Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
AKSIOLOGI FILSAFAT ILMU DAN ONTOLOGI ILMU KEBIDANAN-
MIDWIFERY

Oleh :

Bintari Tri Anggraeni : 2320332002

Dosen Mata Kuliah


Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc. PhD. SpGK

S2 ILMU KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas


limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ Aksiologi Filsafat Ilmu dan Ontology Ilmu Kebidanan- Midwifery”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada mata kuliah Filsafat
Ilmu dan Logika yang diampu oleh Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc.
PhD. SpGK pada Program Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan yang
sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Kebidanan.
Akhir kata hanya kepada Allah penulis memohon agar semua keikhlasan
yang telah diberikan dibalas oleh-Nya.

Padang, Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Latar Belakang............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................7
1.3 Tujuan.........................................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................8
2.1 Pengertian Filsafat.......................................................................................8
2.2 Aksiologi......................................................................................................9
2.2.1 Pengertian Aksiologi..................................................................................................9
2.2.2 Hakikat Aksiologi.......................................................................................................9
2.2.3 Objek Aksiologi........................................................................................................11
2.2.4 Teori Tentang Nilai...................................................................................................12
2.2.5 Landasan Aksiologi..................................................................................................13
2.2.6 Kegunaan Aksiologi terhadap Ilmu Pengetahuan.....................................................15

2.3 Pengertian Ontologi...................................................................................16


2.3 Landasan ontologis bagi dunia keilmuan:.................................................17
2.4 Ontologi Kebidanan...................................................................................18
2.4.1 Pendekatan Ontologis...............................................................................................18
2.4.2 Landasan Ontologi Ilmu Kebidanan.........................................................................19
2.3.4 Pengantar Kebidanan Profesional.............................................................................24

BAB 3 PENUTUP............................................................................................31
3.1 Kesimpulan..............................................................................................31
3.2 Saran..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berpikir tertentu yang disebut
cara berpikir radikal dan universal yaitu model berpikir mempertanyakan sesuatu
sampai tuntas. Filsafat ilmu sebagai salah satu cabang filsafat merupakan cara
berfikir radikal manusia dalam mengembangkan dunia keilmuan yang bermanfaat
bagi manusia. Study ilmu pengetahuan bertujuan untuk memperoleh hakikat
jawaban tertentu, menggali dan memperoleh jawaban tentang apa adanya baik
syariat maupun hakikat adanya sesuatu tentang keberadaan sesuatu baik konkret
maupun abstrak tentang apa itu bahasa dan sebagainya.
Adanya filsafat dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia, yang
diimplementasikan dengan bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberadaan manusia. Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam
mencari jawaban atas pertanyaan. Berdasarkan komponen hakekat ilmu, setiap
cabang pengetahuan dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa
yang diketahui (ontologi),bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh dan disusun
(efistemologi) serta nilai mana yang terkait dengan pengetahuan
tersebut(aksiologi). Oleh karena serta itu pengetahuan ilmiah mempunyai
landasan ontologi, efistemologi dan aksiologi yang spesifik bersifat ilmiah.
Artinya suatu pengetahuan secara umum dikelompokkan sebagai pengetahuan
ilmiah apabila dapat memenuhi persyaratan ontologi, efistemologi dan aksiologi
keilmuan.
Makalah ini akan membahas dua hal, yaitu aksiologi filsafat ilmu yang
artinya kegunaan ilmi dan onlogi, yang akan dikhususkan sebagai ontology
kebidanan. Pada hakikatnya, ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup
manusia dengan memperhatikan nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Artinya pada
tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan

5
moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Ontologi merepresentasikan pengetahuan dengan mendeskripsikan dengan
tepat, formal, dan kaya, konsep-konsep dalam sebuah bidang beserta relasi-
relasinya. Tujuan dari memodelkan pengetahuan dalam bentuk ontologi adalah
untuk mendapatkan pengetahuan umum yang dapat dibagikan dan dimengerti oleh
manusia dan mesin. Di dalam dunia medis, kamus istilah-istilah khusus medis
dibangun untuk menyimpan dan mengkomunikasikan pengetahuan medis serta
informasi pasien. Sistem informasi medis harus dapat mengkomunikasikan data
medis yang kompleks dan mendetail secara efisien. Oleh karena itu, ontologi hadir
untuk merepresentasikan terminologi dalam dunia medis. Makalah ini untuk
memberikan pembahasan akan gambaran pendekatan penerapan ontologi dalam
sistem layanan kesehatan yang berupa model informasi cerdas untuk manajemen
pengetahuan medis, dan ontologi sebagai basis pengetahuan dalam sistem
pengayaan pengetahuan, rekomendasi, dan pendukung keputusan. Hal ini
diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan sistem layanan kesehatan
dengan kecerdasan dan kepakaran serta meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam penjagaan kesehatan.
Objek material ontology adalah yang ada artinya segala-galanya, yang
meliputi yang ada sebagai wujud konkret maupun abstrak, indrawi maupun tidak
indrawi. Objek formal ontology adalah memberikan dasar yang paling umum tiap
masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan. Titik tolak dan dasar
ontology adalah reflek terhadap kenyataan yang paling dekat yaitu manusia
sendiri dan dunianya. Dengan demikian ontology dapat diartikan sebagai suatu
usaha intelektual untuk mendeskripsikan sifat-sifat umum dari kenyataan, suatu
usaha untuk memperoleh penjelasan yang benar tentang kenyataan, study tentang
sifat pokok kenyataan dalam aspeknya yang paling umum sejauh hal itu dapat
dicapai; teori tentang sifat pokok dan struktur dari kenyataan ( Ali Mudhofir,
1998). Dalam bidang Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin
memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi

6
ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu
budaya, fisika, ilmu Teknik dan sebagainya).
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa pengertisn dari Filsafat ?
3. Apa maksud dari Aksiologi Filsafat Ilmu?
4. Apa pengertian dari Ontologi ?
5. Bagaimana pengkajian Ontologi dalam Kebidanan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat
2. Untuk memahami tetang Aksiologi Filsafat Ilmu.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Ontologi
4. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian ontologi dalam kebidanan

7
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah; kata falsafah berasal dari
bahsa Yunani philopsophia; philen artinya ‘mencari/mencintai’ dan Sophia
berarti ‘kebenaran’. Jadi philopsophia berarti daya upaya pemikiran manusia
untuk mencari kebenaran/kebijaksanaan, berfilsafat ialah orang yang mencintai
kebenaran, bukan memiliki kebenaran.
Adanya filsafat dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia, yang
diimplementasikan dengan bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberadaan manusia. Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam
mencari jawaban atas pertanyaan. Aristoteles menyatakan bahwa “semua orang
menurut kodratnya ingin mengerti”. Secara Etimologis, filsafat berarti ‘cinta,
kebijaksanaan, kearifan’. (Rahayu. 2007:27).
Secara umum filsafat didefinisikan sebagai pengetahuan yang
sitematis, metodis, dan koheren menangani seluruh kenyataan dari segi yang
paling mendalam, untuk mencari prinsip-prinsip terdalam dalam realitas (Maran.
1999:77). Metodis itu berarti menggunakan penalaran tertentu; sitematis itu
berarti pengetahuan yang diperoleh merupakan suatu keseluruhan yang terpadu;
koheren itu yang berarti setiap bagian merupakan yang saling berkesesuaian.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof adalah:
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber
daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.

8
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang
Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
2.2 Aksiologi
2.2.1 Pengertian Aksiologi
aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa
definisi aksiologi :
1. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.
2. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai
sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
3. Scheleer dan Langeveld memberikan definisi tentang aksiologi sebagai
berikut. Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu
teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan
deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara moral.
4. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal
utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan
penilaian yang membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah
bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia
dari sudut indah dan jelek.
5. Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan.
2.2.2 Hakikat Aksiologi
Hakikat ilmu dipandang dari sudut aksiologi adalah cara penggunaan
atau pemanfaatan pengetahuan ilmiah. Asas dalam keilmuan tersebut
digunakan atau dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Asas moral
yang terkandung didalamnya ditunjukan untuk meningkatkan taraf hidup
manusia dengan tetap memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan
keseimbangan atau kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu pengetahuan
ilmiah secara komunal dan universal.

9
Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan
(Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi
meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau
kenyataan itu sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan kawasan simbolik yang masing-
masing menunjukan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga
menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam
menerapkan ilmu kedalam praksis.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi
disamakan dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation,
yaitu:
1. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak.
Dalam pengertian yang lebih sempit seperti : baik, menarik dan bagus.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Penggunaan nilai yang
lebih luas merupakan kata benda asli untuk seluruh macam kritik atau
predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain, dan ia berbeda
dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika.
2. Nilai sebagai kata benda konkret.
Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali
dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai
dia, dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki
nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak
dianggap baik atau bernilai.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai dan dinilai.
Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara
aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal
tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.

10
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai.
2.2.3 Objek Aksiologi
Dalam Aksiologi memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai,diantaranya:
1. Nilai tinggi dari Tuhan
Objek ini berfokus pada nilai atau sering disebut dengan sesuatu yang
bersifat realitas apa yang dinyatakan oleh Tuhan untuk disaksikan dan
dirasakan oleh manusia. Misalkan angin yang dapat dirasakan, tetapi
memiliki nilai yang berarti bagi manusia.
2. Nilai Moral
Objek ini berfokus pada nilai moral manusia. Moral di dalam
kehidupan khususnya dalam penataan alam yang harmoni. Jadi manusia
yang bermoral harus mampu mengaplikasikan nilai-nilai moralnya untuk
menjaga ekosistem alam.
3. Nilai Agama
Objek aksiologi dalam agama merupakan objek aksiologi untuk
memahami agama sesuai dengan nilai-nilai kebenaran, kesucian yang
harus dimiliki oleh manusia. Hal ini juga sejalan dengan penjelasan
Suseno bahwa nilai religius tertinggi adalah yang Suci. Lawannya adalah
yang najis (Suseno, 2009 :135)
4. Nilai Keindahan (estetika)
Menurut Rapar menjelaskan bahwa estetika ini mengandung dua arti,
yakni secara deskriptif dan normatif (Rapar, 2005: 67). Jadi yang menjadi
objek aksiologi adalah mencari nilai keindahan yang terdapat di dalam
sesuatu benda atau materi yang ada. Sehingga itu memperlihatkan sebuah
keindahan.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin
khusus, yaitu etika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat

11
kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan
manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku
manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang
normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
2. Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan
keindahan. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena
di sekelilingnya. Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh
perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right
and wrong), serta tentang cara dan tujuan. Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik.
2.2.4 Teori Tentang Nilai
Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika.
a. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “ethos” yang
berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari
bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga.
Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu sama
lainnya.
Etika ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika
mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan
moral mempersoalkan bagaimana semestinya tindakan manusia itu. Etika
hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu hal dan harus
berlaku umum.
Antara ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat.
Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk
menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih
untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral (Jujun S.
Suriasumantri, 1998 : 235).

12
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai
sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan
deontologi.
1) Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan baik menurut
pandangan moral dengan kesenangan.
2) Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan
dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri adalah kebahagiaan.
3) Utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan
kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-
perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati.
4) Deontologi, adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh
Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti
sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik
secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
b. Estetika
Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di
sekelilingnya. Estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu.
Dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan
penting dalam proses pengembagan pendidikan yakni dengan
menggunakan pendekatan estetis-moral, dimana setiap persoalan
pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan
kepentingan masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah,
pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam diorientasikan
pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif, berseni.
2.2.5 Landasan Aksiologi
a. Ilmu Nilai
Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf
hidup manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat

13
dan martabat, untuk kepentingan manusia, maka pengetahuan ilmiah yang
diperoleh disusun dan dipergunakan secara komunal dan universal.
Dagobert Runes (1963 : 32) mengemukakan beberapa persoalan dengan
nilai yang mencakup : hakikat nilai, tipe nilai, criteria nilai, dan status
metafisika nilai.
b. Hakikat Nilai
K. Bertens (2007:142) berpendapat, bahwa hakikat dari nilai-nilai, yaitu :
1) Nilai berasal dari kehendak: voluntarisme.
2) Nilai berasal dari kesenangan: Hedonisme
3) Nilai berasal dari kepentingan. (Perry)
4) Nilai berasal dari hal yg lebih disukai (preference). Martineau.
5) Nilai berasal dari kehendak rasio murni. (I.Kant).
c. Tipe nilai
Tipe nilai dapat dibedakan antara lain intrinsik dan nilai
instrumental. Nilai intrinsik merupakan nilai akhir yang menjadi tujuan,
sedangkan nilai instrumental merupakan alat untuk mencapai nilai
intrinsik.
Sebagai contoh nilai intrinsik adalah nilai yang dipancarkan oleh
suatu lukisan, dan shalat lima waktu merupakan nilai intrinsik dan
merupakan suatu perbuatan yang sangat luhur. Nilai instrumentalnya
bahwa dengan melaksanakan shalat akan mencegah perbuatan yang
keji/jahat yang dilarang oleh Allah dan tujuan akhirnya mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
d. Kriteria nilai
Kriteria nilai adalah sesuatu yang menjadi ukuran nilai, bagaimana
nilai yang baik, dan bagaimana nilai yang tidak baik. Standar pengujian
nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis.
1) Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan
yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat.
2) Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
3) Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolak ukur

14
e. Status Metafisika Nilai
Metafisik nilai adalah bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan
realitas dan dibagi menjadi tiga bagian :
1) Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman
manusia.
2) Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau
subsistensi, bebas dari keberadaannya yang dikenal.
3) Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal
bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik.
(misalnya: theisme).
2.2.6 Kegunaan Aksiologi terhadap Ilmu Pengetahuan
Menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumatri
yaitu pengetahuan adalah kekuasaan. Ilmu itu sendiri merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya dan ilmu memiliki sifat
netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk
apa filsafat ilmu itu digunakan dapat memulainya dengan melihat filsafat
sebagai tiga hal, yaitu:
a. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia
pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu
ide yang membentuk suatu dunia, hendak menentang suatu sistem
kebudayaan, sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya.
b. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima
kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan.
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

15
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu didepan
pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu
masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu
dapat diselesaikan
2.3 Pengertian Ontologi
Istilah “Ontologi” berasal dari bahasa Yunani “Onta” atau “Onto” yang
berarti sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan adanya itu benar, atau
kenyataannya itu yang sesungguhnya. Kemudian “Logos” artinya kata, ilmu,
studi tentang teori. Jadi Ontologi diartikan :
1. Ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang benr-benar ada dan adanya itu
benar.
2. Teori yang membahas tentang kebenaran yang ada atau ciri hakiki (pokok)
dari keberadaan.
3. Cabang filsafat yang membahas tentang hakekat ada, yang ada keberadaan
atau eksistensi (secara umum). (Monteiro. 2015:16).
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai
filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting
ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang :
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal
atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

16
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam
bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. Istilah-istilah terpenting
yang terkait dengan ontologi adalah:
1. yang-ada (being)
2. kenyataan/realitas (reality)
3. eksistensi (existence)
4. esensi (essence)
5. substansi (substance)
6. perubahan (change)
7. tunggal (one)
8. jamak (many)
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas.
Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan : apakah
sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas yang ada ini
sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini
monoisme, dualisme, atau pluralisme. Menurut Bramel, interprestasi tentang suatu
realita itu dapat bervariasi.
Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis, akan menjadi
masalah yang utama. Membimbing kita untuk memahami realita dunia dan
membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita itu merupakan
stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya potensi berpikir
kritis kita untuk mengerti kebenaran itu telah dibina. Di sini kewajiban pendidik
adalah untuk membina daya pikir yang tinggi dan kritis.
2.3 Landasan ontologis bagi dunia keilmuan:
Secara umum relevansi ontologis bagi ilmu adalah bahwa ontologi dapat
dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui
asumsi- asumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologis juga merupakan sarana
ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmiah. Asumsi –
asumsi yang selama ini tidak dipertayakan lagi oleh ilmu, teryata masih masih

17
dipertayakan oleh ontologis sehingga bisa dipertanggung jawab kebenarannya.
Ontologis bersikap kritis dan spekulatif dalam membahas realitas. Ontologis juga
relevan dalam merefleksikan problem pembagunan, pembagunan selama ini
terbukti belum mewujudkan masyarakat adil dan makmur kegagalan ini tidak
terlepas dari konsep ontologis yang melandasi konsep pembagunan di Indonesia.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa dimensi ontologis merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan tentang eksitensi ilmu pengetahuan, dengan
demikian dimensi ontologis memberikan dasar yang fundamental terhadap
konsisitensi pengembagan dan penerapan ilmu pengetahuan. landasan ontologis
ini membawa implikasi bagi landasan epistemologis dan aksiologis ilmu. Ketiga
landasan ini senantiasa terkait dan saling mempegaruhi.
2.4 Ontologi Kebidanan
Setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang
penyangga tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah:
ontology, epistemology dan aksiologi. Ontology merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (objek ontology
atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang hakekatrealitas
(metafisika) dari objek ontologis atau objek formal tersebut. Epistemology
merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan
disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan asas dalam
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dandisusun dalam tubuh pengetahuan
tersebut.Ilmu /science adalah suatu studi / pengetahuan yang sistematik untuk
menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melaluimetode
ilmia (Hutchinson,1994).
Seperti telah dijelaskan tentang arti filsafat sendiri, maka beberapa hal
akan dijelaskan tentang filsafat ilmu kebidanan antara lain: tinjauan keilmuan
dimana setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang
penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun, komponen tersebut adalah salah
satunya pendekatan ontologis

18
2.4.1 Pendekatan Ontologis
Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
berada pada daerah-daerah dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek
penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman ( Pencipta manusia) dan
pasca pengalaman (surga dan neraka) diserahkan ilmunya pada pengatahuan lain.
Ilmu merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang
mencoba menelaah kehidupan dalam batas batas ontology tertentu. Penetapan
lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini secara konsisten
dengan asas epistemologis keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi dalam
proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.
Pendekatan ontologis adalah penafsiran hakekat realitas (metafisika) dari
objek ontologis keilmuan. Penafsiran metafisika keilmuan harus didasarkan
kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi deduksi
yang dapat di verifikasikan secara fisik. Ini berarti bahwa secara metafisik ilmu
terbebas dari nilai nilai yang bersifat dogmatig. Suatu pernyataan dapat diterima
sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melalui pengkajian / penelitian
berdasarkan epistemologiskeilmuan. Metafisika keilmuan berdasarkan
sebagaimana adanya menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat
seharusnya.
Ilmu atau science adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik
untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui
metoda ilmiah. Ilmu justru merupakan pengetahuan yang dapat dijadikan alat
untuk mewujudkan tujuan – tujuan yang mencerminkan das solen dengan jalan
mempelajari das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan serta mengawasi gejala
alam.
Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek
penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah moral
yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat
manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan. (Nurrobikha. 2015:10)

19
2.4.2 Landasan Ontologi Ilmu Kebidanan
Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri memerlukan
pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan berpedoman kepada
filsafat ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan spesifikasi
pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Ilmu kebidanan mempunyai
beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi baik obyek formal maupun obyek
material yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Obyek material Ilmu Kebidanan.
Obyek material ilmu kebidanan adalah substansi dari obyek penelaahan
dalam lingkup tertentu. Objek material dalam disiplin keilmuan kebidanan
adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak dibawah lima tahuan (balita)
dan wanita secara utuh (holistih) dalam siklus kehidupannya ( kanak-
kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa lansia dini dan
lansia. Terutama dalam masa reproduksi pada masa pra konsepsi, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas/masa menyusui dan bayi baru
lahir.
2. Obyek formal Ilmu Kebidanan.
Obyek formal ilmu kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada
obyek penelaahan dalam batas atau ruang lingkup tertenu. Obyek formal
dari disiplin keilmuan kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan
reproduksi yaitu kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya
termasuk upaya keamanan dan kesejahteraan ibu dan janinnya pada pra
konsepsi masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas/masa menyusui,
sehingga tercapai kondisi yang Sejahtera pada ibu dan janinnya dan
selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara optimal.
Dengan demikian kajian ilmu kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan
konsep dasar tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas,
berdimensi dan bersifat ilmiah. Secara umum berdasarkan fikiran dasar obyek
formal dan obyek material dalam mengisi kerangka konseptual ilmu kebidanan,
maka ilmu kebidanan memiliki tubuh pengetahuan kebidanan (Body of midwifery
knowledge) yang dikelompokan menjadi empat yaitu :

20
1. Ilmu Dasar yang diantaranya anatomi, psikologi, Mikrobiologi, parasitologi,
patofisiologi, fisika, biokimia
2. Ilmu sosial yang diantaranya, pancasila dan wawasan nusantara, Bahasa
indonesia, bahasa inggris, sosiologi, antropologi, psikologi, administrasi dan
kepemimpinan, ilmu komunikasi, humaniora, Pendidikan
3. Ilmu terapan yang diantaranya, kedokteran, farmakologi, epidemiologi,
statistik, tenik kesehatan dasar (TKD)/Keperawatan dasar, paradigma sehat,
ilmu Gizi, hukum kesehatan, kesehatan masyarakat, metode riset
4. Ilmu kebidanan. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari
keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan,
nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium
dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia
serta memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga dan
komunitasnya. Ilmu kebidanan meliputi :
a. Dasar-dasar kebidanan (Perkembangan kebidanan, registrasi dan
organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)
b. Teori dan model konseptual kebidanan
c. Siklus Kehidupan Wanita
d. Etika dan Etiket Kebidanan
e. Pengantar Kebidanan Profesional (Konsep kebidanan, Definisi dan lingkup
kebidanan, dan manajemen kebidanan)
f. Teknik dan Prosedur Kebidanan
g. Asuhan Kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus
kehidupan manusia dan wanita )
h. Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
i. Legislasi Kebidanan
j. Praktek Klinik Kebidanan
Empat belas konsep pelayanan kebidanan :
1. Mengakui bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologis dan
perkembangan yang normal serta mengadvokasi tiada intervensi pada
kebidanan taanpa komplikasi.

21
2. Mengakui bahwa menstruasi dan monopause sebagai proses
perkembangan fisiologis
3. Mempromosikan asuhan yang berpusat pada keluarga,
memberdayakan wanita sebagai mitra dalam asuhan kebidanan
4. Memfasilitasi keluarga dan hubungan interpersonal yang sehat
5. Advokasi untuk pilihan pelayanan dnegan penjelasan (informed consent dan
informent choise). Partisipasi dalam membuat keputusan dan hak untuk
menentukan sendiri
6. Mempromosikan kesehatan dan pendidikan kesehatan dan pencegahan
penyakit
7. Komunikasi, bimbingan konseling yang terampil
8. Mengakui nilai terapeutuk dan kehadiran orang lain
9. Mempromosikan asuhan yang berkesinambungan
10. Pengetahuan mengenai kompetensi dan kemampuan budaya
11. Mengenal nilai dan menghargai jalur yang berbeda kearah pengetahuan dan
perkembangan
12. Meningkatkan komunikasi yng efektif dan kolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya
13. Meningkatkan perspektif asuhan kesehatan Masyarakat
14. Memberikan asuhan kepada kelompok rawan
Kebidanan Sebagai Keilmuan tidak terlepas dari konsep diantaranya:
Falsafah Dan Filosofi Kebidanan
Menurut pendapat para ilmu yang difokuskan pada penjelasan yang nyata (Chin
adalah ungkapan seseorang kepercayaan meskipun pada ahli Filosofi adalah
disiplin pencarian dasar-dasar dan Kramer, 1997). Filosofi tentang nilai, sikap
dan waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan kepercayaan kelompok yang
lebih sering disebut ideologi (Moya Davis, 1993).
Filosofi Kebidanan
Adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka
pikir dalam memberikan asuhan kebidanan. Dalam filosofi asuhan kebidanan
dijelaskan beberapa keyakinan yang mewarnai asuhan kebidanan yaitu;

22
1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan
2. Keyakinan tentang perempuan
3. Keyakinan mengenai fungsi dari profesi dan pengaruhnya
4. Keyakinan tentang pemberdayaan dan membuat keputusan
5. Keyakinan tentang asuhan
6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan
7. Sebagai profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan
perbedaan kebudayaan
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat
10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa remaja
11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah yang membentuk
masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia yang terhimpun di dalam
satu kesatuan bangsa Indonesia.
Etika dan Etiket Kebidanan
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1. Metaetika (etika)
2. Etika atau teori moral
3. Etika praktik.
Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah Tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya

23
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun
tata cara di dalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.
2.3.4 Pengantar Kebidanan Profesional
(Konsep kebidanan, Definisi dan lingkup kebidanan, dan manajemen
kebidanan)
Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan kebidanan
yang diakui oleh pemerintah. Seorang bidan dalam menjalankan prakteknya
mempunyai peran dan fungsi yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
peneliti Teknik dan prosedur kebidanan, Asuhan Kebidanan dalam kaitan
kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus kehidupan manusia dan wanita), Sasaran
kesehatan reproduksi yang dalam pencapaiannya membutuhkan perhatian dari
banyak pihak, baik dari pihak pemerintah, petugas medis, masyrakat, serta para
ahli kesehatan masyarakat.
Peran 8 Pilar Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian Sehat.
Kesuksesan pencapaian tujuan sangat erat kaitannya dengan yang ada di fakultas
kesehatan masyarakat, meskipun tidak semua tujuan merupakan wilayah dari
kesehatan masyarakat.
Masalah-Masalah dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan
1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap
kesehatan reproduksi remaja. Masalah reproduksi dan kesehatan seksual

24
remaja merupakan masalah yang kontroversial di banyak kelompok
masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong
munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-
upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat
lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder
yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi
diposisikan dengan baik untuk membentuk persepsi publik dan program
dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan untuk pendanaan dan
pelaksanaan program yang relevan sehingga meningkatkan kemungkinan
suksesnya program.
2. Komponen-komponen program yang berhasil Program- program
kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai
keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:
a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang
akan dilayani.
b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah
pra anggapan para pemberi layanan (provider).
e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan
untuk menghindari risiko.
f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih
aman menjadi perilaku yang menarik.
h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang
cukup panjang
3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna Pendidikan
oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan
para remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk membantu
teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan

25
reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan keputusan,
melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau pelayanan.
Program-program yang menggunakan pendidik/edukator teman sebaya
didasarkan pada bukti bahwa para remaja memiliki hubungan baik dengan
orang lain yang berusia hampir sama, dengan ketertarikan dan
latarbelakang serupa.
4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja
Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja)
merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang
akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan hambatan yang dihadapi
remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Pendekatan ini mencakup
memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk
bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara
biologis, psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa
hormat terhadap privasi remaja dan kerahasiaan remaja sebagai klien,
fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan
harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
populasi remaja, termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah
menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan
harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadap
komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang
tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa
berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus
dipastikan
5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja Remaja
memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai
perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan
seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana
mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan,
kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan
hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi

26
interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku
komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun
ikasikan pesan- pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku.
6. Kontrasepsi bagi remaja. Para remaja memiliki hak untuk memperoleh
informasi yang jelas dan akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain
yang benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan
kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta
konseling yang sesuai sangat penting untuk membantu remaja menangani
atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling harus mengungkapkan
aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS
(penyakit menular seksual).
7. HIV dan PMS di kalangan Remaja Menurut WHO, 333 juta kasus baru
PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta dari
kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir
setengah dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita
yang berusia di bawah 25 tahun, dan di banyak negara berkembang data
menunjukkan bahwa sampai 60% dari semua infeksi HIV baru terjadi pada
kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan
melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu
penelitian di Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki
kemungkinan untuk terinfeksi HIV lebih dari empat kali dibandingkan pria
muda, meskipun para perempuan lebih tidak berpengalama seksual dan
memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria sebayanya.
8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan Banyak
remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka sendiri.
Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan
selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko persalinan lebih
besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja dengan usia ini
lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan

27
muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri
untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan
prenatal yang terbatas berperan penting terhadap terjadinya komplikasi.
Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat dibutuhkan, sehingga
menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak aman
menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.
9. Pendidikan seks berbasis sekolah. Evaluasi yang dilakukan di antara para
kawula muda di negara-negara berkembang dan negara-negara maju telah
memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu
menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum aktif secara
seksual. Untuk para remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual
dapat mendorong pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang
benar dan konsisten.
10. Masalah Gender Spesifik. Generasi muda, terutama anak perempuan
rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan
hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya,
perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena
sikap-sikap gender ini telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam
banyak upaya kesehatan reproduksi remaja, program harus secara
langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender yang tidak setara.
Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan
yang diterima seperti menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras
akan pemakaian kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda
tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan
untuk membantu mereka membuat keputusan-keputusan.
Lingkup praktik kebidanan asuhan kebidanan meliputi :
1. Asuhan prakonsepsi, Antenalal, Intranatal, Neonatal, Nifas, keluarga
berencana, Ginekolog, Pre-monopause, dan asuhan primer.
Dalam pelaksanaannya bekerja dalam sistem pelayanan yang
memberikan konsultasi, manajemen kolaborasi dan rujukan sesuai

28
dengan kebutuhan dan pelayanan kesehatan klien.
2. Pelayanan kebidanan merupakan antara kiat dan ilmu dimana yang
dimaksud dengan kiat bidan membutuhkan kemampuan untuk
memahami kebutuhan wanita itu, mendorong semangatnya, dan
menumbuhkan rasa percaya diri klien dalam menghadapi kehamilan,
persalinan maupun dalam perannya sebagai ibu, tugas bidan adalah
membutuhkan ilmu dan kemampuan untuk mengambil keputusan jika
menghadapi klien dan kasus-kasus tertentu yang bersifat kegawat
daruratan.
Peranan legislasi
Peranan legislasi adalah menjamin perlindungan pada masyarakat
pengguna jasa profesi dan profesi sendiri, legislasi sangat berperan dalam
pemberian pelayanan professional. Dalam memberikan pelayanan ada hal-hal
yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien atau masyarakat, diantaranya:
1. Pelayanan yang tidak aman
2. Sikap petugas yang kurang baik
3. Kurangnya komunikasi
4. Salah prosedur
5. Kurangnya sarana prasarana
6. Kurangnya informasi
Selain hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, adapula kriteria
agar bidan dikatakan professional, yaitu:
1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktek berdasarkan evidence based
4. Menggunakan beberapa sumber informasi
Praktek Klinik Kebidanan
Yang meliputi Lahan Praktik Pelayanan Kebidanan Meliputi : Rumah Sakit,
puskesmas, BKIA, BPS Praktik pelayanan kebidanan dapat dilakukan diberbagai
lokasi, sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar sehingga bidan dapat

29
menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau praktek perorangan. Bidan
dapat bertugas di poliklinik antenatal, neonatus/anak, ginekologi, keluarga
berencana, kamar bersalin, kamar bedah obsgyn, ruang rawat obsgyn dan
perinatal. Adapun wujud yang hakiki dari obyek ilmu kebidanan adalah sebagai
berikut :
1. Wanita :Wanita adalah mahluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang
utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Wanita adalah penerus generasi
keluarga dan bangsa sehingga keberadaan Wanita yang sehat jasmani dan
Rohani serta social sangat diperlukan
2. Reproduksi. Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat
penting untuk mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi
mulai dari saat pembuahan, melalui masa kehamilan dan akhirnya
mencapai titik kulminasi berupa persalinan, maka lahirlah insan yang akan
menjadi penerus.
3. Keluarga. Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri
tersebut dan juga individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang
tinggal dibawah satu atap.Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah
atau daerah membentuk masyarakat.Kumpulan dari masyarakat Indonesia
terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.Masyarakat terbentuk
karena adanya interaksi antar manusia dan budaya dalam lingkungan yang
bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisasi.
4. Persalinan. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal. setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, unik itu
maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak
mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
Sebagai Bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang
bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa
semua manusia adalah mahluk biopsikososialkultural dan spiritual yang unik
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu

30
yang sama. Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua jenis
individu itu berpasangan menikah membentuk keluarga dan mempunyai anak.

31
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan (Kattsoff: 1992).
Kaitan antara aksiologi dengan filsafat ilmu adalah nilai itu bersifat
objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai
tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Aksiologi membberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri memerlukan
pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan berpedoman kepada
filsafat ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan spesifikasi
pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Ilmu kebidanan mempunyai
beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi baik obyek formal maupun obyek
material.
Objek material dalam disiplin keilmuan kebidanan adalah janin, bayi baru
lahir, bayi dan anak dibawah lima tahuan (balita) dan wanita secara utuh (holistih)
dalam siklus kehidupannya ( kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda,
dewasalansia dini dan lansia.
Obyek formal dari disiplin keilmuan kebidanan adalah mempertahankan
status kesehatan reproduksi yaitu kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa
tuanya termasuk upaya keamanan dan kesejahteraan ibu dan janinnya pada pra
konsepsi masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas/masa menyusui, sehingga

32
tercapai kondisi yang Sejahtera pada ibu dan janinnya dan selanjutnya ibu tersebut
dapat memelihara bayinya secara optimal.
Dalam melakukan pelayanan, bidan memiliki pandangan/falsafah
kebidanan, wewenang atau aspek legal, serta etik dan etika.
3.2 Saran
Seorang terdidik hendaknya tahu akan pentingnya hakekat nilai yang akan
diajarkan kepada para anak didiknya, sehingga anak didik mengetahui etika
keilmuan yang bermoral dalam ilmu yang dipelajarinya. Bidan dapat
mengembangkan dan menghubungkan ilmu filsafat dalam kebidanan
untuk memahami profesi dan perannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Vera Iriani. Buku Ajar Konsep Kebidanan.2021.NEM: Jakarta


Frondizi, Risieri. 2007. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area EGC; Jakarta; 1999
Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.
Standar Profesi Kebidanan. Kepmenkes No 320 Tahun 2022
Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu : IPB Press: 2016
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suriasuantrim, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Suhartono Taat Putra. Filsafat Ilmu Kedokteran .2010, Airlangga
University Press.
Susanto, A. Filsafat ilmu suatu kajian Dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologi, Dan Aksiologis. 2019. Bumi Aksara: Jakarta
Jirzanah.Aksiologi. 2020. Yogyakarta. UGM Press
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 4 No 2 Tahun 2021 ISSN: E-ISSN 2620-
7982, P-ISSN: 2620-7990
Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan
Menghidupi jati diri bangsa. Jakarta: Grasindo
Monteiro, Josef M. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan
Perjuangan Membentuk Karakter Bangsa. Jakarta: Deepublish

34

Anda mungkin juga menyukai