Anda di halaman 1dari 41

COVER

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat–Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Filsafat Fisika”. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen pengampu mata kuliah
filsafat fisika yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

Latar Belakang..................................................................................................................1

Rumusan Masalah.............................................................................................................2

Tujuan................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3

Defenisi Filsafat Ilmu........................................................................................................3

Cakupan dan permasalahan dari Filsafat Ilmu..................................................................5

Pendekatan dalan Filsafat Ilmu.........................................................................................6

Sejarah dan Perkembangan Filsafat Ilmu..........................................................................8

Kegunaan Filsafat.............................................................................................................12

Tujuan dan Fungsi Filsafat Ilmu.......................................................................................13

BAB III PENUTUP......................................................................................................................15

Kesimpulan........................................................................................................................15

Saran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat ilmu ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat ilmu, atau ilmu yang membahas
landasan ilmu secara filsafat (Mansur 2018:40). Widyawati (2013:94) berpendapat bahwa,
“peran Filsafat Ilmu adalah untuk menjelaskan hakikat ilmu yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena
alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, selain itu filsafat ilmu juga dapat melatih cara
berfikir menjadi lebih kritis”. Atmaja (2020:20) menegaskan, “peran Filsafat Ilmu sangat
penting untuk memberikan Batasan secara realistis dan logis untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan agar tidak merugikan manusia, alam, dan lingkungan”. Pemahaman mendasar
mengenai Filsafat Ilmu diharapkan akan berguna untuk memberi arah dan dasar dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang mengatur kepentingan masyarakat secara umum,
maupun yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang (Astuti
2020:3).
Pentingya mempelajari Filsafat Ilmu adalah karena Filsafat Ilmu kadang disebut sebagai
filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas hakikat ilmu, penerapan berbagai
metode filsafat dalam upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang
dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti
(Poedjiadi dan Al-Muchtar 2015:122). Filsafat pada hakikatnya bukan hanya mengajarkan
manusia untuk berpikir kritis tetapi juga berpikir secara mendalam (Rosichin 2019:37).
Dalam filsafat ilmu, terdapat tiga tahapan yang harus ditempuh dalam mencari kebenaran
yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara garis besar, ontologi menjadi sebuah
dasar atau pondasi atau awal mula dari dasar pemikiran, epistemologi menjadi instrumen dari
hipotesa-hipotesa yang dilontarkan pada awal pemikiran yang harus ditemukan
kebenarannya, sedangkan aksiologi menjadi proses dari proses aktualisasi dan implementasi
hasil dari pemikiran yang dilontarkan dari epistemologi yang dapat berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Epistemologi juga sangat penting karena epistemologi
sebagai alat merubah dari hipotesis-hipotesis yang ada menjadi terbukti. Dengan keberadaan
epistemologi melahirkan beberapa pemikiran yang menjadi awal dari modernisme seperti

1
rasionalisme, empirisme, positivisme, fenomologi, dan cabang-cabang aliran pemikiran
lainnya. Dengan perkembangan pemikiran seperti itu menjadikan khazanah keilmuan sangat
beragam. Dengan hegemoni yang terjadi pada masa modernisme terdapat beberapa
ketidaksepaham. Hal ini didasari dengan perbedaan pendapat yang terjadi pada kaum
modernisme dan kaum postmodernisme. Modernisme yang mengandalkan rasionalitas dalam
proses ilmu pengetahuan membawa manusia sebagai dari objek dari perubahan. Sedangkan
postmodernisme sebagai antitesis dari proses perubahan manusia yang telah dicengkram oleh
rasionalitas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu?
1.2.2 Apa sajakah yang menjadi cakupan dan permasalahan dari Filsafat Ilmu?
1.2.3 Bagaimanakah pendekatan dalam Filsafat Ilmu?
1.2.4 Bagaimanakah sejarah dan Perkembangan Filsafat Ilmu?
1.2.5 Aapa saja Kegunaan Filsafat?
1.2.6 Apa sajakah Tujuan dan Fungsi Filsafat Ilmu?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi cakupan dan permasalahan dari Filsafat
Ilmu
1.3.3 Untuk mengetahui pendekatan dalam Filsafat Ilmu
1.3.4 Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Filsafat Ilmu
1.3.5 Untuk mengetahui kegunaan Filsafat
1.3.6 Untuk mengetahui tujuan dan Fungsi Filsafat Ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Filsafat Ilmu


Sebelum sampai pada definisi filsafat ilmu maka terlebih dahulu dideskripsikan
pengertian filsafat. Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-objek kemanusiaan
secara menyeluruh (komprehensif), merangkum, spekulatif rasional, dan mendalam sampai
ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari objek yang dipelajari.
Masalah-masalah kemanusiaan utama dalam hidup ini meliputi 3 hubungan penting
manusia dalam kehidupannya, yaitu:

 Hubungan manusia dengan keberadaan Tuhan.


 Hubungan manusia dengan keberadaan alam semesta.
 Hubungan manusia dengan keberadaan manusia, baik secara individual maupun
kelompok.

Cabang-cabang filsafat yang utama adalah sebagai berikut :

 Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat


realitas terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non
fisik.
 Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang hakekat
pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam epistemologi dilakukan kajian-kajian yang
mendalam tentang hakekat terjadinya perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan,
tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh pengetahuan, kesahihan
pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
 Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar pada pokok
penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku
manusia) atau filsafat moral dan estetika atau filsafat keindahan.

3
Selain cabang-cabang utama filsafat di atas, terdapat cabang-cabang filsafat lain yang
bersifat khusus. Cabang filsafat khusus itu antara lain adalah: filsafat manusia, filsafat
ketuhanan, filsafat agama, filsafat sosial dan politik, dan filsafat pendidikan.

Filsafat ilmu ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat ilmu, atau ilmu yang membahas
landasan ilmu secara filsafat (Mansur 2018:40). Sementara Psillos & Curd (2008)
menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang berhubungan dengan masalah-masalah
filosofis dan fundamental yang terdapat dalam ilmu. Dalton dkk. (2007) menjelaskan bahwa
filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah, esensi
metode dalam pencapaian pengetahuan ilmiah, dan hubungan antara ilmu dan perilaku
manusia.
Lacey (1996) mengajukan definisi filsafat ilmu sebagai suatu studi filosofis yang sangat
luas dan mendalam tentang ilmu. Studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu
itu pada dasarnya mencakup bahasan-bahasan seperti:

 Hakekat ilmu.
 Tujuan ilmu.
 Metode ilmu.
 Bagian-bagian ilmu.
 Jangkauan ilmu.
 Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan yang lain (nilai, etika, moral,
kesejahteraan manusia).
Dalam konteks yang bersifat melengkapi, Rudner (1966) mengemukakan bahwa filsafat
ilmu adalah bagian dari epistemologi yang memiliki fokus pada kajian tentang karakteristik
pengetahuan ilmiah. Selanjutnya, Rudner (1966) juga menyatakan bahwa filsafat ilmu pun
memiliki bagian-bagian yang berkembang tersendiri berdasar pada objek-objek spesifiknya.
Bagian-bagian itu antara lain adalah filsafat ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu-ilmu alam, filsafat
ilmu pendidikan, dan filsafat ilmu fisika.

Menurut French & Saatsi (2011) sejarah filsafat ilmu sebagai disiplin yang bersifat
mandiri (memiliki jurnal, komunitas ilmiah, dan pertemuan ilmiah) termasuk masih muda

4
dengan usia sekitar 80 tahun. Namun demikian, sebenarnya keberadaan filsafat ilmu telah ada
sejak berkembangnya ilmu itu sendiri pada masa Aristoteles yang dapat dianggap sebagai
ilmuwan pertama. Filsafat ilmu melakukan penelaahan terhadap isu-isu metode ilmiah,
hakekat teori ilmiah dan bagaimana hubungan teori dengan realitas, dan tujuan-tujuan ilmu.

Berdasar berbagai definisi tentang filsafat ilmu yang telah diuraikan kemudian dapat
disimpulkan pengertian singkat filsafat ilmu:

Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari
tentang hakekat pengetahuan ilmu (Hanurawan, 2012).

Keterangan: banyak filsuf memberi penekanan filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat
pengetahuan (epistemologi) karena filsafat ilmu banyak melakukan kajian tentang salah satu
jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan keilmuan atau pengetahuan ilmiah.

Dalam filsafat ilmu terdapat pembagian filsafat ilmu menjadi filsafat ilmu umum dan
filsafat ilmu khusus (Psillos & Curd, 2008). Filsafat ilmu umum adalah filsafat ilmu untuk
semua ilmu, sedangkan filsafat ilmu secara individual adalah filsafat ilmu tentang ilmu-ilmu
tersendiri, seperti filsafat ilmu psikologi, filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tentu saja filsafat ilmu
pendidikan.

Filsafat ilmu umum lebih menekankan konsep-konsep filosofis ilmu dan ciri-ciri umum
metode ilmiah yang digunakan oleh semua ilmu. Ini berarti dalam filsafat ilmu umum yang
menjadi objek telaah adalah semua ilmu. Sedangkan dalam filsafat ilmu khusus lebih
menekankan pada telaah konsep-konsep filosofis pada ilmu-ilmu tertentu dan ciri-ciri metode
ilmiah yang digunakan oleh ilmu-ilmu khusus (matematika, biologi, ekonomi, psikologi,
fisika, dan ilmu pendidikan).

2.2 Cakupan dan Permasalahan Filsafat Ilmu


Menurut John Loss filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi yaitu:
1. Berusaha menyusun padangan-pandangan dunia sesuai atau berdasarkan toeri-
teori ilmiah yang penting
2. Memaparkan praanggapan dan kecenderungan paera ilmuwan

5
3. Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep
dan teori dari ilmu
4. Sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya

Enam problem atau permasalahan mendasar :

a. problem-problem epistimologi tentang ilmu


b. problem-problem metafisis tentang ilmu
c. problem-problem metodologis tentang ilmu
d. problem-problem logis tentang ilmu
e. problem-problem etis tentang ilmu
f. problem-problem estetis tentang ilmu

2.3 Pendekatan Filsafat Ilmu


Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu
bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi,
menguji, mengkritik asumsi dan medote keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan, setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus
dapat dipertanggungjawabkkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan
secara umum. Berdasarkan tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh Rizal Mustansyir dan
Misnal Munir, maka dapat dikembangkan bahwa tujuan filsafat ilmu mengkaji dan mencari
fakta-fakta terhadap pemikiran secara ilmiah dan rasional.
Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat ilmu akan lebih mudah di pahami
arti pengertian bila diajukan pandangan tentang  pokok masalah, yaitu tentang permasalahan
filsafat yang berarti hubungan antara filsafat dan ilmu. Pendekatannya antara lain:
1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif kerap dikontraskan dengan pendekatan induktif. Pendekatan
Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Dari segi bahasa, deduktif atau deduksi

6
berasal dari Bahasa Inggris, yaitudeduction yang artinya penarikan kesimpulan-
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang
umum. Pendekatan deduktif juga diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan
yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan dalam pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme
yang secara sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis
mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena
yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Berpikir induktif
adalah bentuk dari apa yang disebut generalisasi. Induksi (induction) adalah cara
mempelajarai sesuatu yang bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau
hal yang bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang khusus dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
3. Pendekatan Rasionalisme
Rasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan rasio. Paham ini
beranggapan bahwa prinsip-prinsip dasar keilmuan bersumber dari rasio manusia,
sehingga pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip rasio. Karena rasio itu
ada pada subjek (manusia), maka asal pengetahuan harus dicari pada subjek. Rasio itu
berpikir. Berpikir inilah ynag membentuk pengetahuan. Karena hanya manusia yang
berpikir, maka hanya manusia yang mempunyai pengetahuan. Dengan pengetahuan
inilah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Berbeda pengetahuan, berbeda
pula laku perbuatan dan tindakannya. Rasionalisme juga bisa diartikan sebagai doktrin
filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian,
logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran
agama.
4. Pendekatan Empirisme

7
Empirisme merupakan suatu paham yang mengutamakan pengalaman. Secara
harfiah, istilah empirisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata emperia yang berarti
pengalaman. Pendekatan empiris melihat bahwa pengalaman, baik pengalaman
lahiriyah maupun pengalaman batiniyah merupakan sumber utama pengenalan.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa
manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan

2.4 Sejarah dan Perkembangan Filsafat Ilmu


filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun sejak abad ke-
6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan mewarnai diskusi-
diskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu Herakleitos (535-475 SM) dan
Parmenides (540-475 SM).
Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan,
zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran
filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan
NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah
zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang
pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat
India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat
Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat Islam. Untuk
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat
di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena
pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih
rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos
untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak
dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. 

8
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia
yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif,
sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu
berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena
itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru
umat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara
periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada
zaman kontemporer.

ZAMAN PRA YUNANI KUNO

Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu,
zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun
sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi,
tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan
besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok.

Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu
disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah
mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.

Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi
yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat,
karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi
jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana
kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite,
manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian

9
yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua
yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut
mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha
untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang
sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan
mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk
mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat
dicocokkan dengan mite lain.

Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama
sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang
bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi
Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga
mempunyai nilai edukatif.

Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang
Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur
ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari
Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri
Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan
Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas
cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada
bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.

Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem
yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan
demikian filsafat dilahirkan.

Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know
how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh

10
dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung
hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia
sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.

ZAMAN YUNANI KUNO

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu
tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja),
melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki
sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir
terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM),
Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles
(384-322 SM).

Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal


dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang
dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat
arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu
bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus
mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak
bergerak.

ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang
dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum
sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi
objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh
Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates
dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai

11
objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates
dihukum mati.

Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya
Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi
pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia
jasmani dan yang kedua dunia ide.

Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles
adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar
sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah
mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan.
Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan
metafisis.

Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual


untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek
menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi
matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan
mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.

Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini
merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adalah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan
bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme

2.5 Kegunaan Filsafat

Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh
kenyataan, upaya ini menghasilkan beberapa peranan bagi manusia. Filsafat berperan
sebagai pendobrak. Artinya bahwa filsafat mendobrak keterjungkungan pikiran manusia.
Dengan memahami, dan mempelajari filsafat manusia dapat menghancurkan kebekuan,
kabakuan, bahkan keterkungkungan pikirannya dengan kembali mempertanyakan segala.
Pendobrakan ini bisa membuat manusia terbebas dari kebekuan, dan keterkungkungan. Jadi,

12
bagi manusia filsafat berperan sebagai pembebas pikiran manusia. Pembebasan ini
membimbing manusia untuk berpikir lebih jauh, lebih mendalam, lebih kritis terhadap
segala hal sehingga manusia bisa mendapatkan kejelasan dan keterangan atas seluruh
kenyataan. peranan ketiga yang dimiliki filsafat bagi manusia adalah sebagai pembimbing.
Selain memiliki peran bagi manusia, filsafat juga berperan bagi ilmu pengetahuan
umumnya. Menurut Descartes, filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang
pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan. Menurut Plato, filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Tujuan filsafat
adalah meraih kebenaran. Tidak seperti agama yang menyandarkan diri dan mengajarkan
kepatuhan, filsafat menyandarkan diri dan mengandalkan kemampuan berfikir kritis. Secara
konkrit  manfaat mempelajari filsafat adalah :
1. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran lebih
mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.
2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari akusentrisme
(dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku).
4. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja,
membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat
kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai
pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama dalam etika)
maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik,
dan sebagainya.

2.6 Tujuan dan Fungsi Filsafat Ilmu

3 Filsafat ilmu yang merupakan


interaksi anatara ilmu dan
13
filsafat mengandung arti
bahwa
4 filsafat saat ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika
terpisah dari ilmu. Dan juga
sebaliknya,
5 ilmu tidak dapat tumbuh
dengan baik tanpa kritik dari
filsafat. Pembahasan filsafat
ilmu sangat
6 penting karena akan
mendorong manusia untuk
lebih kreatif dan inovatif.
Filsafat ilmu

14
7 memberikan semangat bagi
perkembangan dan kemajuan
ilmu dan sekaligus nilai-nilai
moral
8 yang terkandung pada setiap
ilmu. Objek dari filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan. Oleh
karena
9 itu setiap saat ilmu itu
berubah mengikuti
perkembangan zaman dan
keadaan. Pengetahuan lama
10 menjadi pijakan untuk
mencari pengetahuan baru.

15
11 Tujuan mempelajari
filsafat ilmu:
12 a. Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran
ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan
13 cermat terhadap kegiatan
ilmiah. Maksudnya seorang
ilmuwan harus memiliki
sikap kritis
14 terhadap bidang ilmunya
sendiri, sehingga dapat
menghindarkan diri dari sikap
solipsistik,

16
15 menganggap bahwa hanya
pendapatnya yang paling benar
16 b. Filsafat ilmu
memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan.
Setiap metode ilmiah
17 yang dikembangkan harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara logis-rasional, agar
dapat
18 dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Semakin luas penerimaan dan
penggunaan metode
17
19 ilmiah, maka semakin
valid metode tersebut.
20 c. Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan
dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang,
21 sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.
22 d. Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk
konsisten dalam
mendalamiilmu dan
23 mengembangkannya.

18
24 Manfaat mempelajari
filsafat ilmu:
25 a. Menyadarkan seorang
ilmuwan agar tidak terjebak ke
dalam pola pikir yang hanya
berpikir
26 murni dalam bidangnya
tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar
dirinya.
27 Sebab dengan
mempelajari filsafat
ilmumaka para ilmuwan
akan menyadari keterbatasan

19
28 dirinya dan tidak
terperangkap ke dalam sikap
arogansi intelektual. Hal
yang diperlukan
29 adalah sikap keterbukaan
diri di kalangan ilmuwan
sehingga mereka dapat
mengarahkan
30 seluruh potensi keilmuan
yang dimilikinya untuk
kepentingan umat manusia.
31 b. Filsafat ilmu bermanfaat
untuk membangun diri kita
sendiri dengan berpikir secara
radikal
20
32 (berpikir sampai ke akar-
akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
33 c. Filsafat ilmu
memberikan kebiasaan dan
kebijaksanaan untuk
memandang dan memecahkan
34 persoalan-persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Orang
yang hidup secara dangkal
saja,
35 tidak mudah melihat
persoalan-persoalan, apalagi
melihat pemecahannya.

21
36d. Filsafat ilmu mengajak
untuk berpikir secara radikal,
holistik dan sistematis,
hingga kita
37 tidak hanya ikut-ikutan
saja, mengikuti pada
pandangan umum, percaya
akan setiap
38 semboyan dalam surat-
surat kabar, tetapi secara
kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan
39 orang, mempunyai
pendapat sendiri, dengan

22
mencari kebenaran dari
beberapa sumber ilmu
40 yang valid
41 Filsafat ilmu yang
merupakan interaksi anatara
ilmu dan filsafat mengandung
arti bahwa
42 filsafat saat ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika
terpisah dari ilmu. Dan juga
sebaliknya,
43 ilmu tidak dapat tumbuh
dengan baik tanpa kritik dari
filsafat. Pembahasan filsafat
ilmu sangat
23
44 penting karena akan
mendorong manusia untuk
lebih kreatif dan inovatif.
Filsafat ilmu
45 memberikan semangat
bagi perkembangan dan
kemajuan ilmu dan sekaligus
nilai-nilai moral
46 yang terkandung pada
setiap ilmu. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Oleh karena
47 itu setiap saat ilmu itu
berubah mengikuti

24
perkembangan zaman dan
keadaan. Pengetahuan lama
48 menjadi pijakan untuk
mencari pengetahuan baru.
49 Tujuan mempelajari
filsafat ilmu:
50 a. Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran
ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan
51 cermat terhadap kegiatan
ilmiah. Maksudnya seorang
ilmuwan harus memiliki
sikap kritis

25
52 terhadap bidang ilmunya
sendiri, sehingga dapat
menghindarkan diri dari sikap
solipsistik,
53 menganggap bahwa hanya
pendapatnya yang paling benar
54 b. Filsafat ilmu
memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan.
Setiap metode ilmiah
55 yang dikembangkan harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara logis-rasional, agar
dapat
26
56 dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Semakin luas penerimaan dan
penggunaan metode
57 ilmiah, maka semakin
valid metode tersebut.
58 c. Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan
dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang,
59 sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.
60 d. Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk
27
konsisten dalam
mendalamiilmu dan
61 mengembangkannya.
62 Manfaat mempelajari
filsafat ilmu:
63 a. Menyadarkan seorang
ilmuwan agar tidak terjebak ke
dalam pola pikir yang hanya
berpikir
64 murni dalam bidangnya
tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar
dirinya.
65 Sebab dengan
mempelajari filsafat
28
ilmumaka para ilmuwan
akan menyadari keterbatasan
66 dirinya dan tidak
terperangkap ke dalam sikap
arogansi intelektual. Hal
yang diperlukan
67 adalah sikap keterbukaan
diri di kalangan ilmuwan
sehingga mereka dapat
mengarahkan
68 seluruh potensi keilmuan
yang dimilikinya untuk
kepentingan umat manusia.
69 b. Filsafat ilmu bermanfaat
untuk membangun diri kita
29
sendiri dengan berpikir secara
radikal
70 (berpikir sampai ke akar-
akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
71 c. Filsafat ilmu
memberikan kebiasaan dan
kebijaksanaan untuk
memandang dan memecahkan
72 persoalan-persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Orang
yang hidup secara dangkal
saja,

30
73 tidak mudah melihat
persoalan-persoalan, apalagi
melihat pemecahannya.
74d. Filsafat ilmu mengajak
untuk berpikir secara radikal,
holistik dan sistematis,
hingga kita
75 tidak hanya ikut-ikutan
saja, mengikuti pada
pandangan umum, percaya
akan setiap
76 semboyan dalam surat-
surat kabar, tetapi secara
kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan
31
77 orang, mempunyai
pendapat sendiri, dengan
mencari kebenaran dari
beberapa sumber ilmu
78 yang valid
79 Tujuan mempelajari
filsafat ilmu:
80 a. Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran
ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan
81 cermat terhadap kegiatan
ilmiah. Maksudnya seorang
ilmuwan harus memiliki
sikap kritis
32
82 terhadap bidang ilmunya
sendiri, sehingga dapat
menghindarkan diri dari sikap
solipsistik,
83 menganggap bahwa hanya
pendapatnya yang paling benar
84 b. Filsafat ilmu
memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan.
Setiap metode ilmiah
85 yang dikembangkan harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara logis-rasional, agar
dapat
33
86 dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Semakin luas penerimaan dan
penggunaan metode
87 ilmiah, maka semakin
valid metode tersebut.
88 c. Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan
dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang,
89 sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.
90 d. Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk
34
konsisten dalam
mendalamiilmu dan
91 mengembangkannya
Tujuan mempelajari filsafat ilmu:
a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
dancermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki
sikap kritisterhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari
sikap solipsistik,menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar
b. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiahyang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-
rasional, agar dapatdipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas
penerimaan dan penggunaan metodeilmiah, maka semakin valid metode tersebut
c. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer
secra historis
d. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalamiilmu danmengembangkannya

Manfaat mempelajari filsafat ilmu:

a. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir yang hanya
berpikirmurni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di
luar dirinya.Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan
menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi
intelektual. Hal yang diperlukanadalah sikap keterbukaan diri di kalangan
ilmuwan sehingga mereka dapat mengarahkanseluruh potensi keilmuan yang
dimilikinya untuk kepentingan umat manusia

35
b. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal(berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan
kita
c. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkanpersoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup
secara dangkal saja,tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya
d. Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,
hingga kitatidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum,
percaya akan setiapsemboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakanorang, mempunyai pendapat sendiri, dengan
mencari kebenaran dari beberapa sumber ilmuyang valid.

36
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari
tentang hakekat pengetahuan ilmu, Filsafat Ilmu juga merupakan studi tentang seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar. Filsafat sangat dibutuhkan dalam membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan
Subtansi karena dengan filsafat lah bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena
dengan akal lah bisa membuktikan suatu substansi dan substansi itu terbentuknya dari
filsafat. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi
kritis terhadap kegiatan ilmiah.  Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji,
mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu
metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang
diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu
pengetahuan bukan sebaliknya.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran
tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada
pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu
pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu
saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat
sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan
evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.

3.2 Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan-kesalahan.Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan pembaca dapat
menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap hasil penulisan makalah kami.

37
DAFTAR PUSTAKA

Dalton, J.H. Elias, M.J., & Wandersman, A. 2007. Community Psychology: Linking Individuals
and Communities. Belmont CA: Thomson.
Psillos, S. & Curd, M. 2008. Introduction. S. Psillos & M. Curd (Eds.) The Routledge
Companion to Philosophy of Science (xix – xxvii). London: Routledge.
Lacey, A.R. 1996. Dictionary of Philosophy. London: Routledge.
Rudner, R.S. 1966. Philosophy of Social Science (Foundations of Philosophy). Ann Arbor, MI:
Prentice Hall.
French, S. & Saatsi, J. 2011. Introduction. S. French & J. Saatsi (Eds.) The Continuum
Companion to the Philosophy of Science (pp. 1 – 14). London: Continuum.
Hanurawan, F. 2012 Filsafat Ilmu Psikologi. Malang: Fakultas P. Psikologi: Universitas Negeri
Malang.
Martini, Eka, 2012, Filsafat Umum, Palembang:Noer Fikri Offset
A Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Renika Cipta, 2010, hlm. 32.
http://hamdimalae.blogspot.co.id/2014/04/makalah-filsafat-ilmu.html
http://repository.unj.ac.id/14562/2/BAB%201.pdf
https://www.researchgate.net/publication/347441378_Manfaat_Filsafat_Ilmu
https://ruruls4y.wordpress.com/2012/04/22/makalah-filsafat-ilmu-tentang-cakupan-dan-
permasalahan-filsafat-ilmu/
https://www.academia.edu/35761686/
FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNGSI_HUBUNGAN_PENDEKATAN_DAN
_OBJEK_KAJIANNYA
https://klipaa.com/story/1462-sejarah-perkembangan-filsafat-ilmu

38

Anda mungkin juga menyukai