A. KESEHATAN REPRODUKSI
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman,
dan dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu perlu pemahaman lebih lanjut mengenai
apa itu kesehatan reproduksi.
B. REMAJA
Remaja atau adolescence yang berasal dari bahasa latin “adolescere” yang artinya
tumbuh ke arah kematangan atau tumbuh dewasa (Hurlock, 2003).
Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh
Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek
efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual
yang mencolok. Transformasi intelektual yang khasi dari cara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrase dalam hubungan sosial orang dewasa yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock,
2003).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka
yang berusia 10-19 tahun. Sementara pengertian lain menurut PBB menyebutkan bahwa
remaja adalah untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Sementara itu dalam program
BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis
untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja.
Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar dirinya sendiri (Kusmiran,
2011).
Pada masa remaja ini terjadi suatu perubahan fisik secara cepat. Terjadinya perubahan
ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Maka dari itu perlu adanya
bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitar agar dalam proses perubahan tersebut
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sehingga kelak remaja tersebut menjadi
manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, dan sosial (Widyastuti, 2011).
Program KRR (Ksehatan Reproduksi Remaja) bertujuan untuk membantu remaja agar
memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung
jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi informasi edukasi, konseling, pelayanan, dan
dukungan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif (Kusmiran, 2011) Adapun tujuan dari
pembinaan kesehatan reproduksi remaja adalah menurut Kemenkes RI tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko
lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Perilaku seksual
berisiko antara lain seks pranikah yang dapat berakibat pada kehamilan yang tidak
diinginkan, perilaku seksual berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan perilaku
berisiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV. Perilaku berisiko lain
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi antara lain penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan perilaku gizi buruk yang dapat
menyebabkan masalah gizi khususnya anemia.
2. Mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis, dan sosial untuk menikah dan
menjadi orang tua pada usia yang matang.
a. Mengenal Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Laki-laki (Kemendikbud, 2014 dan Widyastuti, 2011)
Sistem organ reproduksi laki-laki sebagian besar berada di luar tubuh. Adapun
organ reproduksi laki-laki meliputi:
1. Penis
Merupakan organ yang berfungsi sebagai alat senggama dan saluran untuk
pengeluaran sperma dan air mani. Penis banyak mengandung pembuluh darah
dan syaraf. Dapat berubah dari yang semula lemas dan kecil menjadi tegang dan
besar saat ereksi. Hal ini terjadi karena penis terisi darah saat terangsang. Penis
tidak mengandung tulang dan tidak berbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk
penis bervariasi, namun bila penis ereksi ukurannya hampir sama.
2. Preputium
Lekukan kulit yang menutupi glans penis (kepala penis). Karena preputium itu
sempit maka perlu dilakukan sirkumsisi/sunat untuk menjaga kebersihan daerah
ini.
3. Testis
Merupakan organ (terdiri dari 2 buah) penghasil hormon testosteron dan
spermatozoa (cikal bakal sperma). Spermatozoa sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop, bentuknya seperti kecebong, dapat
bergerak sendiri dengan ekornya.
4. Skrotum
Skrotum atau kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot
polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur
suhu testis agar relatif menetap. Fungsi kantong skrotum yang longgar
bermanfaat untuk pengaturan suhu dalam melindungi spermatozoa terhadap
perubahan suhu panas maupun dingin karena spermatozoa tidak tahan terhadap
perubahan suhu.
5. Epididimis
Organ yang berbentuk saluran dengan ukuran sekitar 45-50 cm yang berfungsi
sebagai wadah untuk pematangan spermatozoa sehingga siap untuk
konsepsi/pembuahan.
6. Vas Deferens
Merupakan organ kelanjutan epididimis yang menyalurkan sperma matur ke
vesika seminalis untuk ditampung sementara sebelum terjadi hubungan seksual.
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis epididimis menuju ke
uretra/saluran kencing. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ±
2,5 mm.
7. Kelenjar Prostat
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan sperma (ejakulat/semen) yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma. Kelenjar ini menghasilkan
cairan yang menyertai keluarnya sperma pada saat ejakulasi dalam hubungan
seksual.
8. Sperma dan Semen
Spermatozoa sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop, bentuknya seperti berudu (kecebong), dapat bergerak sendiri dengan
ekornya. Cairan putih dan kental yang diproduksi oleh vesikula seminalis dan
kelenjar prostat bercampur dengan spermatozoa membentuk campuran yang
disebut semen. Pada saat puncak rangsang seksual terjadi orgasme atau
ejakulasi, yaitu semen dipancarkan keluar dari ujung penis yang ereksi. Testis
membutuhkan suhu sedikit lebih rendah dari suhu badan (36-37oC) agar dapat
berfungsi secara optimal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa testis terletak
di luar tubuh yaitu di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Sperma terdiri
dari dua bagian, kepala dan ekor. Pada kepala terdapat nucleus yang akan masuk
ke dalam ovum saat pembuahan. Bagian ekor merupakan bagian yang
menggerakan sperma dari vagina agar dapat mencapai ampula tuba untuk
bertemu dengan ovum.
Gambar 1. Organ Reproduksi Laki-laki
Sumber : Google
b) Organ Reproduksi Perempuan (Kemendikbud, 2014 dan Widyastuti, 2011)
1. Genitalia Eksterna (Organ Reproduksi Bagian Luar)
1) Vulva
Merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris hymen, vestibulum,
orificum urethrae externum, kelenjar-kelenjar dinding vagina.
2) Mons Pubis / Mons Veneris
Mons pubis merupakan lapisan lemak dibagian simfisis pubis, yang mana
tertutup oleh rambut pubis mulai usia remaja sebagai pertanda seksualitas
sekunder.
3) Labia Mayora
Lapisan lemak dengan bentuk lipatan seperti bibir. Labia mayora terdapat
banyak ujung saraf sehingga sensitif saat fase fase hubungan seks.
4) Labia Minora
Lipatan jaringan tipis sebelah dalam dari labia mayora dan merupakan jalan
masuk ke vagina. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan ujung
serabut saraf sehingga merupakan bagian yang sensitif.
5) Clitoris
Merupakan orgran kecil yang terdiri dari korpus yang mana banyak
pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif dan berperan besar
dalam fungsi seksual dalam mencapai orgasme. Ketika fase perangsangan
klitoris akan membesar dan menonjol. Identik dengan penis pada pria.
Ukuran sebesar kacang polong, terdapat reseptor androgen pada klitoris.
6) Perineum
Daerah diantara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis.
Gambar 2. Organ Reproduksi Eksternal Wanita
Sumber : Google
2. Genitalia Interna (Organ Reproduksi Bagian Dalam)
1) Vagina (Liang Kemaluan)
Merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm dan berakhir
pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan
jalan lahir. Selain itu vagina merupakan tempat masuknya penis ketika
berhubungan seksual.
2) Hymen (Selaput Dara)
Merupakan selaput tipis dan biasanya berlubang kecil, letaknya pada
permukaan luar vagina. Hymen ada yang bersifat elastis (tidak mudah
robek) dan ada yang bersifat kaku (mudah robek). Pada seorang gadis yang
belum pernah berhubungan seks, keadaan hymen utuh. Hymen bisa robek
karena penetrasi penis saat berhubungan seksual atau juga bisa robek karena
olahraga atau onani/masturbasi.
3) Uterus (Rahim)
Uterus berbentuk seperti buah pear, berongga dan berotot. Sebelum hamil
beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm, kurang
lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil rahim mampu
membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Uterus terdiri dari 3 lapisan
yaitu:
- Lapisan parametrium
Lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.
- Lapisan Meometrium
Lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan
(kontraksi).
- Lapisan Endometrium
Lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh
hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan
karena pengaruh hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka
lapisan tadi bersama sel telur akan meluruh dan keluar melalui vagina yang
disebut sebagai menstruasi.
4) Serviks Uteri (Leher Rahim)
Merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan dengan bagian
atas vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu
ovulasi, cairan berlendir ini menjadi banyak, elastik, licin. Hal ini membantu
spermatozoa untuk mencapai uterus.
5) Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Tuba fallopi merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang
±10cm dimana pada ujungnya melebar berbentuk sepert ijari tangan yang
disebut fimbria yang menghubungkan uterus dengan ovarium
6) Fimbrae (Umbai-umbai)
Dapat dianalogikan seperti jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi untuk
menangkap sel telur yang dikeluarkan oleh indung telur.
7) Ovarium (Indung Telur)
Terdapat pada kiri dan kanan ujung tuba (Fimbria) dan terletak di rongga
panggul, merupakan kelenjar yang juga memproduksi hormon estrogen dan
progesteron. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium mengandung 150.0000 –
200.000 folikel primordial. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian
ovarium melepas satu ovum yang telah matang, peristiwa tersebut
dinamakan ovulasi.
Gambar 3. Organ Reproduksi Internal Wanita
Sumber : Google
b. Perubahan Fisik Remaja
Pada masa pertumbuhan remaja terjadi empat perubahan fisik yang diantaranya adalah
perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri seks primer, dan
perkembangan ciri seks sekunder (Kusmiran, 2011). Pertumbuhan yang paling spesifik
adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada masa ini pertumbuhan tinggi badan terjadi
sangat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada
pertumbuhan organ seksual dan organ reproduksinya. Pada perempuan pertumbuhan pesat
pada fisiknya terjadi pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun.
Sedangkan pada laki-laki terjadi dua tahun lebih lambat dari pada perempuan, namun setelah
itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 hingga 14 tahun.
Pertumbuhan tinggi remaja ini dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan), faktor gizi, dan
variasi individu (Kemendikbud, 2014).
Tabel 1. Perubahan-perubahan yang Dipengaruhi oleh Hormon
Jenis Perubahan Perempuan Laki-Laki
Hormon Estrogen dan Progesteron Testosteron
Tanda Menstruasi Mimpi Basah
Perubahan Fisik 1. Pertambahan tinggi badan 1. Tumbuh rambut di
2. Tumbuh rambut disekitar alat sekitar kemaluan, kaki,
kelamin dan ketiak tangan, dada, ketiak dan
3. Kulit menjadi lebih halus wajah. Tampak pada
4. Suara menjadi lebih halus dan anak laki-laki mulai
tinggi berkumis, berjambang,
5. Payudara mulai membesar dan berbulu ketiak.
6. Pinggul semakin membesar 2. Suara bariton atau
7. Paha membulat bertambah besar.
8. Mengalami menstruasi 3. Badan lebih berotot
terutama bahu dan dada.
4. Pertambahan berat dan
tinggi badan
5. Buah zakar menjadi lebih
besar dan bila terangsang
dapat mengeluarkan
sperma
6. Mengalami mimpi basah.
Sumber : Kusmiran, 2011
a) Masa Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
kematangan fungsi seksual. Masa pubertas pada kehidupan kita biasanya dimulai saat
kita berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir kurang lebih di usia 15 hingga
16 tahun. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan cepat. Pada perempuan
pubertas ditandai dengan menstruasi dan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Masa pubertas ini terjadi karena hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari
seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh) memproduksi hormon-hormon seks
sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami perubahan. Hormon seks
yang memengaruhi perubahan fisik perempuan adalah estrogen dan progesteron
sedangkan pada laki-laki adalah testosteron (Kemendikbud, 2014).
Pada perempuan, semua organ reproduksi tumbuh selama masa pubertas, meskipun
tingkat kecepatannya berbeda-beda. Kematangan organ reproduksi pada perempuan
ditandai dengan datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran
darah, lendir, dan jaringan sel yang meluruh dari rahim secara berkala yang akan terjadi
kurang lebih setiap 28 hari sampai mencapai menopause (Hurlock, 2003).
- Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.
Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua
rambut kecuali rambut wajah mula-mula luurus dan terah warnanya kemudian
menjadi lebih subur, kasar, gelap, dan sedikit keriting.
- Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, sedikit pucat, dan lubang pori-pori
bertambah besar.
- Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar
lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan
banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama haid.
- Otot
Otot semakin besar dan kuat terutama pada pertengahan menjelang akhir masa
puber sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai kaki.
- Suara
Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
b) Keputihan
Keputihan biasa terjadi pada perempuan dimana keluarnya cairan selain darah dari
vagina. Penyebab keputihan dapat secara normal dipengaruhi oleh hormon tertentu.
