Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PEMAHAMAN LANJUT PRINSIP DAN TEORI KESPRO

1. Skematis Determinan kelangsungan hidup anak (child Survival) menurut Mosley dan
Chan (1988) adalah sebagai berikut :

Mosley dan Chen (1984) membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap


kelangsungan hidup anak menjadi dua, yaitu; (1) Variabel yang dianggap eksogenous atau
sosial ekonomi (seperti budaya, sosial, ekonomi, masyarakat, dan faktor regional) dan; (2)
Variabel endogenous atau faktor biomedical (seperti pola pemberian ASI, kebersihan,
sanitasi dan nutrisi). Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan angka
kematian anak sangat kuat, walaupun masih merupakan Black Box mengenai
mekanisme pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap angka kematian anak dalam
penelitian sosial. Faktor medis yang menyebabkan kematian anak tidak dapat dimasukkan
ke dalam ranah penelitian sosial, melainkan ke dalam penelitian medis. Faktor medis
tersebut lebih difokuskan pada proses biologi dari penyakit, seperti penyakit yang
menyebabkan kematian anak (infeksi, diare dan kurang gizi).

2. Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis,
antara lain :
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai individu)
berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas,
reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis
yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehtan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak melawan
hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya,
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan
persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan
f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang
diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat
dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam menjalani
kehidupan seksual yang bertanggungjawab
h. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
3. Kematian bayi dan anak dapat dipengaruhi berbagai faktor, di indonesia Pneumonia, diare,
dan malaria masih menjadi penyebab utama kematian anak secara global, mengklaim
kehidupan sekitar 6.000 anak balita setiap hari. Masalah gizi adalah hampir setengah dari
kematian ini. Selain itu secara garis besar Angka kematian bayi dan anak di pengaruhi
oleh 2 variabel besar yaitu variabel endogen dan variabel eksogen yang sangat
berpengaruh dan memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan AKB di
Indonesia. Dimana faktor itu adalah :
a. Faktor Biologis (Endogen)
Faktor-faktor maternal : usia, keseimbangan, dan jarak kelahiran.
Kontamiasi lingkungan : udara, air/makanan/jari-jari, kulit/tanah/benda-benda mati,
vektor serangga.
Kekurangan nutrisi : kalori,protein, mikronutrien (vitamin dan mineral)
Aborsi : kecelakaan, dan disengaja.
Pengawasan kesehatan perorangan : ukuran-ukuran pencegahan, dan perawatan
medis.
b. Faktor-faktor (Eksogen) sosio-ekonomi
Variabel-variabel Tingkat individu
Variabel-variabel tingkat rumah tangga
Variabel-variabel tingkat masyarakat
4. Program program kesehatan reproduksi yang telah dilaksanakan di Indonesia
diantaranya :
a. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh
kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu
penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah
b. Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program
dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan
peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di
dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi
c. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah
mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai
pendekatan pendidik sebaya atau peer conselor
d. Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan peduli remaja dengan
melibatkan remaja dalam kegiatan secara penuh.
e. Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke
dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler
seperti : bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan
Usaha Kesehatan Sekolah.
f. Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat
diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang
taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah.
5. Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan
dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari
berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label
jender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter 2005).
Seksual remaja dapat diartikan sebagai perasaan seksual, perilaku dan perkembangan
yang di alami pada periode remaja dan merupakan tahap seksualitas manusia.
pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar lawan jenis, baik itu
interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan. Dalam berkencan dengan
pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dalam berbagai
cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan tangan,
berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan rasa
ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik
perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks, ada remaja yang
melakukan secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan seksual.
6. Masalah kesehatan remaja yang dapat yang sedang dialami oleh remaja indonesia menurut
Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2016, merupakan :
Perokok aktif hingga saat ini: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%.
peminum alkohol: Perempuan: 1,7%; dan lelaki: 15,6%.
Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %.
Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%.
Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%; pada yusia 12-14 tahun:
22,6%; usia 15-17 tahun: 39,5%; usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting pada
saat pacaran: 6,5%.
Lelaki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,0%; usia 12-14 ytahun: 18,6%;
usia 15-17 tahun: 36,9%; usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting saat pacaran:
19,2%.
Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%.y
Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun:
1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun:
0,1%.
Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah ypada remaja
berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi
begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki,
alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%).
Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami KTD, 60% di
antaranya mengalami atau melakukan aborsi.
Selain itu berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menunjukkan 17% perempuan yang saat ini berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun;
Sementara itu, terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan pertama kali
menikah. Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%,
sedangkan perempuan usia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4%
(BPS and Macro International, 2008).
7. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-
mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural.
Sedangkan ruang lingkup Kesehatan reproduksi Masa remaja meliputi;
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
j. penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender, praktik tradisional
berbahaya, perilaku seks tidak aman, kehamilan remaja, aborsi tidak aman,
ISR/IMS/HIV/ AIDS.
k. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan hukum/sosial,
pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan, kontrasepsi yang sesuai,
pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga, konseling dll .
Asuhan apa yang diberikan ;
a) Gizi seimbang
b) Informasi tentang kesehatan reproduksi
c) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e) Perkawinan pada usia yang wajar
f) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap
godaan dan ancaman.
8. Sehat adalah hak asasi maksudnya adalah bahwa setiap manusia memiliki hak yang baku
untuk dapat hidup sehat dan menerima pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas
untuk menjamin derajat kesehatan. kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat
kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional.
Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain.
Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak
bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk
berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh
pendidikan demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya
kehidupan sebagai manusia. Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai
kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasioal.
Sedangkan dalam sekala nasionalPasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa:
a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
b. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin.
c. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Jaminan atas hak memperoleh derajat kesehatan yang optimal juga terdapat dalam pasal 4
UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
Sedangkan sehat investasi menunjukan bahwa hidup sehat kita akan nyaman dan tentram
dalam menjalani sebuah kehidupan. Dibandingkan harus dengan menjalani hidup dengan
sakit, tentu lebih baik kita melakukan gaya hidup sehat agar kita selalu sehat. Sebagai
contoh Ketika seseorang sehat kembali setelah terbangun dari kesakitan. Dalam hati ia
akan berkata, Aku tidak boleh sakit lagi, aku harus tetap sehat dan harus lebih sehat
dari keadaan sebelumnya.. Ia mulai menata hidup, berolah raga secara teratur, makan
makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup, dan menghindari hal-hal yang
dapat memicu terjadinya penyakit. Ia selalu mengingat ketika ia sakit, Yang Kuasa belum
menjemputnya, ia begitu menderita. Dan sekarang ia sehat. Aku harus selalu sehat
pintahnya dalam hati. Kalau aku sakit dan terus menuju ke liang lahat, no problem!?
untuk itu, sekali lagi, Aku harus selalu sehat, dan ingin hidup seribu tahun lagi, selalu
sehat adalah modal untuk tidak sakit. Kesehatan adalah investasi! lanjutnya dalan hati.
Berbahagialah orang yang sehat dan selalu hidup sehat.
9. Ada banyak faktor penyebab terjadinya malnutrisi pada anak dan remaja di antaranya
antara lain:
a. Konsumsi makanan. Konsumsi makanan secara langsung sangat berpengaruh pada
tercukupinya kebutuhan asupan gizi bagi tubuh.
b. Produksi pangan. Produksi pangan merupakan suatu penyediaan pangan bagi keluarga.
Produksi pangan dapat dilakukan dengan cara membeli atau memproduksi sendiri.
c. Keadaan infeksi. Ada hubungan erat antara infeksi (virus, bakteri, parasit) dengan
malnutrisi. Ada interaksi yang kuat antara penyakit infeksi dengan malnutrisi. Infeksi
akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanismenyapun
bermacam-macam dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan seperti
penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi,
pengurangan makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat
muntah-muntah dan diare, meningkatnya kebutuhan baik dari kebutuhan akibat sakit
dan parasit yang ada didalam tubuh (Scrimshaw et al 1995).
d. Pengaruh budaya. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara
lain sikap terhadap makanan, produksi pangan, dan penyebab penyakit. Konsumsi
makanan yang rendah dapat disebabkan dengan adanya penyakit terutama penyakit
saluran pencernaan. Produksi pangan juga dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi
keluarga.
e. Faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial dan ekonomi ini meliputi keadaan keluarga
(hubungan antar setiap anggota keluarga, jarak kelahiran setiap anak), pendidikan,
keadaaan penduduk dalam suatu masyarakat, pekerjaa, pendapatan dan pengeluaran
setiap keluarga, harga makanan tergantung pada pasar dan variasi musim.
f. Pelayanan kesehatan dan pendidikan. Meskipun tidak secara langsung berpengaruh,
faktor pelayanan kesehatan dan pendidikan merupakan faktor tidak langsung dari
penyebab terjadinya malnutrisi.
10. Masa Remaja Awal umur antara 10 12 tahun
Ciri khas :
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
Masa Remaja Tengah Umur antara 13 - 15 tahun
Ciri yang khas pada masa ini :
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks
Masa Remaja Akhir umur antara 16 - 19 tahun
a. Pengungkapan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra jasmani dirinya
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e. Mampu berpikir abstrak
TUGAS PEMAHAMAN LANJUT PRINSIP DAN TEORI KESPRO

1. Kematian bayi dan anak dapat dipengaruhi berbagai faktor, di indonesia Pneumonia, diare,
dan malaria masih menjadi penyebab utama kematian anak secara global, mengklaim
kehidupan sekitar 6.000 anak balita setiap hari. Masalah gizi adalah hampir setengah dari
kematian ini. Selain itu secara garis besar Angka kematian bayi dan anak di pengaruhi
oleh 2 variabel besar yaitu variabel endogen dan variabel eksogen yang sangat
berpengaruh dan memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan AKB di
Indonesia. Dimana faktor itu adalah :
a. Faktor Biologis (Endogen)
Faktor-faktor maternal : usia, keseimbangan, dan jarak kelahiran.
Kontamiasi lingkungan : udara, air/makanan/jari-jari, kulit/tanah/benda-benda mati,
vektor serangga.
Kekurangan nutrisi : kalori,protein, mikronutrien (vitamin dan mineral)
Aborsi : kecelakaan, dan disengaja.
Pengawasan kesehatan perorangan : ukuran-ukuran pencegahan, dan perawatan
medis.
b. Faktor-faktor (Eksogen) sosio-ekonomi
Variabel-variabel Tingkat individu
Variabel-variabel tingkat rumah tangga
Variabel-variabel tingkat masyarakat
2. Program program kesehatan reproduksi yang telah dilaksanakan di Indonesia
diantaranya :
a. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh
kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu
penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah
b. Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program
dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan
peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di
dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi
c. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah
mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai
pendekatan pendidik sebaya atau peer conselor
d. Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan peduli remaja dengan
melibatkan remaja dalam kegiatan secara penuh.
e. Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke
dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler
seperti : bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan
Usaha Kesehatan Sekolah.
f. Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat
diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang
taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah.
3. Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak
lahir sampai mati. Pelaksanaan kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan siklus
hidup (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan
yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak
reproduksi perorangan dengan bertumpu pada program pelayanan yang tersedia. Dalam
pendekatan siklus hidup di kenal lima tahap,beberapa pelayanan kesehatan reproduksi
dapat di berikan pada tiap tahapan berikut ini.
a. Konsepsi : a. Perlakukan sama terhadap janin laki-laki atau perempuan b. Palayanan
antenatal, persalinan, dan nifas yang aman serta pelayanan bayi baru lahir
b. Bayi dan Anak: a. ASI eksklusif dan penyapihan yang layak b. Tumbuh kembang anak
dan pemberian makanan dengan gizi seimbang c. Imunisasi, manajemen terpadu balita
sakit (MTBS) dan manajemen terpadu bayi muda (MTBM) d. Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan e. Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang sama pada laki-laki dan perempuan
c. Remaja : a. Gizi seimbang b. Informasi tentang kesehatan reproduksi c. Pencegahan
kekerasan sosial d. Pencegahan terhadap ketergantungan narkotik, psikotropika, dan zat
adiktif e. Perkawinan pada usia yang wajar f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan
ancaman
d. Usia Subur : a. Kehamilan dan persalinan yang aman b. Pencegahan kecacatan da
kematian akibat kehamilan akibat kehamilan pada ibu dan bayi c. Menjaga jarak
kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi atau KB d.
Pencegahan erhadap PMS atau HIV/AIDS e. Pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas f. Pencegahan penanggulangan masalah aborsi secara rasional g. Deteksi
dini kanker payudara dan leher rahim h. Pencegahan dan manajemen infertilitas
e. Usia Lanjut : a. Perhatian terhadap menopause/andropause b. Perhatian penyakit utama
degeneratif termasuk rabun, gangguan morbilin dan esteoporosis c. Deteksi dini kanker
rahim dan kanker prostat.
4. Maksud dari pendekatan siklus hidup dalam kesehatan reproduksi Pendekatan yang
diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah pendekatan
siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan
dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk
pada masa kehidupan selanjutnya. Dalam pendekatan siklus hidup ini dikenal lima
tahap, yaitu :
a. Konsepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut
Berikut digambarkan pendekatan siklus hidup kesehatan reproduksi, untuk laki-laki dan
perempuan dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan. Perempuan mempunyai
kebutuhan khusus dibandingkan laki-laki karena kodratnya untuk haid, hamil, melahirkan,
menyusui, dan mengalami menopause, sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan
yang lebih intensif selama hidupnya. Ini berarti bahwa pada masa-masa kritis, seperti pada
saat kehamilan, terutama sekitar persalinan, diperlukan perhatian khusus terhadap
perempuan
5. Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis,
antara lain :
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai individu)
berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi
dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan
untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehtan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak melawan
hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya,
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan
persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan
f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang
diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat
dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam menjalani
kehidupan seksual yang bertanggungjawab
h. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap,
dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
6. Paket pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK) adalah pelayanan kesehatan
reproduksi yang mencakup semua pelayanan tentang masalah kesehatan reproduksi dan
seksual yang terjadi pada semua siklus kehidupan. Komponen PKRK meliputi :
a. Kesehatan Bayi dan anak
b. Remaja
c. Infertilitas
d. Kekerasan terhadap perempuan
e. Kesehatan dan kesejahteraan maternal (Safe-motherhood)
f. Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS
g. Penyakit kanker alat reproduksi
h. Masalah usia lanjut seperti osteoporosis
Paket Pelayanan Kesehatan Esensial (PKRE) ditunjukan untuk masalah masalah kesehatan
reproduksi yang menjadi prioritas. Prioritas dari PKRE adalah :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan dan kesejahteraan maternal (Safe-motherhood)
c. Pencegahan dan manajemen komplikasi aborsi
d. PMS dan HIV/AIDS
e. Pencegahan dan manajemen Infertilitas
f. Kesehatan reproduksi remaja
7. Kesehatan reproduksi meningkatkan kualitas sumber daya manusia hal ini tentu sangat
berhubungan karena dengan terxcapainya kesehatan reproduksi yang sejahtera tentunya
akan berimplikasi dengan terciptanya sumber daya manusia yang sehat, bermutu dan
berkualitas, karena sehat merupakan modal utama untuk menentukan seseorang dapat
bekerja, beraktivitas ataupun segala lain hal. Oleh karena itu kesehatan menjadi sumber
utama juga untuk menciptakan SDM yang berkualitas tinggi.
8. Kesehatan reproduksi mendapatkan perhatian secara global dikarenakan kesehatan
reproduksi bukan semata bebas penyakit dan kecacatan dari sistem, fungsi dan proses
reproduksi. Tetapi juga menyangkut sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh.
Karena itu persoalan kesehatan reproduksi harus terus menerus disosialisasikan kepada
masyarakat. Selain itu untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing diperlukan SDM
yang berkualitas yang dicapai dengan penduduk tumbuh seimbang. Selain itu untuk
meningkatkan kualitas SDM diperlukan pembangunan pendidikan dan kesehatan yang
dilakukan dalam rangka terwujudnya masyarakat bermartabat, berakhlak mulia dan
menghargaikeberagaman. Sehingga mampu bersaing di era global dengan tetap
berlandaskan norma kehidupan masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
individu, termasuk didalamnya tentang kesehatan reproduksi.
9. Komponen kesehatan reproduksi antara lain
a. Kepuasan Klien
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam, 2011).
Sedangkan pasien adalah makhluk bio-psiko sosial ekonomi budaya. Artinya dia
memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan harapan dari aspek biologis
(kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang,
pangan, dan afiliasi sosial), serta aspek budaya (Supriyanto dan Ernawaty, 2010).
Pengertian kepuasan pasien menurut Kotler adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kinerja atau hasil sebuah produk dan harapan-harapannya (Nursalam, 2011). Kepuasan
pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan
pasien sebelum menerima jasa pelayanan dengan sesudah menerima jasa layanan.
b. Siklus kehidupan
Pendekatan yang digunakan memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan. Serta kesinambungan antar fase
kehidupan.dengan demikian masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan,
dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal itu dapat berakibat
buruk pada masa kedupan selanjutnya.
c. Pelayanan Proaktif
Proaktif adalah suatu tindakan seseorang yang memiliki banyak tindakan yang
mengarah ke hal-hal yang positif. Orang yang Proaktif selalu memiliki rangsangan,
kesadaran diri, imajinasi, suara hati, kehendak bebas serta memiliki respon akan tetapi
dia memiliki suatu pilihan untuk melakukan suatu hal yang bernilai positif. Jadi
pelayanan proaktif adalah pelayanan yang berintraksi langsung dan berusaha merangkul
bukan hanya menunggu datangnya klien atau pasien
d. Kualitas Pelayanan Kesehatan reproduksi
Salah satu kebutuhan primer setiap orang ialah hidup sehat. Oleh karena itu,
manusia mempunyai hak untuk memperoleh layanan kesehatan. Dalam hal ini pihak-
pihak yang mempunyai kebijakan, dan para tenaga kesehatan masyarakat dituntut untuk
memenuhi kebutuhan tersebut sehingga perlu merealisasikannya agar program
kesehatan masyarakat tercapai. Suatu pelayanan kesehatan reproduksi yang baik tidak
hanya dapat direalisasikan oleh para tenaga kesehatan saja melainkan adanya kerjasama
antara para pengguna jasa kesehatan dan petugas kesehatan. Maka, apabila kerjasama
dalam pelayanan kesehatan ini telah tercipta, masyarakat tidak akan merasa dirinya
diatur oleh tenaga kesehatan melainkan butuh terhadap kesehatan tersebut. Begitupun
sebaliknya, para tenaga kesehatan tidak akan merasa diserang apabila ada masyarakat
yang mengeluh terhadap pelayanan kesehatan tetapi mengartikannya sebagai koreksi
terhadap cara berfikir dan melayani kesehatan konsumen. membuat hubungan saling
ketergantungan antara pihak masyarakat dan pihak tenaga kesehatan.
10. Penjelasan masing - masing komponen utama dalam kesehatan reproduksi
a. Kepuasan Klien
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam, 2011).
Sedangkan pasien adalah makhluk bio-psiko sosial ekonomi budaya. Artinya dia
memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan harapan dari aspek biologis
(kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang,
pangan, dan afiliasi sosial), serta aspek budaya (Supriyanto dan Ernawaty, 2010).
Pengertian kepuasan pasien menurut Kotler adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kinerja atau hasil sebuah produk dan harapan-harapannya (Nursalam, 2011). Kepuasan
pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan
pasien sebelum menerima jasa pelayanan dengan sesudah menerima jasa layanan.
b. Siklus kehidupan
Pendekatan yang digunakan memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan. Serta kesinambungan antar fase
kehidupan.dengan demikian masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan,
dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal itu dapat berakibat
buruk pada masa kedupan selanjutnya.
c. Pelayanan Proaktif
Proaktif adalah suatu tindakan seseorang yang memiliki banyak tindakan yang
mengarah ke hal-hal yang positif. Orang yang Proaktif selalu memiliki rangsangan,
kesadaran diri, imajinasi, suara hati, kehendak bebas serta memiliki respon akan tetapi
dia memiliki suatu pilihan untuk melakukan suatu hal yang bernilai positif. Jadi
pelayanan proaktif adalah pelayanan yang berintraksi langsung dan berusaha merangkul
bukan hanya menunggu datangnya klien atau pasien
d. Kualitas Pelayanan Kesehatan reproduksi
Salah satu kebutuhan primer setiap orang ialah hidup sehat. Oleh karena itu,
manusia mempunyai hak untuk memperoleh layanan kesehatan. Dalam hal ini pihak-
pihak yang mempunyai kebijakan, dan para tenaga kesehatan masyarakat dituntut untuk
memenuhi kebutuhan tersebut sehingga perlu merealisasikannya agar program
kesehatan masyarakat tercapai. Suatu pelayanan kesehatan reproduksi yang baik tidak
hanya dapat direalisasikan oleh para tenaga kesehatan saja melainkan adanya kerjasama
antara para pengguna jasa kesehatan dan petugas kesehatan. Maka, apabila kerjasama
dalam pelayanan kesehatan ini telah tercipta, masyarakat tidak akan merasa dirinya
diatur oleh tenaga kesehatan melainkan butuh terhadap kesehatan tersebut. Begitupun
sebaliknya, para tenaga kesehatan tidak akan merasa diserang apabila ada masyarakat
yang mengeluh terhadap pelayanan kesehatan tetapi mengartikannya sebagai koreksi
terhadap cara berfikir dan melayani kesehatan konsumen. membuat hubungan saling
ketergantungan antara pihak masyarakat dan pihak tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai