Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI ILMU KEBIDANAN-MIDWIFERY

Oleh : Kelompok 1

Rizkiyah Novianti : 2320332001


Bintari Tri Anggraeni : 2320332002
Rezi Liawati : 2320332003
Yuniarty : 2320332004

Dosen Mata Kuliah


Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc. PhD. SpGK

S2 ILMU KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Ontology
Ilmu Kebidanan- Midwifery”. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok
pada mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika yang diampu oleh Prof. dr. Nur Indrawati
Lipoeto, MSc. PhD. SpGK pada Program Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan yang sifatnya

membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi

mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Kebidanan.

Akhir kata hanya kepada Allah penulis memohon agar semua keikhlasan yang

telah diberikan dibalas oleh-Nya.

Padang, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Tujan....................................................................................................
1.3 Manfaat................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Filsafat..............................................................................

2.2 Pengertian Ontologi............................................................................

2.3 Pengkajian Ontologi Dalam Ilmu Kebidanan.....................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..............................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berpikir tertentu yang disebut cara berpikir radikal dan universal
yaitu model berpikir mempertanyakan sesuatu sampai tuntas. Filsafat ilmu sebagai salah satu cabang filsafat
merupakan cara berfikir radikal manusia dalam mengembangkan dunia keilmuan yang bermanfaat bagi manusia.
Study ilmu pengetahuan bertujuan untuk memperoleh hakikat jawaban tertentu, menggali dan memperoleh jawaban
tentang apa adanya baik syariat maupun hakikat adanya sesuatu tentang keberadaan sesuatu baik konkret maupun
abstrak tentang apa itu bahasa dan sebagainya.

Adanya filsafat dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia, yang diimplementasikan dengan bertanya
tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia. Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan manusia
dalam mencari jawaban atas pertanyaan. Berdasarkan komponen hakekat ilmu, setiap cabang pengetahuan
dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa yang diketahui (ontologi),bagaimana pengetahuan
tersebut diperoleh dan disusun (efistemologi) serta nilai mana yang terkait dengan pengetahuan tersebut(aksiologi).
Oleh karena serta itu pengetahuan ilmiah mempunyai landasan ontologi, efistemologi dan aksiologi yang spesifik
bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan secara umum dikelompokkan sebagai pengetahuan ilmiah apabila dapat
memenuhi persyaratan ontologi, efistemologi dan aksiologi keilmuan.

Ontologi merepresentasikan pengetahuan dengan mendeskripsikan dengan tepat, formal, dan kaya, konsep-
konsep dalam sebuah bidang beserta relasi-relasinya. Tujuan dari memodelkan pengetahuan dalam bentuk ontologi
adalah untuk mendapatkan pengetahuan umum yang dapat dibagikan dan dimengerti oleh manusia dan mesin. Di
dalam dunia medis, kamus istilah-istilah khusus medis dibangun untuk menyimpan dan mengkomunikasikan
pengetahuan medis serta informasi pasien. Sistem informasi medis harus dapat mengkomunikasikan data medis
yang kompleks dan mendetail secara efisien. Oleh karena itu, ontologi hadir untuk merepresentasikan terminologi
dalam dunia medis. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pembahasan akan gambaran pendekatan penerapan
ontologi dalam sistem layanan kesehatan yang berupa model informasi cerdas untuk manajemen pengetahuan
medis, dan ontologi sebagai basis pengetahuan dalam sistem pengayaan pengetahuan, rekomendasi, dan pendukung
keputusan. Hal ini diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan sistem layanan kesehatan dengan kecerdasan
dan kepakaran serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penjagaan kesehatan.

Objek material ontology adalah yang ada artinya segala-galanya, yang meliputi yang ada sebagai wujud
konkret maupun abstrak, indrawi maupun tidak indrawi. Objek formal ontology adalah memberikan dasar yang
paling umum tiap masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan. Titik tolak dan dasar ontology adalah reflek
terhadap kenyataan yang paling dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya. Dengan demikian ontology dapat
diartikan sebagai suatu usaha intelektual untuk mendeskripsikan sifat-sifat umum dari kenyataan, suatu usaha untuk
memperoleh penjelasan yang benar tentang kenyataan, study tentang sifat pokok kenyataan dalam aspeknya yang
paling umum sejauh hal itu dapat dicapai; teori tentang sifat pokok dan struktur dari kenyataan ( Ali Mudhofir,
1998). Dalam bidang Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh
tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu Teknik dan sebagainya).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertisn dari Filsafat ?
2. Apa pengertian dari Ontologi ?
3. Bagaimana pengkajian Ontologi dalam Kebidanan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian dari Ontologi
3. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian ontologi dalam kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah; kata falsafah berasal dari bahsa Yunani philopsophia;
philen artinya ‘mencari/mencintai’ dan sophia berarti ‘kebenaran’. Jadi philopsophia berarti
daya upaya pemikiran manusia untuk mencari kebenaran/kebijaksanaan, berfilsafat ialah orang yang
mencintai kebenaran, bukan memiliki kebenaran.

Adanya filsafat dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia, yang diimplementasikan dengan
bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia. Filsafat dapat diartikan sebagai
kegiatan manusia dalam mencari jawaban atas pertanyaan. Aristoteles menyatakan bahwa “semua orang
menurut kodratnya ingin mengerti”. Secara Etimologis, filsafat berarti ‘cinta, kebijaksanaan, kearifan’.
(Rahayu. 2007:27)

Secara umum filsafat didefinisikan sebagai pengetahuan yang sitematis, metodis, dan koheren
menangani seluruh kenyataan dari segi yang paling mendalam, untuk mencari prinsip-prinsip terdalam
dalam realitas (Maran. 1999:77). Metodis itu berarti menggunakan penalaran tertentu; sitematis itu berarti
pengetahuan yang diperoleh merupakan suatu keseluruhan yang terpadu; koheren itu yang berarti setiap
bagian merupakan yang saling berkesesuaian.

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahannya,
dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan
apa yang Anda lihat.

2. Pengertian Ontologi

Istilah “Ontologi” berasal dari bahasa Yunani “Onta” atau “Onto” yang berarti sesuatu yang sungguh-
sungguh ada dan adanya itu benar, atau kenyataannya itu yang sesungguhnya. Kemudian “Logos” artinya
kata, ilmu, studi tentang teori. Jadi Ontologi diartikan :

 Ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang benr-benar ada dan adanya itu benar
 Teori yang membahas tentang kebenaran yang ada atau ciri hakiki (pokok) dari keberadaan
 Cabang filsafat yang membahas tentang hakekat ada, yang ada keberadaan atau eksistensi (secara umum).
(Monteiro. 2015:16)

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan
antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan
bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting
ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu
itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang :

1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu,
seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret
secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. Istilah-istilah
terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

1. yang-ada (being)
2. kenyataan/realitas (reality)
3. eksistensi (existence)
4. esensi (essence)
5. substansi (substance)
6. perubahan (change)
7. tunggal (one)
8. jamak (many)

Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang
selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-
pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas yang ada ini sesuatu
realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini monoisme, dualisme, atau
pluralisme. Menurut Bramel, interprestasi tentang suatu realita itu dapat bervariasi.

Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis, akan menjadi masalah yang utama.
Membimbing kita untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang
berpangkal atas realita itu merupakan stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya potensi
berpikir kritis kita untuk mengerti kebenaran itu telah dibina. Di sini kewajiban pendidik adalah untuk
membina daya pikir yang tinggi dan kritis.

3. Landasan ontologis bagi dunia keilmuan:

Secara umum relevansi ontologis bagi ilmu adalah bahwa ontologi dapat dijadikan dasar merumuskan hipotesis-
hipotesis baru untuk memperbaharui asumsi- asumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologis juga merupakan
sarana ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmiah. Asumsi –asumsi yang selama ini
tidak dipertayakan lagi oleh ilmu, teryata masih masih dipertayakan oleh ontologis sehingga bisa dipertanggung
jawab kebenarannya. Ontologis bersikap kritis dan spekulatif dalam membahas realitas. Ontologis juga relevan
dalam merefleksikan problem pembagunan, pembagunan selama ini terbukti belum mewujudkan masyarakat
adil dan makmur kegagalan ini tidak terlepas dari konsep ontologis yang melandasi konsep pembagunan di
Indonesia.

Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa dimensi ontologis merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
tentang eksitensi ilmu pengetahuan, dengan demikian dimensi ontologis memberikan dasar yang fundamental
terhadap konsisitensi pengembagan dan penerapan ilmu pengetahuan. landasan ontologis ini membawa
implikasi bagi landasan epistemologis dan aksiologis ilmu. Ketiga landasan ini senantiasa terkait dan saling
mempegaruhi.
4. Ontologi Kebidanan

Setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang
disusun. Komponen tersebut adalah: ontology, epistemology dan aksiologi. Ontology merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (objek ontology atau objek formal pengetahuan)
dan penafsiran tentang hakekatrealitas (metafisika) dari objek ontologis atau objek formal tersebut.
Epistemology merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi
suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh
dandisusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.Ilmu /science adalah suatu studi / pengetahuan yang sistematik
untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melaluimetode ilmia (Hutchinson,1994).

Seperti telah dijelaskan tentang arti filsafat sendiri, maka beberapa hal akan dijelaskan tentang filsafat ilmu
kebidanan antara lain: tinjauan keilmuan dimana setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang
merupakan tiang penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun, komponen tersebut adalah salah satunya
pendekatan ontologis

5. Pendekatan Ontologis

Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah dalam
jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman ( Pencipta
manusia) dan pasca pengalaman (surga dan neraka) diserahkan ilmunya pada pengatahuan lain. Ilmu
merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam
batas batas ontology tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini secara
konsisten dengan asas epistemologis keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi dalam proses penemuan
dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.

Pendekatan ontologis adalah penafsiran hakekat realitas (metafisika) dari objek ontologis keilmuan.
Penafsiran metafisika keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya
dengan deduksi deduksi yang dapat di verifikasikan secara fisik. Ini berarti bahwa secara metafisik ilmu
terbebas dari nilai nilai yang bersifat dogmatig. Suatu pernyataan dapat diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah setelah melalui pengkajian / penelitian berdasarkan epistemologiskeilmuan. Metafisika
keilmuan berdasarkan sebagaimana adanya menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat seharusnya.

Ilmu atau science adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkan suatu fenomena
dengan acuan materi dan fisiknya melalui metoda ilmiah. Ilmu justru merupakan pengetahuan yang dapat
dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan – tujuan yang mencerminkan das solen dengan jalan mempelajari das
sein agar dapat menjelaskan, meramalkan serta mengawasi gejala alam.

Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek penelaahannya (objek ontologis / objek
formal) ilmu dibimbing oleh kaidah moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan
martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan. (Nurrobikha. 2015:10)

6. Landasan Ontologi Ilmu Kebidanan

Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri memerlukan pengetahuan teoritis yang jelas dan
dirumuskan dengan berpedoman kepada filsafat ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan
spesifikasi pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Ilmu kebidanan mempunyai beberapa pokok
karakteristik dan spesifikasi baik obyek formal maupun obyek material yang meliputi hal-hal sebagai berikut
:

1. Obyek material Ilmu Kebidanan. Obyek material ilmu kebidanan adalah substansi dari obyek penelaahan
dalam lingkup tertentu. Objek material dalam disiplin keilmuan kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi
dan anak dibawah lima tahuan (balita) dan wanita secara utuh (holistih) dalam siklus kehidupannya ( kanak-
kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa lansia dini dan lansia. Terutama dalam masa reproduksi
pada masa pra konsepsi, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas/masa menyusui dan bayi baru lahir.
2. Obyek formal Ilmu Kebidanan. Obyek formal ilmu kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada
obyek penelaahan dalam batas atau ruang lingkup tertenu. Obyek formal dari disiplin keilmuan kebidanan
adalah mempertahankan status kesehatan reproduksi yaitu kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa
tuanya termasuk upaya keamanan dan kesejahteraan ibu dan janinnya pada pra konsepsi masa kehamilan,
masa persalinan, masa nifas/masa menyusui, sehingga tercapai kondisi yang Sejahtera pada ibu dan janinnya
dan selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara optimal.

Dengan demikian kajian ilmu kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan konsep dasar tersebut diatas
yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas, berdimensi dan bersifat ilmiah. Secara umum berdasarkan
fikiran dasar obyek formal dan obyek material dalam mengisi kerangka konseptual ilmu kebidanan, maka
ilmu kebidanan memiliki tubuh pengetahuan kebidanan (Body of midwifery knowledge) yang dikelompokan
menjadi empat yaitu :

1) Ilmu Dasar yang diantaranya anatomi, psikologi, Mikrobiologi, parasitologi, patofisiologi, fisika,
biokimia
2) Ilmu sosial yang diantaranya, pancasila dan wawasan nusantara, Bahasa indonesia, bahasa inggris,
sosiologi, antropologi, psikologi, administrasi dan kepemimpinan, ilmu komunikasi, humaniora,
Pendidikan
3) Ilmu terapan yang diantaranya, kedokteran, farmakologi, epidemiologi, statistik, tenik kesehatan
dasar (TKD)/Keperawatan dasar, paradigma sehat, ilmu Gizi, hukum kesehatan, kesehatan
masyarakat, metode riset
4) Ilmu kebidanan. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan
kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi
manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
Ilmu kebidanan meliputi :
 Dasar-dasar kebidanan (Perkembangan kebidanan, registrasi dan organisasi profesi dan peran
serta fungsi bidan)
 Teori dan model konseptual kebidanan
 Siklus Kehidupan Wanita
 Etika dan Etiket Kebidanan
 Pengantar Kebidanan Profesional (Konsep kebidanan, Definisi dan lingkup kebidanan, dan
manajemen kebidanan)
 Teknik dan Prosedur Kebidanan
 Asuhan Kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus kehidupan
manusia dan wanita )
 Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
 Legislasi Kebidanan
 Praktek Klinik Kebidanan

Empat belas konsep pelayanan kebidanan :

1) Mengakui bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologis dan perkembangan yang
normal serta mengadvokasi tiada intervensi pada kebidanan taanpa komplikasi.
2) Mengakui bahwa menstruasi dan monopause sebagai proses perkembangan
fisiologis
3) Mempromosikan asuhan yang berpusat pada keluarga, memberdayakanwanita sebagai
mitra dalam asuhan kebidanan
4) Memfasilitasi keluarga dan hubungan interpersonal yang sehat
5) Advokasi untuk pilihan pelayanan dnegan penjelasan (informed consent dan informent choise).
Partisipasi dalam membuat keputusan dan hak untuk menentukan sendiri
6) Mempromosikan kesehatan dan pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit
7) Komunikasi, bimbingan konseling yang terampil
8) Mengakui nilai terapeutuk dan kehadiran orang lain
9) Mempromosikan asuhan yang berkesinambungan
10) Pengetahuan mengenai kompetensi dan kemampuan budaya
11) Mengenal nilai dan menghargai jalur yang berbeda kearah pengetahuan dan perkembangan
12) Meningkatkan komunikasi yng efektif dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lainnya
13) Meningkatkan perspektif asuhan kesehatan Masyarakat
14) Memberikan asuhan kepada kelompok rawan

Kebidanan Sebagai Keilmuan tidak terlepas dari konsep diantaranya:

1. Falsafah Dan Filosofi Kebidanan

Menurut pendapat para ilmu yang difokuskan pada penjelasan yang nyata (Chin adalah ungkapan
seseorang kepercayaan meskipun pada ahli Filosofi adalah disiplin pencarian dasar-dasar dan
Kramer, 1997). Filosofi tentang nilai, sikap dan waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan
kepercayaan kelompok yang lebih sering disebut ideologi (Moya Davis, 1993).

Filosofi Kebidanan

Adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam
memberikan asuhan kebidanan. Dalam filosofi asuhan kebidanan dijelaskan beberapa keyakinan
yang mewarnai asuhan kebidanan yaitu;

1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan


2. Keyakinan tentang perempuan
3. Keyakinan mengenai fungsi dari profesi dan pengaruhnya
4. Keyakinan tentang pemberdayaan dan membuat keputusan
5. Keyakinan tentang asuhan
6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan
7. Sebagai profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat
10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan
persiapan sampai anak menginjak masa remaja
11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah yang membentuk masyarakat kumpulan
dan masyarakat Indonesia yang terhimpun di dalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
2. Etika dan Etiket Kebidanan
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based
Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga
bagian, meliputi:
1) Metaetika (etika)
2) Etika atau teori moral
3) Etika praktik.

Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

1) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien


2) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah Tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain
3) Menjaga privacy setiap individu
4) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5) Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya
6) Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
7) Menghasilkan tindakan yg benar
8) Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau
salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10) Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12) Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13) Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di dalam
organisasi profesi
14) Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg biasa disebut kode
etik profesi.
3. Pengantar Kebidanan Profesional
(Konsep kebidanan, Definisi dan lingkup kebidanan, dan manajemen kebidanan)
Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan kebidanan yang diakui oleh
pemerintah. Seorang bidan dalam menjalankan prakteknya mempunyai peran dan fungsi yaitu sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti Teknik dan prosedur kebidanan, Asuhan Kebidanan dalam kaitan
kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus kehidupan manusia dan wanita), Sasaran kesehatan reproduksi
yang dalam pencapaiannya membutuhkan perhatian dari banyak pihak, baik dari pihak pemerintah, petugas
medis, masyrakat, serta para ahli kesehatan masyarakat.
Peran 8 Pilar Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian Sehat. Kesuksesan pencapaian tujuan
sangat erat kaitannya dengan yang ada di fakultas kesehatan masyarakat, meskipun tidak semua tujuan
merupakan wilayah dari kesehatan masyarakat.
Masalah-Masalah dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan

1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi


remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di
banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya
kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan
pada membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake
holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi
para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk membentuk persepsi publik
dan program dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan
program yang relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program.

2. Komponen-komponen program yang berhasil Program- program kesehatan reproduksi untuk


remaja cenderung akan mencapai keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:
a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani.

b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.

c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.

d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra


anggapan para pemberi layanan (provider)

e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk


menghindari risiko.

f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan

g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih aman menjadi
perilaku yang menarik.

h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang cukup panjang

3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna Pendidikan oleh teman sebaya
dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator
remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan keputusan, melakukan
perujukan klien dan memberikan komoditas atau pelayanan. Program-program yang
menggunakan pendidik/edukator teman sebaya didasarkan pada bukti bahwa para remaja
memiliki hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir sama, dengan ketertarikan dan
latarbelakang serupa.

4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja

Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah satu
yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan,
kesulitan dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Pendekatan
ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk bidan
dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan
kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadap privasi remaja dan kerahasiaan
remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan
harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk
kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi
ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadap
komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus
diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan
kerahasiaan harus dipastikan
5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja Remaja memerlukan informasi
yang sesuai dengan usianya mengenai perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial
dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana mengakses
pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan
sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan interaktif dengan klien remaja dengan
melakukan komunikasi interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil,
buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun ikasikan pesan-
pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku.
6. Kontrasepsi bagi remaja. Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan
akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan bagaimana
menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan
mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling
yang sesuai sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek
samping. Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan
terhadap PMS (penyakit menular seksual).
7. HIV dan PMS di kalangan Remaja Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh
dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di
bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita
yang berusia di bawah 25 tahun, dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa
sampai 60% dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun.
Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu
penelitian di Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk
terinfeksi HIV lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih
tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria
sebayanya
8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan Banyak remaja aktif secara seksual
( meskipun bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak.
Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko persalinan lebih besar
pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja dengan usia ini lebih mudah mengalami
komplikasi dalam persalinan. Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau
kurang percaya diri untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan
prenatal yang terbatas berperan penting terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan
prenatal sangat dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak
aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.
9. Pendidikan seks berbasis sekolah. Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-
negara berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks
berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum
aktif secara seksual. Untuk para remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat
mendorong pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.
10. Masalah Gender Spesifik. Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan
seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang.
Beberapa budaya, perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-
sikap gender ini telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan
reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender
yang tidak setara. Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil keputusan dan
tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti menolak
melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan harus membantu para
perempuan muda tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk
membantu mereka membuat keputusan-keputusan.
Lingkup praktik kebidanan asuhan kebidanan meliputi :

1. Asuhan prakonsepsi, Antenalal, Intranatal, Neonatal, Nifas, keluarga


berencana, Ginekolog, Pre-monopause, dan asuhan primer.
Dalam pelaksanaannya bekerja dalam sistem pelayanan yang
memberikan konsultasi, manajemen kolaborasi dan rujukan sesuai
dengan kebutuhan dan pelayanan kesehatan klien.

2. Pelayanan kebidanan merupakan antara kiat dan ilmu dimana yang


dimaksud dengan kiat bidan membutuhkan kemampuan untuk
memahami kebutuhan wanita itu, mendorong semangatnya, dan
menumbuhkan rasa percaya diri klien dalam menghadapi kehamilan,
persalinan maupun dalam perannya sebagai ibu, tugas bidan adalah
membutuhkan ilmu dan kemampuan untuk mengambil keputusan jika
menghadapi klien dan kasus-kasus tertentu yang bersifat kegawat
daruratan.

h. Peranan legislasi

Peranan legislasi adalah menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa


profesi dan profesi sendiri, legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan
professional. Dalam memberikan pelayanan ada hal-hal yang dapat menyebabkan
ketidakpuasan pasien atau masyarakat, diantaranya:
a) Pelayanan yang tidak aman

b) Sikap petugas yang kurang baik

c) Kurangnya komunikasi
d) Salah prosedur

e) Kurangnya sarana prasarana

f) Kurangnya informasi
Selain hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, adapula kriteria
agar bidan dikatakan professional, yaitu:
a) Mandiri

b) Peningkatan kompetensi

c) Praktek berdasarkan evidence based

d) Menggunakan beberapa sumber informasi

i. Praktek Klinik Kebidanan

Yang meliputi Lahan Praktik Pelayanan Kebidanan Meliputi : Rumah Sakit,


puskesmas, BKIA, BPS Praktik pelayanan kebidanan dapat dilakukan diberbagai
lokasi, sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar sehingga bidan dapat menjalankan
praktik pada sarana kesehatan dan/atau praktek perorangan. Bidan dapat bertugas di
poliklinik antenatal, neonatus/anak, ginekologi, keluarga berencana, kamar bersalin,

kamar bedah obsgyn, ruang rawat obsgyn dan perinatal. Adapun wujud yang hakiki
dari obyek ilmu kebidanan adalah sebagai berikut :

a. Wanita

Wanita adalah mahluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh dan


unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam macam sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Wanita adalah penerus generasi keluarga dan
bangsa sehingga keberadaan Wanita yang sehat jasmani dan Rohani serta
social sangat diperlukan

b. Reproduksi

Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk
mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat
pembuahan, melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik kulminasi
berupa persalinan, maka lahirlah insan yang akan menjadi penerus.

c. Keluarga

Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan juga
individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang tinggal dibawah satu
atap.Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau daerah
membentuk masyarakat.Kumpulan dari masyarakat Indonesia terhimpun
didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.Masyarakat terbentuk karena adanya
interaksi antar manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis
mempunyai tujuan dan nilai-nilai

yang terorganisasi.

d. Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. setiap individu
berhak untuk dilahirkan secara sehat, unik itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.

Sebagai Bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila,

seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya


bahwa semuamanusia adalah mahluk biopsikososialkultural dan spiritual
yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak
ada individu yang sama. Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian
kedua jenis individu itu berpasangan menikah membentuk keluarga dan
mempunyai anak.
DAFTAR PUSTAKA

Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu : IPB Press: 2016

Suhartono Taat Putra. Filsafat Ilmu Kedokteran .2010, Airlangga University Press.

Susanto, A. Filsafat ilmu suatu kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi,


Dan Aksiologis. 2019. Bumi Aksara: Jakarta

Jirzanah.Aksiologi. 2020. Yogyakarta. UGM Press

Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 4 No 2 Tahun 2021 ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-


ISSN: 2620-7990

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi


jati diri bangsa. Jakarta: Grasindo

Monteiro, Josef M. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan


Perjuangan Membentuk Karakter Bangsa. Jakarta: Deepublish

Abdullah, Vera Iriani. Buku Ajar Konsep Kebidanan.2021.NEM: Jakarta

Standar Profesi Kebidanan. Kepmenkes No 320 Tahun 2022

Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area EGC; Jakarta; 1999

Anda mungkin juga menyukai