Anda di halaman 1dari 11

Nama : Bintang Satria

Nim : 205030107111041
Kelas : F

1. MASA MENGISI KEMERDEKAAN DAN MASA ORDE LAMA DAN


ORDE BARU

A. PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN & MENGISI KEMERDEKAAN


-Masalah internal yang dihadapi bangsa Indonesia :
a. Konflik Elit Politik Antara Soekarno Dan Syahrir
Konflik politik antara Soekarno dan Syahrir yaitu perbedaan mencolok
pada awal kemerdekaan tentang pandangan mereka mengenai partai politik.
Sebelum menjadi presiden, Soekarno tak pernah tinggal di luar Indonesia. Meski
ia memperoleh pendidikan Barat, pengalamannya diserap dari pergumulan
kehidupan sehari-hari di negeri terjajah. Ia tak pernah merasakan dan mengamati
sendiri bagaimana liberalisme dan demokrasi berjalan di suatu negara yang
bebas.
Ciri khas dari karakter Soekarno adalah prasangkanya terhadap Barat dan
sistem politik liberal. Ia memang tak menampik demokrasi, tapi lebih
menghendaki demokrasi yang sesuai dengan adat Indonesia. Musyawarah
mufakat dianggap lebih mampu memelihara persatuan dan kesatuan seperti yang
diasumsikan berlangsung dalam masyarakat Nusantara selama ratusan tahun.
Soekarno sedari muda memang terobsesi dengan gagasan persatuan dan
kesatuan dalam kerangka negara integralistik. Sebuah negeri seperti Indonesia,
yang terdiri dari bermacam suku bangsa, mesti diikat dengan tali persatuan yang
kokoh agar tidak tercerai berai di masa depan. Dari gagasan tersebut, tak heran
bahwa Soekarno lebih menghendaki sistem partai tunggal. Ini makin menambah
tebal keyakinannya bahwa sistem partai tunggal mesti diterapkan di Indonesia
agar dapat menjadi negeri yang tangguh.
Terkait pandangannya mengenai konstitusi dan struktur pemerintahan
meski kita tak bisa mengelakkan kenyataan bahwa keluasan bahan bacaannya
jauh melampaui batas sempit negerinya. Soekarno hanya pernah melihat secara
langsung struktur negara Hindia Belanda. Dalam negara kolonial ini, kekuasaan
berada di tangan 1 orang (gubernur jenderal) dan peran badan perwakilan
sebagai penasehat semata.
Tak mengherankan bahwa pada awal berdirinya Republik, Soekarno
dengan tegas menyatakan sistem yang berlaku di Indonesia adalah partai
tunggal. Ketika itu ia mendukung didirikannya Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang berfungsi sebagai staatspartij. Pola partai tunggal macam ini adalah ciri
khas negara fasis dan komunis totaliter.
Soekarno tidak melihat bahwa partai tunggal yang dikehendakinya bisa
jatuh ke dalam kubangan totaliterisme. Ia hanya melihat partai tunggal sebagai
instrumen terbaik untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
Masyarakat yang tercerai berai karena sekat-sekat partai hanya akan membuat
ricuh proses persatuan itu. Ia juga melihat partai tunggal sebagai sistem yang
paling cocok dengan adat dan tradisi Indonesia.
Keengganan Soekarno atas partai makin memuncak tatkala ia
menyaksikan zaman demokrasi liberal pada dekade 1950-an. Zaman ini memang
ditandai menguatnya peran partai politik dalam pemerintahan. Bagi Soekarno,
partai-partailah, karena kepentingan masing-masing yang saling bertentangan,
yang menyebabkan instabilitas politik berkepanjangan. Soekarno muak dengan
keadaan itu sampai akhirnya mengeluarkan sebuah Dekrit yang mengakhiri
sistem demokrasi liberal pada 1959.
Syahrir bisa dibilang representasi Pemikiran Barat dalam jajaran bapak
pendiri republik. Ia mewakili garis politik sosial demokrat yang sangat populer
di kalangan intelektual Eropa sejak awal abad ke 20. Ia percaya kepada sistem
demokrasi Barat yang tidak menerima gagasan partai tunggal yang monolitik.
Secara teoretis ia memang mengaku bahwa staaspartij bisa saja memiliki
komposisi yang beraneka rupa dan merepresentasikan berbagai ideologi serta
aliran yang ada dalam masyarakat. Tetapi selalu terbuka kemungkinan bahwa
partai itu akan diselewengkan terutama oleh penguasa. Baginya pertai tunggal
cenderung merepresi berbagai perbedaan politik yang pokok bukan sebagai
medium untuk mengakomodasi segala macam perbedaan tersebut.
Syahrir menyaksikan sendiri bagaimana demokrasi parlementer
dijalankan di Belanda tatkala kuliah di sana. Pergaulan dengan kelompok sosial
demokrat Belanda juga turut memberi warna pada pemikirannya itu. Dalam hal
ini, ia sebenarnya lebih cocok dengan gagasan Hatta. Sedangkan Sukarno tidak
pernah mengenyam pendidikan di luar negeri.
Penolakan Syahrir terhadap gagasan nasionalisme Soekarno juga
mencerminkan pokok perbedaan di antara kedua bapak bangsa ini. Syahrir
menolak gaya nasionalisme menggebu gebu yang baginya sangat berbahaya
karena bisa mengarah kepada fasisme. Gagasan Syahrir yang sangat Barat ini
jelas tidak sesuai dengan ide Soekarno yang cenderung sinkretis dan percaya
kepada sistem negara integralistik.
B. 19 -8-45 Pres Undangan PPKI & Pemuda Utk :Bentuk KNIP;Rancang 12
Dept & Tunjuk Menteri;Bagi Wilayah 8 Propinsi
PPKI melaksanakan sidang yang kedua yaitu pada tanggal 19 Agustus.
Sidang tersebut menghasilkan 3 buah keputusan yakni Pembagian Wilayah RI
Menjadi 8 Provinsi, Menetapkan 12 Kementerian, Pembahasan anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pembagian wilayah RI menjadi 8 Provinsi
terdiri dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan),
Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, Sumatera. Dan kemudian PPKI membentuk 12
Kementerian. Awalnya Ahmad Soebardjo mengusulkan dibentuknya 13
Kementerian, namun setelah dilakukan sidang memutuskan adanya 12
Kementerian dan 1 menteri negara, Yaitu :
1. Departemen Dalam Negeri
2. Departemen Luar Negeri
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Keuangan
5. Departemen Kemakmuran
6. Departemen Kesehatan
7. Departemen Pengajaran
8. Pendidikan dan Kebudayaan
9. Departemen Sosial
10. Departemen Pertahanan
11. Departemen Perhubungan
12. Departemen Pekerjaan Umum

C. 23-8-45 Pres bentuk KNIP & BP KNIP.


KNIP merupakan Badan Pembantu Presiden yang keanggotaannya terdiri
dari pemuka masyarakat dari berbagai golongan dan daerah termasuk mantan
Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. KNIP ini diakui sebagai
cikal bakal badan legislatif di Indonesia sehingga tanggal pembentukannya
diresmikan menjadi Hari Jadi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun
kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasehat presiden tetapi juga
mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan
dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut wakil presiden
Drs. Moh. Hatta mengeluarkan maklumat Pemerintahan RI No.X yang isinya
meliputi hal-hal seperti berikut.
 KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi ke kuasaan legislatif untuk
membuat UU dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Halunan Negara
(GBHN).
 Berhubung gantinya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan
oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite
Nasional Indonesia disusun dari tingkat Pusat sampai tingkat Daerah. Pada
tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada
tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite
Nasional Indonesia.

KNIP sudah melaksanakan sidang beberapa kali, antara lain yakni :


 Sidang pleno ke 2 di Jakarta tanggal 16-17 Oktober 1945
 Sidang pleno ke 3 di Jakarta tanggal 25-27 November 1945
 Kota Solo tahun 1946
 Sidang pleno ke 5 di Malang tanggal 25 Februari s/d 6 Maret 1947
 Yogyakarta pada tahun 1949

Hasil Sidang KNIP 16 Oktober 1945


Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) akhirnya dibentuk dan diketuai oleh
Sutan Syahrir dan wakilnya Amir Syarifuddin. Kemudian Drs. Moh. Hatta
mengeluarkan maklumat politik 3 November 1945 atas desakan dari Sutan
Syahrir selaku Ketua BP-KNIP. Akibatnya adalah munculnya berbagai partai
politik di Indonesia dengan ideologi yang beraneka ragam. Contoh : Majelis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik
Indonesia, Partai Nasional Indonesia.
Tanggal 11 November 1945 BP-KNIP mengeluarkan pengumuman
Nomor 5 tentang pertanggungjawaban Materi Kepada Perwakilan Rakyat.
Anehnya presiden Soekarno menyetujui usul tersebut dan mengeluarkan
maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 dengan persetujuan tersebut
sistem kabinet presidensial dalam UUD 1945 telah diamandemenkan menjadi
sistem kabinet parlementer.
Anggota KNIP terdiri dari 137 orang, yang bertindak sebagai pemimpin ialah :
1. Mr. Kasman Singodimedjo – Ketua
2. M. Sutardjo Kartohadikusumo – Wakil Ketua I
3. Mr. J. Latuharhary – Wakil Ketua II
4. Adam Malik – Wakil Ketua III
Berhubung dengan keadaan dalam negeri yang genting, pekerjaan sehari-
hari KNIP dilakukan oleh 1 Badan Pekerja, yang anggotanya dipilih dikalangan
anggota dan bertanggung jawab kepada KNIP. Badan Pekerja KNIP BP-KNIP
dibentuk tanggal 16 Oktober 1945 yang diketuai oleh Sutan Syahrir dan penulis
oleh Soepeno dan beranggotakan 28 orang.
Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi
Perdana menteri sehungga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis Dr.
Abdul Halim, kemudian pada tanggal 28 Januari 1948 Soepeno diangkat
menjadi menteri Pembangunan dan pemuda pada kabinet Hatta I, sehingga ketua
ialah Mr. Assaat Datu Mudo dan penulis tetap Dr. Abdul Halim. Pada tanggal 21
Januari 1950 Mr. Assaat diangkat menjadi Pelaksana Tugas Presiden RI dan Dr.
Abdul Halim diangkat menjadi Perdana menteri serta sebagian besar anggota
BP-KNIP diangkat menjadi menteri dalam kabinet Halim tersebut.
Para anggota BP-KNIP tercatat antara lain : Sutan Syahrir, Mohamad
Natsir, Soepeno, Mr. Assaat Datuk Mudo, Dr. Abdul Halim, Tan Leng Djie,
Soegondo Djojopoespito, Soebadio Sastrosatomo, Soesilowati, Rangkayo
Rasuna Said, Adam Ghafar Pringgodigdo, Abdoel Moethalib Sangadji, Hoetomo
Soepardan, Mr. A. M. Tamboenam, Mr. I Gusti Pudja, Mr. Lukman Hakim,
Manai Sophiaan, Tadjudin Sutsn Makmur, Mr. Mohamad Daljono, Sekarmadji
Kartosoewirjo, Mr. Prawoto Maruto Nitimihardja, Mr. Abdoel Hakim, Hamdani,
dll.
-Matlumat KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) :
Maklumat Politik 3 November 1945

 Pemerintah RI menghendaki munculnya partai politik untuk menjadi media


dalam menyalurkan dan mempresentasikan seluruh aliran dan paham yang
terdapat di Indonesia.
 Pemerintah RI menetapkan bahwa pembentukan partai politik telah tersusun
rapi sebelum dilaksanakannya pemilihan.
Matlumat Wakil Presiden
Atas usulan KNIP dalam sidangnya pada tanggal 16-17 Oktober 1945 di
Balai Muslimin, Jakarta diterbitkan Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal
16 Oktober 1945 yang dalam diktumnya berbunyi :
“Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat sebelum terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi Kekuasaan
Legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Halunan Negara, serta
pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat sehari-hari berhubung dengan
gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara
mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat.
Fungsi KNIP :

 Membantu Tugas kepresidenan dan Penasehat Presiden


 Pembentukan alat Kelengkapan Keamanan Negara
 Pertahanan dan keamanan Negara
 Mempunyai kewenangan legislatif
 Badan atau lembaga yang berfungsi sebagai DPR sebelum dilaksanakannya
 Sebagai wadah generasi mahasiswa untuk melanjutkan perannya dalam masa
Orde baru
 Sebagai wadah persatuan dan kesatuan generasi Muda Mahasiswa
 Pembentukan provinsi I seluruh wilayah Indonesia
 Pembentukan lembaga pemerintahan di daerah

D. 16-17 Oktober 45 Rapat Pleno KNIP : Maklumat Pemerintah No.10


(Wapres) tugas KNIP kekuasaan legislatif dan tetapkan GBHN.
Karena terbukti adanya kesalahfahaman tentang kedudukan, kewajiban
dan kekuasaan Badan Pekerja Komite Nasional, yang dibentuk oleh Rakyat pada
tanggal 16/17 Oktober 1945 berhubung dengan Maklumat Wakil Presiden
Republik Indonesia No. X. Menurut keputusan ini maka Badan Pekerja
berkewajiban dak berhak :
 Turut menetapkan garis besar haluan Negara.
 Menetapkan bersama sama dengan Presiden UU yang boleh mengenai segala
macam urusan Pemerintahan. Yang menjalankan UU ini adalah pemerintah,
artinya Presiden dibantu oleh menteri dan pegawai yang dibawahnya.
Berhubung dengan perubahan dalam kedudukan dan kewajiban Komite
Nasional Pusat mulai tanggal 17 Oktober 1945 Komite Nasional Pusat (dan atas
namanya Badan Pekerja) tidak berhak lagi mengurus hal hal yang berkenaan
dengan tindakan Pemerintahan (Uitvoering).
Kedudukan Komite Nasional Daerah akan lekas diurus oleh Pemerintah
(Presiden). Kewajiban dan kekuasaan Badan Pekerja yang diterangkan diatas (a
dan b) berlaku selama Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat belum terbentuk dengan cara yang ditetapkan dalam UUD.

 Pekerjaan KNIP oleh BP KNIP.Pimp KNIP Kasman S;


Sutardjo.J.Lauharhary; Adam Malik.
 PNI sebagai partai tunggal; Dibentuk BKR->TKR; DPA; 3 November 1945
Maklumat Pemerintah (M.Hatta) anjuran bentuk parpol atas usul BP KNIP,
Lahir parpol dengan ideologi agama; nasionalisme; sosialisme/komunisme.
 Ekonomi pasca perang : 3 mata uang pemerintah Belanda; pemerintah
Jepang; De Javasche bank. Uang NICA pengganti uang Jepang; Ori
pengganti uang Jepang.

-Masalah eksternal yang dihadapi bangsa Indonesia :

 Serbuan sekutu;Bld bentuk BFO (NIT,Sumtim, Pasundan,Jatim,Madura) oleh


pimp NICA HJ van Mook.

 20-7-47-Aksi Polisionil/Agresi Belanda terhadap Jawa Barat, Madura, Ujung


Timur, Semarang & pelabuhan yang dikuasai RO. Ada tekanan Internasional.
 8 Desember 47 Perundingan Renville: RI setuju bentuk Negara Indonesia
Serikat daerah RI yang dikuasai Belanda diakui s/d plebisit, RI menarik pasukan
TNI dari Daerah kekuasaan Belanda.
 18 Desember 48 Belanda lakukan aksi Polisionil/agresi II ke Yogyakarta,
tangkap Soekarno, Hatta, Agussalim, anggota kabinet diasingkan ke luar Jawa
Dikutuk masyarakat Internasional dan pembahasan di PBB. Dibentuk PDRI
(Syafruddin Prawiranegara) di Sumatera, dengan cadangan LN Palar (LN)
Perang gerilya oleh Jenderal Sudirman.
 Perundingan Roem-Royen dengan hasil : RI hentikan perang gerilya, turut
KMB, Pembebasan tak bersyarat pemimpin RI 23 Agustus – 2 Nopember 49
KMB di Den Haag diikuti : RI; BFO & Belanda dengan hasil : Belanda akui RIS
sebagai negara merdeka dan berdaulat; Kares.Irian selesai dalam waktu 1 tahun;
dibentuk Uni Indonesia – Belanda; RIS bayar hutang Belanda sejak 1942.
 27 Desember 49 Belanda serahkan/mengakui kedaulatan RIS (tidak termasuk
Irian) memakai Konstitusi RIS, dengan rumusan dasar negara : Ketuhanan yang
Maha Esa; Peri Kemanusiaan; Kebangsaan; Kedaulatan Rakyat dan Keadilan
Sosial.
 Dibentuk DPRRIS; Senat RIS; DPA RIS.
 Kurun waktu 15 tahun (11Kabinet, 1945 – 1959) masa Demokrasi
Liberal/Parlementer.
 29 September 1955 pemilu O untuk pilih anggota DPR, Konstituante, DPRD
Prop/Kab/Kota.
 Terpilih PNI, Masyumi, NU; PKI yang menguasai kursi di DPR dan
Konstituante.
 Kejadian penting : Pemantapan BKR; Indonesia jadi anggota PBB Bina
hubungan dengan negara lain; Pembangunan segala bidang; Penerapan Demok.
Liberal/Parlementer; Pemilu 1955; sidang Konstituante; Dekrit Presiden
Soekarno; ciptakan simbul negara; penerapan Pancasila dalam UUD; tumpas
Pemberontakan DI/TII, PKI Madiun.
2. MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU

E. Pelaksanaan UUD 1945 – Awal Kemerdekaan


 18 Agustus 1945 – UUD 1945 disahkan oleh PPKI. Sistem Pemerintahan
dengan Kebinet Presidensial : Menteri diangkat, diberhentikan dan tanggung
jawab kepada Presiden.
 Andrew Heywood(2001) dikutip Airlangga Pribadi (Jawa Pos 7 Mei 2010),
prinsip utama dan tujuan Sistem Presidensial :
1. Presiden maupun Legislator dipilih langsung oleh rakyat sehingga
masing-masing institusi memiliki legitimasi yang kuat (dual legitimacy)
dan satu sama lain tidak dapat saling menjatuhkan kecuali melalui
mekanisme pemakzulan bagi presiden.
2. Kekuasaan presiden bersifat tak terbagi (sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan),
3. Presiden memimpin secara langsung pemerintahan yang dipilihnya
dengan hak prerogatif presiden untuk memilih dan memberhentikan
menteri menterinya.
4. Presiden bertanggung jawab langsung kepada konstitusi dan rakyat
sebagai pemilih.
Memperhatikan pendapat diatas, sistem presidensial belum diterapkan
karena belum ada pemilu di Indonesia (situasi) pasca kemerdekaan, serbuan
sekutu, perundingan dengan Belanda, keadaan ekonomi masih belum stabil,
pemberontakan PKI Madiun-1948, dll).
UUD 1945 terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh/Pasal-pasal dan
penjelasan : 16 bab, 37 pasal Aturan Peralihan (4pasal) dan Aturan Tambahan (2
ayar).
Perubahan Praktek Ketatanegaraan :
1. W September 1945 dilantik kabinet I dipimpin Pres. Soekarno
2. Maklumat Wapres No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP sebelum
terbentuk MPR & DPR diserahi kekuasaan legislatif dan tetapkan
GBHN. Berhubung gentingnya keadaan dijalankan oleh Badan Pekerja
yang dipilih diantara mereka dan bertanggung jawab kepada KNIP.
Maklumat ini mengurangi kekuasaan Presiden yang semula amat luas.
3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, Kabinet tidak
dipimpin Presiden tapi diketuai Perdana menteri Sutan Syahrir.
1. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 MASA ORLA (1959-
196/1967)
 Prof. mardojo,SH : Revolusi Permanen dipimpin PBR sehingga perlu dibuat
hukum revolusi dalam bentuk Penpres; Perpres; Keppres, yang kadang
bertentangan dengan UUD 1945.
 Politik terjadi pemusatan kekuasaan pasa Presiden Soekarno, karena Moh.
Hatta 20 Juli 1956 mengundurkan siri dari jadi Wapres.
Kejadian penting :
1. Pembekuan DPR hasil pemilu 1955 (Penpres No. 3/1960);
2. DPRGR dibentuk (Penpres No. 4/1960);
3. Tata tertib DPR (Penpres No.14/1960);
4. MPRS dibentuk (Penpres No. 2/1959);
5. Penyederhanaan Parpol dengan syarat tertentu (Penpres No.7/1959);
6. Front Nasional dibentuk (Penpres No. 13/1959);
7. GBHN (Penpres No. 1/1960);
8. Pembreidelan Pers (Penpres No. 14/1963);
9. TAP MPRS/MPRS/1960 Manipol dari Ir.Soekarno dijadikan GBHN;
10. TAP MPRS/MPRS/1963, Pengangkatan PBR sebagai Presiden
seumur hidup,
11. TAP MPRS No. V/MPRS/1965 Amanat Politik Presiden”Berdikari”
sebagai Pedoman Pelaksanaan Manifesto Politik (Manipol).

2. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 MASA ORBA


(1966/1967-1998)
Orba bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 srcara murni
dan konsekuen, karena ada tuntutan dari rakyat terhadap penyimpangan
Pancasila dan UUD 1945 oleh Orla. Orba lahir setelah PKI gagal dalam
pemberontakan G30S, Sehingga lahir tuntutan rakyat (TRITURA). PKI dan
Ormasnya dibubarkan, pembersihan unsur PKI dari Lembaga Negara (MPRS,
DPRGR, Pemerintahan, lembaga hukum, dll.
Ada konsensus nasional antara pemerintah dan unsur masyarakat Hasil
Konsesus :
1. Tap MPRS No.XX/MPRS/1966-Memorandum DPRGR tentang
Sumber Tertib Hukum RI & Tata Urutan Peraturan Perundangan RI.
2. Konsensus tentang RUU Kepartaian, Keormasan dan Kekayaan.
3. Pemilu dengan sistem proporsional representation yang sederhana.
4. Anggota MPR 1/3 diangkat, agar UUD 1945 tidak dirubah.
5. ABRO diberi jatah 100 kursi di DPR (Sebagai stabilisator dan
dinamisator), di daerah diberi jatah maksimum 20%.
6. Pancasila ditetapkan sebagai satu-satunya azas bagi parpil dan ormas
(Tap MPR No.I/MPR/1983)
7. Tap MPR No. I/MPR/1978-pasal 115-Peraturan Tata Tertib MPR
ditegaskan MPR tidak akan lakukan kehendak dan tidak lakukan
perubahan UUD 1945 dan akan laksanakan secara murni dan
konsekuen.
8. Pemilu 1971, 1977, 1982, 1992, 1997-tidak mempermasalahkan
Pancasila dan UUD 1945, tetapi program parpol.
9. Lembaga Negara terbentuk hasil pemilu, ada Mekanisme
kepemimpinan Nasional 5 tahunan.
10. Tap MPRS diteliti, dievakuasi, dan dicabut.
11. Tap MPRS No.XXXIII/MPRS/1967-Pencabutam Kekuasaan
Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno, dan Mengangkat Jendral
Soeharto sebagai Pejabat Presiden, hingga Pemilihan Presiden oleh
MPR hasil pemilu.
12. Tap MPRS No XLI /MPRS/1968-Pengangkat Pengemban Tap MPRS
No. IX/MPRS/1966 sebagai Presiden RI.
13. Tap MPR No.II/MPR/1978-(Ekaprasetia Pancakarsa)
14. Tap MPR No.III/MPR/1978-Kedudukan dan Hubungan Tatakerja
Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga
Tinggi Negara.
15. Tap MPR tentang GBHN (sejak Pemilu 1971-terakhir)
16. Tap MPR No.IV/MPR/1983-Referendum.
17. Produk hukum UU,PP,dll sebagai pelaksanaan Tap MPR atau Produk
hukum lainnya.
 Wapres : Sri Sultan Hamengku Buwono IX; Umar Wirahadikusuma; Adam
Malik; Sudharmono; Try Soetrisno; BJ Habibie.
 PPP gabungan NU, PARMUSI, PSSI, PERTI, Pernah pecah jadi 2 PPP,
PKB, PKNU, PBB, Partai Idaman, dll.
 PDI gabungan PNI, Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia, MURBA dan
IPKI. Pecah jadi PDI Suryadi/Budi Harjono, PDIP- Megawati, PNI Front
Margaenis, dll.
 GOLKAR : gabungan dari 102 ormas a.l. KOSGORO, MKGR, SOKSI,
Satkar Ulama, dll. Pernah pecah jadi 2 GOLKAR. Dari GOLKAR lahir
HANURA, GERINDRA,NASDEM, MKGR, BERKARYA, dll.
3. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 ORDE REFORMASI
(1998-Sekarang)
 21 Mei 1998, Presiden Soeharto berhenti sebagai Presiden dan diganti BJ
Habibie (Wakil Presiden sebagai Presiden)-dilantik oleh Pimpinan MA.
 SI MPR-11-13 Nop 1998, hasilkan : 12 Tap MPR : Referendum; GBHN; P-4
(dicabut); Tap baru tentang Pokok-2 Reformasi Pembangunan dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara.
 Penyelenggaraan Negara Bersih dan Bebas KKN; Pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden; HAM; dll.

Presiden dan Wakil Presiden Masa Orde Reformasi :


1. BJ Habibie
2. Abdurrahman Wahid-Megawati
3. Megawati-Hamzah Haz
4. Soesilo Bambang Yudhoyono-M. Yusuf Kalla
5. Soesilo Bambang Yudhoyono-Boediono
6. Joko Widodo-M Yusuf Kalla
7. Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin
Pelaksanaan UUD 1945 :
1. Pemilu memilih anggota DPR (parpol); DPD (perorangan DPRD
Prov,Kab/Kota dan Presiden & Wakil Presiden;
2. Gubernur & Wakil Gubernur, Bupati & Wakil Bupati, Walikota &
Wakil Walikota dipilih langsung;
3. Lembaga baru : Mahkamah Konstitusi dan Komisi-komisi :
KPU;KPK;KY;KPPU;KPI;Komnas HAM;KPAI;
4. Perubahan UUD 1945 (1999-SU MPR;2000,2001,2002-ST MPR),
sehingga UUD 1945 (pembukaan dan pasal-pasal; penjelasan-
penjelasan UUD 1945 dihapus);
5. Ada penambahan 5 bab baru di UUD 1945 : Pemilu; DPD; BPK;
HAM; Wilayah Negara, 36 pasal baru, sehingga jadi 21 bab & 73
pasal;
6. DPA dihapus dalam BAB IV pasal 16 UUD 1945;
7. GBHN tidak ada tapi diganti Program Kerja dari Presiden terpilih
(UU 25/2004-Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)

Anda mungkin juga menyukai