Anda di halaman 1dari 6

Nama : Virna Yuliani Ningsih

Kelas : X TKJ

Majapahit, Pusat Kerajaan, & Silsilah Raja-Raja

Kerajaan Majapahit pernah menjadi bagian dari sejarah besar bangsa Indonesia di
Nusantara. Pusat pemerintahan atau ibu kota kerajaan yang berdiri pada akhir abad ke-13
Masehi ini beberapa kali berpindah lokasi di Jawa Timur seiring era kepemimpinan raja-raja
yang pernah berkuasa. Pendiri Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang merupakan
menantu dari Raja Kertanegara, -penguasa terakhir Kerajaan Singasari, yang terbunuh
lantaran pemberontakan Jayakatwang pada 1292. Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri
dari insiden tersebut. Inajati Adrisijanti dalam Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kejayaan di
Luar Kota (2012) menuliskan, Raden Wijaya kemudian membuka hutan di delta Sungai
Brantas. Desa inilah yang pada akhirnya berkembang pesat dan menjadi kerajaan dengan
nama Majapahit. Pendeklarasian berdirinya Kerajaan Majapahit dilakukan setelah Raden
Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang pada 1293. Setelah itu, Raden Wijaya dinobatkan
sebagai raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309). Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan gelar Sri
Rajasanagara (1350-1389) yang tidak lain adalah cucu Raden Wijaya. Kepemimpinan Hayam
Wuruk amat kuat berkat dukungan dari Mahapatih Gajah Mada yang bertekad menyatukan
Nusantara di bawah naungan Majapahit.
Pusat Kerajaan Majapahit
Pusat pemerintahan atau ibu kota Kerajaan Majapahit setidaknya pernah 3 kali
berpindah tempat namun masih di wilayah Jawa bagian timur.
1. Mojokerto
Ibu kota pertama kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini adalah di Mojokerto
pada masa kepemimpinan pendiri sekaligus raja pertama, Raden Wijaya alias
Kertarajasa Jayawardhana. Dikutip dari Kumpulan Sejarah Desa Kabupaten
Mojokerto (2020) suntingan Evi Sudyar, pada masa itu ibu kota Majapahit disebut
dengan nama Kutaraja dan terletak tidak jauh dari pelabuhan besar bernama Canggu
di tepi Sungai Brantas. Selain sebagai pusat perniagaan atau bandar dagang, lokasi
Canggu yang masih berada di wilayah Kutaraja sangat strategis untuk difungsikan
sebagai sebagai pangkalan militer armada angkatan laut Kerajaan Majapahit yang
memang amat kuat saat itu.
2. Trowulan
Pusat pemerintahan Majapahit bergeser sedikit pada masa kepemimpinan Sri
Jayanegara (1309-1328), penerus takhta Raden Wijaya. Raja kedua Majapahit ini
memindahkan ibu kota ke Trowulan yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota
Mojokerto sekarang. Kitab perjalanan Cina bertajuk Yingyai Shenglan yang ditulis
oleh seorang penjelajah bernama Ma Huan menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan
Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 M adalah di Trowulan. Dikutip buku terjemahan
J.V.G Mills (1970), disebutkan bahwa kawasan itu merupakan kota yang sangat besar
tempat raja bersemayam. Sejumlah situs yang merupakan peninggalan peradaban
Majapahit yang ditemukan di Trowulan juga semakin menguatkan peran tempat
tersebut sebagai bekas ibu kota kerajaan yang pernah mengalami masa-masa yang
amat jaya.
Trowulan menjadi pusat pemerintahan Majapahit dalam waktu yang cukup
lama. Dari era Sri Jayanegara yang bertakhta sejak tahun 1309 hingga menjelang
keruntuhan kerajaan ini pada abad ke-16 Masehi. Para pemimpin ternama seperti
Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk, Ratu Suhita, hingga Bhre Kertabumi
alias Brawijaya V pernah memimpin kerajaan dari Trowulan. Baca juga: Sejarah
Keruntuhan Kerajaan Majapahit & Prasasti Peninggalannya Sejarah Perang Paregreg:
Awal Runtuhnya Kerajaan Majapahit Sejarah Kerajaan Majapahit: Pemimpin Lemah,
Negara Punah
3. Daha (Kediri)
Lantaran berbagai polemik internal dan ancaman serangan dari Kesultanan
Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, posisi Majapahit semakin terdesak
pada masa pemerintahan Bhre Kertabumi atau Brawijaya V (1468-1478). Kala itu,
pengaruh Islam memang sedang berkembang pesat di Jawa sehingga muncul
Kesultanan Demak yang didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama
Raden Patah. Raden Patah adalah putra kandung Brawijaya V dari istri seorang
wanita berdarah Cina bernama Siu Ban Ci. Pada masa-masa genting inilah ibu kota
Majapahit terpaksa dipindahkan dari Trowulan ke Daha yang merupakan bekas pusat
pemerintahan Kerajaan Kadiri (Kediri) oleh Girindrawardhana atau Brawijaya VI
(1478-1489). Tahun 1517, pasukan Kesultanan Demak menyerang Daha yang
membuat perekonomian Kerajaan Majapahit lumpuh. Serangan tersebut dipimpin
oleh Pati Unus (1488-1521), Sultan Demak kedua yang merupakan menantu Raden
Patah. Satu dekade berselang, tahun 1527, Kesultanan Demak kembali menyerbu
Daha, di bawah komando Sultan Trenggana di bawah kepemimpinan Sultan
Trenggana (1521-1546), penguasa Demak ketiga yang juga adik Pati Unus. Serangan
dari pasukan perang Kesultanan Demak kali ini benar-benar membuat Daha jatuh
sekaligus menghancurkan Majapahit. Kerajaan pernah sangat perkasa di Nusantara ini
akhirnya menuai keruntuhan untuk selama-lamanya.
Perpindahan Pusat Kerajaan Majapahit
1. Mojokerto pada era Raden Wijaya (1293-1309)
2. Trowulan pada era Sri Jayanagara (1309-1328)
3. Daha atau Kediri pada era Brawijaya VI (1478-1489)

Daftar Raja-Raja Majapahit


1. Raden Wijaya/Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
2. Kalagamet/Sri Jayanagara (1309-1328)
3. Sri Gitarja/Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
4. Hayam Wuruk/Sri Rajasanagara (1350-1389)
5. Wikramawardhana (1389-1429)
6. Suhita / Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447)
7. Kertawijaya/Brawijaya I (1447-1451)
8. Rajasawardhana/Brawijaya II (1451-1453)
9. Purwawisesa /Girishawardhana/Brawijaya III (1456-1466)
10. Bhre Pandansalas/Suraprabhawa/Brawijaya IV (1466-1468)
11. Bhre Kertabumi/Brawijaya V (1468 -1478)
12. Girindrawardhana/Brawijaya VI (1478-1489)
13. Patih Udara/Brawijaya VII (1489-1527)

Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara
pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga
Indonesia timur; Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumbawa, Lombok dan Timor,
meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan. Orang Mongol mungkin paling
dikenal sebagai salah satu penakluk sejarah terbesar. Saat mereka memperluas perbatasan
mereka, banyak kerajaan hancur dan dinasti yang diganti. Mungkin yang kurang terkenal
adalah ekspedisi Mongol (di bawah Dinasti Kublai Khan Yuan Cina) ke Jawa. Ekspedisi ini
berakhir dengan kekalahan Mongol dan memunculkan salah satu kekuatan besar terakhir di
kawasan Asia Tenggara, Kerajaan Majapahit.

Perebutan Kekuasaan
Kisah kerajaan Majapahit dimulai pada akhir abad ke 13 Masehi di Kerajaan
Singhasari dengan Raden Wijaya (pendiri kerajaan Majapahit) dan Jayakatwang (penguasa
terakhir Kerajaan Singhasari). Ayah mertua Raden Wijaya adalah Kertanegara, yang tahtanya
dirampas oleh Jayakatwang.
Raden Wijaya, bagaimanapun, diampuni dan diberi Trowulan di Jawa Timur. Situs ini
nantinya akan berfungsi sebagai ibukota Kerajaan Majapahit.
Menurut sumber-sumber dari China, sebelum pengkhianatan Jayakatwang, Kertanegara telah
menimbulkan kemarahan Kubilai Khan. Kertanegara menolak memberikan penghormatan
kepada Dinasti Yuan, menganiaya utusan Yuan dan bahkan menantang Kubilai Khan.
Akibatnya, Kaisar memutuskan untuk menghukum Kertanegara dengan mengirimkan 1000
kapal untuk menaklukkan kerajaannya.
Sumber-sumber dari Jawa, bagaimanapun, melukis gambar alternatif. Malah
menggambarkan Kertanegara karena menolak memberi penghormatan kepada orang-orang
Mongol, raja tersebut dikatakan telah menjadi orang bawahan yang ramah. Ekspedisi yang
dikirim oleh Kubilai Khan ke Jawa tidak dimaksudkan untuk menghukum Kertanegara,
namun untuk membantu Raden Wijaya. Ini karena Raden Wijaya telah mengirim seorang
utusan mendesak ke Kaisar untuk meminta bantuan terhadap Jayakatwang. Selanjutnya,
Raden Wijaya juga berjanji untuk menawarkan Kubilai Khan puri putri terindah di Kerajaan
Singhasari.

Berdirinya Majapahit
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah
hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka
yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama
resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora dan Nambi memberontak melawannya,
meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung
oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik dan
Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.
Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan
konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi
tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti),
Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada
tahun 1309. Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala
Gemet, yang berarti “penjahat lemah”. Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan
Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit
di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri
dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana
Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit.
Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat
pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya
untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama
kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di
kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun
1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya
diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

 Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja


 Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan

 Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan

 Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan


Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting
yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai
perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Kejayaan Dan Kekuatan Kerajaan Majapahit


Karena posisi strategisnya pada rute perdagangan rempah-rempah, kerajaan Majapahit
tumbuh sangat kaya dengan mengenakan bea / pajak atas barang-barang yang dikirim melalui
wilayah kontrolnya. Masa keemasan kerajaan ini, bagaimanapun, dikatakan terjadi pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk, penguasa keempat kekaisaran. Hayam Wuruk, yang
memerintah dari tahun 1350 sampai 1389, dibantu oleh seorang perdana menteri yang sama
tangguhnya, Gajah Mada. Selama masa jabatan perdana menteri, Gajah Mada berhasil
menambahkan Bali, Jawa dan Sumatra ke Kerajaan Majapahit. Meski Gajah Mada meninggal
sekitar 1364, ekspansi kekaisaran terus berlanjut. Pada tahun 1365, seluruh kepulauan
Melayu, kecuali Sri-Vijaya dan dua koloninya, ditaklukkan oleh kerajaan Majapahit. Pada
tahun 1377, Palembang, ibu kota Sri-Vijaya, jatuh ke tangan tentara Hayam Wuruk. Kerajaan
Singapura, sebuah cabang dari Sri-Vijaya, juga kemudian ditaklukkan. Meskipun demikian,
saingan ini tidak hancur total dan keturunannya kemudian kembali menimbulkan masalah ke
Majapahit.

Melemah Dan Jatuhnya Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit mulai melemah sesaat setelah kematian Hayam Wuruk. Pada
awal abad ke-15 Masehi, sebuah pecahnya perang suksesi yang berlangsung selama empat
tahun. Pada saat yang sama, agama Islam menyebar di wilayah ini dan banyak kerajaan
masuk ke dalam iman ini. Di antaranya adalah meningkatnya Kesultanan Malaka, yang
didirikan oleh Raja Singapura terakhir. Kerajaan ini tidak dapat bersaing dengan negara-
negara tetangganya yang telah memeluk Islam,dan terus terpecah, akhirnya runtuh di tahun
1478 atau awal abad ke-16 Masehi.
 

Anda mungkin juga menyukai