Anda di halaman 1dari 18

KESEHATAN REPRODUKSI

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

Kode Mata Kuliah : Bd.307 (Kesehatan Reproduksi)

SKS : 3 SKS

Dosen : Melia Rahma,S.ST,M.Bmd

PENDAHULUAN

Kebesaran Allah didunia ini salah satunya adalah diciptakanNya manusia den-
gan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara dua jenis kelamin itu adalah
bahwa perempun diberi kemampuan untuk bereproduksi, yaitu dengan melalui proses
hamil, melahirkan dan menyusui bayinya sedangkan laki- laki tidak. Untuk itu laki-laki dan
perempuan perlu meningkatkan pengetahuanya mengenai Kesehatan Reproduksi agar
tercipta kondisi kesehatan reproduksi yang optimal di masyarakat. Dan sudah seharusnya
pelayanan kesehatan reproduksi berspektif gender, artinya pelayanan kesehatan reproduksi
harus responsif terhadap kepentingan laki-laki dan perempuan.

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep kesehatan
reproduksi Setelah mengikuti Kegiatan Belajar I, diharapkan mahasiswa mampu untuk :

1. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi

2. Menguraikan hak-hak kesehatan reproduksi

3. Mendeskripsikan paket pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dan situasi kesehatan


reproduksi di Indonesia.

Didalam kegiatan belajar 1 ini yang pertama dibahas adalah tentang Konsep
Kesehatan Reproduksi, meliputi definisi kesehatan reproduksi, tujuan Kesehatan
reproduksi,. Sasaran Kesehatan reproduksi, Faktor yang mempengaruhi Kesehatan
Reproduksi, Pendekatan siklus kehidupan,dan Ruang Lingkup Kesehatan reproduksi.
Kemudian berikutnya dibahas pula Hak-hak reproduksi dan terakhir dibahas tentang Paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi

URAIAN MATERI

1. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

Berawal dari konsep pemikiran tentang kesehatan reproduksi wanita dan demi
tercapainya pembangunan kesehatan, serta untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi
tingginya, maka wanita sebagai penerima pelayanan kesehatan, sebagai an- ggota
keluarga dan sebagai pemberi pelayanan kesehatan, harus berperan dalam kel- uarga,
supaya anak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal dan sehat sampai masa dewasa
sebagai generasi muda yang berkualitas. Oleh karena itu seyogyanya perempuan diberi
perhatian khusus, karena wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak
dihadapi laki-laki berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Masih adanya praktek tradisional
yang merugikan baik bagi kesehatan perempuan secara umum maupun bagi ibu hamil,
adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan, pengambilan
keputusan dan sum- ber daya yang tersedia. Berdasarkan pemikiran di atas, maka kesehatan
perempuan merupakan aspek yang paling penting karena akan berpengaruh pada kesehatan
anak- anak. Karena itu perempuan diberi kebebasan dalam menentukan hal mana yang pal-
ing baik menurut dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya sendiri, dimana ia sendiri yang
harus memutuskan perlakuan atas tubuhnya sendiri.

Apa yang dimaksud dengan Kesehatan Reproduksi ? Sebelum dibahas lebih luas
konsep Kesehatan Reproduksi, sebaiknya Saudara terlebih dahulu mengetahui apa definisi
dari kesehatan reproduksi.

Beberapa definisi Kesehatan Reproduksi antara lain sebagai berikut :

WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun kondisi utuh da- lam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta pros- esnya.

ICPD (1994 ) di Kairo, kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental
dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam
segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fung si serta proses.

BKKBN (1996 ), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses reproduksi,. Keadaan sehat bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertak- wa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta kondisi spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan
alat reproduksinya dengan mengukur kesuburanya, dapat menjalani kehamilan dan
persalinannya, serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun ( Well Health Mother and
baby ) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal

Depkes RI (2000) adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi.
Pemikiran kesehatan reproduksi bukanlah sekedar kondisi yang bebas dari penyakit,
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

Apakah Tujuan Kesehatan Reproduksi ?

Adapun tujuan kesehatan reproduksi ada dua yaitu:

1. memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi yang komprehensif kepada perempuan


termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan.

2. meningkatkan kesadaran dan kemandi- rian perempuan dalam mengatur fungsi dan
proses reproduksinya, yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupanya. Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :

1. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi repro- duksinya,

2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan hamil,
jumlah dan jarak kehamilan;

3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari per- ilaku
seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya;

4. Memberikan dukungan kepada wanita agar dapat membuat keputusan sendiri yang
berkaitan dengan proses reproduksinya. Dukungan berupa pengadaan in- formasi dan
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan wanita dalam menca- pai kesehatan reproduksi
secara optimal. Dari kelima definisi di atas, cobalah Saudara buat kesimpulan tentang
Kesehatan Reproduksi yang lebih lengkap !
Tujuan di atas ditunjang oleh Undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan: Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan dera- jat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Dalam bab III pasal 4 Setiap orang men- punyai
hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Apakah Sasaran Kesehatan Reproduksi ?

Sasaran Kesehatan Reproduksi dibagi menjadi sasaran utama , dan sasaran


antara , adapun sasaran utama Kesehatan Reproduksi adalah laki-laki dan perempuan usia
subur, remaja putra dan putri yang belum menikah dan kelompok resiko yaitu : pekerja sex,
masyarakat yang termasuk keluarga pra sejahtera sedangkan sasaran antara adalah
petugas kesehatan dan pemberi layanan yang berbasis masyarakat.

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Kesehatan reproduksi?

Kesehatan Reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi empat golongan atau faktor yang dapat berdampak buruk bagi
keseshatan reproduksi yaitu :

a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi

Beberapa contoh faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Repro- duksi
yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, juga usia pertama melaku- kan hubungan
sexsual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor ekonomi yang dapat
mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah dinilai dari tingkat pendidikan, akses terhadap
pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat kemiskinan, rasio melek huruf, ratio remaja
tidak sekolah atau tidak tamat SD, serta lokasi /tempat tinggal yang terpencil

b. Faktor Budaya dan Lingkungan

Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama , status perempuan,


ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan bersosialisasi, persepsi masyarakat
tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, ser- ta dukungan atau
komitmen politik, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
kepercayaan banyak anak banyak rezeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingunkan anak remaja karena saling berla- wanan satu sama lainya dlsb.
b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis misalnya rasa rendah diri ( low self esteem ) wanita terhadap laki-
laki yang membeli kebebasanya secara materi, tekanan teman sebaya ( peer pressure ),
tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan ketidak harmon- isan orang tua.

d. Faktor Biologis

Faktor ini meliputi keadaan gizi buruk kronis, anemia, kelainan bawaaan organ
reproduksi, radang panggul atau adanya keganasan pada alat reproduksi, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual dlsb. Pengaruh dari semua faktor diatas dapat
dikurangi dengan strategi penangan yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak
reproduksi wanita dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat
diintegrasikan kedalam berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan non
kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi.

Apakah yang dimaksud Pendekatan Siklus Kehidupan pada Perempuan ?

Pendekatan siklus kehidupan pada perempuan dini perlu diketahui, karena status
kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi kesehatan
saat memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin dan masa nifas. Hambatan sosial,
budaya dan ekonomi yang dihadapi sepanjang hidup perempuan merupakan akar masalah
yang mendasar yang menyebabkan buruknya kesehatan ma- ternal saat hamil, bersalin dan
masa nifas. Dan ini dapat terjadi jauh sebelum memasuki usia reproduksi.

Apakah ada faktor lain yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi
yang saudara rasakan saat ini ?

