Anda di halaman 1dari 10

Nama : Bintang Satria

Fakultas : Ilmu administrasi


Jurusan : Ilmu Atministrasi Publik

MASA KEJAYAAN NASIONAL


A. MASA KERAJAAN SRIWIJAYA (Abad VII-XII)-(Kerajaan Nusantara I)
Kerajaan Sriwijaya sempat menjadi salah satu yang terbesar di Nusantara.
Tepatnya berdiri pada sekitar abad ke-7 Masehi di tepian Sungai Musi, di daerah
Palembang, Sumatera Selatan.Kerajaan Tulangbawang, Melayu dan Sriwijaya. Terletak
di daerah Palembang terletak didaerah Palembang atau jambi sebagian ada bekas
dibekas Malaysia dipimpin Raja Bala Putera Dewa (abad 8-9, dinasti syailandra
Jateng), mencapai keemasan, kejayaan. Kerajaan Sriwijya lebih maju dari pada kerajaan
tersebut. Selain menjadi pusat perdagangan, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat
ilmu dan agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang
berkembang di Sriwijaya adalah agama Buddha Mahayana. Kondisi pendidikan dan
agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya diperoleh dari seorang pendeta Buddha
China bernama I-Tsung. Pada 672, ia akan pergi ke India dan singgag di Sriwijaya. Ia
mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakam pusat ilmu dan agama Buddha.
Sekembalinya dari India, T-Tsing tidak langsung pulang ke China tapi singgah di
Sriwijaya. Di sana, ia mempelajari dan menterjemahkan kitab-kitab ajaran agama
Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa China. Bahkan sekitar ribuan pendeta datang
dan berkumpul di Sriwijaya untuk membahas tentang agama Buddha.
Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua
kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa dia
menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat
Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula dikatakan bahwa beberapa
wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri, antara lain Kien-pi (Kampe, di utara
Sumatra) dan beberapa koloni di semenanjung Malaysia. Pada masa itu wilayah
Sriwijaya meliputi; Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-ya-ssi-kia
(Langkasuka), Kilan-tan (Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t’ing (Jelutong), Ts’ien-mai, Pa-t’a
(Batak), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi, bagian utara
semenanjung Malaysia), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-t’o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri
di Aceh), and Si-lan (Srilanka). Pada tahun 1288, kedudukan Sriwijaya makin terdesak
karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam
dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas
kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung
Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan
Kerajaan Siam mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di
Kerajaan Sriwijaya.
Sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan
wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah
akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M. Kerajaan Sriwijaya
mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor berikut. Perubahan keadaan
alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering, dan sejumlah anak sungai
lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya
menjauh dari laut dan perahu sulit merapat. Adanya serangan militer atas Sriwijaya.
Berikut poin-poin tentang masa kerajaan Sriwijaya pada abad VII-XII s/d Kerajaan
Nusantara I :
1. Negara maritim dekat Selat Malaka dan Sunda dengan wilayah Sumatra,
Malaka, Tumasik atau Singapura, Bangka, Biliton, Jabar, dan sebagian
Kalimantan Barat.
2. Pusat pendidikan agama Budha, dengan asrama bagi pelajar sebelum studi ke
India
3. Pendapatan dari perdagangan, pelayaran, pertanian, pajak, dan bina hubungan
dengan Negara Siam, kamboja, cina, dan India.
4. Konflik internal dan diserang Singosari (1275) Raja Rajendra (Cholamandawa-
India Selatan- 1023, 1030, 1068); Kerajaan Sukhotai menguasai Ligor (Malaka
Utara); Majapahit (1377).
5. Prasasti : Kedukan bukit (Palembang-683), perjalanan suci Dapunta Hyang ;
Talang Tuo (Palembang-684) pembuatan taman Sriksetra untuk kesejahteraan
rakyat ; Telaga Batu (Palembang)-kutukan terhadap orang yang melakukan
kejahatan ; Kota Kapur (Bangka-686) doa kepada dewa ; Karang Berahi (Jambi-
686) doa kepada dewa.
6. Tidak meninggalkan bekas kerajaan.

B. MASA KERAJAAN MAJAPAHIT (Abad XII-XV) Kerajaan Nusantara II

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Budha terakhir yang menguasai


Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam Sejarah
Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang Jawa, Sumatera ,
Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan. Tumbuhnya Kerajaan Majapahit dimulai dari
runtuhnya Singasari dan gugurnya Kertanegara akibat serangan dari Raja Kadiri,
Jayakatwang. Serangan ini dilancarkan pada tahun 1292 M, pada waktu bersamaan
Ketika Singasari mengirimkan sebagian pasukannya untuk melawat dalam
rangkaian Ekspedisi Pamalayu. Singasari runtuh seiring wafatnya Kertanegara, dan
dikuasai oleh Kadiri. Seluruh kerabat Kertanegara melarikan diri, termasuk Raden
Wijaya yang merupakan keponakan dari Kertanegara. Raden Wijaya melarikan diri
ke Madura dan diterima oleh Wiraraja, meminta bantuan agar dapat diterima oleh
Jayakatwang dengan menyatakan kesetiaan. Raden Wijaya kemudian berbalik
menyerang Jayakatwang dan mendirikan Kerajaan Majapahit adalah kerajaan
terbesar Nusantara pada masa Hindu-Buddha, berdiri pada akhir abad ke-13 sampai
dengan abad ke-16 seiring dengan berjayanya kerajaan Islam. Pendiri kerajaan
Majapahit adalah Raden Wijaya, yang merupakan menantu sekaligus keponakan
Kertanegara. Raden Wijaya memohon kepada Jayakatwang untuk membuka
wilayah pertahanan sebagai pengabdian terhadap Jayakatwang. Raden Wijaya
dengan bantuan Wiraraja, yang justru mendukungnya untuk bertahta mulai
mengumpulkan kekuatan.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit banyak mengantarkan suatu peradaban bagi
orang China dalam proses islamisasi di Nusantara. Stigma yang kecenderungan para
sejarawan dalam mengungkapkan bahwa kedatangan Islam di Indonesia lebih pada
kecenderungan orang Arablah yang berjasa sebagai penyebar Islam, sehingga tidak
pernah melirik, orang China pernah andil dalam membangun peradaban Islam.
Sebelum 1450, agama Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit
di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi
budaya Brahma di India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari
sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya
kerajaan Jawa yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik
dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam.
Kedatangan Islam ke Jawa Di Gresik (daerah Leran) ditemukan batu bertahun 1082
Masehi berhuruf Arab yang menceritakan bahwa telah meninggal seorang
perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang beragama Islam. Lalu disekitar
tahun 1350 saat memuncaknya kebesaran Majapahit, di pelabuhan Tuban dan
Gresik banyak kedatangan para pedagang Islam dari India dan dari kerajaan
Samudra (Aceh Utara) yang juga awalnya merupakan bagian dari Majapahit.
Adapun poin-poin penting seperti berikut:
1. Muncul Kerajaan kecil sebelumnya : Kalijaga, Sanjaya, Syailendra, Dinoyo, Kadiri,
Dhaha, Darmawangsa (X), Airlangga (XII), Singosari.
2. Didirikan oleh R.Widjaja (gelar Sri Kertanegara Jaya Wardhana), menantu
R.Kertanegara (Raja Singasari-1293). Pemerintahan di Tarik-Mojokerto.
Memerintah (1293-1309). Digantikan Jayanegara (1309-1328). Timbul
pemberontakan : Ranggalawe (Tuban-1309 ; Sora (1311) ; Nambi (1316) ;
Kutib(1319). Pemberontakan dipadamkan oleh Gadjah Mada. Diangkat jadi Patih
Kahuripan lalu Kediri. Jayanegara wafat digantikan Tribhuanatunggadewi (1328-
1350) (menikah dengan Kertawardhana punya anak Hayam Wuruk). Timbul
pemberontakan Sadeng (1331), dipadamkan Gadjah Mada. Diangkat jadi MajaPatih
Mangkubumi Majapahit. Hayam Wuruk (gelar Rajasanagara-1350-1389) jadi raja
16 tahun), dan alami zaman keemasan.
3. Wilayah Jawa, Sumatera (Melayu), Siwijaya, Malaka, Tumasik, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Maluku, Irian Barat.
4. Pendapatan dari pajak, pertanian, perdagangan, sudah pakai uang logam, pakaian
sutera dan perhiasan emas, dll.
5. Negara pedalaman atau maritim, dibuat kanal pada sungai masuk kota Majapahit.
6. Hubungan dengan negara diluar negeri seperti China, India, Siam, dll.
7. Peninggalan lain Bhinneka Tunggal Ika (Kitab Sutasoma), Bendera Merah Putih,
karya tulis Mpu Tantular (Sutasaoma atau Puru sadayanta Aejunawijaya), Prapance
(Negara kertagama). Agama hidup rukun : agama Shiwa dan Busha.
8. Hayam Wuruk wafat (1389), diganti Widakramawarshana (1389-1429) (menantu,
suami Kusumawarshani). BreWirabhumi (anak dari istri selir) tidak puas, timbul
perang Paregreg (1401-1406). Wirakramawarshana wafat (1429), diganti Suhita
(1429-1447). Suhita wafat diganti Raja tidak terkenal, dan 1478 Mejapahit runtuh,
diaerang Raja Girindrawardana (Kediri).
9. Kerajaan Majapahit runtuh, berdiri Kerajaan kecil/lokal Demak (Islam), Pajang,
Mataram (dipecah oleh Belanda jadi 4 kerajaan Yogyakarta : Hamengku Buwono;
Paku Alam; Surakarta; Kasunanan dan Mangkunegaraan); Aceh; Palembang;
Banten; Gowa; Makassar; Banjarmasin; Kutai; Ternate; Tidore; Bali; Sumbawa;
dan lain sebagainya.
Nilai yang diperoleh dari Masa Kejayaan Nasional :
1. Kerajaan berdaulat dan punya wilayah luas (membangun imperium).
2. Kecakapan, kemampuan memimpin Raja sangat menentukan kejayaan
negara.
3. Kesejahteraan rakyat diperhatikan.
4. Sistem pemerintahan, keamanan, ekonomi, toleransi beragama, pertanian,
perdagangan, perkebunan, dll.
5. Membina hubungan dengan negara diluar.
6. Nilai budaya berbentuk karya sastra (Negarakertagama, Sutasoma,
Atjunawiwaha) dan bangunan candi, prasasti, dll.
7. Bendera Merah Putih.
8. Pembangunan pelabuhan, kanal untuk perdagangan dan keamanan.

MASA PERLAWANAN TERHADAP PENJAJAHAN


C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan (Sebelum Abad
XX)
Corak perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kolonial Belanda terbagi 2,
yakni sebelum abad ke-20 dan sesudah abad ke-20. Corak perjuangan bangsa Indonesia
sebelum abad ke-20 antara lain: Perlawanan bersifat lokal, Tidak menggunakan organisasi
modern, Dipimpin tokoh masyarakat yang disegani dan berkharisma, Melakukan
perjuangan fisik / bersenjata, Mudah dipecah belah oleh Belanda, Perjuangan belum
terorganisir, Tergantung pada pemimpin Contoh perjuangan sebelum abad ke-20 antara lain
Perang Diponegoro, Perang Padri, Perlawanan Pattimura, Perang Puputan Jagaraga,
Perlawanan Antasari, Perlawanan Si Singamangaraja, Perang Aceh dan lain sebagainya.
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah telah menarik perhatian bangsa barat untuk
datang ke Nusantara. Hal inilah yang menjadikan bangsa barat berbondong-bondong untuk
masuk ke Indonesia dengan alasan berdagang. Kendati demikian, tujuan awal untuk
berdagang nampaknya pupus lantaran melimpahnya kekayaan alam di Indonesia yang
mendorong adanya penjajahan bangsa Eropa terhadap pribumi, sehingga menimbulkan
kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia. Selain karena daya tarik Indonesia
merupakan penghasil rempah-rempah terbaik dan terbesar, ada beberapa faktor lainnya
yang mendorong bangsa barat untuk datang ke Indonesia yaitu, motivasi 3 G (Gold,
Gospel, dan Glory), Revolusi industry, dan dikuasainya Konstantinopel oleh kekaisaran
Turki Usmani. Motivasi 3G (Gold, Gospel dan Glory) motivasi ini menjadi semboyan para
bangsa Barat melakukan penjelajahan. Gold bermakna bahwa bangsa Barat menginginkan
kekayaan melalui penjajahan atau yang lainnya. Bangsa Barat juga ingin mendapat
kejayaan atau kemenangan yaitu glory. Tujuan yang lainnya yaitu ingin memperluas
keyakinannya yaitu agama nasrani di Asia. Revolusi industry bangsa Barat ingin
melakukan ekspedisi ke Indonesia namun hal tersebut masih terbatas terkendala
transportasi. Namun, dengan adanya revolusi industri bangsa Barat dengan mudah
menjelajahi Indonesia. Pasalnya, dengan adanya Revolusi industri memunculkan
penemuan-penemuan baru salah satunya mesin uap untuk kapal sehingga memudahkan dari
sisi pemasaran.
Ada beberapa bangsa Barat yang datang ke Indonesia antara lain, Belanda, Portugis,
Spanyol, dan Inggris. Portugis melakukan ekspedisinya pada tahun 1486 dipimpin oleh
Bartolomeus Diaz dengan menyusuri pantai Barat afrika. Tujuan sebenarnya ke India,
namun gagal. Alfonso d’Albuquerqe berhasil mencapai Malaka pada tahun 1511 kemudian
Portugis berhasil menguasai Malaka dan Myanmar. Pada tahun 1512 bangsa Portugis
dibawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao berhasil sampai di Maluku dan
menjalin hubungan dagang. Kedatangan Belanda dimulai pada tahun 1595 menyusuri ujung
selatan Afrika dibawah pimpinan Cornelis de houtman. Belanda tiba di Indonesia tepatnya
di pelabuhan Banten melalui selat sunda pada tahun 1596. Tahun 1602 didirikannya VOC
atau perserikatan perusahaan dagang Belanda. Belanda berhasil menyingkirkan Portugis
dari Malaka dan membujuk penguasa Banten untuk mencabut izin. Ekspedisi yang
dilakukan oleh Inggris dipelopori Francis Drake dan Thomas Cavendish yang berlayar
mengikuti jalur yang ditemukan oleh Magelhaens pada tahun 1957. Inggris berhasil
mengeksplor rempah-rempah dari Ternate dan membawanya ke Inggris melewati Samudera
Hindia. Melalui persekutuan dagang EIC (East Indian Company) Inggris berhasil menjadi
salah satu negara penjajah dengan daerah jajahan terluas di Asia. Derita yang dirasakan
rakyat pribumi akibat cultuurstelsel, ditentang banyak orang dari Belanda sendiri. Di
pertengahan 1850-an, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kebanjiran kritik. Salah satu
kritik paling keras datang dari penulis Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker
mengkritiknya lewat roman tentang sistem tanam paksa di Lebak, Banten. Agar selamat
dari persekusi Belanda, Douwes Dekker menggunakan nama samaran Multatuli. Karyanya
itu diterbitkan pada 1860 dengan judul Max Havelaar, of de koffij-veilingen der
Nederlandsche Handel-Maatschappij (Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang
Belanda). Pada masa nya masyarakat Indonesia mendapat pendidikan formal dari bangsa
asing, akan tetapi yang mednapat pedndidikan formla hanyalah kalangan bangsawan saja.
D. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan (Setelah Abad XX)
Pada tahun 1906 dimulai aksi mengadakan dana beasiswa untuk pemuda-pemuda
Indonesia yang berbakat. Guna keperluan propaganda bagi rencana ini ia melakukan
beberapa perjalanan ke seluruh Jawa. Pada awal pendirian, BU bukanlah partai politik dan
memilih sikap kooperatif dengan pemerintah kolonial. Memiliki tujuan utama kemajuan
bagi Hindia Belanda, lingkup BU pun masih terbatas di Jawa dan Madura. Namun
meskipun lingkupnya terbatas, secara umum BU dianggap sebagai perserikatan Indonesia
pertama yang mencantumkan dalam panjinya keikutsertaan wakil-wakil golongan rakyat
Indonesia (Korver, 1985 : 5). Dicantumkan sebagai tujuan BU adalah “kemajuan yang
harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan Madura”. Pada waktu itu ide Indonesia dan
persatuan Indonesia belum ada di kalangan bangsa Indonesia. Inilah yang menyebabkan
“wilayah” Budi Utomo hanya meliputi Jawa dan Madura saja dan sama sekali belum
menyebutkan kemerdekaan. Kalaupun kesadaran nasional sudah ada, tetapi untuk
menyebut dengan tegas bahwa tujuan BU adalah ‘kemerdekaan’ dinilai belum tepat waktu,
sehingga hanya disebut harmonisasi. Jadi, tujuannya adalah kemajuan harmonis dari nusa
dan bangsa Jawa dan Madura. Jalan mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui beberapa
usaha, diantaranya memajukan pengajaran sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh dr.
Wahidin. Maka usaha pertama yang dijalankan BU untuk mencapai tujuan kemajuan
bangsa adalah pengajaran. Namun dalam perkembangannya, terjadi perbedaan-perbedaan
pendapat dalam tubuh BU kemudian, terutama antara golongan muda yang menginginkan
perjuangan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial, dengan golongan tua yang ingin
mempertahankan cara perjuangan sosio-kultural. Perbedaan pandangan inilah yang
melemahkan BU, bahkan berujung pada keluarnya beberapa anggota BU yang berasal dari
golongan muda. Kiprah BU akhirnya semakin menurun, kalah populer dengan organisasi-
organisasi lain yang kemudian terbentuk dan lebih “berani” berhadapan dengan pemerintah
Hindia Belanda. Pada tahun 1935 Budi Utomo akhirnya berfusi ke dalam Partai Indonesia
Raya (Parindra). Ide untuk kemajuan bangsa juga dikumandangkan oleh Sarekat Islam (SI).
Organisasi yang awalnya dibentuk pada tahun 1911 dengan nama Sarekat Dagang Islam
(SDI) dan dipimpin oleh H. Samanhudi di Solo ini bertujuan memberikan bantuan pada
para pedagang batik pribumi agar dapat bersaing dengan pedagang Cina. Keanggotaan SDI
waktu itupun masih terbatas pada pedagang muslim saja. Pada tahun 1912, nama Sarekat
Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) di bawah pimpinan Haji Omar Said
Cokroaminoto. Keanggotaannyapun tidak lagi terbatas hanya para pedagang saja. Segera
saja SI berkembang menjadi organisasi besar dengan keanggotaan yang bersifat terbuka.
Deliar Noer menulis bahwa dalam Anggaran Dasarnya yang pertama tahun 1911,
disebutkan alasan pendirian SI. Ide bagi kemajuan bangsa ini terus berkembang dalam
tubuh SI. Dalam situasi kolonialisme, kiprah SI akhirnya bahkan bersinggungan dengan
politik. Pada tahun 1913, Cokroaminoto selaku Ketua SI mulai menegaskan bahwa Sarekat
Islam bertujuan untuk “membangunkan kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang
memang sudah tercetak oleh Tuhan, menjunjung derajat yang masih rendah, memperbaiki
nasib yang jelek dengan jalan mencari tambahnya kekayaan”. Peran SI dalam bidang
pendidikan lainnya adalah menuntut pemerintah kolonial agar menghapus peraturan yang
mendiskriminasi murid di sekolah-sekolah dan menuntut terlaksananya wajib belajar untuk
semua penduduk hingga usia 15 tahun. SI juga menuntut perbaikan pendidikan pada segala
tingkat, ditambahnya jumlah sekolah, serta diberikannya beasiswa kepada pemuda
Indonesia untuk belajar di luar negeri. Sayangnya, kebesaran SI sebagai suatu organisasi
akhirnya mengalami perpecahan. Dalam kongres SI tahun 1921, perpecahan tampaknya
sudah terjadi. SI pecah menjadi dua kubu, yaitu : SI Putih yang dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim dan Abdul Muis yang berpusat di Yogyakarta dan tetap
berlandaskan nasionalisme Islam. SI Merah yang berhaluan sosialisme kiri (komunis),
dipimpin oleh Semaun, dan berpusat di Semarang. Organisasi lainnya yang bercita-cita
membangkitkan harkat bangsa Indonesia dan mewujudkan pendidikan yang lebih baik bagi
anak bangsa adalah Indische Partij. Indische Partij (IP) merupakan organisasi politik
pertama di Indonesia.  Didirikan oleh E.F.E. Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat dan dr.
Cipto Mangunkusumo pada tahun 1912, IP memiliki tujuan “indie” merdeka, atas dasar
“National Indische.” Dengan semboyan “Indie untuk Indiers” perkumpulan ini berusaha
membangunkan rasa cinta tanah air dari semua “Indier” dan berusaha mewujudkan kerja
bersama yang erat bagi kemajuan tanah air dan menyiapkan kemerdekaan (Pringgodigdo,
1986 : 12). Bersamaan tahun dengan pendirian IP, berdiri pula Muhammadiyah. Berbeda
dengan IP, keberadaan Muhammadiyah tidak dipermasalahkan oleh pemerintah kolonial
Belanda karena organisasi ini tidak bergerak di bidang politik. Muhammadiyah didirikan
oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta sebagai organisasi modern Islam
dan bergerak dibidang sosial, pendidikan, keagamaan. Dalam rangka tersebut,
Muhammadiyah lalu mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, badan wakaf dan
pengumpulan zakat, balai kesehatan, rumah yatim piatu, menyelenggarakan tabligh-tabligh
Islam, penerbitan buku, brosur, majalah dan surat kabar. Muhammadiyah juga
mengorganisir kegiatan kaum perempuan dalam organisasi Aisyah dan kaum muda
dalam Hizbul Wathan. Baik KH. Ahmad Dahlan, maupun Ki Hadjar Dewantara
sebagaimana telah dibahas sebelumnya, keduanya merupakan dua tokoh pendidikan yang
telah lama mengembangkan konsep pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi sosial,
budaya, dan keagamaan masyarakat Indonesia. Tidak hanya menggali konsep pendidikan
bagi masyarakat pribumi yang pada waktu itu masih dijajah, tetapi dua tokoh ini juga turut
berperan aktif melaksanakan dan terjun langsung dalam dunia pendidikan dan berjuang
melalui pendirian lembaga pendidikan bagi masyarakat pribumi. Menurut mereka berdua,
pendidikan Barat hanya memunculkan elite intelektual baru yang sedikit banyak menjadi
asing terhadap kebudayaan bahkan agamanya sendiri.

E. Perjuangan Bangsa Indonesia Masa Penjajahan Jepang (1942 – 1945)


Belanda yang sebelumnya sudah diduduki oleh Nazi Jerman pada awal Perang
Dunia II, akhirnya kalah dan memutuskan untuk menyerah. Dengan demikian, pada tahun
inilah Jepang mulai melakukan penjajahan di Indonesia. Tiga setengah tahun berikutnya,
penjajahan Jepang berakhir, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu hari
dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak 8 Maret 1942
ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati,
Bandung. Jepang berhasil menduduki Hindia-Belanda dengan tujuan untuk menguasai
sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta
mendukung industrinya. Jawa dijadikan sebagai pusat penyediaan seluruh operasi militer di
Asia Tenggara, dan Sumatera menjadi sumber minyak utama. Jepang tanpa banyak
menemui perlawanan berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia
menyambut kedatangan bala tentara Jepang dengan perasaan senang dan gembira karena
berpikir Jepang telah membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan kolonial
Belanda. Pada awal pergerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap
bangsa Indonesia dengan mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Tetapi akhirnya
sikap baik itu berubah setelah sekian waktu Jepang menduduki Indonesia. Apa yang
ditetapkan pemerintah Jepang seolah mendukung kemerdekaan Indonesia. Padahal
sebenarnya Jepang berlaku demikian demi kepentingan pemerintahannya yang pada saat itu
sedang menghadapi perang. Apalagi setelah Jepang mengetahui harapan yang besar dari
Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, mereka mulai menciptakan propaganda-
propaganda untuk menaruh kepercayaan pada hati bangsa Indonesia. Jepang pun terlihat
seolah-olah memihak pada kepentingan bangsa Indonesia.

Untuk memengaruhi masyarakat Indonesia, agar mau membantu Jepang maka


Jepang melakukan berbagai cara antara lain sebagai berikut: Mendera merah putih
diizinkan berkibar. Lagu Indonesia Raya diizinkan untuk dinyanyikan. Bahasa Indonesia
diizinkan digunakan sebagai bahasa pengantar. Mendirikan berbagai organisasi. Selain
upaya-upaya berlaku manis, Jepang juga membentuk organisasi yang akan memperkuat
keyakinan Indonesia bahwa Jepang berada di pihaknya. Organisasi-organisasi tersebut
antara lain: Gerakan Tiga A, merupakan organisasi pertama yang didirikan Jepang pada 29
April 1942 yang dipimpin oleh Mr. Syamsuddin. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) atau
Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dibentuk pada 22 November 1943, dibawah
pimpinan K.H Hasyim Asy’ari, menjadi organisasi Islam yang didirikan oleh Jepang.
Putera (Pusat Tenaga Rakyat), didirikan pada 1 Maret 1942. Organisasi ini dipimpin oleh
empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H.
Mas Mansyur. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa), didirikan pada 8 Januari 1944.
Organisasi ini dipimpin oleh pejabat-pejabat Jepang. Propoganda terkenal yang diusung
Jepang adalah gerakan tiga A. Propoganda gerakan tiga A tersebut yaitu: Jepang pelindung
Asia Jepang pemimpin Asia Jepang cahaya Asia Pada awal gerakan tiga A dikenalkan
kepada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan
bagi Indonesia. Tetapi gerakan Tiga A hanya bertahan sementara. Penyebabnya adalah
kurangnya simpati masyarakat Indonesia terhadap gerakan itu. Sebagai gantinya,
pemerintah Jepang menawarkan kerja sama yang menarik, yaitu membebaskan pemimpin-
pemimpin Indonesia yang ditahan Belanda, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Sutan
Syahrir dan lain-lain.

Pengalaman dari penjajahan Jepang di Indonesia sangat beragam, tergantung di


mana penduduk itu tinggal dan bagaimana status sosial orang tersebut. Jika tinggal di
daerah yang berkepentingan dalam perang, akan mendapat siksaan, yang wanita akan
dijadikan budak seks, penahanan liar atau sembarangan, memberikan hukuman mati,
hingga kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda adalah
sasaran utama dalam penguasaan Jepang. Sebagai negara imperialis baru, Jepang
membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi
barang-barang industrinya. Mereka dapat memenuhi industri dengan mengolah tanah atau
daerah jajahan itu. Demikianlah jelasnya tujuan kedatangan bala tentara Jepang ke
Indonesia. Mereka ingin menanamkan kekuasaannya, dengan kata lain untuk menjajah
Indonesia. Jepang semakin jelas menjajah Indonesia setelah sumber-sumber ekonomi
dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang. Pengontrolan ini dilakukan untuk kepentingan
perang dan kemajuan industri Jepang. Cara-cara yang mereka lakukan adalah: Mengadakan
romusha. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha. Romusha
adalah tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa
pada proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang. Banyak rakyat
kita yang meninggal ketika menjalankan romusha, karena umumnya mereka menderita
kelaparan dan berbagai penyakit. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian
harus diserahkan kepada pemerintah Balatentara Jepang. Hewan peliharaan penduduk
dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi kebutuhan konsumsi perang. Selain
itu, Jepang memberlakukan sistem kerja paksa atau romusha untuk membangun jalan,
jembatan, dan lapangan udara. Mereka tidak hanya dipekerjakan di dalam negeri tetapi juga
dikirim ke Malaysia, Vietnam, Myanmar, dan Thailand. Mereka bekerja tanpa upah dan
tanpa makanan yang cukup. Meskipun Jepang hanya berkuasa selama tiga setengah tahun
di Indonesia, namun beban penderitaan yang dirasakan penduduk Indonesia seperti dijajah
ratusan tahun. Pada tahun 1943, Jepang memerlukan tambahan tentara untuk membantunya
melawan kekuatan Amerika dan sekutunya karena tentara Jepang sendiri mulai terdesak.
Hal tersebut mendorong Jepang untuk memberikan latihan kemiliteran. Jepang berharap
organisasi kemiliteran yang telah dibentuk akan dapat membantu Jepang melawan sekutu.
Organisasi kemiliteran yang dibentuk Jepang, di antaranya sebagai berikut. Seinendan
(Barisan Pemuda), beranggotakan pemuda berusia antara 14-22 tahun. Keibodan (Barisan
Pembantu Polisi), beranggotakan pemuda berusia 26-35 tahun. Heiho (Pembantu Prajurit
Jepang), anggota Heiho ditempatkan dalam kesatuan tentara Jepang sehingga bannyak
dikerahkan ke medan perang. Pembela Tanah Air (PETA), dibentuk pada 3 Oktober 1943.
Calon perwira PETA mendapatkan pelatihan di Bogor. Tujuan didirikannya PETA adalah
untuk mempertahankan wilayah masing-masing. Fujinkai (Barisan Perhimpunan Wanita),
Suishintai (Barisan Pelopor), Jibakutai (Barisan Berani Mati), Seinentai (Barisan Murid
Sekolah dasar), Gakukotai (Barisan Murid Sekolah dan Lanjutan), dan Hizbullah
(Organisasi pemuda-pemuda Islam yang dididik militer).

Amerika Serikat membalas serangan Jepang dengan menjatuhkan bom atom di kota
Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Berikutnya, pada 9 Agustus 1945, Amerika
Serikat melakukan pengeboman lanjutan di kota Nagasaki, Jepang. Jepang mengabarkan
bahwa pasukannya berada di ambang kekalahan. Jepang kemudian berjanji akan segera
menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia. Pada 15 Agustus 1945, Jepang
menyatakan menyerah kepada Sekutu. Setelah mendengar kabar menyerahnya Jepang,
golongan muda Indonesia segera mendesak golongan tua untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Para pejuang kemerdekaan Indonesia telah melakukan
persidangan-persidangan BPUPKI (badan bentukan Jepang untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia), hanya pernyataan proklamasi saja yang belum dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai