Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI ILMU KEBIDANAN-MIDWIFERY

Oleh : Kelompok 1

Rizkiyah Novianti : 2320332001


Bintari Tri Anggraeni : 2320332002
Rezi Liawati : 2320332003
Yuniarty : 2320332004

Dosen Mata Kuliah


Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc. PhD. SpGK

S2 ILMU KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2023

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Ontology Ilmu
Kebidanan- Midwifery”. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada mata
kuliah Filsafat Ilmu dan Logika yang diampu oleh Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc.
PhD. SpGK pada Program Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu

Kebidanan.

Akhir kata hanya kepada Allah penulis memohon agar semua keikhlasan yang telah

diberikan dibalas oleh-Nya.

Padang, November 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujan ........................................................................................... 5
1.3 Manfaat .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat ...................................................................... 8

2.2 Pengertian Ontologi.................................................................... 9

2.3 Landasan ontology bagi dunia keilmuawan...……………………9

2.4 Ontology Kebidanan……………………………………………10

2.5 Pendekatan Ontologys………………………………………….11

2.6 Landasan Ontology Ilmu Kebidanan…………………………...12

2.7 Konsep kebidanan sebagai keiilmuan………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berpikir tertentu yang disebut cara
berpikir radikal dan universal yaitu model berpikir mempertanyakan sesuatu sampai
tuntas. Filsafat ilmu sebagai salah satu cabang filsafat merupakan cara berfikir
radikal manusia dalam mengembangkan dunia keilmuan yang bermanfaat bagi
manusia. Study ilmu pengetahuan bertujuan untuk memperoleh hakikat jawaban
tertentu, menggali dan memperoleh jawaban tentang apa adanya baik syariat maupun
hakikat adanya sesuatu tentang keberadaan sesuatu baik konkret maupun abstrak
tentang apa itu bahasa dan sebagainya.

Adanya filsafat dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia, yang
diimplementasikan dengan bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberadaan manusia. Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam
mencari jawaban atas pertanyaan. Berdasarkan komponen hakekat ilmu, setiap
cabang pengetahuan dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa yang
diketahui (ontologi),bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh dan disusun
(efistemologi) serta nilai mana yang terkait dengan pengetahuan tersebut(aksiologi).
Oleh karena serta itu pengetahuan ilmiah mempunyai landasan ontologi,
efistemologi dan aksiologi yang spesifik bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan
secara umum dikelompokkan sebagai pengetahuan ilmiah apabila dapat memenuhi
persyaratan ontologi, efistemologi dan aksiologi keilmuan.

Ontologi merepresentasikan pengetahuan dengan mendeskripsikan dengan


tepat, formal, dan kaya, konsep-konsep dalam sebuah bidang beserta relasi-relasinya.

4
Tujuan dari memodelkan pengetahuan dalam bentuk ontologi adalah untuk
mendapatkan pengetahuan umum yang dapat dibagikan dan dimengerti oleh manusia
dan mesin. Di dalam dunia medis, kamus istilah-istilah khusus medis dibangun untuk
menyimpan dan mengkomunikasikan pengetahuan medis serta informasi pasien.
Sistem informasi medis harus dapat mengkomunikasikan data medis yang kompleks
dan mendetail secara efisien. Oleh karena itu, ontologi hadir untuk
merepresentasikan terminologi dalam dunia medis. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan pembahasan akan gambaran pendekatan penerapan ontologi dalam
sistem layanan kesehatan yang berupa model informasi cerdas untuk manajemen
pengetahuan medis, dan ontologi sebagai basis pengetahuan dalam sistem pengayaan
pengetahuan, rekomendasi, dan pendukung keputusan. Hal ini diharapkan mampu
mengakselerasi pertumbuhan sistem layanan kesehatan dengan kecerdasan dan
kepakaran serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penjagaan kesehatan.

Objek material ontology adalah yang ada artinya segala-galanya, yang


meliputi yang ada sebagai wujud konkret maupun abstrak, indrawi maupun tidak
indrawi. Objek formal ontology adalah memberikan dasar yang paling umum tiap
masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan. Titik tolak dan dasar ontology
adalah reflek terhadap kenyataan yang paling dekat yaitu manusia sendiri dan
dunianya. Dengan demikian ontology dapat diartikan sebagai suatu usaha intelektual
untuk mendeskripsikan sifat-sifat umum dari kenyataan, suatu usaha untuk
memperoleh penjelasan yang benar tentang kenyataan, study tentang sifat pokok
kenyataan dalam aspeknya yang paling umum sejauh hal itu dapat dicapai; teori
tentang sifat pokok dan struktur dari kenyataan ( Ali Mudhofir, 1998). Dalam bidang
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris
(misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu
Teknik dan sebagainya).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertisn dari Filsafat ?
2. Apa pengertian dari Ontologi ?
3. Bagaimana pengkajian Ontologi dalam Kebidanan ?

5
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian dari Ontologi
3. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian ontologi dalam kebidanan

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah; kata falsafah berasal
dari bahsa Yunani philopsophia; philen artinya ‘mencari/mencintai’
dan sophia berarti ‘kebenaran’. Jadi philopsophia berarti daya
upaya pemikiran manusia untuk mencari kebenaran/kebijaksanaan,
berfilsafat ialah orang yang mencintai kebenaran, bukan memiliki kebenaran.

Adanya filsafat dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia, yang
diimplementasikan dengan bertanya tentang hal-hal yang berhubungan
dengan keberadaan manusia. Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan
manusia dalam mencari jawaban atas pertanyaan. Aristoteles menyatakan
bahwa “semua orang menurut kodratnya ingin mengerti”. Secara
Etimologis, filsafat berarti ‘cinta, kebijaksanaan, kearifan’. (Rahayu.
2007:27)

Secara umum filsafat didefinisikan sebagai pengetahuan yang


sitematis, metodis, dan koheren menangani seluruh kenyataan dari segi yang
paling mendalam, untuk mencari prinsip-prinsip terdalam dalam realitas
(Maran. 1999:77). Metodis itu berarti menggunakan penalaran tertentu;
sitematis itu berarti pengetahuan yang diperoleh merupakan suatu
keseluruhan yang terpadu; koheren itu yang berarti setiap bagian merupakan
yang saling berkesesuaian.

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof


adalah:

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap


tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.

7
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber
daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda
katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.

2.2 Pengertian Ontologi

Istilah “Ontologi” berasal dari bahasa Yunani “Onta” atau “Onto” yang
berarti sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan adanya itu benar, atau
kenyataannya itu yang sesungguhnya. Kemudian “Logos” artinya kata, ilmu,
studi tentang teori. Jadi Ontologi diartikan :

 Ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang benr-benar ada dan adanya itu
benar
 Teori yang membahas tentang kebenaran yang ada atau ciri hakiki (pokok)
dari keberadaan
 Cabang filsafat yang membahas tentang hakekat ada, yang ada keberadaan
atau eksistensi (secara umum). (Monteiro. 2015:16)

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti
Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai
filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting
ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang :

1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau


jamak.

8
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari


realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang
ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. Istilah-istilah terpenting yang
terkait dengan ontologi adalah:

1. yang-ada (being)
2. kenyataan/realitas (reality)
3. eksistensi (existence)
4. esensi (essence)
5. substansi (substance)
6. perubahan (change)
7. tunggal (one)
8. jamak (many)

Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang


realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu
kebenaran. Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-
pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah
realitas yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita
itu; apakah realita ini monoisme, dualisme, atau pluralisme. Menurut Bramel,
interprestasi tentang suatu realita itu dapat bervariasi.

Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis, akan menjadi


masalah yang utama. Membimbing kita untuk memahami realita dunia dan
membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita itu
merupakan stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya
potensi berpikir kritis kita untuk mengerti kebenaran itu telah dibina. Di sini
kewajiban pendidik adalah untuk membina daya pikir yang tinggi dan kritis.

2.3 Landasan ontologis bagi dunia keilmuan:

9
Secara umum relevansi ontologis bagi ilmu adalah bahwa ontologi dapat
dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui
asumsi- asumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologis juga merupakan sarana
ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmiah. Asumsi
–asumsi yang selama ini tidak dipertayakan lagi oleh ilmu, teryata masih masih
dipertayakan oleh ontologis sehingga bisa dipertanggung jawab kebenarannya.
Ontologis bersikap kritis dan spekulatif dalam membahas realitas. Ontologis juga
relevan dalam merefleksikan problem pembagunan, pembagunan selama ini
terbukti belum mewujudkan masyarakat adil dan makmur kegagalan ini tidak
terlepas dari konsep ontologis yang melandasi konsep pembagunan di Indonesia.

Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa dimensi ontologis merupakan


bagian dari ilmu pengetahuan tentang eksitensi ilmu pengetahuan, dengan
demikian dimensi ontologis memberikan dasar yang fundamental terhadap
konsisitensi pengembagan dan penerapan ilmu pengetahuan. landasan ontologis
ini membawa implikasi bagi landasan epistemologis dan aksiologis ilmu. Ketiga
landasan ini senantiasa terkait dan saling mempegaruhi.

2.4 Ontologi Kebidanan

Setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang


penyangga tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah:
ontology, epistemology dan aksiologi. Ontology merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (objek ontology
atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang hakekatrealitas
(metafisika) dari objek ontologis atau objek formal tersebut. Epistemology
merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan
disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan asas dalam
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dandisusun dalam tubuh pengetahuan
tersebut.Ilmu /science adalah suatu studi / pengetahuan yang sistematik untuk
menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melaluimetode
ilmia (Hutchinson,1994).

Seperti telah dijelaskan tentang arti filsafat sendiri, maka beberapa hal akan
dijelaskan tentang filsafat ilmu kebidanan antara lain: tinjauan keilmuan dimana
setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang
10
penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun, komponen tersebut adalah salah
satunya pendekatan ontologis

2.5 Pendekatan Ontologis

Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya


berada pada daerah-daerah dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek
penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman ( Pencipta manusia) dan
pasca pengalaman (surga dan neraka) diserahkan ilmunya pada pengatahuan
lain. Ilmu merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan
yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas batas ontology tertentu.
Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini secara
konsisten dengan asas epistemologis keilmuan yang mensyaratkan adanya
verifikasi dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat
benar secara ilmiah.

Pendekatan ontologis adalah penafsiran hakekat realitas (metafisika) dari


objek ontologis keilmuan. Penafsiran metafisika keilmuan harus didasarkan
kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi
deduksi yang dapat di verifikasikan secara fisik. Ini berarti bahwa secara
metafisik ilmu terbebas dari nilai nilai yang bersifat dogmatig. Suatu pernyataan
dapat diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melalui
pengkajian / penelitian berdasarkan epistemologiskeilmuan. Metafisika
keilmuan berdasarkan sebagaimana adanya menyebabkan ilmu menolak premis
moral yang bersifat seharusnya.

Ilmu atau science adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik untuk
menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui metoda
ilmiah. Ilmu justru merupakan pengetahuan yang dapat dijadikan alat untuk
mewujudkan tujuan – tujuan yang mencerminkan das solen dengan jalan
mempelajari das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan serta mengawasi
gejala alam.

Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek


penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah
moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan

11
martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan. (Nurrobikha.
2015:10)

2,6 Landasan Ontologi Ilmu Kebidanan

Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri memerlukan


pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan berpedoman kepada
filsafat ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan spesifikasi
pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Ilmu kebidanan mempunyai
beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi baik obyek formal maupun obyek
material yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Obyek material Ilmu Kebidanan. Obyek material ilmu kebidanan adalah


substansi dari obyek penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek material
dalam disiplin keilmuan kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan
anak dibawah lima tahuan (balita) dan wanita secara utuh (holistih) dalam
siklus kehidupannya ( kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda,
dewasa lansia dini dan lansia. Terutama dalam masa reproduksi pada masa
pra konsepsi, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas/masa menyusui
dan bayi baru lahir.
2. Obyek formal Ilmu Kebidanan. Obyek formal ilmu kebidanan adalah cara
pandang yang berfokus pada obyek penelaahan dalam batas atau ruang
lingkup tertenu. Obyek formal dari disiplin keilmuan kebidanan adalah
mempertahankan status kesehatan reproduksi yaitu kesejahteraan wanita
sejak lahir sampai masa tuanya termasuk upaya keamanan dan kesejahteraan
ibu dan janinnya pada pra konsepsi masa kehamilan, masa persalinan, masa
nifas/masa menyusui, sehingga tercapai kondisi yang Sejahtera pada ibu dan
janinnya dan selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara
optimal.

Dengan demikian kajian ilmu kebidanan dapat dikembangkan


berdasarkan konsep dasar tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis
yang khas, berdimensi dan bersifat ilmiah. Secara umum berdasarkan fikiran
dasar obyek formal dan obyek material dalam mengisi kerangka konseptual

12
ilmu kebidanan, maka ilmu kebidanan memiliki tubuh pengetahuan
kebidanan (Body of midwifery knowledge) yang dikelompokan menjadi
empat yaitu :

1) Ilmu Dasar yang diantaranya anatomi, psikologi, Mikrobiologi,


parasitologi, patofisiologi, fisika, biokimia
2) Ilmu sosial yang diantaranya, pancasila dan wawasan nusantara,
Bahasa indonesia, bahasa inggris, sosiologi, antropologi, psikologi,
administrasi dan kepemimpinan, ilmu komunikasi, humaniora,
Pendidikan
3) Ilmu terapan yang diantaranya, kedokteran, farmakologi,
epidemiologi, statistik, tenik kesehatan dasar (TKD)/Keperawatan
dasar, paradigma sehat, ilmu Gizi, hukum kesehatan, kesehatan
masyarakat, metode riset
4) Ilmu kebidanan. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang
mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan,
menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga dan
komunitasnya. Ilmu kebidanan meliputi :
 Dasar-dasar kebidanan (Perkembangan kebidanan, registrasi
dan organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)
 Teori dan model konseptual kebidanan
 Siklus Kehidupan Wanita
 Etika dan Etiket Kebidanan
 Pengantar Kebidanan Profesional (Konsep kebidanan,
Definisi dan lingkup kebidanan, dan manajemen kebidanan)
 Teknik dan Prosedur Kebidanan
 Asuhan Kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi
(berdasarkan siklus kehidupan manusia dan wanita )
 Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
 Legislasi Kebidanan

13
 Praktek Klinik Kebidanan

Empat belas konsep pelayanan kebidanan :

1) Mengakui bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses


fisiologis dan perkembangan yang normal serta mengadvokasi
tiada intervensi pada kebidanan taanpa komplikasi.
2) Mengakui bahwa menstruasi dan monopause sebagai
proses perkembangan fisiologis
3) Mempromosikan asuhan yang berpusat pada
keluarga, memberdayakanwanita sebagai mitra dalam asuhan
kebidanan
4) Memfasilitasi keluarga dan hubungan interpersonal yang sehat
5) Advokasi untuk pilihan pelayanan dnegan penjelasan (informed
consent dan informent choise). Partisipasi dalam membuat
keputusan dan hak untuk menentukan sendiri
6) Mempromosikan kesehatan dan pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit
7) Komunikasi, bimbingan konseling yang terampil
8) Mengakui nilai terapeutuk dan kehadiran orang lain
9) Mempromosikan asuhan yang berkesinambungan
10) Pengetahuan mengenai kompetensi dan kemampuan budaya
11) Mengenal nilai dan menghargai jalur yang berbeda kearah
pengetahuan dan perkembangan
12) Meningkatkan komunikasi yng efektif dan kolaborasi dengan
anggota tim kesehatan lainnya
13) Meningkatkan perspektif asuhan kesehatan Masyarakat
14) Memberikan asuhan kepada kelompok rawan

2.7 Kebidanan Sebagai Keilmuan tidak terlepas dari konsep diantaranya:

1. Falsafah Dan Filosofi Kebidanan

14
Menurut pendapat para ilmu yang difokuskan pada penjelasan yang
nyata (Chin adalah ungkapan seseorang kepercayaan meskipun pada
ahli Filosofi adalah disiplin pencarian dasar-dasar dan Kramer,
1997). Filosofi tentang nilai, sikap dan waktu yang lain ungkapan
tersebut merupakan kepercayaan kelompok yang lebih sering disebut
ideologi (Moya Davis, 1993).

Filosofi Kebidanan

Adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang digunakan


sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan. Dalam
filosofi asuhan kebidanan dijelaskan beberapa keyakinan yang
mewarnai asuhan kebidanan yaitu;

1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan


2. Keyakinan tentang perempuan
3. Keyakinan mengenai fungsi dari profesi dan pengaruhnya
4. Keyakinan tentang pemberdayaan dan membuat keputusan
5. Keyakinan tentang asuhan
6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan
7. Sebagai profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan dan perbedaan kebudayaan
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat
10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan
keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak
masa remaja
11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah yang
membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia
yang terhimpun di dalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
2. Etika dan Etiket Kebidanan
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based Etika adalah penerapan dan proses dan teori

15
filsafat moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian,
meliputi:
1) Metaetika (etika)
2) Etika atau teori moral
3) Etika praktik.

Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

1) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien


2) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah
Tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain
3) Menjaga privacy setiap individu
4) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai
dengan porsinya
5) Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat
diterima dan apa alasannya
6) Mengarahkan pola pikir seseorang dalam
bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah
7) Menghasilkan tindakan yg benar
8) Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia
antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg
berlaku pada umumnya
10) Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12) Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13) Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat
maupun tata cara di dalam organisasi profesi
14) Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas
profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.

3. Pengantar Kebidanan Profesional


(Konsep kebidanan, Definisi dan lingkup kebidanan, dan
manajemen kebidanan)

16
Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan
kebidanan yang diakui oleh pemerintah. Seorang bidan dalam menjalankan
prakteknya mempunyai peran dan fungsi yaitu sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik dan peneliti Teknik dan prosedur kebidanan, Asuhan Kebidanan
dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus kehidupan manusia
dan wanita), Sasaran kesehatan reproduksi yang dalam pencapaiannya
membutuhkan perhatian dari banyak pihak, baik dari pihak pemerintah,
petugas medis, masyrakat, serta para ahli kesehatan masyarakat.
Peran 8 Pilar Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian Sehat.
Kesuksesan pencapaian tujuan sangat erat kaitannya dengan yang ada di
fakultas kesehatan masyarakat, meskipun tidak semua tujuan merupakan
wilayah dari kesehatan masyarakat.

Masalah-Masalah dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan

1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat


terhadap kesehatan reproduksi remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan
masalah yang kontroversial di banyak kelompok masyarakat
sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya
kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya
advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat
lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder
yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi
diposisikan dengan baik untuk membentuk persepsi publik dan
program dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan untuk
pendanaan dan pelaksanaan program yang relevan sehingga
meningkatkan kemungkinan suksesnya program.

2. Komponen-komponen program yang berhasil Program- program


kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai
keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:

a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok


yang akan dilayani.
17
b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.

c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang


tua.

d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan


dan mengubah pra anggapan para pemberi layanan
(provider)

e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal


yang diperlukan untuk menghindari risiko.

f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan

g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat


perilaku lebih aman menjadi perilaku yang menarik.

h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam


kerangka yang cukup panjang

3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna


Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan
efektif untuk melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator
remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka
dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
menerima pelatihan khusus dalam pengambilan keputusan,
melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau
pelayanan. Program-program yang menggunakan
pendidik/edukator teman sebaya didasarkan pada bukti bahwa
para remaja memiliki hubungan baik dengan orang lain yang
berusia hampir sama, dengan ketertarikan dan latarbelakang
serupa.

4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja


Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah
untuk remaja) merupakan salah satu yang dikembangkan serta
dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan,
kesulitan dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda

18
dengan orang dewasa. Pendekatan ini mencakup memiliki
petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk
bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja
secara biologis, psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja,
memiliki rasa hormat terhadap privasi remaja dan kerahasiaan
remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang
nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja,
termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah.
Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan
harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja
terhadap komponen-komponen klinik seperti famplet informasi
dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-
tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan
bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan
5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja
Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya
mengenai perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko
potensial dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan
substansial, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan
kesempatan-kesempatan pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan
sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan
interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi
interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik,
video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi
biaya untuk mengomun ikasikan pesan- pesan yang dpat
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku.
6. Kontrasepsi bagi remaja. Para remaja memiliki hak untuk
memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai
kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan
bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk
menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan
yang sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta
19
konseling yang sesuai sangat penting untuk membantu remaja
menangani atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling
harus mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus
perlindungan terhadap PMS (penyakit menular seksual).

20
7. HIV dan PMS di kalangan Remaja Menurut WHO, 333 juta kasus
baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111
juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25
tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi
pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun, dan di banyak
negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60% dari
semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15
samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi
di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di
Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki
kemungkinan untuk terinfeksi HIV lebih dari empat kali
dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih tidak
berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang lebih
sedikit dibanding pria sebayanya
8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan Banyak
remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka
sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses
persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko
persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun.
Remaja dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam
persalinan. Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan
terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses pelayanan
kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang
terbatas berperan penting terhadap terjadinya komplikasi. Peran
bidan dalam asuhan prenatal sangat dibutuhkan, sehingga
menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak aman
menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para
remaja.
9. Pendidikan seks berbasis sekolah. Evaluasi yang dilakukan di
antara para kawula muda di negara-negara berkembang dan negara-
negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis
sekolah dapat membantu menunda hubungan seksual pertama para
21
remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para remaja yang
aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong
pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan
konsisten.
10. Masalah Gender Spesifik. Generasi muda, terutama anak
perempuan rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan seksual
yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak
seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko ditoleransi dan
kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini telah
terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan
reproduksi remaja, program harus secara langsung
mengkonfrontasi masalah hubungan gender yang tidak setara.
Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran
perempuan yang diterima seperti menolak melakukan hubungan
seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan harus
membantu para perempuan muda tersebut membangun
keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk
membantu mereka membuat keputusan-keputu

22
Lingkup praktik kebidanan asuhan kebidanan meliputi :

1. Asuhan prakonsepsi, Antenalal, Intranatal, Neonatal, Nifas, keluarga


berencana, Ginekolog, Pre-monopause, dan asuhan primer.
Dalam pelaksanaannya bekerja dalam sistem pelayanan yang memberikan
konsultasi, manajemen kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kebutuhan
dan pelayanan kesehatan klien.

2. Pelayanan kebidanan merupakan antara kiat dan ilmu dimana yang


dimaksud dengan kiat bidan membutuhkan kemampuan untuk memahami
kebutuhan wanita itu, mendorong semangatnya, dan menumbuhkan rasa
percaya diri klien dalam menghadapi kehamilan, persalinan maupun dalam
perannya sebagai ibu, tugas bidan adalah membutuhkan ilmu dan
kemampuan untuk mengambil keputusan jika menghadapi klien dan
kasus-kasus tertentu yang bersifat kegawat daruratan.

h. Peranan legislasi

Peranan legislasi adalah menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa


profesi dan profesi sendiri, legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan
professional. Dalam memberikan pelayanan ada hal-hal yang dapat menyebabkan
ketidakpuasan pasien atau masyarakat, diantaranya:
a) Pelayanan yang tidak aman

b) Sikap petugas yang kurang baik

c) Kurangnya komunikasi
d) Salah prosedur

e) Kurangnya sarana prasarana

f) Kurangnya informasi

23
Selain hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, adapula kriteria
agar bidan dikatakan professional, yaitu:
a) Mandiri

b) Peningkatan kompetensi

c) Praktek berdasarkan evidence based

d) Menggunakan beberapa sumber informasi


i. Praktek Klinik Kebidanan

Yang meliputi Lahan Praktik Pelayanan Kebidanan Meliputi : Rumah Sakit,


puskesmas, BKIA, BPS Praktik pelayanan kebidanan dapat dilakukan diberbagai
lokasi, sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar sehingga bidan dapat menjalankan
praktik pada sarana kesehatan dan/atau praktek perorangan. Bidan dapat bertugas di
poliklinik antenatal, neonatus/anak, ginekologi, keluarga berencana, kamar bersalin,
kamar bedah obsgyn, ruang rawat obsgyn dan perinatal. Adapun wujud yang hakiki
dari obyek ilmu kebidanan adalah sebagai berikut :

a. Wanita

Wanita adalah mahluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh dan


unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam macam sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Wanita adalah penerus generasi keluarga dan
bangsa sehingga keberadaan Wanita yang sehat jasmani dan Rohani serta
social sangat diperlukan

b. Reproduksi

Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk
mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat
pembuahan, melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik kulminasi
berupa persalinan, maka lahirlah insan yang akan menjadi penerus.

c. Keluarga

Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan juga
individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang tinggal dibawah satu

atap.Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau daerah membentuk


masyarakat.Kumpulan dari masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu

24
kesatuan bangsa Indonesia.Masyarakat terbentuk karena adanya interaksi
antar manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis
mempunyai tujuan dan nilai-nilai

yang terorganisasi.

d. Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. setiap individu
berhak untuk dilahirkan secara sehat, unik itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.

Sebagai Bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila,

seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya


bahwa semua manusia adalah mahluk biopsikososialkultural dan spiritual yang
unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada
individu yang sama. Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua
jenis individu itu berpasangan menikah membentuk keluarga dan mempunyai
anak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu : IPB Press: 2016

Suhartono Taat Putra. Filsafat Ilmu Kedokteran .2010, Airlangga University Press.

Susanto, A. Filsafat ilmu suatu kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi, Dan
Aksiologis. 2019. Bumi Aksara: Jakarta

Jirzanah.Aksiologi. 2020. Yogyakarta. UGM Press

Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 4 No 2 Tahun 2021 ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN:
2620-7990

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi jati


diri bangsa. Jakarta: Grasindo

Monteiro, Josef M. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan


Perjuangan Membentuk Karakter Bangsa. Jakarta: Deepublish

Abdullah, Vera Iriani. Buku Ajar Konsep Kebidanan.2021.NEM: Jakarta

Standar Profesi Kebidanan. Kepmenkes No 320 Tahun 2022

Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area EGC; Jakarta; 1999

26

Anda mungkin juga menyukai