Keadaan lain seperti tingkat pendidikan, kualitas dan kuantitas makanan, nilai dan
sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi, serta kual- itas
hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa repro- duksinya
selama siklus kehidupanya. Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup
Kesehatan Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penannganan sistem reproduksi perempuan dalam setiap fase
kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, karena bila tidak
ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya. Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu: Masa Konsepsi,
Masa Bayi dan anak, Masa Remaja, Masa Usia subur dan Masa Usia lanjut. Dibawah ini
dijelaskan masing masing masa dalam siklus hidup :

1. Masa Konsepsi, pada masa ini kita harus memberi perlakuan sama terhadap janin laki-
laki/perempuan, pelayanan antenatal yang adequat, persalinan aman dan nifas serta
pelayanan bayi baru lahir. Antenatal yang adequat, memberikan penyuluhan kesehatan dan
pencegahan. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi (malnutrisi), Pendekatan pelayanan yang dapat dilakukan yaitu dengan
pemeriksaan penyakit yang mungkin timbul dengan mengadakan skrening genetik.

2. Masa Bayi,Balita dan anak, pada masa ini yang harus diperhatikan pemberian Inisiasi
Menyusi Dini ( IMD ), ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak, memantau tumbuh
Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang, pemberian Imunisasi
dan manajemen terpadu balita sakit, pencegahan dan penanggulan- gan kekerasan,
memberikan pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin misalnya laki-
laki lebih diperhatikan dari pada perempuan, sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi),
kesakitan dan kematian berat badan lahir rendah ( BBLR ) , penyakit lain disemua usia
yang mungkin timbul dan kekerasan pada anak. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan
kesehatan, kesehatan lingkungan, pe- layanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan
antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberiansuplemen,dll.

3. Masa Remaja, masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang
terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara
tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya
dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan
siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai
memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkem- bangan sistem reproduksi. Pendekatan yang dapat dilakukan : yaitu dengan
pemberian gizi seimbang, Informasi tentang kesehatan reproduksi, pencagahan kekerasan,
termasuk seksual, Pencegahan terhadap ketergantungan napza, perkawinan pada usia yang
wajar, pendidikan, peningkatan keterampilan, peningkatan penghargaan diri, peningkatan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman. Masalah seksual yang sering ditemui meliputi:
seks komersial, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau),
kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya, per- ilaku seks tidak aman,kehamilan
remaja, aborsi tidak aman,ISR/IMS/HIV/AIDS. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi;
konseling tentang perubahan hu- kum/sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan,
pengobatan, kontrasep- si yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga,
konseling.

4. Usia subur, usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah
usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita
harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar sellalu dalam kondisi prima, sehingga
jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat.
Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis
akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius
tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah
endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat
berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau buang air kecil. Penderita kadang
mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa- apa. Masalah
yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan berbagai kondisi,
malnutrisi/anemia, kemandulan, pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan. Pendekatan yang dapat dilakukan :
pendidikan kesehatan kepada perempuan usia subur, memberikan suplemen, pencegahan
primer Infertilitas, deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks, mencegah terjadinya
aborsi tidak aman, penggunaan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang
bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post
partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi lain yang men-
dukung kesehatan perempuan.

5. Usia Lanjut, yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun.
Inilah masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat
lainnya. Sangat penting bagi wanita melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur.
Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: adalah adanya problem meno/ andro-pause
dan timbulnya penyakit degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis.deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker prostat,
ISR/IMS/HIV/AIDS. Pendekatan yang dapat dilakukan: Prioritas utamanya adalah menjaga
agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang
dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual dipengaruhi
oleh pengalaman reproduksi sebelumnya, diagnosis, informasi dan deteksi dini kanker
serviks, gizi seimbang untuk lansia, olah raga ringan secara teratur, penaganan penyakit
degeneratif yang adequat, pencegahan terjadinya farktur karena adanya osteoporosis dan
penambahan hormone.
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Ruang Lingkup Kesehatan reproduksi sangat luas. Didalam Kebijakan dan Strategi
Nasional, Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi di Indonesia meliputi Kesehatan ibu dan
anak, Keluarga Berencana, Pencegahan dan penularan Penyakit Menular Seksu- al (PMS),
pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi, Kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanganan infertilitas, Kanker pada usia lanjut dan osteopo- rosis. Namun
demikian bila dicermati lebih lanjut Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dapat juga
meliputi hal-hal seperti dibawah ini :

a. Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan

Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi itu sangat luas, mencakup keseluruhan ke-
hidupan manusia sejak dilahirkan sampai mati, sehingga pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan siklus hidup ( life cycle approach ) yang didalamnya termasuk isu
kesetaraan gender, martabat dan pemberdayaan perempuan, serta peran dan tanggung jawab
laki- laki. Masalah Kesehatan reproduksi ini mencakup masalah kesehatan perempuan,
morbiditas dan mortalitas perempuan, yang behubungann dengan dengan kehami- lan,
persalinan dan masa nifas serta masa menunda kehamilan yang dipengaruhi dengan
keadaan kurang gizi, anemia, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas serta infertilitas.
Peranan sosial budaya terhadap Kesehatan Reproduksi yaitu sikap atau pandan- gan
masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai anak, sikap mas- yarakat terhadap
perempuan hamil. Ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, serta
keterjangkauan se- cara ekonomi untuk kelompok perempuan, bayi dan anak-anak,
terutama balita. Selain itu adanya intervensi pemerintah terhadap masalah reproduksi
misalnya adanya program keluarga Berencana dan Perundangan undanganya.

b. Masalah gender dan seksualitas

Pengendalian sosial budaya terhadap masalah seksualitas, norma sosial tentang


perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian. Juga masih ada intervensi pemerintah
misalnya adanya Undang-undang pornografi, pelacuran, pendidikan seksualitas. Juga
adanya seksualitas pada kalangan remaja, status dan peranan perempuan dan perlindungan
terhadap perempuan bekerja.

c. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan tidak diinginkan

Masalah ini meliputi infanticide, aborsi terutama yang unsafe abortion, dampak
Unwanted Pregnancy terhadap kesehatan perempuan dan keluarga, serta kebija- kan
pemerintah dalam menghadapi hal tersebut diatas.
d. Masalah kekerasan dan pemerkosaan terhadap perempuan

Kecenderungan melakukan pemerkosaan dan dampaknya terhadap perempuan, norma


sosial terhadap kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ),sikap masyarakat terhadap
kekerasan dan pemerkosaan dan pelacuran, dan langkah-langkah un- tuk mengatasi
masalah tersebut.

e. Masalah Infeksi Menular Seksual ( IMS )

Infeksi menular Seksual seperti gonore, sipilis, klamidia dan herpes, serta HIV/
AIDS. Dampak sosial ekonomi dari IMS, sikap masyarakat terhadap IMS, dan upaya
pemerintah untuk mengatasi IMS termasuk pelayanan kesehatan untuk Pekerja Seksual
Komersial.

a) Masalah Pelacuran

Demografi pelacuran atau PSK, faktor pendorong pelacuran dan sikap masyarakat
terhadapnya, serta dampak kesehatan reproduksi pada pelacur itu sendiri, konsumen dan
keluarganya.

b) Masalah Teknologi

Teknologi ini yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi yaitu, teknologi


reproduksi dengan bantuan ( inseminasi buatan dan bayi tabung), gender fetal skrining,
genetik skrining, kesamaan kesempatan dan keterjang- kauan, etika dan hukum yang
berkaitan dengan tehnologi reproduksi.

2. HAK- HAK REPRODUKSI.

Seperti saudara ketahui bahwa pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk me-
menuhi kebutuhan perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutu- han-kebutuhan ini sangat berag- am dan saling terkait satu dengan yang lain. Hak
Reproduksi mau- pun akses untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi adalah
penting, sehingga perempuan dapat:

Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari penyakit,
kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian yang berhubungan
dengan reproduksi dan seksualitas
Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan keinginannya,
menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan menjaga kehamilan sampai waktu
persalinan

Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika mereka
menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri. Sesuai dengan hasil International Conference
on Population Development ( ICPD ) tahun 1994, hak Reproduksi adalah hak hak dasar
setip pasangan maupun individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab memutuskan
jumlah, jarak kelahiran dan waktu untuk memiliki anak dan mendapatkan informsi serta
cara melakukanya, termasuk hak untuk mendapatkan standar tertinggi kesehtan reproduksi
dan juga kesehatan seksual Hak-hak reproduksi ini dipandang penting artinya bagi setiap
individu demi terwujudnya kesehatan individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun
rohani ses- uai norma norma hidup sehat. Dibawah ini terdapat hak-hak reproduksi
perempuan.

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi

2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi

3. Hak untuk kebebsan berfikir dan membuat keputusan tentang kesehatan reproduksi

4. Hak untuk memutuskn jumlah anak dan jarak kelahiran anak

5. Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian akibat kehamilan, kelahiran atau
masalah gender

6. Hak atas kebebasan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk yng menyangkut kesehatan
reproduksi

8. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
reproduksi

9. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam men jalankan kehidupan reproduksinya

10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang bernuansa kese-
hatan reproduksi
12. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi Hak
hak reproduksi berlaku untuk semua perempuan dan laki-laki dewasa tanpa me-
mandang status kewarganegaraanya. Mereka berhak untuk mengetahui tentang
seksualitas dan kesehatan reproduksinya, serta pelyananya, termsuk pengaturan
kesuburan.

Bagaimana mewujudkan hak- hak reproduksi ?

Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang mempunyai kebutuhan akan


hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan kesehatan seksual;

Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan memberlakukan
sistem-sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang baik, tidak hanya terpaku ke- pada
jumlah klien yang dapat dilayani;

Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong pember-


dayaannya;

Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih muda atau lebih
tua dari usia reproduksi, tanpa melihat status perkawinannya;

Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam pembagian
tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan reproduksinya, masa kehamilan, kes-
ehatan ibu dan anak, penjarangan kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan;

Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan yang berkai- tan
dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di dalamnya adalah microbi- cides,
metode-metode untuk men-diagnosa PMS, pengobatan PMS yang terjangkau ser- ta
pelayanan kegawatdaruratan kebidanan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah:

a. Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan kondisi-kondisi


yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat dimanfaatkan dan dijangkau
oleh seluruh perempuan;
b. Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan dari berbagai
latar-belakang;
c. Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam hal pembagian
tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan kesehatannya serta ke-
beradaan pasangan dan anak-anaknya.
Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin?

Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan pelayanan kesehatan
reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi;

Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah


diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan sekualitas dan mas- alah
reproduksi; dan

Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya, men- dorong agar
pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun dukun- gan atas hak-hak
tersebut melalui pendidikan dan advokasi. Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis
operasional di Indonesia, untuk mewujutkan pemenuhan hak-hak reproduksi adalah :

1. Promosi hak-hak reproduksi, dilaksanakan dengan menganalisis perundang-un- dangan,


peraturan dan kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-
hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial bu- daya masyarakat.
Pelaksanaan upaya pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan
legislatif sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek
pelanggaran hak-hak reproduksi

2. Advokasi hak- hak reproduski, dimaksudkan untuk mendapat dukunagn komit- men dari
para tokoh politik, agama, tokoh masyarakat, LSM, dan swasta.

3. Konseling, informasi dan edukasi ( KIE ) hak-hak reproduksi, dengan KIE diharap- kan
masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksinya sehingga sama-sama mewujutkanya.

4. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi

3. PAKET PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI TERPADU ( PKRT ) dan


SITUASI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA

a. Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu ( PKRT )

Pada prinsipnya pelayanan kesehatan reproduksi diselenggarakan dalan one stop service
yang artinya adalah dimana klien dapat menerima semua jenis pelayanan yang dibutuhkan
pada saat satu kali kunjungan. Dalam memenuhi prinsip prinsip penyelenggaraan
pelayanan kesehatan reproduksi terpadu diatas, maka setiap kabu- paten / kota diharapkan
memiliki minimal 4 ( empat ) puskesmas Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
( PKRT ) Karena ruang lingkup Kesehatan reproduksi yang luas dan mencakup beberap
komponen, maka pelayanan harus diberikan secara terpadu dan berkualitas, yang me-
menuhi unsur komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ) dengan memperhatikan hak
reproduksi individu / perorangan. Pelayanan terpadu tersebut harus dilaksanakan den- gan
berorientasi kepada kebutuhan klien.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 32/ 1992 dan Undang Undang No. 10/1992,
strategi kesehtan reproduksi nasional diarahkan pada rencana intervensi untuk mengubah
perilaku didalam setiap keluarga. Tujuanya adalah menjadikan keluarga sebagai tujuan
utama dan pintu masuk upaya promosi pelayanan kesehatan reproduksi. Ada 2 ( dua ) paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu ( PKRT ) yaitu :

Komprehensif Terpadu ( PKRRT )

Komponen Pelayanan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial Terpadu ( PKRET ).


Didalam PKRET terdapat beberapa komponen pelayanan yang diberikan secara terpada
yaitu Komponen Pelayanan : Kesehatan Ibu Dan Anak, komponen Keluarga Berencana,
komponen Kesehatan Reproduksi Remaja, dan komponen Pencegahan Penyakit Infeksi
Menular Seksual, termasuk HIV-AIDS.

1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi PKRKT sama dengan komponen pelayanan yang ada
di PKRET, tetapi ditambahkan dengan komponen pelayanan Kesehatan reproduksi pada
Usia Lanjut

2. Dengan kedua paket intervensi diatas, komponen intervensi pada kesehatan re- produksi
Indonesia menjadi lengkap, seperti terlihat dalam diagram berikut :

Situasi Kesehatan Reproduksi di Indonesia

Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara ASEAN lainya. Indonesia ma- sih
tertinggal banyak dalam aspek kesehatan reproduksi. Dibawah ini keadaan dan ma- salah
beberapa komponen kesehatan reproduksi di Indonesia.

a. Kesehatan Ibu dan Anak.

Angka kematian Ibu di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara
ASEAN lainya.Besarnya AKI menggambarkan masih rendahnya kesadaran perilaku hidup
seht dan bersih, status gizi dn status kesehatan ibu. Bebagai macam penyebab kematian ibu
seperti penyabab langsung (perdarahan, eklampsia, dan infeksi ) mempunyai angka
tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Penyebab kematian ibu secara tidak langsung
yaitu karena KEK, anemia zat besi, dan ibu dalam keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak

b. Keluarga Berencana

Ketersediaan dan akses terhadap informasi dan pelayanan KB, dapat mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan. Jika semua perempuan mempunyai akses terha- dap
kontrasepsi yang aman dan efektif, diperkirakan kematian ibu menurun, ter- masuk
menurunya resiko kesehatan reproduksi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan
aborsi yang tidak aman

c. Pencegahan IMS termasuk HIV/AIDS

Dari berbagai penelitian terbatas diketahui bahwa nagka prevalensi IMS di Indone- sia
masih tinggi. Sebagaian perempuan yang terkena IMS ( 50%) tidak menyadari bila dirinya
terinfeksi. Sehingga hal ini akan berkembang menjadi penyakit kronis. Perempuan yng
sudah menikah dan tidak menikah sering tidak melindungi diri mereka sendiri dari IMS dan
HIV karena kurangnya informsi dan otonomi untuk memutuskan atau bernegoisasi sebelum
hubungan seksual. Contoh yang umum terjadi perempuan tidak mampu meminta pasangan
seksualnya untuk memakai kondom selama melakukan hubungan seksual.

d. Kesehatan reproduksi Remaja

Penyiapan sumber daya manusia yang handal dalam rangka mewujutkan keluarga yang
berkualitas dimas datang harus disiapkan sejak masa remaja. Perilaku remaja saat ini di
Indonesia masih belum menunjang terhadap keberhasilan pemeliharaan kesehatan
reproduksi pada remaja. Hal ini bisa dilihat dari angka perilaku yang beresiko, tidak
kekerasan seksual, dan kehamilan yang tidak dike- hendaki masih tinggi demikian juga
masalah IMS termasuk infeksi HIV/AIDS. hal tersebut dikarenakan masih rendahnya
pendidikan remaja, kurang trampilnya tenaga kesehatan dan kurangnya kesadaran semua
pihak akan pentingnya pen- anganan kesehatan remaja. Faktor faktor yang berpengaruh
buruk terhadap kesehatan reproduksi remja adalah masalah gizi, pendidikan, lingkungan
dan pekerjaan, perkawinan dan kehamilan dini, dan masalah seksual

e. Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut

Pada usia lanjut secara biologis mengalami penurunan karena proses penuaan, dimana
terjadi penurunan daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rent- anya terhadap
serngan berbagai penyakit. Dalam hal masalah kesehatan repro- duksi perempuan dan laki
laki sama mengalami penurunan hormon didalam tubuhnya sehingga terjadi menopause
dan andropause. Pada menopause kare- na terjadi penurunan hormon Estrogen maka akan
muncul keluhan osteoporosis, nyeri sendi dan nyeri saat bersenggama. Pada laki laki yang
andropause sering- kali terjadi impotensi, keluhan pada tulang dan sendi. Data yang kurang
pada usia lanjut bukan berarti bahwa kesehatan reproduksi usia lanjut di Indonesia tidak
bermasalah

f. Gender dan kekerasan terhadap perempuan

Bias gender dalam keluarga dan diskriminasi terhadap perempuan masih tinngi,
sehingga perempuan masih belum memperoleh hak untuk mencapainya derajat kesehatan
tertinggi yang ingin dicapainya.Keadaan ini sangat merugikan perem- puan , karena dengan
adanya sifat kodrati yang dipunyai perempuan dan tidak dimiliki kaum laki-laki perempuan
menjadi kelompok rawan yang perlu mendapa- tkan perhatian khusus. Kurangnya hak
perempuan dalam pengambilan keputusan terutama untuk kese- hatan sendiri, kesempatan
untuk mengikuti pendidikan masih belum diprioritas- kan, tindak kekerasan kepada
perempuan terutama didalam rumah tangga, ek- sploitasi perempuan dan anak, semua ini
menjadikan kualitas hidup perempuan menjadi rendah, Penderitaan perempuan karena
kekerasan terjadi sepanjang siklus kehidupanya dn dalam waktu yang sama perempuan juga
menanggung beban resiko mengalami penyakit terkait dengan proses kesehatan reproduksi
termasuk resiko kematian

Rangkuman

1. Melalui pendekatan siklus kehidupan dapat diketahui bahwa masalah kes- ehatan
reproduksi pada perempuan terjadi sepanjang daur kehidupan perempuan

2. Perempuan harus mulai sadar akan kebutuhan pemenuhan hak-haknya sehingga


kehidupanya menjadi lebih berkualitas

3. Mempergunakan akses pelayanan reproduksi ( PKRET & PKRKT ) semaximal mungkin


didalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi
Setelah saudara belajar Kegiatan Belajar I , untuk mengkaji apakah pemahaman saudara
terhadap materi yang telah saudara pelajari tersebut cukup baik, maka dibawah ini ada 10
( sepuluh ) soal yang harus sudara kerjakan. Petunjuk mengerjakan soal :

a. Sebelum mengerjakan soal baca dahulu soal dengan seksama

b. Pilih salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar.

c. Lingkari huruf (a,b,c,d ) kemudian beri lingkaran

d. Diskusikan dengan pembimbing hasil jawaban saudara

Soal Kegiatan Belajar I

1. Selain harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesehatan reproduksi bisa dicapai
bila :

a. Siklus kehidupan harus diawali dengan perkawinan yang sah

b. Hubungan suami istri harus harmonis dn baik

c. Tidak pernh menderita Infeksi Menular Seksual ( IMS )

d. Secara biologis wanita sehat reproduksinya

2. Faktor budaya sangat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan. Salah satu contoh
faktor sosial budaya adalah :

a. Tekanan teman sebaya b. Usia pertama kali menikah

c. Keadaan gizi buruk d. Perempuan makhluk yang lemah

3. Ny. Nina usia 50 tahun, beberapa bula terakhir ini haid tidak teratur. Ditinjau dari segi
pelayanan kesehatan reproduksi, kemana sebaiknya Ny. Nina mencari pertolongan ?

a. Diam dirumah, karena itu adalah normal

b. Ke dokter spesialis kandungan

c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial Terpadu ( PKRET )

d. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif Terpadu (PKRKT)


4. Yang termasuk masalah kesehatan perempuan seperti dibawah ini, kecuali :

a. Morbiditas dan mortalitas perempuan yang masih tinggi

b. Pelayanan KB yang belum maksimal

c. Adanya program bayi Tabung

d. Skrining atau penapisan untuk deteksi dini

5. Pelaksanaan hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi tercermin dari :

a. Perempuan mampu memutuskan berapa jumlah anaknya

b. Informasi yang adequat bagi suami istri tentang kespro

c. Perempuan infertil dapat mengikuti bayi tabung

d. Kontrasepsi bagi perempuan karena ia yang hamil, bersalin dan nifas

6. Penyebab kematian ibu secara tidak langsung disebabkan karena :

a. 4 ( empat ) terlambat b. Perdarahan

c. Infeksi d. Preeklampsi

7. Ketersediaan dan akses terhadap informasi dan Pelayanan keluarga Berencana sangat
penting bagi perempuan karena :

a. Mencegah terjadinya abortus tidak aman

b. Dapat mengatus jumlah keluarga

c. Dapat merencanakan kehamilan

d. Mencegah penyakit Infeksi Menular Seksual

8. Faktor faktor yang berpengaruh buruk terhadap perilaku Kesehatan reproduksi remaja
adalah :

a. Faktor orang tua b. Faktor gizi c. Faktor teman sebaya d. Faktor sekolah
9. Kurangnya hak perempuan dalam mengambil keputusan tentang kesehatanya,
menyebabkan :

a. Perempuan tidak dihargai b. Perempun dilecehkan

c. Perempuan tidak diperhitungkan d. Perempuan kualitas hidup menjadi rendah

10. Dimasyarakat masih banyak mitos disekitar kehamilan perempuan, dan sangat
merugikan kesehatan reproduksi yaitu, kecuali :

a. Tidak boleh makan nanas b. Tidak boleh minum air es

c. Tidak boleh makan soda d. Tidak boleh makan kacang2an

Catatan : Setelah mengerjakan soal diatas, saudara dapat mencocokan jawaban saudara
dengan jawaban yang telah disediakan, sehingga saudara mengetahui seberapa ke-
mampuan saudara memahami materi Kegiatan Belajar 1 Jawaban Soal Modul 1 Kegiatan
Belajar I.

1. A 6. A 2. D 7. D 3. D 8. B 4. C 9. C 5. D 10. D

Umpan balik dan tindak lanjut Kegiatan Belajar

A. Cocokan jawaban saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada ba-
gian akhir Kegiatan belajar
1. Kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar. Jika jawaban yang benar adalah :
90 % - 100 % : baik sekali 80 % - 89 % : baik 70 % - 79 % : cukup < 70 % : kurang
Kalau saudara mencapai tingkat > 80 % ke atas, maka hasil saudara adalah baik sekali.
Dan saudara sudah dapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 2 . tetapi jika kurang maka
saudara sebaiknya belajar dan mengulang kembali kegiatan belajar 1. terutama pada
bagian- bagian yang belum saudara kuasai. Kunci Jawaban Evaluasi Formatif

Tugas : Petunjuk mengerjakan soal : Untuk menjawab soal, saudara harus memahami
Kegiatan Belajar I. Untuk mendapatkan data ini, saudara dapat mengambil data sekunder di
rekam medik di Puskesmas terdekat dimana saudara biasanya praktek klinik, .

Soal : 1. Coba dikaji faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi ditempat
saudara !

2. Setelah itu kasus apa saja yang sering muncul pada perempuan di setiap tahap
tahap siklus khhidupanya !

3. Bandingkan hasil dilapangan dengan materi yang telah saudara dapatkan !

Anda mungkin juga menyukai