Anda di halaman 1dari 12

NAMA: NI WAYAN JUNIANTI

KELAS : A
PRODI: SARJANA TERAPAN DAN PROFESI BIDAN

FILSAFAT PANCASILA
1.1 Pengertian filsafat dan filsafat pancasila
A. Pengertian filsafat
Adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring
perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti :
”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis;
“philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan
“falsafah” dalam bahasa Arab.Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda
mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya
batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara
terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah
atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia –philien: cinta dan sophia :
kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam
arti hakikat.
secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian
filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuanyang berminat
mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (
pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (
pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Lain
halnya dengan Plato ( 428 -348 SM ) , memberikan definisi filsafat :Filsafat
tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles ( (384 –322
SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang
sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Imanuel Kant ( 1724 –1804 )
: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
(1) Apakah yang dapat kita kerjakan?(jawabannya metafisika)
(2) Apakahyang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
(3) Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
(4) Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi ).
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan
bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut.Sumber dari filsafat adalah manusia,
dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat yang berusaha keras dengan
sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh
kebenarana (A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu kajian dalam dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan aksiologis, 2011: H.1)

REFERENSI JURNAL: Aulia, Rihlah Nur. "Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan


Kerangka Berfikir Untuk Bertindak." Jurnal Studi Al-Qur'an 11.1 (2015): 81-89.

MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT


1. Memperoleh kebenaran yang hakiki
2. Melatih kemampuan berfikir logis
3. Melatih berpikir dan bertindak bijaksana
4. Melatih berpikir rasional dan komprehensif
5. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga diperoleh
keselarasan hidup
6. Menghasilkan tindakan yang bijaksana.

B. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA


Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Filsafat pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila merupakan haasil perenunga
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita yang dituangkan
dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani), filsafat pancasila memberi pengetahuan
dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).
1.2 PANCASILA SEBAGAI SATUAN SISTEM FILSAFAT
Pengertian “Sistem”
“Sistem” memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen,
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4) Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem),
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore & Voich, 1974).
▪ Pancasila sebagai suatu “SISTEM”:
- Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila),
- Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
- Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan,
- Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk
tunggal).
▪ Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan
kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisahpisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
a) Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
b) Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4
dan 5;
c) Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4,
5;
d) Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5
e) Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
▪ Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
▪ Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
▪ Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
▪ Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong
Royong
▪ Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep
kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek
penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat
dianggap mencakup kesemestaan.
a. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu
atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan
metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda?
Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri,
malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-
hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara
hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya
(Notonagoro, 1975: 53).
b. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science
of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-
menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya, sehingga dasar epistemologis Pancasila sangat
berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai
suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.
- Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
merupakan kausa materialis Pancasila.
- Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan
c. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat
nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai,
manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau
yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan
kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari
kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk
pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga
mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan
yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary
of sosiology a related science), nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu obyek.

REFERENSI JURNAL→ SAFITRI, RADA. "Konsep Pancasila sebagai sistem filsafat."

1.3 pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara


a) Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita negara atau
cita-cita yang menjadi
basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia. Berdasarkan
Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR tentang P4.
Ditegaskan bahwa
pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan berbangsa
dan bernegara.
b) Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau idea yang
berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti
ajaran, dengan demikian
ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des
ideas (Marsudi,
2001).
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat di rumuskan sebagai
kompleks pengetahuan
dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya
dan bumi seisinya, serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar
serta apa yang dinilai
baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik
ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis
tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat.
1. Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan
b. Mewujudkan suatu asaz kerohanian, pandangan-pandangan hidup, pegangan
hidup yang dipelihara
diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan
dipertahankan dengan
kesediaan berkorba
Fungsi ideologi menurut pakar dibidangnya :
a. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara
individual
(cahyono,1986).
b. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua dengan
generasi muda,
(setiardja,2001).
c. Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu,
masyarakat,dan bangsa
untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan. (hidayat,2001).
3. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai suatu sistem pemikiran terbuka.
Ciri-ciri ideologi
terbuka dan ideologi tertutup adalah:
a. Ideologi Terbuka
1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsesus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformasi.
b. Ideologi Tertutup
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
2. Bukan berupa nilai dan cita-cita
3. Kepercayaan dan kesetian ideologis yang kaku
4. Terdiri atas tuntutan kongkrit dan operational yang diajukan secara mutlak
Nilai - nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka:
1. Nilai dasar, yaitu hakekat kelima sila Pancasila
2. Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran serta
lembaga
pelaksanaannya
3. Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
realisasi pengalaman
yang bersipat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,berbangsa dan
bernegara.

REFERENSI JURNAL: Ningsih, Indryani Silvia. "HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI DASAR


NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA." (2021).

1.4 pancasila sebagai dasar negara


Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada
Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Artinya,
Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang menjiwai kegiatan dalam
membentuk Negara. Setijo menyatakan, bahwa konsep Pancasila sebagai dasar
Negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang
pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila
sebagai dasar Negara falsafah Negara atau filosophische grondslag bagi Negara
Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat diterima oleh seluruh anggota
sidang.
Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia 9 dan
menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar” pada tanggal 22
Juni 1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi nama Jakarta
Charter, atau Piagam Jakarta, yang di dalamnya terdapat Pancasila pada alinea IV,
Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa perubahan yang
bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar Negara.

Sejak itu Pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai
berikut:

1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,


2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara,
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan
pemerintah maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara
budi pekerti luhur.
Penetapan Pancasila sebagai dasar Negara itu memberikan pengertian bahwa
Negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa Negara
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. Mengenai hal itu “Negara Pancasila adalah suatu Negara
yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi
dan mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia
(kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak
sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraan umum,
yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa (keadilan social).”

Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)


sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap Negara yang didirikan
diatasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia.
Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban
Negara.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara


sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang maha esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhana yang maha esa, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, ber-Keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang maha esa, yang ber-Kemanusian
yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang berKetuhanan yang maga esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil
dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang maha
esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia,
dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.

REFERENSI JURNAL : Nasution, Ammi Thoibah, Nurjanah Holijah Harahap, and


Alissamiah Amelia Rambe. "Makalah Pancasila sebagai dasar negara Indonesia."

Anda mungkin juga menyukai