Cairannya berwarnah putih, tidak berbau, dan tidak menunjukkan terdapat kelainan
ketika dilakukan pemeriksaan. Hal ini dapat terjadi secara normal saat masa subur
(ovulasi). Sedangkan keputihan yang tidak normal bisa disebabkan oleh infkesi atau
peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam
yang tidak benar, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak
higiensi, dan adanya benda asing dalam vagina. Selain karena infeksi, keputihan juga
dapat disebabkan oleh masalah hormonal, karena bahan celana yang tidak menyerap
keringat, ataupun karena penyakit menular seksual. Tanda dari keputihan yang tidak
normal adalah cairannya berwarna putih atau bahkan kuning kehijauan, menimbulkan
bau, sangat gatal disertai panas pada bagian kelamin, dan/atau disertai nyeri perut
bagian bawah. Jika seseorang mengalami gejala keputihan yang tidak normal maka
perlu segera memeriksakan diri ke dokter (Kusmiran, 2011).
c) Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium (Bobak 2004). Hal ini terjadi
karena tidak terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal menjadi luruh. Jika wanita tidak mengalami kehamilan
maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Rata-rata siklus menstruasi pada wanita
adalah 28 – 35 hari dengan lama haid 3 – 7 hari. Pada saat menstruasi seorang perempuan
akan kehilangan darah sekitar 30 hingga 100 mL, tetapi ada juga yang mengalami kehilangan
darah hingga dua atau tiga kali lipat namun tidak menunjukkan tanda anemia sehingga tidak
dianggap sebagai kelainan atau penyakit (Sinaga, E., dkk, 2017).
2. Fisiologi Menstruasi
1) Stadium Menstruasi
Stadium ini berlangsung pada 3 – 7 hari dimana pada masa ini endometrium
(lapisan dinding rahim) meluruh sehingga timbul perdarahan. Pada kondisi ini
hormon estrogen, progesteron, dan LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
2) Stadium Proliferasi
Pada masa ini ovarium sendang melakukan proses pembentukan dan pematangan
ovarium. Stadium ini berlangsung pada 7 – 9 hari dimana terjadi sejak berhentinya
darah menstruasi hingga hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir maka dimulai fase
proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase proliferasi terjadi
peningkatan kadar hormon estrogen karena terjadi stimulasi yang berasal dari
folikel ovarium (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
3) Stadium Sekresi/Luteal
Fase ini terjadi sejak ovulasi sampai kurang lebih tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Stadium sekresi berlangsung kurang lebih 11 hari. Hormon
progesteron yang dihasilkan memengaruhi pertumbuhan endometrium sehingga
kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim). Umumnya pada
fase pasca ovulasi wanita cenderung lebih sensitif. Hal ini terjadi karena hormon
reproduksi mengalami peningkatan sehingga pada fase ini wanita mengalami Pre
Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari setelah gejala PMS lapisan dinding
rahim akan mulai luruh kembali (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
4) Stadium Iskemi / Premenstruasi
Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi
estrogen dan progesteron menyusut sehingga kadar kedua hormon tersebut
mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan arteri spiral menjadi spasme
(kaku) sehingga suplai darah ke endometrium terhenti yang kemudian perdarahan
menstruasi dimulai. Stadium ini berlangsung selama 3 hari (Kusmiran, 2011 dan
Sinaga, E., dkk, 2017).
3. Permasalahan Menstruasi
Setiap individu memiliki variasi dari siklus, lama durasi, dan keadaan yang dialami saat
menstruasi. Variasi yang masih sesuai dengan batasan normal maka termasuk kedalam variasi
fisiologis, namun jika variasi berada di luar batas normal maka termasuk kedalam variasi
patologis, dan variasi patologis ini perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dicermati dan
diwaspadai (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
Siklus menstruasi rata-rata terjadi antara 27 – 30 hari, namun pada beberapa kasus
terdapat siklus menstruasi yang sangat pendek yaitu 21 hari atau siklus yang sangat panjang
misal 40 hari masih dapat dianggap normal jika siklus tersebut tetap sepanjang masa
menstruasinya. Namun jika siklus menstruasi lebih pendek dari 21 hari atau lebih panjang
dari 40 hari, maka dapat dikategorikan sebagai kondisi patologis dan perlu dilakukan
pemeriksaan oleh dokter. Sedangkan lama durasi menstruasi terjadi sekitar 3 sampai 6 hari,
namun terdapat beberapa individu yang mengalami menstruasi hanya 1 – 2 hari dan ada pula
hingga 7 hari, kondisi ini masih dikatakan normal jika setiap periode menstruasi terjadi
seperti itu (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
1) Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak menyenangkan
baik secara fisik maupun psikis dan terjadi pada perempuan saat menjelang masa haid
(American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2016). Pra Menstrual Syndrome
terjadi karena tingkat kepekaan atau sensitivitas individu terhadap perubahan kadar hormon
yang terjadi di dalam tubuhnya saat menstruasi. Pra Menstrual Syndrome yang terjadi dapat
bersifat ringan maupun berat. PMS yang berlangsung ringan bukan merupakan gejala yang
perlu dikhawatirkan. Namun, jika PMS yang dialami cukup parah seperti sakit kepala yang
berkepanjangan, demam tinggi, atau bahkan pingsan perlu diwaspadai dan dikonsultasikan
dengan dokter. PMS yang cukup parah ini disebut sebagai Pre Menstrual Dysphoric Disorder
(PMDD) (Biggs and Demuth, 2011 dan Alvero, 2017 dalam Sinagam E., dkk, 2017). Adapun
gejala PMS yang paling sering dialami perempuan adalah sebagai berikut (Kusmiran, 2011
dan Sinaga, E., dkk, 2017):
- Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara
- Timbul jerawat
- Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan manis dan asin
- Berat badan bertambah
- Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang timbul kram
- Konstipasi (sembelit)
- Sakit kepala
- Pegal linu
- Nyeri punggung
- Lemas dan lesu
- Mudah lelah
- Mudah cemas dan tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Gangguan tidur (insomnia)
Pada PMDD gejala yang timbul semakin berat terutama secara psikologis atau
emosional .
(1) Faktor Penyebab PMS
Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadi PMS pada seseorang,
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Riwayat anggota keluarga seperti ibu atau nenek.
- Usia
- Masalah kesehatan jiwa
- Kurang olahraga
- Kurang vitamin dan mineral, terutama vitamin B6, kalsium, dan magnesium
- Terlalu banyak mengkonsumsi garam yang dapat menyebabkan kembung dan retensi
air dalam tubuh.
- Terlalu banyak mengkonsumsi kopi
(2) Cara Mengatasi PMS
Terdapat berbagai macam cara untuk mengatasi atau mencegah PMS. Pada individu
dengan PMS ringan tidak perlu pengobatan atau terapi khusus karena gejala tersebut
akan hilang dengan sendirinya. Bagi individu dengan PMS yang cukup mengganggu
aktivitas sehari-hari dapat dicegah maupun diatasi dengan melakukan olahraga ringan
secara teratur kurang lebih 15 – 30 menit setiap hari, tidur dan istirahat yang cuku, serta
makan makanan yang bergizi. Jika gejala PMS yang dialami cukup parah atau lazim
disebut PMDD maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter (Sinaga, E., dkk, 2017).
d) Mimpi Basah
Mimpi basah dapat terjadi pada remaja laki-laki kurang lebih antara usia 9 – 14 tahun.
Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar sekitar 2 – 3 minggu. Mimpi
basah merupakan keluarnya cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah.
Ketika testis mulai bereproduksi, maka setiap hari testis mereproduksi sperma
(Kusmiran, 2011).
Perawatan pada saat menstruasi juga perlu dilakukan karena pada saat menstruasi
pembuluh dalam Rahim sangat mudah terkena infeksi. Kebersihan harus sangat dijaga karena
kumah mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
Pembalut tidak boleh dipakai lebih dari enam jam atau harus diganti sesering mungkin bila
sudah penuh oleh darah menstruasi. Selain itu, badan terasa kurang segar pada saat
menstruasi karena tubuh memproduksi lebih banyak keringat dan minyak serta cairan tubuh
lainnya. Oleh karena itu, remaja harus tetap mandi dan keramas seperti biasa (Kusmiran,
2011).