Anda di halaman 1dari 9

Nama : Bintang Satria

Nim : 205030107111041
Kelas : F

PANCASILA SEBAGAI SIMSEM FILSAFAT

Pancasila adalah lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
laku yang sangat penting dan baik. Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima
dan sila berarti sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Pancasila dikembangkan oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Notonegoro,
Soerjanto Poespowardoyo, Sastrapratedja, dan para pemikir lainnya, sehingga
pancasila menjadi identitas bangsa Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai
filosofis dan sebagai sistem filsafat yang bertitik tolak dari teori-teori filsafat.
Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu ‘falsafah’, dan berasal dari bahasa
Yunani yaitu ‘Philosophia’, yang berarti ‘Philos’ yaitu mencari atau mencintai dan
‘sophia’ kebenaran atau kebijaksanaan. Jadi Philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Upadaya pemikiran manusia untuk mencari
kebenaran dan setiap manusia yang berfilsafat diharapkan menjadi bijaksana.
Berfilsafat artinya berpikir, olah pikiran. Namun tidak semua berpikir berarti filsafat,
berfilsafatlah yaitu berpikirlah secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah sebagai dasar dalam bertindak,
sebagai dasar dalam mengmbil keputusan, untuk mengurangi salah paham dan
konflik, persiapan menghadapi situasi dunia yang selalu banyak berubah, dan
menjawab keraguan. Kemudian ciri-ciri berfikir filosofis yaitu berpikir dengan
menggunakan disiplin berpikir yang tinggi, berfikir secara sistematis dan teliti,
menyusun suatu skema konsepsi, menyeluruh dan seluas-luasnya (universal), setinggi-
tingginya, dan setuntas-tuntasnya serta selengkap-lengkapnya.
Menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional memadai untuk memahami
dunia yang mana sebagai tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri sendiri
(Kattsoff, 1992). Menurut Plato filsafat adalah ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut
Aristiteles yaitu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran dan mengungkap
dalamnya ilmu metaphysika, logika, rhetrorika, ethika, ekonomi, politik, dan
aesthetika. Kemudian menurut Prof. Koento Wibisono filsafat adalah ilmu yang
menggambarkan bagaimana usaha manusia dengan melalui akal fikiran, pengalaman
mencari, menemukan kebenaran, kenyataan tentang diri sendiri dan segala sesuatu
yang dijadikan obyek secara kritis, mendasar, radikal, dan integral. Dalam berfilsafat
manusia menempuh proses abstraksi, analisa, sintesa, deskripsi, komunikasi dan
evaluasi.
Prof. Hasbullah Bakry mengatakan bahwa ilmu filsafat menyelidiki sesuatu
dengan mendalam tentang ketuhanan, alam semesta, manusia. Sehingga dapat
dihasilkan ilmu pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan
itu. Sedangkan Prof. Achmad Fauzi Dh berpendapat bahwa filsafat adalah
pengetahuan dengan obyek tuhan, manusia, alam semesta yang mempunyai ciri
berfikir radikal, universal, sistematis dilakukan dengan metode perenungan,
spekulatif, deduktif, analogi komparasi, abstraksi, analisa, sintesa, deskripsi
menggunakan akal pikiran dan pengalaman guna mencari hakekat kebenaran/
kebijaksanaan guna dipergunakan bagi kepentingan umat manusia.
Manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan
tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
Berkenaan dengan objek material ini, banyak yang sama dengan objek material sains.
Sains memiliki banyak objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek itu
juga, tetapi bukan bagian yang empiris, melainkan bagian abstrak. Adapun objek
formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya tentang objek
materi filsafat (yakni yang ada dan yang mungkin ada).
Secara lebih rinci, Endang Saifuddin Anshari menjelaskan bahwa objek filsafat
terdiri dari dua macam :
1. Objek Material
Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang menjadi masalah,
segala sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat. Objek material filsafat
dibagi atas tiga persoalan pokok :
1. Hakikat manusia
2. Hakikat alam
3. Hakikat manusia

2. Objek formal
Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan sceara radikal
(sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang objek materi filsafat.
Menurut Oemar Amin Hoesin, objek formal filsafat tidak lain ialah
mencari keterangan sedalam-dalamnya tentang objek material filsafat
(segala sesuatu yang ada dan mungkin ada). Objek formal filsafat dibagi
menjadi 3 landasan pengembangan ilmu pengetahua :
1. Landasan Ontologis, ialah titik tolak penelaah ilmu pengetahuan
didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh
seorang ilmuan.
2. Landasan epistemologis, ialah titik tolak penelaahan ilmu
pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh
kebenaran.
3. Landasan Aksiologis, ialah sikap etis yang harus dikembangkan
oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai
yang diyakini kebenarannya.
Adapun ciri-ciri berfikir filsafat antara lain sebagai berikut :
1. Radikal
Radikal artinya berfikir sampai keakar akarnya. Radikal berasal dari bahasa
Yunani, yaitu radix yang berarti akar. Maksud dari berikir sampai keakar
akarnya adalah sampai pada hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang
difikirkan.
2. Sitematis
Sitematis yaitu saling berhubungan antara unsur-unsur yang menyusun suatu
bagan konseptual. Dalam mengemukaan jawaban terhadap suatu masalah para
filsuf memakai pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur
dan terkandung maksud dan tujuan tertentu. Selain itu, sitematis juga berarti
bahwa kita harus berfikir secara berjenjang, mulai dari yang paling atas
terlebih dahulu baru bagian kebawah. Seperti berpikir tentang peraturan
perundang-undangan di Indonesia, maka kita harus memikirkan UUD 1945
terlebih dahulu baru kemudian membahas aturan yang ada dibawahnya.
3. Universal
Universal yang dimaksud disini adalah berfikir secara umum atau berfikir hal-
hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang
filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus dituju
oleh seorang filsuf adalah kemampuan yang diperoleh dari hal-hal yang
bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
Metode kefilsafatan meliputi kontemplatif, spekulatif, deduktif, analogi &
komparasi. Filsafat juga memiliki tujuan yaitu sebagi pengertian, kebijaksanaan, dan
juga bisa memberikan hikmah. Kemudaian fungsi filsafat dibagi menjadi dua bagian
yaitu fungsi teoritis dan fungsi praktis.
Fungsi penting teoritis adalah memberikan penjelasan tentang gejala-gejala ,
baik bersifat alamiah maupun bersifat sosial. Pemenuhan fungsi tidak hanya dilakukan
dengan mengemukakan, melukiskan gejala-gejala, melainkan diseratai dengan
keterangan tentang gejala tersebut baik dengan membandingkan, menghubungkan,
memilah-milah, atau mengkombinasikannya. Hal ini menegaskan bahwa fungsi
teoritis adalah menjelaskan keterkaitan antara kajian teoritis dengan hal-hal yang
sifatnya empiris.
Fungsi praktis pancasila sebagai suatu sitem filsafat yaitu seluruh aspek dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara merupakan hasil derivasi nilai-nilai
pancasila. Pancasila telah memiliki visi dasar tentang hakikat manusia sebagai
pendukung pokok negara serta hakikat masyarakat, bangsa dan negara secara praktis
merpakan sumber, asas kerohanian dalam setiap aspek pelaksanaan dan
peyelenggaraan negara, antara lain tertib hukum Indonesia, kekuasaan negara dan
pertahanan negara, serta setiap alat perlengkapan negara.
Cabang-cabang filsafat terbagi menjadi 10 bagian yaitu epistemologi, logika,
kritik ilmu-ilmu, metafisika umum, teologi metafisik, antropologi, kosmologi, etika,
estetika, dan sejarah filsafat.
1. Epistemologi adalah teori pengetahuan yang membicarakan tentang sumber-
sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Epistemologi itu berpusat
pada yang ada.
2. Logika berarti ilmu yang berpikir luas dan membahas mengenai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan mengenai suatu hal. Dan
merupakan bagian dari bidang pengetahuan yang mempelajari aturan dan
penalaran yang benar.
3. Kritik ilmu-ilmu adalah teori yang dapat membagi beberapa ilmu-ilmu
didalamnya. Contohnya: fisika, kimia.
4. Metafisika Umum membicarakan karakteristik persoalan diluar pengalaman
manusia dan membicarakan yang ada.  Metafisika dibagi menjadi 2 yaitu: 1.
Wujud ada mutlak artinya membicarakan tentang Tuhan, sedangkan 2. Wujud
ada relatif artinya membicarakan manusia dan alam diluar manusia.
Contohnya: kehidupan setelah mati.
5. Teologi Metafisik membicarakan adanya Tuhan atau disebut Filsafat
ketuhanan.
6. Antropologi adalah ilmu yang membahas tentang manusia, seperti apakah
manusia? Bagaimana hubungan manusia dengan alam?
7. Kosmologi adalah ilmu yang membahas pengetahuan filosofis tentang
keteraturan alam.
8. Etika mempelajari tentang tingkah laku baik dan buruk nya manusia. Dibagi
menjadi 2 yaitu: 1. Deskriptif, menjelaskan bagian dasar dari tingkah laku atau
etika manusia, 2. Normatif, menjelaskan sampai kedalam-dalam nya tentang
etika manusia.
9. Estetika mempelajari tentang hakekat keindahan di dalam senin. Dibagi
menjadi 2 yaitu: 1. Objektif, bentuk pengamatan pada benda, 2. Subjektif,
melihat pada diri sendiri.
10. Sejarah Filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan
pemikiran Filsafat. Jadi, sejarah Filsafat itu erat hubungannya dengan teori-
teori yang ada pada Filsafat.
Guna Filsafat menurut Sunoto :
1. Melatih berfikir kritis,runtut dan menyusun hasil pikiran secara sistematis,
mendalam dan komprehensif.
2. Menambah pandangan dan cakrawala lebih luas, diri jadi dinamik, terbuka
dalam menghadapi problem.
3. Membuat diri jadi manusia penuh toleransi dan tenggang rasa.
4. Menjadi manusia lebih taat kepada Tuhan yang Maha Esa.
Pancasila sebagai sistem filsafat menurut Prof.Achmad Fauzi Dh. Pancasila
merupakan salah satu aliran filsafat yg dipakai sebagai dasar falsafah Negara Republik
Indonesia karena,
1. Hasil perenungan individual dan kelompok yang dilakukan secara radikal,
sistematis, universal dengan berdasar pada kenyataan atau realitas yang ada
pada bangsa Indonesia.
2. Rumusan sila-sila Pancasila merupakan rumusan abstrak, disusun secara
sistematis yang dipakai sebagai filsafat negara dan ideologi negara.
3. Rumusan hakekat Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan Sosial merupakan konsep universal yang dapat berlaku pada setiap
bangsa di dunia.
4. Rumusan Pancasila dipergunakan bagi kepentingan manusia (khususnya
manusia Indonesia), dan secara mendalam menempatkan dan mengakui
eksistensi Tuhan yang Maha Esa dan manusia.
5. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila hakekatnya dapat
diterima secara benar, baik dan universal, walaupun ada nilai yang bersifat
spesifik atau singulir berlaku khusus bagi bangsa Indonesia, dan tidak
bertentangan degan nilai Ketuhanan dan kemanusiaan.
Hakekat atau Substansi Filsafat Pancasila
Hakekat atau Substansi, pemikiran Aristoteles (Prof.Notonagoro) sejumlah
unsur-unsur yg bersama-sama dalam kesatuan menyusun halnya.Unsur yang
mewujudkan hakekat harus ada di dalam halnya. Hakekat yang abstrak punya sifat
istimewa tetap tidak berubah dan keharusan yang mutlak. Aksidensi atau Accidens
adalah pengertian yang menunjuk sesuatu yg adanya itu pada hakekat atau substansi.
Prof.Poedjawijatna berpendapat ada sembilan accidensi atau aksidensi antara lain
yaitu kwantitas, kwalitas, aksi, relasi, passi, tempat, keadaan atau sikap, lingkungan,
dan waktu. Untuk memperoleh hakekat atau substansi, semua aksidensi harus
dilepaskan dari fikiran kita,sehingga tinggal hakekat atau substansi. Hakekat atau
substansi sifatnya tetap, mutlak, tak berubah, abstrak, umum dan universal.
Bambang Daroeso & Suyatmo, hakekat sila-sila Pancasila :
1. Ketuhanan, hakekat dari Ketuhanan yang Maha Esa. Esensi dasar Tuhan.
2. Kemanusiaan, hakekat dari Kemanusiaan yang adil dan beradab. Esensi dasar
Manusia.
3. Persatuan, hakekat dari Persatuan Indonesia. Esensi dasar Satu.
4. Kerakyatan, hakekat dari Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kejaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Esensi dasar Rakyat.
5. Keadilan, hakekat dari Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Esensi
dasar Adil.
Inti isi sila-sila Pancasila yaitu sebagai berikut :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Tuhan esensi sila satu, Allah yang menciptakan segala sesuatu di langit, bumi,
segala isinya disebut Causa Prima. Penyebab pertama (istilah dalam filsafat).
Yang Maha Esa, Maha Tunggal, tiada sekutu atau menyamaiNya. Esa dalam
dzatNya, sifatNya, perbuatanNya. Semua makhluk ciptaanNya. Tuhan sebagai
kenyataan yang obyektif. Manusia hanya mampu menangkap atau memahami
kekuasaanNya dan dengan akal fikirannya guna melihat, memikirkan,
merenung kekuasaan Tuhan atau Allah yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan
Penyayang. Sila satu menjiwai dan meliputi sila dua, tiga, empat, dan 5.
(Prof.Notonagoro)
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemanusiaan, manusia mahkluk yang berakal budi, potensi fikir, rasa, karsa,
keyakinan menjadi mahluk yang bermartabat dan derajat tinggi. Kemanusiaan
sebagai hakekat dari sifat manusia yang punya akal, budi, fikir, rasa, karsa dan
keyakinan sebagai mahluk yang punya martabat dan derajat tinggi bila
dibandingkan mahluk lain. Manusia esensi sila dua. Adil, suatu keputusan dan
tindakan yang didasarkan kepada ciri menurut hukum, tidak memihak, layak,
wajar dan benar secara moral. Beradab, berbudaya, segala keputusan dan
tindakan harus sesuai tata sosial dan kesopanan yang berlaku di masyarakat.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, hakekat sifat manusia yang memiliki
akal, budi, fikir, rasa, karsa, keyakinan sebagai mahluk punya martabat dan
derajat tinggi yang dalam keputusan dan tindakannya didasarkan kepada
hukum,wajar dan benar secara moral, sesuai tata sosial dan kesopanan yang
berlaku di masyarakat.
3. Persatuan Indonesia
Satu esensi sila tiga. Persatuan dari kata satu (utuh, tidak terpecah belah).
Persatuan, bersatunya beberapa bagian yang sudah bersatu. Indonesia makna
geografis, sebagian bumi yang membentang dari 95 – 141 BT dan 6 LU
sampai 11 LS. Makna bangsa, arti politis bagus yang hidup di wilayah
Indonesia. Persatuan Indonesia yaitu bersatunya secara utuh, tidak terpecah
belah bangsa yg mendiami wilayah Indonesia, didorong mencapai kehidupan
bebas dari penjajahan dalam negara merdeka, berdaulat, adil, makmur guna
mewujudkan cita-cita bersama.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Esensi Kerakyatan yaitu rakyat segenap penduduk negara yg jadi pendukung
unsur negara. Kerakyatan, segala sesuatu mengenai rakyat negara ditentukan
oleh rakyat sebagai pendukung dan unsur negara. Hikmat kebijaksanaan
penggunaan rasio atau fikiran sehat dengan mempertimbangkan persatuan
bangsa, kepentingan rakyat, dilaksanakan dengan sadar, jujur, bertanggung
jawab, didorong iktikad baik sesuai hati nuraninya. Permusyawaratan,
musyawarah dalam rumuskan dan putuskan sesuatu berdasar kehendak rakyat,
sehigga keputusan berdasar kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan yaitu
wakil, suatu sistem melibatkan rakyat dalam ikut serta ambil keputusan
kehidupan bernegara dalam bentuk memilih wakilnya dalam lembaga
perwakilan rakyat. Artinya segala sesuatu yang mengenai rakyat dalam negara
ditentukan oleh rakyat sebagai pendukung dan unsur negara, dalam jalankan
kekuasaan via wakil rakyat pada lembaga perwakilan rakyat. Keputusan yg
diambil dengan musyawarah yang dipimpin fikiran sehat, jujur, didorong
iktikad baik sesuai hati nurani, tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa
& rakyat dan selalu memperhatikan persatuan bangsa.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan yaitu adil, keadilan sosial keputusan dan tindakan didasarkan pada
hukum, tidak memihak, layak, wajar dan benar secara moral dalam segala
bidang kehidupan masyarakat. Seluruh rakyat Indonesia, seluruh manusia yang
tinggal di Indonesia. Artinya keputusn, tindakan, didasarkan pada hukum,
tidak memihak, layak, wajar dan benar secara moral dalam segala bidang
kehidupan bagi kepentingan seluruh manusia yg tinggal di Indonesia.
Pancasila sebagai Sistem Nilai
Nilai (Value) adalah kemampuan yang dipercayai pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Nilai hakekatnya sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
obyek. Nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan lainnya.
Max Scheler membagi 4 nilai :
1. Nilai Kenikmatan, nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan,
sehingga orang senang atau tidak senang.
2. Nilai Kehidupan, nilai penting bagi kehidupan, kesehatan, kesejahteraan
umum, kesehatan jasmani.
3. Nilai Kejiwaan, tidak tergantung dari keadaan jasmani atau lingkungan
Missalnya : keindahan, kebenaran, pengetahuan murni.
4. Nilai Kerohanian, modal nilai dari yang suci dan tidak suci.
Walter G.Everet membagi nilai manusiawi ada 8 kelompok :
1. Nilai Ekonomi
2. Nilai Kejasmaniaan
3. Nilai Hiburan
4. Nilai Sosial
5. Nilai Watak
6. Nilai Estetis
7. Nilai Intelektual
8. Nilai Keagamaan
Prof.Notonagoro membagi nilai manusiawi ada 3 :
1. Nilai material
2. Nilai Vital
3. Nilai Kerohanian :
a. Nilai Kebenaran bersumber dari akal,ratio,budi,cipta manusia.
b. Nilai Keindahan bersumber dari perasaan,gevoel.rasa manusia.
c. Nilai Kebaikan atau Moral bersumber dari kehendak,karsa,will.
d. Nilai Religius bersumber dari kepecayaan atau Kayakinan manusia.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLAOGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA


IDEOLOGI
Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “idea” dan “logos”. Idea
mengandung arti mengetahui pemikiran, gagasan, konsep keyakinan, melihat dengan
budi. Adapun kata logos mengandung arti pengetahuan, pengertian, kata, dan ilmu.
Jadi, ideologi berarti kumpulan ide atau gagasan, pemahaman-pemahaman, pendapat-
pendapat, atau pengalaman-pengalaman yang dianggap baik dan benar sehingga oleh
masyarakat dapat dijadikan pedoman atau cita-cita, pengatur perilakunya yang akan
diwujudkan dalam kenyataan.

Istilah ideologi dicetuskan oleh Antoine Destutt Tracy (1757b-1836), seorang


ahli filsafat prancis. Menurutnya, ideologi merupakan cabang filsafat yang disebut
science de ideas (sains tentang ide). Ideologi juga sebagai the study of origins,
evolution, and natureof ideas. Pada tahun 1796, ia mendefinisikan ideologi sebagai
ilmu tentang pikiran manusia, yang mampu menunjukkan jalan yang benar menuju
masa depan. Dengan begitu, pada awal kemunculannya, ideologi berarti ilmu tentang
terjadinya cita-cita, gagasan, dan buah pikiran. Ideologi dibedakan menjadi dua tipe
yaitu doktriner dan antoine.

Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang lahir pada tahun 1945 hasil dari
pemikiran beberapa tokoh nasional Indonesia yakni Yamin, Soepomo, Soekarno
dengan kelompok panitia sembilan BPUPKI dan PPKI. Dimensi ideologi pancasila
dibagi menjadi tiga meliputi dimensi realitas, dimensi idealitas, dan dimensi. Ideologi
pancasila berkaitan dengan filsafat pancasila, yang tercantum dalam UUD 1945,
konstitusi RIS, UUDS 1950, UUD 1945 (sebelum dan sesudah dilakukan perubahan)
dalam berbagai bentuk sistim pemerintahan :

1. 18 Agustus 1945 s/d 31 Oktober 1945 (UUD 1945)

2. 1 November 1945 s/d 27 Desember 1949 (UUD 1945)

3. 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950 (Konst.RIS)

4. 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959 (UUDS 1950)

5. 5 Juli 1959 s/d 1966/1967 (UUD 1945 – ORLA)

6. 1966/1967 s/d 21 Mei 1998 (UUD 1945 – ORBA)

7. 21 Mei 1998 s/d 21 Oktober 1999 (UUD 1945 – ORSI)

8. 21 Oktober 1999 s/d sekarang (UUD 1945 – ORSI, telah dilakukan empat
kali perubahan UUD 1945, pada tahun 1999,2000,2001,2002)

Pancasila sebagai filsafat dan ideologi akan diwujudkan dalam kenyataan atau
realitas oleh Bangsa Indonesia. Diceritakan dalam JEJAK BERSAMA di DADA
GARUDA (Tempo, 18-24 Agustus 2014). Pressiden Soekarno menunjuk Sultan
Syarif Hamid Al Qadrie Menteri Negara untuk membuat lambang negara. Kemudian
dia konsultasi dengan Mr.Muh.Yamin (Sekretaris Panitia Indonesia Raya).
Muh.Yamin menggandeng Ki Hadjar Dewantara untuk menelusuri situs purbakala dan
kesusastraan kuno.Mereka menemukan sosok burung garuda di candi Kidal
Prambanan,Mendut. Yamin dan Ki Hajar meminta bantuan seniman Basuki
Reksobhowo untuk membuat sketsa dari berbagai relief pada tahun 1947. Pemerintah
mengundang seniman untuk ikut sayembara pembuatan Lambang Negara. Ada 15
rancangan dibuat 5 pelukis (Kerton, Kusnadi, Djajeng Asmoro, Suromo Warno, Agus
Salam). Sultan Hamid II membentuk Panitia Lambang Negara. Ketuanya yaitu
Muh.Yamin dan beranggota Ki Hadjar Dewantara, M.A Pellaupessy, Moh.Natsir,
Prof.Dr.RM Ng Poerbatjaraka. Rancangan lambang dari Muh.Yamin, dari Sultan
Hamid II dibawa ke sidang kabinet oleh PM Moh.Hatta. Lambang negara Garuda
hasil rancangan Muh Yamin dan dari Sultan Hamid II yang kemudian disahkan oleh
negara sebagai lambang negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai