihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan

dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja

seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau

bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja

tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka

dimasukkan ke dalam kelompok remaja.


Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak

menjadi dewasa yang melibatkan perubahan berbagai aspek

seperti biologis, psikologis, dan sosial-budaya. WHO

mendefinisikan remaja sebagai perkembangan dari saat timbulnya

tanda seks sekunder hingga tercapainya maturasi seksual dan

reproduksi, suatu proses pencapaian mental dan identitas dewasa,

serta peralihan dari ketergantungan sosioekonomi menjadi mandiri.

Secara biologis, saat seorang anak mengalami pubertas dianggap

sebagai indikator awal masa remaja. Namun karena tidak adanya

petanda biologis yang berarti untuk menandai berakhirnya masa

remaja, maka faktor-faktor sosial, seperti pernikahan, biasanya

digunakan sebagai petanda untuk memasuki masa dewasa.

Rentang usia remaja bervariasi bergantung pada budaya

dan tujuan penggunaannya. Di Indonesia berbagai studi pada

kesehatan reproduksi remaja mendefinisikan remaja sebagai orang

muda berusia 15-24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja berusia 10-24

tahun. Sementara Departemen Kesehatan dalam program kerjanya

menjelaskan bahwa remaja adalah usia 10-19 tahun. Di dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat menganggap remaja adalah

mereka yang belum menikah dan berusia antara 13-16 tahun, atau
mereka yang bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) dan

sekolah menengah atas (SMA).

2. Pengaruh Kesehatan reproduksi remaja dengan daerah pedesaan

Permasalahan yang dihadapi perempuan pedesaan dalam

mengakses informasi kesehatan reproduksi adalah faktor geografis,

patriarkis dan budaya hal tersebut mempengaruhi desiminasi dan

aksesibilitas informasi kesehatan reproduksi dan yang paling tidak

memadai adalah saluran informasi dari pemerintah yang sangat

terbatas.

Masalah lain yang terjadi pada perempuan pedesaan adalah

Pendidikan, akses ke media massa, akses ke pelayanan umum yang

ada di desa dan perlindungan kesehatan yang tidak cukup untuk

perempuan dalam mencapai hak reproduksinya

Permasalahan pendidikan dan rendahnya akses ke media massa

menjadi hambatan para perempuan di pedesaan untuk mencari tahu

berbagai informasi terutama yang berkaitan dengan kesehatan

reproduksinya. Padahal berbagai macam penyakit yang berhubungan

dengan organ reproduksi mulai dari penyakit kelamin; sipilis, gonorhu,

polip, tumor, kanker, keputihan dan lainnya hinggapenyakit yang belum

diketemukan obatnya yaitu penyakit HIV/AIDSsangat rentan bisa saja

mengenai mereka
Pengetahuan tentang organ reproduksi sangat penting tidak saja

bagi para ibu yang telah menikah melainkan juga bagi para remaja.

Terlebih di pedesaan remaja Perempuan rata-rata menikah di usia

muda. Pengetahuan tentang penyakit-penyakit dan pencegahan yang

berhubungan dengan proses dan organ reproduksi perlu didapatkan

melalui saluran informasi yang mudah dan cukup untuk kebutuhan

mereka.
C. Tinjauan Tentang Peran Orang Tua Terhadap

Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pena, 2016) orang tua

terbagi atas orang tua kandung yaitu ayah dan ibu kandung, orang tua

angkat seseorang perempuan atau laki-laki atau keduanya yang menjadi

orang tua dari seorang anak berdasarkan peraturan hukum atau adat, dan

orang tua asuh yaitu orang yang mencukupi kebutuhan anak tersebut atas

dasar kepedulian atau kemanusiaan.

b. Peran orang tua

Menurut (Jahja, 2011), orang tua dikategorikan sebagai orang tua yang

baik, apabila telah melakukan tugas-tugas dasar di bawah ini:

1) Semua orang memiliki kebutuhan dasar seperti sangan, pangan

dan kesehatan. Seseorang yang baru lahir atau belum memasuki

dewasa, tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan

sendirinya, sehingga orang tua bertanggung jawab untuk

memenuhi hal tersebut untuk menunjang kehidupan anaknya.

2) Orang tua sebagai orang terpenting dalam kehidupan manusia,

memberikan banyak manfaat untuk segala kehidupan termasuk

pertumbuhan dan perkembangan sejak dalam kandungan sampai

akhir kehidupannya. Oleh karena itu penting bagi orang tua dan

anak membina hubungan yang baik dan erat. Hubungan yang erat
dengan orang terdekat termasuk orang tua dapat meningkatkan

perkembangan emosi maupun perkembangan fisik orang yang

menerapkannya.

3) Seperti yang kita ketahui, lebih mudah mengajarkan seorang

manusia sejak dia masih kecil dari pada mulai mengajarkannya

ketika sudah beranjak dewasa. Hal ini menjadi peran orang tua

sebagai orang yang pertama kali dikenal oleh seorang anak dan

orang tua menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Seorang

anak harus diberikan landasan yang kukuh, orang tua bisa

melakukannya dengan memberikan suasana rumah yang nyaman

dan hubungan dari anggota keluarga yang baik akan menjadikan

kehidupan keluarga yang stabil.

4) Seseorang mendapatkan pendidikan dari berbagai macam sumber

mulai dari orang tua, keluarga, guru, lingkungan, teman-temannya

serta media masa termasuk internet. Orang tua tidak hanya

berkewajiban untuk memenuhi pendidikan bagi anaknya, namun

juga orang tua harus memberikan bimbingan untuk anaknya dalam

memilih dan memilah berbagai macam informasi yang diperoleh

anaknya, selain itu orang tua harus mengendalikan perilaku

anaknya agar tidak merugikan dirinya maupun orang lain.

5) Seorang anak yang sudah memasuki masa remaja mengalami

kebingunggan identitasnya antara anak-anak atau dewasa.

Sehingga peran orang tua dapat memberikan pengarahan kepada


anak-anaknya bisa dengan berbagi pengalaman hidup yang baik

menurut kedua orang tuanya. Pengarahan ini bertujuan agar anak-

anak matang dalam pemikiran dan dapat menjadi sosok dewasa

yang mandiri.

6) Seorang anak diajarkan untuk berperilaku baik ke semua orang

termasuk dalam mengutarakan isi hati atau gagasannya dengan

menggunakan kata-kata yang baik.

7) Membantu anak dalam menjadi bagian dari keluarga, dengan cara

menjelaskan hak dan kewajiban anak seperti berbakti kepada

orang tuanya.

8) Memberikan teladan yang baik untuk kehidupan anak..

Menurut Gunarsa (2008), tanggung jawab orang tua terhadap anaknya

yaitu memenuhi kebutuhan anak terutama untuk menunjang pertumbuhan

dan perkembangannya, termasuk perkembangan psikis atau kognitif anak.

Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut

termasuk melalui pendidikan formal atau non formal seperti kursus, akses

informasi termasuk informasi pendidikan kesehatan reproduksi yang

sudah disediakan oleh pemerintah.

Kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial yaitu rasa ingin dikasihi

terutama dari orang-orang terdekat termasuk orang tuanya, sebagai orang

tua sudah seharusnya memperlakukan anak sesuai dengan usianya. Anak


yang sudah memasuki masa remaja harus dipersiapkan untuk menjadi

dewasa yang mandiri sehingga orang tua harus mengetahui apa saja

yang dibutuhkan anaknya dengan cara menjadikan remaja sebagai

teman. Melihat kondisi ini diharapkan peran yang terjadi antara remaja

dan orang tua lebih kepada persahabatan dan orang tua dapat mengerti

permasalahan-permasalahan yang diahadapi remaja dan memberikan

pengarahan namun tidak langsung memaharahinya agar anak tidak

merasa takut saat berbagi cerita dengan orang tua untuk menyelesaikan

masalahnya (Gunarsa, 2008).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memberikan

pendidikan kesehatan reprduksi

Menurut hasil penelitian Meilani, Shaluhiyah dan Suryoputro (2014),

ada beberapa faktor-faktor yang terbukti secara statistik yang

berhubungan dengan perilaku ibu dalam memberikan pedidikan

seksualitas di antaranya :

Tingkat pengetahuan Ibu, tingkat pengetahuan seseorang

berpengaruh terhadap respon yang ditunjukannnya, karena orang yang

memiliki pengetahuan tinggi akan membuka lebih luas wawasannya dan

berfikir seberapa jauh keuntungan yang mungkin diperoleh dari gagasan

tersebut. Selain itu ada beberapa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang hampir seimbang dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan


baik, hal ini wajar terjadi karena tidak semua orang dapat menyerap

dengan baik informasi yang diterima.

Sikap Ibu, hal ini berpengaruh dengan sikap ibu yang mengangap

bahwa seksualitas adalah hal yang ilmiah, sehingga anak-anak akan

megetahui dengan sendirinya. Ibu menyatakan bahwa pendidikan

seksualitas akan bertentangan dengan norma-norma dan merasa malu

jika menyampaikannya, serta anggapan ibu bahwa pendidikan seksualitas

dan reproduksi sudah diberikan di sekolah sehingga tidak perlu lagi

diberikan di rumah, hal ini dapat meningkatkan risiko-risiko pada

kesehatan reproduksi remaja.

Informasi, orang tua sangat membutuhkan informasi terutama tentang

teori pendidikan seks seperti apa saja komponen dari pendidikan seks

untuk anak, tujuan, manfaat, urgensi, serta cara atau metode memberikan

pendidikan seks dan reproduksi pada anaknya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada perbedaan porsi pemberian pendidikan seks

untuk anak dari orang tua yang mengetahui informasi mengenai seks dan

orang tua yang tidak mengetahui informasi mengenai seks. Sehingga

diharapkan pemerintah dan masyarakat terutama tenaga ahli dalam

bidang pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja agar bisa lebih

berperan dalam mendukung dan memberikan informasi kepada orang tua

mengenai pendidikan kesehatan reproduksi, agar orang tua akan lebih

percaya diri dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi

anaknya.
D. Dasar pemikiran variabel yang diteliti

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,

sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-

fungsi dan proses reproduksi (cholil,1996)

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja.  Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit

atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial

kultural.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pena, 2016) orang tua

terbagi atas orang tua kandung yaitu ayah dan ibu kandung, orang tua

angkat seseorang perempuan atau laki-laki atau keduanya yang menjadi

orang tua dari seorang anak berdasarkan peraturan hukum atau adat, dan

orang tua asuh yaitu orang yang mencukupi kebutuhan anak tersebut atas

dasar kepedulian atau kemanusiaan.


E. Kerangka Konsep

PENGETAHUAN KESPRO
REMAJA

FAKTOR PERAN ORANG


TUA FAKTOR MEDIA FAKTOR LINGKUNGAN
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Faktor Peran Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pena, 2016) orang

tua terbagi atas orang tua kandung yaitu ayah dan ibu kandung,

orang tua angkat seseorang perempuan atau laki-laki atau

keduanya yang menjadi orang tua dari seorang anak berdasarkan

peraturan hukum atau adat, dan orang tua asuh yaitu orang yang

mencukupi kebutuhan anak tersebut atas dasar kepedulian atau

kemanusiaan.

a. Tahu : bila skor responden minimal 50% dari total skor

pertanyaan tentang pengetahuan faktor peran orangtua

terhadap Kesehatan reproduksi

b. Tidak tahu : bila responden skor kurang dari 50% dari total skor

pertanyaan tentang pengetahuan faktor peran orang tua

terhadap Kesehatan reproduksi

2. Faktor Media

Pengaruh faktor media massa yang merupakan bagian dari

media informasi menurut Fleur dan Ball (Bungin,2001) dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk masalah

Kesehatan reproduksi.
a. Tahu : bila skor responden minimal 50% dari total skor

pertanyaan tentang pengetahuan faktor media massa terhadap

Kesehatan reproduksi

b. Tidak tahu : bila responden skor kurang dari 50% dari total skor

pertanyaan tentang pengetahuan faktor media massa terhadap

Kesehatan reproduksi.

3. Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan bersifat fisik maupun non fisik seperti

kehidupan sosial, budaya, adat-istiadat. Kesehatan reproduksi

remaja sangat berkaitan dengan kehidupan sosial budaya.

Kebudayaan yang berkembang dan maju telah mempengaruhi pola

pikir dan gaya hidup masyarakat.

a. Tahu : bila skor responden minimal 50% dari total skor

pertanyaan tentang pengetahuan faktor lingkungan terhadap

Kesehatan reproduksi

b. Tidak tahu : bila responden skor kurang dari 50% dari total skor

pertanyaan tentang pengetahuan faktor lingkungan terhadap

Kesehatan reproduksi.

G. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan faktor peran orang tua terhadap Kesehatan

Reproduksi
2. Ada hubungan faktor media massa terhadap Kesehatan

Reproduksi

3. Ada hubungan faktor lingkungan terhadap Kesehatan Reproduksi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Peran Orang Tua Terhadap

Kesehatan Reproduksi Remaja di Daerah Pedesaan

menggunakan penelitian deskriptif karena bertujuan untuk

menggambarkan pengetahuan Kesehatan reproduksi remaja di

daerah pedesaan. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi

semua penelitian. Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara

kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik (Sulistyo, 2006:

110).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian penulis mengambil lokasi di Desa Sidoarjo

kecamatan Pulung kabupaten Ponorogo provinsi Jawa Timur.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja yang ada di

desa Sidoarjo kecamatan Pulung sejumlah 200 remaja.


2. Sampel yang di gunakan peneliti adalah tekhnik purposif

sampling karena penentuan sampel di sesuaikan dengan

keinginan peneliti. Besar sampel di ambil 30% dari populasi

yaitu sebesar 60 responden.

D. Tekhnik pengumpulan data

Instrument yang di gunakan untuk pengumpulan data adalah

kuesioner, yang di kembangkan dari kuosioner SKRRI 2007,

yang meliputi biodata, informasi umun tentang Kesehatan

reproduksi remaja serta sumber informasi yang di gunakan

remaja untuk mendapatkan informasi tentang Kesehatan

remaja.

E. Pengolahan dan Penyajian Data

Penelitian kualitatif penyajian data dilakuakn dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antara peran orang tua

terhadap Kesehatan reproduksi remaja di daerah pedesaan.

Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis dan

sistematis, sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami

berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk

berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain

berdasarkan pemahamannya tersebut. Sajian data ini harus

mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan

sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji


merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk

menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat

meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan

kerja, kaitan kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung

narasinya. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan

melihat apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengajarkan

suatu analisis ataupun tindakan lain.

F. Analisis Data

Analisis data di lakukan secara kuantitatif dan di sesuaikan

dengan tujuan yang akan di capai pada penelitian. Pada jenis

penelitian deskriptif maka di gunakan analisis Univarat pada

proses analisis datanya, analisis univarat di gunakan untuk

menganalisis secara deskriptif karakteristik masing-masing

variabel dengan distribusi frekuensi yang akan di tampilkan

dalam bentuk narasi dan tabel. Sedangkan analisis bivariat dan

multivariat untuk melihat keterkaitan dengan faktor lain yang

bisa mempengaruhi pengetahuan Kesehatan reproduksi remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, Hery (2014). Hubungan Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Website

dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ners

Edisi Oktober.

Ernawati, Hery (2015). Pemanfaatan Orang Tua Sebagai Sumber Informasi Kesehatan

Reproduksi Remaja di Daerah Pedesaan. Prosiding Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Kusmirah, E (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba

Medika

Purwanto, E; Soejoenoes, A; Binarso, A (2010). Perbandingan Tingkat Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Siswi Sekolah Menengah Umum Di Pedesaan dan Perkotaan.

Universitas Diponegoro: Tesis tidak dipublikasikan.

Setianti, Y dan Komala, L (2013). Komunikasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Pedesaan.

Edutech, Tahun 12, Bol. 1, No. 3, Oktober.

Anda mungkin juga menyukai