Anda di halaman 1dari 24

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

By: Sela Fasya

A. KESEHATAN REPRODUKSI
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman,
dan dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu perlu pemahaman lebih lanjut mengenai
apa itu kesehatan reproduksi.

a. Definisi Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi juga
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya
serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Kemenkes RI menyatakan bahwa definisi kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan
sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan
perempuan.
Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan
dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi.
Menurut BKKBN kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat
mental, fisik, dan kesejatheraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga,
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Berdasarkan paparan mengenai definisi kesehatan reproduksi dari berbagai macam
sumber dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan reproduksi adalah keadaan dimana
seseorang sehat dan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial. Tidak hanya sekedar terbebas
dari penyakit, namun juga mampu dengan utuh menjalankan fungsi organ reproduksinya
secara sehat dan aman.
b. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Tujuan utama dari kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi secara komprehensif termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksinya
sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan (Prijatni&Rahayu, 2016). Adapun tujuan
utama kesehatan reproduksi menurut PKBI DIY tahun 2009 adalah memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi kepada setiap individu dan pasangannya secara komprehensif,
khususnya kepada remaja agar setiap individu mampu menjalani proses reproduksinya secara
sehat dan bertanggungjawab serta terbebas dari perlakuan diskriminasi dan kekerasan,
termasuk di dalamnya pengakuan dan penghormatan atas hak-hak kesehatan reproduksi dan
seksual sebagai bagian integral dari Hak Asasi Manusia.

c. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi


Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup siklus kehidupan (life cycle approach)
dimana pelayanan kesehatan reproduksi diberikan sejak janin hingga meninggal (from womb
to tomb) atau bisa juga dikenal dengan continuum of care (Prijatni & Rahayu, 2016). Siklus
kehidupan manusia terdiri dari beberapa tahap yaitu (Prijatni & Rahayu, 2016 dan BKKBN,
ICMI&IYHPS, 2018):
1. Konsepsi
Masa setelah bertemunya sel telur dengan sperma hingga terjadi kehamilan yang
berlangsung kurang lebih 42 minggu dimana pada proses tersebut terjadi pertumbuhan
dan perkembangan organ manusia.
2. Bayi dan anak
Masa bayi dan anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.
Masa bayi sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan di masa depan.
Masa bayi dimulai pada usia 0 sampai 11 bulan dan masa anak dimulai sejak usia 1
sampai 19 tahun.
3. Remaja
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) remaja adalah mereka yang berusia 10-
19 tahun. Masa remaja adalah masa ketika individu mengalami transisi antara anak dan
dewasa dimana mereka mengalami pacu tumbuh (growth spurt), muncul perubahan
sekunder, dan juga terjadi perubahan secara psikologis serta kognitif (Soetjiningsih,
2007 dan Sarwono, 2010).
4. Usia Subur
Usia subur dimulai sejak usia 15 sampai 45 tahun dimana pada masa ini organ
reproduksi telah siap untuk melakukan fungsinya.
5. Usia Lanjut
Usia lanjut dimulai sejak usia 60 tahun dimana pada masa ini terjadi berbagai macam
penurunan dari fungsi tubuh yang menyebabkan terjadinya perubahan secara fisik dan
psikologis yang signifikan.

d. Hak-hak Kesehatan Reproduksi


Berdasarkan KBBI Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan
atau tidak melakukan, memperoleh atau tidak memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang hak
sebagai manusia merupakan kekuatan untuk melakukan aktivitas bagi kepentingan diri,
keluarga, dan masyarakat. Menurut BKKBN hak reproduksi adalah hak setiap individu dan
pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang
dilahirkan serta memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut seperti penggunaan
kontrasepsi.
Pada International Conference on Population and Development (ICPD) Kairo tahun
1994, hak reproduksi dinya takan sebagai berikut “Hak-hak reproduksi berlandaskan pada
pengakuan terhadap hak asasi pasangan atau individu untuk secara bebas dan bertanggung
jawab menetapkan jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anaknya dan hak untuk memperoleh
informasi serta cara untuk melakukan hal tersebut, dan hak untuk mencapai standar kesehatan
standar kesehatan reproduksi dan seksual yang setinggi mungkin.”. Hak kesehatan reproduksi
menurut ICPD Cairo 1994 dijabarkan sebagai berikut (Widyastuti, 2011):
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan kesehatan reproduksi.
3. Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang kesehatan
reproduksinya.
4. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
5. Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, kelahiran karena
masalah gender.
6. Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi.
7. Hak untuk bebas dari penganiayan dan perlakuan buruk yang menyangkut kesehatan
reproduksi.
8. Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan reproduksi.
9. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam reproduksisnya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik yang bernuansa
kesehatan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi.

Selain berdasarkan hasil dari International Conference on Population and Development


(ICPD), hak kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI yang berlandaskan pada UU No.36
tentang Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.
Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan
dan keamanan klien.
2. Setiap orang, perempuan dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai individu) berhak
memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan
manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya, yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta
memperoleh bayi yang sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan.
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang
diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan
benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan
seksual yang bertanggung jawab.
8. Tiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap, dan
akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV AIDS.
9. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah yang tepat untuk
menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan pelayanan kesehatan
reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi.
10. Hukum dan kebijakann harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah diskriminasi,
pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan sekualitas dan masalah reproduksi
11. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya, mendorong
agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun dukungan atas hak
tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
12. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini diambil dari
hasil kerja International Women’s Health Advocates Worldwide.

B. REMAJA
Remaja atau adolescence yang berasal dari bahasa latin “adolescere” yang artinya
tumbuh ke arah kematangan atau tumbuh dewasa (Hurlock, 2003).
Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh
Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek
efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual
yang mencolok. Transformasi intelektual yang khasi dari cara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrase dalam hubungan sosial orang dewasa yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock,
2003).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka
yang berusia 10-19 tahun. Sementara pengertian lain menurut PBB menyebutkan bahwa
remaja adalah untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Sementara itu dalam program
BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis
untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja.
Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar dirinya sendiri (Kusmiran,
2011).
Pada masa remaja ini terjadi suatu perubahan fisik secara cepat. Terjadinya perubahan
ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Maka dari itu perlu adanya
bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitar agar dalam proses perubahan tersebut
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sehingga kelak remaja tersebut menjadi
manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, dan sosial (Widyastuti, 2011).

C. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Remaja merupakan masa dimana terjadinya pertumbuhan, perubahan, munculnya
berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Masa
remaja juga merupakan masa dimana individu mengalami transisi antara anak-anak dan
dewasa dan kelompok ini mengalami pacu tumbuh (grow spurt), muncul perubahan
sekunder, dan juga terjadi perubahan secara psikologis serta kognitif (Soetjiningsih, 2007 dan
Sarwono, 2010).
Masa transisi yang terjadi antara anak-anak ke dewasa disebut dengan masa pubertas.
Masa pubertas yang terjadi pada perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan dikarenakan
pengaruh hormon yang dihasilkan pun berbeda (BKKBN, ICMI, & IYHPS, 2018). Perubahan
yang terjadi dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan yang perlu mendapatkan
bimbingan agar remaja dapat melaluinya dengan baik.
Dengan adanya perubahan yang terjadi pada remaja maka perlu dibekali pengetahuan
agar siap menghadapi perubahan yang dialaminya mengenai (Widyastuti, 2011):
1. Perkembangan Fisik, Kejiwaan, dan Kematangan Seksual Remaja
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan,
kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi
berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid dan mimpi basah,
serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap
remaja. Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang
pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan
kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir. Maka dari itu
perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks, pendidikan seks berusaha
menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang
seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah
sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang. Selain itu remaja juga dapat
diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat
menhindarinya.
2. Proses Reproduksi yang Bertanggung Jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan
naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif seperti olahraga
dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang berupa hubungan
seksual dilakukan setelah berkeluarga untuk melanjutkan keturunan (Widyastuti, 2011).
Yang dimaksud bertanggung jawab menurut Kemendikbud tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
1) Menunjukkan adanya penghargaan baik terhadap diri maupun orang lain.
2) Mampu mengendalikan atau mengontrol diri.
3) Mempertahankan diri dari tekanan teman sebaya atau pacar dari hal-hal yang bisa
merusak kesehatan.
4) Memahami konsekuensi perilaku dan siap menerima segala risikonya.
5) Mampu mempraktekan perilaku yang sehat.
Perilaku seks bertanggung jawab adalah abstinence (puasa seks), menjadi tanggung
jawab utama remaja. Perilaku seks bertanggung jawab bisa dipraktekan jika kita
memiliki nilai positif tentang seks, memiliki konsep diri positif, kemampuan
mengambil keputusan, dan kemampuan mengelola teman sebaya.
3. Pergaulan Sehat antara Remaja Laki-laki dan Perempuan, serta Kewaspadaan terhadap
Masalah Remaja yang Banyak Ditemukan
Remaja memerlukan informasi mengenai kesehatan reproduksi agar selalu waspada dan
berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Disamping itu
remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara
fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi godaan sepeti ajakan untuk
melakukan seksual dan penggunaan napza (Widyastuti, 2011).
Pertemanan dengan lawan jenis yang sejatinya merupakan sebuah proses untuk saling
mengenal sering disalah artikan sebagai kebebasan berinteraksi dengan lawan jenis.
Hubungan ini seharusnya menjadi jalan untuk saling mengenal bisa jadi malah
menyebabkan masalah baru yang berisiko. Pertemanan dengan lawan jenis yang sehat
adalah memenuhi kriteria “sehat”, baik sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, maupun
sehat seksual (Kemendikbud, 2014).
Sehat secara fisik ditunjukan dengan tidak ditemuinya bentuk kekerasan fisik yang
dilakukan terhadap pasangan. Sehat secara psikis ditandai dengan sikap-sikap bijak
sepasang individu yang terlibat dalam hubungan. Mereka mampu mengendalikan
emosi, berempati terhadap pasangan, saling menghargai, saling percaya, dan saling
menghormati. Sehat secara biologi, remaja yang tengah menjali hubungan ini berada
dalam fase perkembagan dan kematangan seks. Oleh sebab itu, diperlukan kendali
untuk mengontrol dorongan seks sehingga tidak terjerumus seks pranikah. Jika aktivitas
ini sudah disejajarkan dengan aktivitas seksual, artinya hubungan tersebut tidak sehat
(Kemendikbud, 2014).
4. Kehamilan dan Persalinan serta Pencegahannya
Remaja perlu mendapat informasi tentang kehamilan dan persalinan serta
pencegahannya karena kehamilan remaja dapat menimbulkan risiko seperti (Kusmiran,
2011) :
1) Rahim belum siap mendukung kehamilan
2) Sistem hormonal belum terkoordinasi lancar
3) Kematangan psikologis untuk menghadapi proses persalinan yang traumatic dan
untuk mengasuh anak atau memelihara anak belum mencukupi
Kehamilan pada remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi karena pada masa
ini alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya (Kusmiran, 2011).

Program KRR (Ksehatan Reproduksi Remaja) bertujuan untuk membantu remaja agar
memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung
jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi informasi edukasi, konseling, pelayanan, dan
dukungan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif (Kusmiran, 2011) Adapun tujuan dari
pembinaan kesehatan reproduksi remaja adalah menurut Kemenkes RI tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko
lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Perilaku seksual
berisiko antara lain seks pranikah yang dapat berakibat pada kehamilan yang tidak
diinginkan, perilaku seksual berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan perilaku
berisiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV. Perilaku berisiko lain
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi antara lain penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan perilaku gizi buruk yang dapat
menyebabkan masalah gizi khususnya anemia.
2. Mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis, dan sosial untuk menikah dan
menjadi orang tua pada usia yang matang.
a. Mengenal Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Laki-laki (Kemendikbud, 2014 dan Widyastuti, 2011)
Sistem organ reproduksi laki-laki sebagian besar berada di luar tubuh. Adapun
organ reproduksi laki-laki meliputi:
1. Penis
Merupakan organ yang berfungsi sebagai alat senggama dan saluran untuk
pengeluaran sperma dan air mani. Penis banyak mengandung pembuluh darah
dan syaraf. Dapat berubah dari yang semula lemas dan kecil menjadi tegang dan
besar saat ereksi. Hal ini terjadi karena penis terisi darah saat terangsang. Penis
tidak mengandung tulang dan tidak berbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk
penis bervariasi, namun bila penis ereksi ukurannya hampir sama.
2. Preputium
Lekukan kulit yang menutupi glans penis (kepala penis). Karena preputium itu
sempit maka perlu dilakukan sirkumsisi/sunat untuk menjaga kebersihan daerah
ini.
3. Testis
Merupakan organ (terdiri dari 2 buah) penghasil hormon testosteron dan
spermatozoa (cikal bakal sperma). Spermatozoa sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop, bentuknya seperti kecebong, dapat
bergerak sendiri dengan ekornya.
4. Skrotum
Skrotum atau kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot
polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur
suhu testis agar relatif menetap. Fungsi kantong skrotum yang longgar
bermanfaat untuk pengaturan suhu dalam melindungi spermatozoa terhadap
perubahan suhu panas maupun dingin karena spermatozoa tidak tahan terhadap
perubahan suhu.
5. Epididimis
Organ yang berbentuk saluran dengan ukuran sekitar 45-50 cm yang berfungsi
sebagai wadah untuk pematangan spermatozoa sehingga siap untuk
konsepsi/pembuahan.
6. Vas Deferens
Merupakan organ kelanjutan epididimis yang menyalurkan sperma matur ke
vesika seminalis untuk ditampung sementara sebelum terjadi hubungan seksual.
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis epididimis menuju ke
uretra/saluran kencing. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ±
2,5 mm.
7. Kelenjar Prostat
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan sperma (ejakulat/semen) yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma. Kelenjar ini menghasilkan
cairan yang menyertai keluarnya sperma pada saat ejakulasi dalam hubungan
seksual.
8. Sperma dan Semen
Spermatozoa sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop, bentuknya seperti berudu (kecebong), dapat bergerak sendiri dengan
ekornya. Cairan putih dan kental yang diproduksi oleh vesikula seminalis dan
kelenjar prostat bercampur dengan spermatozoa membentuk campuran yang
disebut semen. Pada saat puncak rangsang seksual terjadi orgasme atau
ejakulasi, yaitu semen dipancarkan keluar dari ujung penis yang ereksi. Testis
membutuhkan suhu sedikit lebih rendah dari suhu badan (36-37oC) agar dapat
berfungsi secara optimal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa testis terletak
di luar tubuh yaitu di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Sperma terdiri
dari dua bagian, kepala dan ekor. Pada kepala terdapat nucleus yang akan masuk
ke dalam ovum saat pembuahan. Bagian ekor merupakan bagian yang
menggerakan sperma dari vagina agar dapat mencapai ampula tuba untuk
bertemu dengan ovum.
Gambar 1. Organ Reproduksi Laki-laki

Sumber : Google
b) Organ Reproduksi Perempuan (Kemendikbud, 2014 dan Widyastuti, 2011)
1. Genitalia Eksterna (Organ Reproduksi Bagian Luar)
1) Vulva
Merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris hymen, vestibulum,
orificum urethrae externum, kelenjar-kelenjar dinding vagina.
2) Mons Pubis / Mons Veneris
Mons pubis merupakan lapisan lemak dibagian simfisis pubis, yang mana
tertutup oleh rambut pubis mulai usia remaja sebagai pertanda seksualitas
sekunder.
3) Labia Mayora
Lapisan lemak dengan bentuk lipatan seperti bibir. Labia mayora terdapat
banyak ujung saraf sehingga sensitif saat fase fase hubungan seks.
4) Labia Minora
Lipatan jaringan tipis sebelah dalam dari labia mayora dan merupakan jalan
masuk ke vagina. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan ujung
serabut saraf sehingga merupakan bagian yang sensitif.
5) Clitoris
Merupakan orgran kecil yang terdiri dari korpus yang mana banyak
pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif dan berperan besar
dalam fungsi seksual dalam mencapai orgasme. Ketika fase perangsangan
klitoris akan membesar dan menonjol. Identik dengan penis pada pria.
Ukuran sebesar kacang polong, terdapat reseptor androgen pada klitoris.
6) Perineum
Daerah diantara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis.
Gambar 2. Organ Reproduksi Eksternal Wanita

Sumber : Google
2. Genitalia Interna (Organ Reproduksi Bagian Dalam)
1) Vagina (Liang Kemaluan)
Merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm dan berakhir
pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan
jalan lahir. Selain itu vagina merupakan tempat masuknya penis ketika
berhubungan seksual.
2) Hymen (Selaput Dara)
Merupakan selaput tipis dan biasanya berlubang kecil, letaknya pada
permukaan luar vagina. Hymen ada yang bersifat elastis (tidak mudah
robek) dan ada yang bersifat kaku (mudah robek). Pada seorang gadis yang
belum pernah berhubungan seks, keadaan hymen utuh. Hymen bisa robek
karena penetrasi penis saat berhubungan seksual atau juga bisa robek karena
olahraga atau onani/masturbasi.
3) Uterus (Rahim)
Uterus berbentuk seperti buah pear, berongga dan berotot. Sebelum hamil
beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm, kurang
lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil rahim mampu
membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Uterus terdiri dari 3 lapisan
yaitu:
- Lapisan parametrium
Lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.
- Lapisan Meometrium
Lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan
(kontraksi).
- Lapisan Endometrium
Lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh
hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan
karena pengaruh hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka
lapisan tadi bersama sel telur akan meluruh dan keluar melalui vagina yang
disebut sebagai menstruasi.
4) Serviks Uteri (Leher Rahim)
Merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan dengan bagian
atas vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu
ovulasi, cairan berlendir ini menjadi banyak, elastik, licin. Hal ini membantu
spermatozoa untuk mencapai uterus.
5) Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Tuba fallopi merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang
±10cm dimana pada ujungnya melebar berbentuk sepert ijari tangan yang
disebut fimbria yang menghubungkan uterus dengan ovarium
6) Fimbrae (Umbai-umbai)
Dapat dianalogikan seperti jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi untuk
menangkap sel telur yang dikeluarkan oleh indung telur.
7) Ovarium (Indung Telur)
Terdapat pada kiri dan kanan ujung tuba (Fimbria) dan terletak di rongga
panggul, merupakan kelenjar yang juga memproduksi hormon estrogen dan
progesteron. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium mengandung 150.0000 –
200.000 folikel primordial. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian
ovarium melepas satu ovum yang telah matang, peristiwa tersebut
dinamakan ovulasi.
Gambar 3. Organ Reproduksi Internal Wanita

Sumber : Google
b. Perubahan Fisik Remaja
Pada masa pertumbuhan remaja terjadi empat perubahan fisik yang diantaranya adalah
perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri seks primer, dan
perkembangan ciri seks sekunder (Kusmiran, 2011). Pertumbuhan yang paling spesifik
adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada masa ini pertumbuhan tinggi badan terjadi
sangat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada
pertumbuhan organ seksual dan organ reproduksinya. Pada perempuan pertumbuhan pesat
pada fisiknya terjadi pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun.
Sedangkan pada laki-laki terjadi dua tahun lebih lambat dari pada perempuan, namun setelah
itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 hingga 14 tahun.
Pertumbuhan tinggi remaja ini dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan), faktor gizi, dan
variasi individu (Kemendikbud, 2014).
Tabel 1. Perubahan-perubahan yang Dipengaruhi oleh Hormon
Jenis Perubahan Perempuan Laki-Laki
Hormon Estrogen dan Progesteron Testosteron
Tanda Menstruasi Mimpi Basah
Perubahan Fisik 1. Pertambahan tinggi badan 1. Tumbuh rambut di
2. Tumbuh rambut disekitar alat sekitar kemaluan, kaki,
kelamin dan ketiak tangan, dada, ketiak dan
3. Kulit menjadi lebih halus wajah. Tampak pada
4. Suara menjadi lebih halus dan anak laki-laki mulai
tinggi berkumis, berjambang,
5. Payudara mulai membesar dan berbulu ketiak.
6. Pinggul semakin membesar 2. Suara bariton atau
7. Paha membulat bertambah besar.
8. Mengalami menstruasi 3. Badan lebih berotot
terutama bahu dan dada.
4. Pertambahan berat dan
tinggi badan
5. Buah zakar menjadi lebih
besar dan bila terangsang
dapat mengeluarkan
sperma
6. Mengalami mimpi basah.
Sumber : Kusmiran, 2011

a) Masa Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
kematangan fungsi seksual. Masa pubertas pada kehidupan kita biasanya dimulai saat
kita berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir kurang lebih di usia 15 hingga
16 tahun. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan cepat. Pada perempuan
pubertas ditandai dengan menstruasi dan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Masa pubertas ini terjadi karena hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari
seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh) memproduksi hormon-hormon seks
sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami perubahan. Hormon seks
yang memengaruhi perubahan fisik perempuan adalah estrogen dan progesteron
sedangkan pada laki-laki adalah testosteron (Kemendikbud, 2014).

1) Tanda seks primer


Ciri pertumbuhan dan perkembangan dari seks primer terjadi pada organ seks baik
pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki di usia empat tahun pertumbuhan
testis yang terletak di dalam scrotum 10% dari ukuran matang yang kemudian terjadi
pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun. Setelah itu pertumbuhan testis menurun
dan sudah mencapai perkembangan penuh pada usia dua puluh tahun. Segera setelah
pertumbuhan pesat pada testis, maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Diawali
dengan terjadinya pertumbuhan pada panjang penis yang kemudian disertai berangsur-
angsur dengan besarnya. Jika pertumbuhan organ reproduksi telah matang diikuti
dengan terjadinya mimpi basah (Hurlock, 2003).

Tabel . Stadium Pubertas pada Laki-Laki


Stadium Umur Tanda Pubertas Laki-Laki
I 10–11 Ukuran penis, testis, dan skrotum masih sama dengan anak-
Tahun anak.
II 12-13 Skrotum dan testis membesar, perubahan permukaan kulit
Tahun skrotummenjadi berwarna lebih gelap.
III 13-14 Penis tumbuh menjadi panjang dan testis semakin besar,
Tahun kepala penis menjadi lebih besar dan berwarna semakin
gelap. Rambut pubis dan sekitar penis menjadi lebih banyak
dan lebih tebal. Kadang-kadang mulai timbul kumis.
IV 14-15 Penis terus makin panjang dan mulai semakin tebal.
Tahun Pembesaran testis terus berlanjut. Rambut pubis menjadi
lebih mendekati rambut dewasa, tebal, kasar, dan keriting.
Mulai terjadi ejakulasi pertama kali, mimpi basah. Rambut di
lengan bawah dan daerah muka mulai tumbuh. Suara menjadi
lebih dalam.
V 16 Tahun Pada saat ini tinggi badan, besaran penis dan testis remaja
mencapai ukuran dewasa. Rambut mulai tumbuh di badan
dan makin lama semakin banyak, disamping juga rambut
pubis dan lengan bawah. Rambut pubis terdistribusi
berbentuk segitiga. Rambut daerah muka sudah mulai
berhenti pertumbuhannya. Perubahan hormon juga
menyebabkan perubahan tingkah laku anak dan pembesaran
payudara untuk sementara. Hal ini tidak perlu dicemaskan
karena akan hilang setelah dua tahun. Anak laki-laki sering
mengalami ereksi yang spontan dan mimpi basah.
Sumber : Kemenkes RI (Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Bagi Petugas Kesehatan,
2011)

Pada perempuan, semua organ reproduksi tumbuh selama masa pubertas, meskipun
tingkat kecepatannya berbeda-beda. Kematangan organ reproduksi pada perempuan
ditandai dengan datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran
darah, lendir, dan jaringan sel yang meluruh dari rahim secara berkala yang akan terjadi
kurang lebih setiap 28 hari sampai mencapai menopause (Hurlock, 2003).

2) Tanda seks sekunder


Perubahan seks sekunder tidak berhubungan dengan organ reproduksi secara
langsung dimana ciri dari perubahan ini yang pada akhirnya membedakan laki-laki dan
perempuan (Widyastuti, 2011).
(1) Laki-laki
- Rambut
Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah pertumbuhan testis dan penis.
Rambut ketiak di wajah timbul setelah pertumbuhan rambut kemaluan selesai.
- Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, berwarna pucat, dan pori-pori meluas.
- Kelenjar
Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyad pada kulit semakin membesar
dan aktif sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak
mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak seiring berjalannya masa
puber.
- Otot
Otot bertambah besar dan kuat sehingga memberi bentuk pada lengan, tungkai
kaki, dan bahu.
- Suara
Suara berubah setelah rambut kemaluan tumbuh. Awal mula suara menjadi
serak dan kemudian tinggi suara menurun hingga suara menjadi lebih berat.
- Benjolan Dada
Benjolah kecil di sekitar kelenjar susu timbul sekitar usia 12 sampai 14 tahun
dan setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.
(2) Perempuan
- Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat karena membesarnya tulang
pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
- Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara mulai bertumbuh. Puting
susu membesar dan menonjol disertai dengan berkembangnya kelenjar susu
sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

Tabel 3. Perkembangan Payudara Sesuai Tingkat Pubertas pada Perempuan


Tingkat Pubertas
Perkembangan Payudara
pada Perempuan
Hanya berupa penonjolan puting dan sedikit
Tingkat I pembengkakan jejaring dibawahnya, stadium ini terjadi
pada usia 10-12 tahun.
Payudara mulai sedikit membesar disekitar puting dan
Tingkat II areola (daerah hitam diseputar puting), disertai
perluasan areola.
Areola, puting susu, dan jejaring payudara semakin
Tingkat III menonjol dan membesar, tetapi areola dan puting masih
belum tampak terpisah dari jejaring sekitarnya.
Puting susu dan areola tampak lebih menonjol dari
Tingkat IV
jejaring sekitarnya.
Stadium matang, papila menonjol, areola melebar,
Tingkat V jejaring payudara membesar dan menonjol membentuk
payudara dewasa.
Sumber : Kemenkes RI (Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR) Bagi Petugas
Kesehatan, 2011)

- Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.
Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua
rambut kecuali rambut wajah mula-mula luurus dan terah warnanya kemudian
menjadi lebih subur, kasar, gelap, dan sedikit keriting.
- Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, sedikit pucat, dan lubang pori-pori
bertambah besar.
- Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar
lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan
banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama haid.
- Otot
Otot semakin besar dan kuat terutama pada pertengahan menjelang akhir masa
puber sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai kaki.
- Suara
Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
b) Keputihan
Keputihan biasa terjadi pada perempuan dimana keluarnya cairan selain darah dari
vagina. Penyebab keputihan dapat secara normal dipengaruhi oleh hormon tertentu.
Cairannya berwarnah putih, tidak berbau, dan tidak menunjukkan terdapat kelainan
ketika dilakukan pemeriksaan. Hal ini dapat terjadi secara normal saat masa subur
(ovulasi). Sedangkan keputihan yang tidak normal bisa disebabkan oleh infkesi atau
peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam
yang tidak benar, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak
higiensi, dan adanya benda asing dalam vagina. Selain karena infeksi, keputihan juga
dapat disebabkan oleh masalah hormonal, karena bahan celana yang tidak menyerap
keringat, ataupun karena penyakit menular seksual. Tanda dari keputihan yang tidak
normal adalah cairannya berwarna putih atau bahkan kuning kehijauan, menimbulkan
bau, sangat gatal disertai panas pada bagian kelamin, dan/atau disertai nyeri perut
bagian bawah. Jika seseorang mengalami gejala keputihan yang tidak normal maka
perlu segera memeriksakan diri ke dokter (Kusmiran, 2011).
c) Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium (Bobak 2004). Hal ini terjadi
karena tidak terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal menjadi luruh. Jika wanita tidak mengalami kehamilan
maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Rata-rata siklus menstruasi pada wanita
adalah 28 – 35 hari dengan lama haid 3 – 7 hari. Pada saat menstruasi seorang perempuan
akan kehilangan darah sekitar 30 hingga 100 mL, tetapi ada juga yang mengalami kehilangan
darah hingga dua atau tiga kali lipat namun tidak menunjukkan tanda anemia sehingga tidak
dianggap sebagai kelainan atau penyakit (Sinaga, E., dkk, 2017).
2. Fisiologi Menstruasi
1) Stadium Menstruasi
Stadium ini berlangsung pada 3 – 7 hari dimana pada masa ini endometrium
(lapisan dinding rahim) meluruh sehingga timbul perdarahan. Pada kondisi ini
hormon estrogen, progesteron, dan LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
2) Stadium Proliferasi
Pada masa ini ovarium sendang melakukan proses pembentukan dan pematangan
ovarium. Stadium ini berlangsung pada 7 – 9 hari dimana terjadi sejak berhentinya
darah menstruasi hingga hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir maka dimulai fase
proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase proliferasi terjadi
peningkatan kadar hormon estrogen karena terjadi stimulasi yang berasal dari
folikel ovarium (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
3) Stadium Sekresi/Luteal
Fase ini terjadi sejak ovulasi sampai kurang lebih tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Stadium sekresi berlangsung kurang lebih 11 hari. Hormon
progesteron yang dihasilkan memengaruhi pertumbuhan endometrium sehingga
kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim). Umumnya pada
fase pasca ovulasi wanita cenderung lebih sensitif. Hal ini terjadi karena hormon
reproduksi mengalami peningkatan sehingga pada fase ini wanita mengalami Pre
Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari setelah gejala PMS lapisan dinding
rahim akan mulai luruh kembali (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
4) Stadium Iskemi / Premenstruasi
Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi
estrogen dan progesteron menyusut sehingga kadar kedua hormon tersebut
mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan arteri spiral menjadi spasme
(kaku) sehingga suplai darah ke endometrium terhenti yang kemudian perdarahan
menstruasi dimulai. Stadium ini berlangsung selama 3 hari (Kusmiran, 2011 dan
Sinaga, E., dkk, 2017).
3. Permasalahan Menstruasi
Setiap individu memiliki variasi dari siklus, lama durasi, dan keadaan yang dialami saat
menstruasi. Variasi yang masih sesuai dengan batasan normal maka termasuk kedalam variasi
fisiologis, namun jika variasi berada di luar batas normal maka termasuk kedalam variasi
patologis, dan variasi patologis ini perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dicermati dan
diwaspadai (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
Siklus menstruasi rata-rata terjadi antara 27 – 30 hari, namun pada beberapa kasus
terdapat siklus menstruasi yang sangat pendek yaitu 21 hari atau siklus yang sangat panjang
misal 40 hari masih dapat dianggap normal jika siklus tersebut tetap sepanjang masa
menstruasinya. Namun jika siklus menstruasi lebih pendek dari 21 hari atau lebih panjang
dari 40 hari, maka dapat dikategorikan sebagai kondisi patologis dan perlu dilakukan
pemeriksaan oleh dokter. Sedangkan lama durasi menstruasi terjadi sekitar 3 sampai 6 hari,
namun terdapat beberapa individu yang mengalami menstruasi hanya 1 – 2 hari dan ada pula
hingga 7 hari, kondisi ini masih dikatakan normal jika setiap periode menstruasi terjadi
seperti itu (Kusmiran, 2011 dan Sinaga, E., dkk, 2017).
1) Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak menyenangkan
baik secara fisik maupun psikis dan terjadi pada perempuan saat menjelang masa haid
(American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2016). Pra Menstrual Syndrome
terjadi karena tingkat kepekaan atau sensitivitas individu terhadap perubahan kadar hormon
yang terjadi di dalam tubuhnya saat menstruasi. Pra Menstrual Syndrome yang terjadi dapat
bersifat ringan maupun berat. PMS yang berlangsung ringan bukan merupakan gejala yang
perlu dikhawatirkan. Namun, jika PMS yang dialami cukup parah seperti sakit kepala yang
berkepanjangan, demam tinggi, atau bahkan pingsan perlu diwaspadai dan dikonsultasikan
dengan dokter. PMS yang cukup parah ini disebut sebagai Pre Menstrual Dysphoric Disorder
(PMDD) (Biggs and Demuth, 2011 dan Alvero, 2017 dalam Sinagam E., dkk, 2017). Adapun
gejala PMS yang paling sering dialami perempuan adalah sebagai berikut (Kusmiran, 2011
dan Sinaga, E., dkk, 2017):
- Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara
- Timbul jerawat
- Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan manis dan asin
- Berat badan bertambah
- Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang timbul kram
- Konstipasi (sembelit)
- Sakit kepala
- Pegal linu
- Nyeri punggung
- Lemas dan lesu
- Mudah lelah
- Mudah cemas dan tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Gangguan tidur (insomnia)
Pada PMDD gejala yang timbul semakin berat terutama secara psikologis atau
emosional .
(1) Faktor Penyebab PMS
Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadi PMS pada seseorang,
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Riwayat anggota keluarga seperti ibu atau nenek.
- Usia
- Masalah kesehatan jiwa
- Kurang olahraga
- Kurang vitamin dan mineral, terutama vitamin B6, kalsium, dan magnesium
- Terlalu banyak mengkonsumsi garam yang dapat menyebabkan kembung dan retensi
air dalam tubuh.
- Terlalu banyak mengkonsumsi kopi
(2) Cara Mengatasi PMS
Terdapat berbagai macam cara untuk mengatasi atau mencegah PMS. Pada individu
dengan PMS ringan tidak perlu pengobatan atau terapi khusus karena gejala tersebut
akan hilang dengan sendirinya. Bagi individu dengan PMS yang cukup mengganggu
aktivitas sehari-hari dapat dicegah maupun diatasi dengan melakukan olahraga ringan
secara teratur kurang lebih 15 – 30 menit setiap hari, tidur dan istirahat yang cuku, serta
makan makanan yang bergizi. Jika gejala PMS yang dialami cukup parah atau lazim
disebut PMDD maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter (Sinaga, E., dkk, 2017).
d) Mimpi Basah
Mimpi basah dapat terjadi pada remaja laki-laki kurang lebih antara usia 9 – 14 tahun.
Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar sekitar 2 – 3 minggu. Mimpi
basah merupakan keluarnya cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah.
Ketika testis mulai bereproduksi, maka setiap hari testis mereproduksi sperma
(Kusmiran, 2011).

c. Perawatan Organ Reproduksi


Perawatan organ reproduksi laki-laki dan perempuan terdapat beberapa perbedaan
(Kusmiran, 2011).
a) Perawatan Organ Reproduksi Perempuan
1. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
2. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan air atau
kertas pembersih (tisu), gerakan cara membersihkan anus untuk perempuan adalah
dari daerah vagina kearah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina.
3. Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci vagina.
4. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa
ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimpulkan rasa tidak nyaman dan gatal.
5. Tidak memasukan benda asing ke dalam vagina.
6. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.
7. Tidak menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.
8. Pemakaian cairan pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.

Perawatan pada saat menstruasi juga perlu dilakukan karena pada saat menstruasi
pembuluh dalam Rahim sangat mudah terkena infeksi. Kebersihan harus sangat dijaga karena
kumah mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
Pembalut tidak boleh dipakai lebih dari enam jam atau harus diganti sesering mungkin bila
sudah penuh oleh darah menstruasi. Selain itu, badan terasa kurang segar pada saat
menstruasi karena tubuh memproduksi lebih banyak keringat dan minyak serta cairan tubuh
lainnya. Oleh karena itu, remaja harus tetap mandi dan keramas seperti biasa (Kusmiran,
2011).

b) Perawatan Organ Reproduksi Laki-laki (Kusmiran, 2011) :


1. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari
2. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan air atau
kertas pembersih (tisu).
3. Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci kemaluan.
4. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa
ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimpulkan rasa tidak nyaman dan gatal.
5. Tidak menggunakan celana dalam yang ketat yang dapat mempengaruhi suhu
testis hingga mengganggu produksi sperma.
6. Melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran atau smegma (cairan
dalam kelenjar sekitar alat kelamin dan sisa air seni) sehingga alat kelamin
menjadi bersih.
Referensi
Alvero R. (2017). Premenstrual syndrome. In: Ferri FF, ed. Ferri’s Clinical Advisor 2017.
Philadelphia, PA: Elsevier: 1031-1032.
Biggs, WS & Demuth, RH. (2011). Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric
Disorder. Am Fam Physician 84(8): 918-924
BKKBN, ICMI & IYHPS. (2018). Pedoman Penyusunan Materi Edukasi Bagi Mahasiswa
“Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pergaulan Sehat” dengan Pendekatan
Kecakapan Hidup.
https://pkbi-diy.info/pendidikan-kesehatan-reproduksi/. (2009). Diakses pada tanggal 15
September 2019.
Hurlock, E.B. (2003). Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan Edisi Kelima”. Jakarta : Erlangga.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Perduli Remaja.
Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pusat Data dan Informasi “Situasi Kesehatan Reproduksi
Remaja”. Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2014). Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja Untuk Peserta Didik SMA/SMK/MA Sederajat (Pegangan Bagi Guru). Jakarta.
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Perempuan. Jakarta : Salemba Medika.
Prijatni, Ida & Rahayu, Sri. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan “Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana”. Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Sarwono, S.W., (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Sinaga, E., dkk. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional IWWASH
Global One.
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.Cetakan 2. Sagung Seto.
Jakarta.
Undang-Undang RI No. 36. (2009). Tentang Kesehatan.
Widyastuti, Y. et al. (2011). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai