Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR EVIDENCE BASED MIDWIFERY

BERSPEKTIF GENDER DAN HAM DALAM


ASUHAN KEBIDANAN

OLEH :

SRY HASTUTI

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2017
KONSEP DASAR EVIDENCE BASED MIDWIFERY
PERSPEKTIF GENDER DAN HAM DALAM
ASUHAN KEBIDANAN

Kehamilan dan melahirkan dapat menimbulkan resiko kesehatan yang


besar, termasuk perempuan yang tidak mempunyai masalah kesehatan sebelumnya.
Kira-kira 40% ibu hamil (bumil) mengalami masalah kesehatan yang berkaitan
dengan kehamilan; dan 15% dari semua bumil menderita komplikasi jangka
panjang atau yang dapat mengancam jiwa. Oleh karena itu, pengenalan mengenai
pencegahan dan penanganan yang terbukti dapat dijalankan (evidence based) bisa
melindungi keselamatan ibu dan bayinya. Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik
( evidence based ) yang tersedia sehingga tenaga kesehatan bidan dan pasien
mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada
akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan.
Setiap manusia baik laki-laki maupun wanita dalam kehidupannya terjadi
perubahan atau mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik secara fisik,
psikis maupun sosial kemasyarakatan. Perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk dan dibuat oleh masyarakat dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial merupakan
arti gender.
Kesehatan dan HAM seharusnya diprioritaskan diatas kepentingan ekonomi
dan politik.Namun laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam The World
Health Report 2001 kembali menyatakan kondisi kesehatan di Indonesia belum
menunjukkan kemajuan.
Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dengan hak asasi manusia
(HAM). HAM ada melekat pada manusia, apabila HAM dihilangkan berarti
hilanglah kemanusiaannya seorang manusia. Oleh karenanya, HAM bersifat
fundamental maka adanya merupakan keharusan, siapapun tidak dapat
mengganggu dan setiap orang harus memperoleh perlindungan HAM-nya.
Manusia memiliki hak-hak dasar untuk hidup, martabat dan pengembangan
kepribadiannya, yang menjadikan tonggak HAM yang berasal dari akal, kehendak
dan bakat manusia. Berdasarkan kultur, sejarah dan sumberdaya orang berbicara
tentang masyarakat.

Praktik Asuhan Berspektif Gender dan HAM dalam Kebidanan dan


Lingkungan Kesehatan
Berdasarkan Permenkes No.900/menkes/SK/VII/2002, Praktik Kebidanan
dalam asuhan berspektif gender dan HAM meliputi pelayanan terhadap kebidanan,
pelayanan terhadap keluarga berencana dan pelayanan terhadap kesehatan
masyarakat.
1. Pelayanan terhadap kebidanan
Memberikan asuhan bagi perempuan mulai dari masa pra-nikah, pra
kehamilan, selama hamil hingga melahirkan, nifas, menyusui, interval antar
kehamilan hingga masa menopause. Pelayanan kepada bayi baru lahir, bayi dan
balita (usia 1-5 tahun)
2. Pelayanan terhadap keluarga berencana
Memberikan konseling KB dan penyediaan berbagai jenis kontrasepsi, lengkap
dengan nasihat/tindakan jika timbul efek samping.
3. Pelayanan terhadap kesehatan masyarakat
Memberikan asuhan bagi keluarga yang mengasuh anak termasuk pembinaan
kesehatan keluarga, kebidanan komunitas termasuk persalinan di rumah,
kunjungan rumah, serta deteksi dini kelainan pada ibu dan anak.

Asuhan kebidanan yang dapat diberikan pada wanita sepanjang siklus


kehidupan, antara lain:
1. Bayi dan Anak
Asuhan yang diberikan :
a. ASI Eksklusif
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan
(KTP)
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan
2. Remaja
Asuhan yang diberikan :
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Peningkatan pendidikan, keterampilan, penghargaan diri dan pertahanan
terhadap godaan dan ancaman
3. Usia Lanjut
Asuhan yang diberikan :
a. Perhatian pada problem meno/andro-pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis.
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem
sirkulasi,kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi,
payudara/kanker prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman
reproduksisebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini

Perspektif gender terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja


perempuan, dapat dipengaruhi oleh dua hal sebagai berikut :

1. Faktor biologis yang ditetapkan oleh kromosom


Faktor fisiologis dan bentuk biologis alat-alat reproduksi remaja perempuan
menyebabkan mereka lebih mudah ketularan PMS dibanding dengan anak laki-laki.
2. Faktor gender
Faktor sosial budaya dengan norma-norma dan ”aturan main” sangat
memengaruhi cara berpikir, sikap dan prilaku perempuan dan laki-laki. Gender juga
sangat menentukan bagaimana hubungan antar remaja dan bagaimana orang lain
memperlakukan remaja laki-laki dan perempuan.

Perspektif gender terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja laki-laki


Remaja laki-laki mempunyai masalah kesehatan reproduksi yang dapat
berubah menurut siklus kehidupan, serta dipengaruhi oleh budaya dan praktek-
praktek medis yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi segera setelah mereka
lahir. Ketika anak laki-laki mencapai masa pubertas, mereka mulai merasakan
perubahan fisik termasuk perubahan suara, munculnya alat kelamin sekunder serta
meningkatkan perkembangan jaringan otot. Perubahan-perubahan fisik sering kali
diikuti dengan perubahan emosional dan perilaku, termasuk perkembangan
perasaan seksual, belajar tentang hak-hak seksual dan pertanyaan seputas isu seks.
Pengalaman dan respons dari anak laki-laki terhadap perubahan ini membentuk
tingkat yang lebih tinggi terhadap peran gender dan antipasi terhadap budayanya.

Peran Remaja Laki-Laki terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan


Terdapat beberapa cara dimana remaja laki-laki sebagai saudara, pacar, teman
bagi remaja perempuan, dapat mengambil peranan yang akan berpengaruh positif
terhadap kesehatan reproduksi remaja perempuan, diantaranya :
- Mendorong remaja perempuan untuk mendapatkan gizi yang seimbang
- Mencegah penyebaran penyakit menular seksual kepada remaja
perempuan
- Mencegah segala bentuk kekerasan terhadap remaja perempuan
- Mendukung partisipasi dalam organisasi kemasyarakatan termasuk akses
terhadap kehidupan sosial, politik dan kesempatan mendapat pendidikan
- Mendukung hak remaja perempuan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dan pendidikan serta menghormati persamaan hak dengan
remaja laki-laki.

Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai Hak Asasi Manusia (HAM)


Kesehatan adalah hak setiap manusia yang merupakan bagian dari harkat
martabatnya sebagai manusia. Hak kesehatan reproduksi dan seksual mencakup
hak-hak yang telah diakui dalm perilaku peraturan perundang-undangan nasional,
dokumen-dokumen internasional hak-hak asasi manusia. Hak-hak ini berdasarkan
pengakuan terhadap hak-hak asasi dari setiap orang atau pasangan untuk secara
bebas dan bertanggung jawab mengambil keputusan tentang jumlah, jarak dan
waktu kelahiran anak-anak mereka dan memiliki informasi dan kemampuan untuk
melaksanakan keputusan, serta hak untuk mencapai derajat kesehatan seksual dan
reproduksi yang setinggi-tingginya.

Peran Gender
Peran ekonomi dan sosial yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-
laki. Laki-laki biasanya diidentifikasi dengan peran produktif, sementara
perempuan mempunyai tiga peran yaitu tanggung jawab domestik, pekerjaan
produktif dan kegiatan masyarakat yang biasanya dilakukan secara simultan. Peran
dan tanggung jawab gender berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya dan
dapat berubah sepanjang waktu. Hampir di semua masyarakat peran perempuan
cenderung tidak dihargai.
Pembelajaran yang paling berpengaruh melalui sistem nilai seksual dalam
keluarga dan masyarakat. Anak mendapatkan sikap tentang suatu nilai tersebut
sejak dini. Sumber pembelajaran yang juga berpengaruh adalah berbagai lambang
dan diskusi dengan taman sebaya. Meskipun demikian tidak sepenuhnya peran
gender merupakan ciri masyarakat. Walaupun demikian, ada perbedaan perilaku
anak-anak dibandingkan anak perempuan bahkan semenjak masih bayi.
Diperkirakan hormon seksual mempunyai pengaruh pada otak dan perilaku. Peran
gender merupakan area seksualitas yang tumpang tindih antara komponen
psikologis, biologis dan sosiokultural.

Anda mungkin juga menyukai