Anda di halaman 1dari 14

Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa

Disusun Oleh:
· M. Yudhit Adhitya Ramadhan
· Muhammad Habib Rosiki
· Lustino Aziz R
· Defri Afriansyah
· Ruth Tabita Hutagalung

Dosen Pengampu:
Efita Rahmi SP, M.Si

Fakultas Teknik Universitas Riau


Tahun Ajaran 2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Cara berfikir Filsafat …………………………………………………………………….. 2
1. Pengertian Dan Cara Berpikir Filsafat …………………………………………… 2
2. Sistem Filsafat ……………………………………………………………………. 4
3. Aliran-aliran Filsafat ……………………………………………………………... 4
B. Pengertian Pancasila Secara Filsafat …………………………………………………….. 5
1. Pancasila Sebagai Filsafat ………………………………………………………... 5
2. Aspek-aspek Pancasila Sebagai Filsafat …………………………………………. 5
3. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ……………………... 7
C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban
MiAsasi Manusia …………………………………………………………………………… 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………… 11
B. Saran …………………………………………………………………………………….. 11
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang
menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara
tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa.
Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu
konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau
masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau
standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk mengorganisasikan
sistem tingkah laku suatu masyarakat.

Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya
bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hokum yang
berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi
dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah,
hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama
pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa- bangsa
lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima
sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan yang dimaksud dengan cara berfikir filsafat!

2. Jelaskan pengertian pancasila secara filsafat!

3. Jelaskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antara hak dan
kewajiban asasi manusia!

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Berpikir Filsafat
1. Pengertian dan Cara Berpikir Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philo- shopia.
Istilah ini merupakan bentukan dari kata asal philo (philein) yang berarti cinta, dan
sophos yang artinya hikmah/kebijaksanaan. Jadi, filsafat artinya mencintai hal-hal yang
sifatnya bijaksana. Filsafat merupakan ilmu pengetabuan mengenai hakekat dari segala
sesuatu yang mencari sebab sebabnya yang terdalam dengan menggunakan rasio/akal
budi manusia.

Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Filsafat tidak hanya menyelidiki
struktur obyeknya sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, melainkan selalu
menyelidiki hakekat obyeknya, mencari inti hakekatnya, dengan berpikir yang sedalam-
dalamnya secara mendasar sampai pada akar-akarnya yang terakhir.

Filsafat bukan agama, karena dalam agama manusia bertitik tolak dari wahyu
Ilahi, dari ungkapan Tuhan kepada hamba-Nya. Filsafat sama sekali tidak bertitik tolak
dari wahyu Ilahi, melainkan senantiasa tetap mempergunakan rasio/akal budi murninya.

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu :

1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal
dan filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.

2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan


menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik
pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.

3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa


dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam
sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa di luar yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa objek kajian filsafat meliputi :

1. Objek Material, yaitu kajian filsafat yang meliputi sesuatu baik berupa material
konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan sebagainya, maupun sesuatu
yang bersifat abstrak seperti, nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidupdan
sebagainya.
2
2. Objek Formal, yaitu cara pandang seseorang terhadap objek material
tersebut.Misalnya dari sudut pandang nilai (bidang aksiologi), dari sudut pandang
pengetahuan (bidang epistemologi), dari sudut pandang keberadaan (bidang ontologi),
dari sudut pandang tingkah laku baik dan buruk (bidang etika), dari sudut pandang
keindahan (bidang estetika) dan sebagainya. Filsafat khusus misalnya filsafat sosial,
filsafat hukum, filsafat pancasila, filsafat bahasa dan lainnya yang membicarakan hal-
hal yang sifatnya khusus.

Dari pengertian tentang filsafat di atas dapat diketahui cara berpikir filsafat, antara
lain:

1. Kritis, yaitu selalu mempertanyakan segala sesuatu, problema-problema, dan hal-hal


yang dihadapi manusia.

2. Radikal, yaitu bukan hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya khusus dan empiris
belaka, namun sampai pada intinya yang terdalam yaitu hakekat dari sesuatu objek.
(radix : akar-akarnya)

3. Konseptual, yaitu tidak hanya sampai pada persepsi manusia saja, tapi merupakan
kegiatan akal budi dan mental manusia yang berusaha menyusun konsep-konsep yang
berasal dari generalisasi serta abstraksi dari hal-hal yang sifatnya khusus.

4. Koheren (runtut), yaitu berfikir secara sistematis, runtut, unsur-unsurnya tidak saling
terpisah, tidak saling bertentangan, tidak acak-acakan, kacau dan fragmentaris.

5. Rasional, yaitu pemikiran-pemikirannya dapat diterima oleh akal sehat


manusia(logis).

6. Komprehensif (menvelurub). vaitu kesimpulan diambil berdasarkan banvak


pertimbangan dari bebagai sudut pandang, berbeda dengan ilmu pengetahuan.

7. Universal, yaitu bersifat umum bagi seluruh umat manusia, tidak terbatas oleh ruang
dan waktu, misalnya keadilan, kebenaran dan kebaikan.

8. Spekulatif, yaitu menduga-duga atau memprediksi dengan kekuatan akal manusia


untuk menemukan jawaban dari fakta yang dihadapi.

9. Bebas, yaitu berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terikat pada kekangan-
kekangan sosial, politik, tradisi, agama dan moral.

10. Implikatif, yaitu jawaban dari suatu permasalahan tidak pemnah tuntas, tetapi
menimbulkan pertanyaan baru lagi.

11. Reflektif, yaitu dalam melihat (berkaca) pada kehidupan di masyarakat, apa yang
sebaiknya dilakukan agar hidup menjadi lebih baik dan bermakna.
3
2. Sistem Filsafat

Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia sebagai
subyek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan yang
mendasari tokoh filsafat itu melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat.
Setiap jalan pikiran atau penalaran tersusun atas pernyataan-pernyataan yang dapat diselidiki
benar tidaknya. Pernyataan-pernyataan serupa itu juga disebut putusan atau proposisi.

Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi kehidupan yang
mendasar. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas,
filsafat hidup dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan dan logika.
Sebaliknya, filsafat yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan tak dapat disebut sistem
filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat.

3. Aliran-aliran Filsafat

Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai
berikut:

1. Aliran Materialisme

Aliran ini mengajarkan bahwa hakekat realitas kesemestaan, termasuk makhluk


hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas tersebut ditentukan oleh materi (misalnya
benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat
(hukum kausalitas) yang bersifat objektif.

2. Aliran Idealisme/Spiritualisme

Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang menentukan hidup dan
pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena
ada akal budi dan kesadaran rohani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak
menyadari dirinya apalagi realitas semata. Jadi, hakekat diri dan kenayataan kesemestaan
ialah akal budi (ide dan spirit).

3. Aliran Realisme

Aliran ini mengajarkan bahwa kedua aliran di atas (materialisme dan idealisme)
adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya,
realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata.
Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka hidup
berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih
daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah paduan benda (materi dan
4
jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia,
tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas
merupakan sintesis antara jasmaniah- rohaniah, materi dan nonmateri.

B. Pengertian Pancasila Secara Filsafat

1. Pancasila Sebagai Filsafat

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Secara ringkas filsafat
pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara
dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat pancasila juga mengungkap
konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,melainkan juga manusia
pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan menjadi ideologi
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Pembahasan filsafat pancasila dapat
dilakukan secara deduktif dan induktif. Secara deduktif dilakukan dengan mencari
hakikat pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif. Secara induktif yakni dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna
yang hakiki dari gejala-gejala itu.

2. Aspek-aspek Pancasila Sebagai Filsafat

1) Aspek Ontologi

Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau


eksistensi. Sementara menurut Aristoteles sebagai filsafat pertama, ontology adalah
ilmu yang menyelidiki hakekat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.

Jadi, ontologi adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakekat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan alam semesta atau kosmologi. Bidang
ontologi meliputi ; penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam cempcta
Artinva ontolnoiadalh menianokau adanva tuhan dan alam ghaib seperti rohani dan
kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia, alam metafisika).

Dalam konteks ontologi, Pancasila “ada” dalam realitas/kenyataan, sebab


“ada”nya tuhan manusia, satu, rakyat, dan adil, yang menjadi landasan sila sila
Pancasila itu “ada” dalam realitas/kenyataan. Nilai nilai Pancasila terdapat dalam adat
istiadat, budaya, dan religi, “ada”pada bangsa Indonesia sejak dahulu kala, dan masih
tetap “ada” sampai sekarang.
5
Hubungan :

Sila pertama Pancasila yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" mengakui
adanya kekuatan gaib yang di Luar manusia menjadi pencipta, pengatur serta penguasa
alam semesta.

2) Aspek Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsatat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,


metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetabuan.
proses dan syarat terjadinya pengetahuan, serta batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Yang termasuk cabang epistemologi adalah matematika, logika, sematik, dan teori ilmu.

Dilihat dari aspek epistemologi, Pancasila merupakan pengetahuan ilmiah dan


filsafati, dan bisa diteliti dan diuji kebenarannya.

Hubungan :

Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat tujuan Negara Indonesia yaitu


mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. dan UUD sendiri berlandaskan pada
Pancasila.

3) Aspek Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai. jenis
dan tingkatan nilai dan hakekat nilai.

Dalam konteks aksiologi. Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung nilai


manfaat yaitu untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa
ini, dan mengandung nilai manfaat sebagai acuan moral bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang diangkat dari kehidupan bangsa Indonesia yang diyakini sebagai sesuatu
hal yang baik, benar dan indah.

Hubungan :

Dalam menyelidiki makna nilai dari suatu terdapat norma-norma masyarakat yang
sudah mendarah daging dalam beretika yang merupakan Way Of Life dan ciri khas
Bangsa Indonesia yang , Pancasila sendiri adalah cerminan dari Bangsa Indonesia sendiri.
Adapun kepercayaan pada Tuhan termasuk cangkupan nilai di axiologi, sejak dahulu
leluhur kita sudah menciptakan banyak karya yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa
sesuai kepercayaannya.
6
3. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelimanya merupakan satu kesatuan yang
bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri, maksudnya sila yang satu terlepas
dari sila yang lain. Sila-sila Pancasila mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan
lainnya. Kelima sila itu bersama-sama menyusun pengertian yang satu, bulat dan utuh.

Sebagai sistem filsafat, Pancasila telah memenuhi persyaratan di antaranya sebagai berikut :

a. Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila I s.d. V merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila berarti menghilangkan arti
Pancasila.

b. Bersifat konsisten dan koheren, berarti Iima sila Pancasila itu urut-urutan sila I s.d. V
bersifat runtut tidak kontradiktif, dan nilai yang lebih esensial didahulukan. Esensi pokok
sila I s.d. V : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Tuhan menciptakan manusia,
manusia butuh interaksi dengan manusia lain (persatuan), setelah bersatu mencapai
tujuan bersama (keadilan) dan perlu musyawarah terlebih dahulu.

c. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lain, berarti sila I s.d. V ada
hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima sila tersebut bulat dan utuh.

d. Ada kerjasama, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pendukung Pancasila itu yang
melakukan kerjasama yaitu bangsa Indonesia sendiri.

e. Semua mengabdi pada satu tujuan yaitu tujuan bersama, maksudnya adalah semua
pendukung Pancasila (bangsa Indonesia) harus bekerjasama untuk tujuan bersama seperti
yang dimaksud dalam UUD 1945 yaitu kesejahteraan bersama.

Konsekuensi dari sistem tersebut menyebabkan Pancasila memiliki susunan hirarkis


dan bentuk piramidal. Hirarkis artinya bertingkat, sedangkan pyramidal dipergunakan
menggambarkan hubungan yang bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas cakupan
(kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas).

Jika dilihat dari segi esensinya, urut-urutan lima sila ini menunjukan rangkaian
tingkat dalam "Juas cakupan" dan "isi sifatnya." Artinya sila yang dibelakang sila lainnya
lebih sempit/kecil cakupannya atau merupakan pengkhususan atau bentuk penjelmaan dari
sila-sila yang mendahuluinya. Dengan adanya urut-urutan dari kelima sila Pancasila yang
mempunyai hubungan mengikat satu sama lain, sehingga Pancasila merupakan satu kesatuan
yang bulat dan utuh. Hal ini menjadikan setiap sila dari Pancasila didalamnya terkandung
sila-sila lainnya, ini berarti :

1. KeTuhanan Yang Maha Esa, adalah KeTuhanan yang berperikemanusiaan, berpersatuan,


berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
7
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah Kemanusiaan yang berkeTuhanan,
berpersatuan, berkerak yatan, dan berkeadilan sosial.

3. Persatuan Indonesia, adalah persatuan yang berkeTuhanan, berkemanusiaan, berkerak


yatan, dan berkeadilan sosial.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang berkeTuhaan berkemanusiaan,
berpersatuan, dan berkeadilan sosial.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah keadilan yang berke Tuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkerakyatan.

Konsekuensi logis dari hirarkis piramidal sila-sila Pancasila tersebut, maka sila ke-
Tuhanan Yang Maha Esa menjadi puncak dari sila di bawahnya, yaitu kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara

Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Pandangan mengenai relasi antara manusia dengan masyarakat merupakan


falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan
masyarakat. Untuk merumuskan relasi manusia dalam masyarakat, ada dua pandangan
yang berbeda, yakni pandangan pertama, melihat manusia sebagai pribadi atau individu.
Penekanannya pada kehidupan personal manusia. Dalam kehidupan seperti ini sering
terjadi persaingan yang tidak sehat. Ada banyak pelanggaran dan penindasan terhadap
kaum lemah. Di sini berlaku istilah "yang kaya tetap kaya yang miskin tetap miskin.".
Cara hidup seperti ini menimbulkan kepincangan dalam hidup bermasyarakat dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tertuang dalam sila kedua, yakni
kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Pandangan kedua, yakni pandangan yang melihat hubungan manusia dengan


masyarakat sebagai sosial. Penekanannya terletak pada aspek masyarakat. Masyarakat
dianggap segala-galanya, masyarakat dijadikan sebagai tolak ukur untuk semua segi
kehidupan. Di sini dimensi demokrasi sangat menonjol. Bila ini yang berlaku,
makamanusia kehilangan kepribadiannya. Individu dianggap seolah-olah sebuah mesin
raksasamasyarakat yang menggerakkan kehidupan bersama. Paham ini akan
menimbulkan tekanan batin karena hak-hak pribadi diabaikan, dengan demikian
kebahagiaan sebagaimana yang dicita-citakan bersama tidak akan tercapai.
8
Kedua paham di atas, dari sudut pandang Pancasila dan hubungan manusia
denganmasyarakat tidak memilih salah satu dari keduanya. Juga tidak memadukan
keduanyamenjadi satu. Karena karakter individualisme dan liberalisme serta komunisme
tidaksesuai dengan prinsip Pancasila. Pancasila melihat bahwa kebahagiaan manusia
hanyabisa tercapai jika dikembangkan melalui hubungan yang serasi antara manusia
denganmasyarakat, manusia dengan Allah Yang Maha Kuasa dan manusia dengan alam
semesta.

Untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan hak dan kewajiban menurut


nilai-nilai dari Pancasila, ada tiga hal yang perlu diketahui antara lain :

1. Hubungan Vertikal

Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa,
seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama dalam
nilai Pancasila menjadi yang terutama dan pertama. Relasi manusia dengan Tuhan,
merupakan hal fundamental yang harus dihidupi. Manusia wajib taat pada perintah Tuhan
dan menghentikan segala larangan-Nya. Manusia yang tunduk pada hukum Tuhan akan
mendapat ganjarannya, manusia akan memperoleh imbalan yang menjadi haknya di
kemudian hari, tetapi tidak diterima di dunia ini. Imbalan itu akan diterima pada akhir
hayat nantinya. Hubungan yang baik antara Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai
ciptaan-Nya, hanya bisa tercipta bila manusia tunduk pada hukum Ilahi.

Menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia disadarkan dan
diingatkan akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-Nya. Pengenalan dan
pengamalan akan Allah, diharapkan manusia memiliki sikap dan tindakan yang tepat
dalam hubungannya dengan Allah. Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4
(pedoman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk menghayati
dan mengamalkan Pancasila.

2. Hubungan Horizontal

Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya, baik sebagai


warga masyarakat, warga bangsa dan warga negara. Sebagai warga negara memiliki
kewajiban kepada negara, misalnya membayar pajak. Sedangkan hak warga negara yang
hars diterima dari negara, misalnya infrastruktur (jalan raya, PAM, Listrik, dan lain-
lain).

Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Manusia diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai manusia. Manusia
memiliki kebebasan untuk memilih dan melaksanakan apa yang dikehendakinya. Sikap
saling mengakui, menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi martabat
kemanusiaan adalah sikap dasar dari pengamalan Pancasila khususnya sila kedua.
9
3. Hubungan Alamiah

Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar, yang meliputi
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala isinya. Seluruh alam semesta dengan
segala isinya diperuntukkan bagi kelangsungan hidup manusia.

Manusia juga memiliki kewajiban untuk melestarikan alam dan kekayaan yang
ada di dalamnya. Alam juga mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin
berkembang, dengan demikian kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian
alam juga merupakan kewajiban manusia, sebab alam sudah menyumbangkan banyak hal
untuk kelangsungan hidup manusia.

Hubungan manusia dengan alam harus seimbang antara kewajiban dan hak, sama
seperti hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia dengan Tuhan. Pancasila
adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan masyarakat atau bangsanya, dan manusia dengan alam
lingkungannya.

Alasan mendasar Pancasila sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa adalah
sebagai berikut:

1) Mengakui adanya kekuatan ghaib yang ada di luar diri manusia sebagi pencipta serta
pengatur dan penguasa alam semesta.
2) Mengatur keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian dan pengendalian
diri. Artinya relasi yang baik dan seimbang antara ketiganya (manusia dengan
masyarakat, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam semesta) akan
menciptakan hidup bahagia dan semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3) Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting. Persatuan
dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai sentral. Sebuah negara yang tidak bias
bersatu akan sulit menciptakan hidup harmonis. Negara harus bisa memegang kendali
dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara.
4) Rasa kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan serta musyawarah untuk mufakat
dijadikan sebagai sendi dalam kehidupan bersama.
5) Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama.

Isi pemikiran Filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran filsafat tentang negara
bahwa Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-
masalah asasi filsafat tentang negara yang berpusat pada lima masalah sosial.
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
Negara atau dengan kata lain pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur
penyelenggaraan Negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila
merupakan kaidah hukum Negara yang secara konstitusional mengatur Negara Republik
Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintah Negara.

Oleh karena itu pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia sebagai
Iandasan. Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia yaitu hasil pemikiran mendalam dari
bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling
benar, dan adil untuk melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun
mereka berada. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa indonesia, yang membedakan dengan
bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari
garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

B. Saran

Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di
negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini
atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga, memahami dan melaksanakan
segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa
filsafat Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
11

Anda mungkin juga menyukai