Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

NILAI-NILAI PANCASILA HAKIKATNYA IALAH


SUATU SISTEM FILSAFAT

OLEH :

WENING MARTA LIUNOKAS


(2308010063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


2023

DAFTAR ISI

KOVER............................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan ......................................................................................................2
1.4. Manfaat.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Pengertian Filsafat...................................................................................3


2.2 Filsafat Pancasila.....................................................................................4
2.3 Dasar Filsafat Pancasila..........................................................................8
2.4 Hakikat Sila-Sila Pancasila.....................................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................12

3.1 Simpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ini ialah “Nilai-nilai Pancasila Hakikatnya ialah suatu Sistem
Filsafat”. Makalah ini berisi tentang filsafat, filsafat pancasila, dasar filsafat pancasila, dan
hakikat sila-sila Pancasila. Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat mengikuti UAS mata
kuliah umum Pancasila.
Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada makalah
ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah ini baik
secara teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya.

Kupang, 9 Desember 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap negara yang berdiri teguh ini memiliki suatu landasan yang mendasari

semua lapisan kehidupan dan aktivitas yang berlangsung. Bukan hanya mendasari tetapi melindungi

sebuah negara dari berbagai bentuk ancaman yang datang silih berganti dan menjadi suatu persoalan

yang sekira diselesaikan. Untuk penyelesaian setiap permasalahan yang ada dibutuhkan suatu dasar

fundamental yang menjadi penopang dan juga penuntun. Sehingga diharuskan adanya sebuah

ideologi. Bukan sebagai pandangan semata tetapi menjadi landasan dan alasan suatu negara berdiri.

Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan

distansi terhadap dunia kehidupannya. Ideologi lahir dari cara berpikir masyarakat, bangsa maupun

negara, dan disamping itu membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas

dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, menguraikan berbagai nilai-nilai yang menjadi

cerminan bangsa Indonesia. Menurut sejarah, Pancasila diambil dan dibentuk dari masyarakat

Indonesia itu sendiri. Jiwa masyarakat Indonesia adalah Pancasila, menjadi suatu kekuatan yang

membimbing bangsa Indonesia menjalani kehidupannya untuk mencapai cita-cita nasional yaitu

masyarakat yang adil dan makmur.

Tentu untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan itu tidak terlepas dari usaha masyarakat

yang mau mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam mempertahankan

nilai-nilai tersebut dibutuhkan pengamalan Pancasila di semua segi kehidupan. Pengamalan ini harus

dilaksanakan oleh semua warga negara Indonesia, dilalui dengan pengertian yang benar pada filsafat
Pancasila yakni nilai-nila kebudayaan. Melalui makalah ini, diharapkan kita dituntun untuk

memahami benar tentang nilai-nilai pada Pancasila yang hakikatnya adalah suatu sistem filsafat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1) Apa pengertian dari filsafat?

2) Apa itu filsafat pancasila?

3) Apa saja yang termasuk dalam dasar filsafat pancasila?

4) Apa saja hakikat sila-sila pancasila?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut.

1) Menjelaskan pengertian dari filsafat.

2) Menjelaskan filsafat pancasila

3) Mendeskripsikan alasan pancasila sebagai suatu sistem filsafat.

4) Menjelaskan dasar filsafat pancasila.

5) Mendeskripsika hakikat sila-sila pancasila.

1.4 Manfaat

1) Kaum muda dapat memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai sistem filsafat.

2) Pembaca dapat mengetahui hubungan Pancasila dan filsafat.

3) Sebagai motivasi bagi masyarakat untuk terus mengamalkan Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Memberikan sumbangsih ilmu bagi pelajar ataupun mahasiswa tentang Pancasila sebagai

sistem filsafat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Kata filsafat erasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun dari kata philos yang

berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan

pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi (Barata, 2011). Dengan demikian

philosophia secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan. Secara umum, filsafat merupakan

ilmu yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.

Berdasarkan pengertian umum ini, ciri-ciri filsafat dapat disebut sebagai usaha berpikir

radikal, menyeluruh, dan integral, atau dapat dikatakan sebagai suatu cara berpikir yang

mengupas sesuatu sedalam-dalamnya Mempelajari filsafat merupakan upaya manusia untuk

mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi

peradaban manusia.

2.1.1 Pengertian Filsafat menurut para ahli

Berikut pengertian filsafat menurut beberapa ahli :

1. Plato

Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu pengetahuan

yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

2. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya

terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,

dan estetika atau filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.

3. Marcus Tullius Cicero

Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-

usaha untuk mencapainya.

4. Immanuel Kant

Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di

dalamnya persoalan, yaitu: “apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh

metafisika), apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika), sampai di

manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)”.

5. Hasbullah Bakry

Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam

mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia.

2.1.2 Tujuan Filsafat

Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek/ gejala secara mendalam.

Untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode-metode yang khas dari filsafat.

Kalau digambarkan dalam suatu bagan perbedaan antara filsafat dengan ilmu

pengetahuan empiris jadi filsafat itu harus refleksi, radikal, dan integral. Refleksi berarti

manusia menangkap objek secara internasional dan sebagai hasil dri proses. Radikal

adalah berasal dari kata radix (berarti akar). Jadi filsafat itu radikal berarti filsafat harus

mencari pengetahuan sedalam-dalamya. Filsafat itu integral berarti mempunyai

kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan untuk sebagai suatu keseluruhan.

2.1.3 Sistem Filsafat


Sistem filsafat menurut Louis Of Kattsoff adalah kumpulan ajaran yang ter-

koordinasikan. Suatu sistem filsafat haruslah memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda

dengan sistem lain, misalnya sistem ilmiah. Dalam pengertian sebagai pengetahuan yang

menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat memiliki empat cabang

keilmuan yang utama:

1. Metafisika

Cabang filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang ada dan

yang mungkin ada. Metafisika terdiri atas :

1) Metafisika Umum Ontologi

Yaitu ilmu yang membahas segala sesuatu yang ada.

2) Metafisika Khusus

a. Teodesi yang membahas adanya Tuhan.

b. Kosmologi yang membahas adanya alam semesta.

c. Antropologi metafisik yang membahas adanya manusia.

2. Epistemologi

Cabang filsafat mempelajari seluk beluk pengetahuan. Dalam epistemologi,

terkandung pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pengetahuan, seperti

kriteria apa yang dapat memuaskan kita untuk mengungkapkan kebenaran.

3. Aksiologi

Cabang filsafat yang menelusuri hakikat nilai. Dalam aksiologi terdapat etika

yang membahas hakikat nilai baik-buruk, dan estetika yang membahas nilai-

nilai keindahan.

4. Logika
Cabang filsafat yang memuat aturan-aturan berpikir rasional. Logika

mengajarkan manusia untuk menelusuri struktur-struktur argumen yang

mengandung kebenaran atau menggali secara optimal pengetahuan manusia

berdasarkan bukti-buktinya.

Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri Negara

memberikan masalah dasar filosofis Negara (philosofishe- grondslag) dan pandangan

hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun kedua istilah tersebut mengandung muatan

filsofis, tetapi pancasila sebagai sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih

akademis memerlukan perenungan lebih mendalam. Filsafat pancasila memerlukan

istilah yang- mengemuka dalam dunia akademis.

2.2 Filsafat Pancasila

Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia

yang diyakini sebagai kenyataan dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian

bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila dikembangkan oleh Soekarno yaitu :

a. Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambildari budaya dan tradisi

Indonesia.

b. Akulturasi budaya India (Hindu-Buddha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).

Filsafat Pancasila menurut Soeharto telah mengalami Indonesianisasi. Semua sila dalam

Pancasila adalah asli diangkat dari budaya Indonesia dan selanjutnya dijabarkan menjadi

lebih rinci ke dalam butir-butir Pancasila.

Filsafat Pancasila digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat Pancasila tidak

hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari,

tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila dipergunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari (way of life ) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan

lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.

Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu

pancasila sebagai genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus- objectivus. Kedua

pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan pancasila sebagai

aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang deua

meletakkan pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.

2.2.1 Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara

Filsafat Pancasila adalah semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada Pancasila. Karena pancasila

merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik Indonesia.

Orang yang berfikir filsafatan adalah orang yang tidak meremehkan terhadap orang yang

lebih rendah derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang kecil, selalu berpikiran

positif, kritis, bersifat arif bijaksana, universal, dan selalu optimis.

2.2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang

mendalam dari para tokoh kenegaraan indonesia. Hasil perenungan itu semula

dimaksudkan untuk merumuskan asas Negara yang merdeka, selain itu hasil perenungan

tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berfikir

kefilsafatan. Beberapa ciri kefilsafatan meliputi:


1. Sistem filsafat harus koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara rutin.

Pancasila sebagai sistem filsafat bagian-bagiannya tidak saling bertentangan

meskipun berbeda, tersendiri.

2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan segala

yang terdapt dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa

merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika

masyarakat di indonesia.

3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam

yang sampai ke inti mutlak persoalan sehingga menemukan aspek yang sangat

fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak

tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan tuhan dalam

kehidupan bermasyarakat, dan bernegara.

4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah fikir hasil perenungan sebagai para

anggapan sebagai titik awal yang kemudian menjadi pola dasar berdasarkan

penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu.

Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.

a. Deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusun

secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.

b. Induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,

merefleksikan dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.

Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung pemikiran tentang manusia yang

berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat

bangsa yang semua itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, sebagai sistem

filsafat, Pancasila memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lain yang
ada di dunia, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan

lain sebagainya. Ciri khas nilai filsafat yang terkandung dalam Pancasila berkembang

dalam budaya dan peradaban Indonesia, terutama sebagai jiwa dan asas kerohanian

bangsa dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Selanjutnya nilai filsafat

Pancasila, baik sebagai pandangan hidup atau filsafat hidup (Weltanschauung) bangsa

maupun sebagai jiwa bangsa atau jati diri (Volksgeist) nasional, memberikan identitas dan

integritas serta martabat bangsa dalam menghadapi budaya dan peradaban dunia.

Menurut Darmodihardjo (1979).

2.2.3 Kesatuan Sila-Sila Sebagai Sistem Filsafat

Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu

pancasila sebagai genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus- objectivus.

Pancasila sebagai genetivus objectivus artinya nilai-nilai pancasila dijadikan sebagai

objek yang dicari landasan filososisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang

filsafat yang berkembang di barat.

Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus, artinya nilai-nilai pancasila

dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk

menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila maupun untuk menemukan

hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Selain itu nilai-nilai pancasila tidak

hanya dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-

nilai pancasila harus mampu menjadikan pelaksanaansistem politik dan dasar bagi

pembangunan nasional. Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat

diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila

sebagai prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi
operasional dalam penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai

perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi

kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan

bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

2.3 Dasar Filsafat Pancasila

Menurut notonagoro (1975) pancasila kalau ditinjau asal mulanya atau sebab terjadinya

maka pancasila memenuhi syarat empat sebab (kausalitas) menurut aristoteles yaitu:

1. Kausa Materialis (Asal Mula Bahan)

Bangsa indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai pancasila, sehingga pancasila itu

pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur pancasila digali dari bangsa

indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religious.

1. Kausa Formalis (Asal Mula Bentuk)

Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau bagaimana bentuk pancasila

itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD 1945.

2. Kausa Efisien (Asal Mula Karya) Kausa efisien yaitu asal mula yang menjadikan

pancasila dari calon dasar Negara menjadi dasar Negara yang sah.

3. Kausa Finalis (Asal Mula Tujuan) Pancasila dirumuskan dan dibalas dalam siding

siding para pendiri Negara, tujuannya dalah untuk dijadikan sebagai dasar Negara.

Ada beberapa landasan yang mendasari Filsafat Pancasila sebagai berikut:

1. Landasan Ontologis Pancasila

Istilah ontology berasal dari kata yunani onta yang berarti sesuatu yang

sungguhsungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya ada logos yang berarti teori atau

ilmu. Pandangan ontologi dari pancasila adalah tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.

Untuk memahami kesesuaian antara landasan sila-sila pancasila dengan hakikat sifat
keadaan Negara, maka menurut Notonagoro terdapat tiga teori atas hubungan di

anatara dua hal yang diperbandingkan yaitu:

1) Asas hubungan yang merupakan sifat (kualitas).

2) Asas hubungan yang berupa bentuk, luas dan berat (kuantitas).

3) Asas hubungan yang berupa sebab dan akibat (kausalitas). (notonagoro)

2. Landasan Epistemologi Pancasila.

Epistemologi berasal dari kata yunani “episteme” dan “logos”. Episteme biasa

diartikan sebagai pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran atau teori.

Epistimologi adalah cabang filsafat di menelidiki sejarah kritis hakikat, lndasan, btas-

batas dan patokan kesahihan pengetahuan.

3. Landasan Aksiologis Pancasila

Isi arti sila-sila pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat pancasila

yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila pancasila, sebagai pedoman

pelaksnaan dan penyelenggaraan Negara yaitu sebagai dasar Negara yang bersifat

umum kolektif serta realisasi pengalaman pancasila bersifat khusus dan konkret.

Landasan pancasila merujuk pada nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam pembukaan

UUD 1945 diteken nilai dasar itu harus menjadi koma menghayati nilai instrumental

nya yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan berupa undang-undang

dasar 1945 ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah pengganti UUD

peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan daerah.

2.4 Hakikat Sila-sila Pancasila

Kata ‘hakikat’ dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu yang

terdiri dari sejumlah usur tertentu dan yang mewujudkan sesuatu itu, sehingga terpisah

dengan sesuatu lainya dan bersifat mutlak. Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila,

pengertian kata hakikat dapat dipahami dalam tiga kategori yaitu:


1. Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang

mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah.

2. Hakikat pribadi sebagai hakikat memiliki sifat khusus, artinya terkait kepada barang

sesuatu.

3. Hakikat konkret yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataanya hakikat konkret

pancasila terletak pada fungsi pancasila sebagai dasar filsafat Negara.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang mendalam dari

para tokoh kenegaraan indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk

merumuskan asas Negara yang merdeka, selain itu hasil perenungan tersebut merupakan

suatu sistem filsafat karena telah memenugi cir-ciri berfikir kefilsafatan. Beberapa ciri

kefilsafatan meliputi:

a. Sistem filsafat harus koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara rutin.

Pancasila sebagai sistem filsafat bagian-bagian tidak saling bertentangan

meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi

dan kedudukan tersendiri.

b. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan

segala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup

bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan

dinamika masyarakat di indonesia.

c. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan

mendalam yang sampai ke inti mutlak persoalan sehingga menemukan aspek

yang sangat fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan

berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesame

manusia, dan tuhan dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara.

d. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah fikir hasil perenungan sebagai

para anggapan sebagai titik awal yang kemudian menjadi pola dasar berdasarkan
penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu pancasila sebagai

dasar filsafat Negara, nilai nilai filsafat yang terkandung dalam sila-sila pancasila

mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di indonesia, artinya nilai

ketuhanan, kemanusiaan,persatuan, kerakyataan dan keadilan harus mendasari

seluruh perundang-undangan yang berlaku.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pancasila merupakan bagian dari filsafat yang berisi tentang kebenaran. Filsafat

merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk

memperoleh kebenaran. Pancasila pada hakikatnya memiliki kebenaran. Sehingga

terciptanya sebuah kossep filsafat pancasila. Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir

yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang diyakini sebagai kenyataan dan

paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia. Kebudayaan yang

dimiliki oleh Indonesia menjadikan Indonesia memiliki kepribadian dan karakternya

sendiri yang tercakup dalam Pancasila. Nilai filsafat Pancasila, baik sebagai

pandangan hidup atau filsafat hidup (Weltanschauung) bangsa maupun sebagai jiwa

bangsa atau jati diri (Volksgeist) nasional, memberikan identitas dan integritas serta

martabat bangsa dalam menghadapi budaya dan peradaban dunia.

3.2 Saran

Diharapkan semua yang membaca makalah ini terus menyadari bahwa Pancasila

ialah suatu pandangan hidup yang harus terus dipegang dan diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pengamalan ini terlahir dari bangsa Indonesia itu sendiri

sehingga sudah menjadi ciri khas kita. Pada saat pembuatan makalah, penulis
menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

penulis harapkan kritik dan saran mengenai pembahasan dalam makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Dikti, D. B. K. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila. Jakarta: Belmawa

Kemenristek Dikti RI.

Halking. 2020. Pendidikan Pancasila. Medan : Universitas Negeri Medan.

Kaelan, K. 1996. Kesatuan Sila-sila Pancasila. Jurnal Filsafat, 1(1), 42-52.

Mudhofir Ali. 1996. Pancasila sebagai Sistem Kefilsafatan. Jurnal Filsafat, 9-13.

Nurwadani Paristiyanti,dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Dirjen Pembelajaran dan

Kemahasiswaan.

Sugiarti Ida,dkk. 2020. Modul Pendidikan Pancasila. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai