Anda di halaman 1dari 9

KERAJAAN SINGOSARI

Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang
Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa). Pendirian
dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil
mendirikan kerajaan. Di samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila suatu saat menjadi raja
besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan kejahatan yang pemah dilakukan oleh Ken Arok. Raja
Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat
ia dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami
pertamanya Tunggul Ametung). Keruntuhan kerajaan singasari di awali dari Kerajaan Singasari yang
sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa dan akhirnya mengalami keropos di bagian
dalam.Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan
sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri.Dalam serangan itu Kertanagara mati
terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

KERAJAAN TARUMANEGARA

Sejarah kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu yang berdiri setelah kerajaan Kutai, yakni
pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Kerajaan yang berkuasa di wilayah Pulau Jawa bagian barat ini
berasal dari kata Tarum dan Nagara. Tarum berarti sungai yang membelah Jawa Barat yang sekarang
menjadi sungai Citarum dan Nagara berarti Kerajaan atau Negara.

Berdirinya kerajaan Tarumanegara masih menjadi perdebatan para ahli.Namun, menurut naskah
Wangsakerta, pada abad ke-4 M terdapat sejumlah pengungsi dari India yang melarikan diri ke pulau
dan beberapa wilayah Nusantara untuk mencari perlindungan.Mereka mengungsi ke wilayah
Nusantara karena terdapat perang besar di India, yakni kerajaan Palawa dan Calankayana yang
melawan Kerajaan Samudragupta.

Sebagian besar para pengungsi berasal dari kerajaan Palawa dan Calankayana, pihak yang kalah
dalam peperangan tersebut. Salah satu rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh
Jayasingawarman yang tidak lain adalah Maharesi. Kemudian Jayasingawarman membuka pemukiman
baru di dekat Sungai Citarum yang diberi nama Tarumadesya atau Desa Taruma. Menginjak sepuluh
tahun, banyak penduduk berdatangan ke Desa Taruma sehingga berkembang menjadi desa yang
besar yang pada akhirnya menjadi kota (Nagara). Semakin pesatnya berkembangan kota Taruma,
Jayasingawarman membentuk menjadi Kerajaan yang bernama Tarumanegara pada tahun 358.

Kejayaan Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara yang mengalami masa pemerintahan kerajaan sebanyak 12 kali telah
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintatahan Raja Purnawarman (395-434 M).Purnawarman
merupakan Raja ketiga yang berkuasa setelah Dharmayawarman (382-395 M).Pada masa Raja
Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara memperluas wilayahnya dengan menakhlukkan beberapa
kerajaan disekitarnya. Kejayaan Raja Purnawarman juga tertulis pada prasati Ciaruteun yang berisi,
"Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di
negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia".

Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara


Runtuhnya kerajaan Tarumanegara akibat adanya pengalihan kekuasaan, yakni dari Raja ke-12
Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada pemerintahan Tarusbawa, pusat Kerajaan
Tarumanegara dialihkan ke kerajaannya sendiri, yakni Kerajaan Sunda (bawahan Tarumanegara)
yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti dengan nama Kerajaan Sunda. Demikian tentang
Sejarah Kerajaan Tarumanegara yang meliputi berdirinya kerajaan, masa kejayaan dan keruntuhan,
serta raja yang memerintah Kerajaan Tarumanegara.

KERAJAAN PAJAJARAN

merupakan kerajaan Hindu yang berdiri pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati. Kerajaan yang letaknya
di wilayah Pakuan (Bogor), Jawa Barat ini juga dikenal dengan Kerajaan Pakuan. Berawal dari
melemahnya Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Brawijaya V. Kemudian beberapa anggota
kerajaan maupun rakyat mengungsi ke Kerajaan Galuh, Kuningan, Jawa Barat, pada masa
pemerintahan Raja Dewa Niskala.

Pada saat itu, Dewa Niskala memperistri dari salah satu pengungsi anggota kerajaan.Namun,
pernikahan keduanya tidak disetujui oleh Raja Susuktunggal karena terdapat peraturan bahwa
keturunan Sunda-Galuh dengan keturunan Majapahit dilarang menikah.Kemudian terjadilah
peperangan antara Dewa Niskala dengan Susuktunggal.

Dewan Penasehat kedua kerajaan tersebut menyarankan untuk berdamai supaya peperangan tidak
berlanjut.Jalan perdamaian yang disarankan yaitu Raja Susuktunggal dan Raja Dewa Niskala harus
turun tahta dan menggantikannya dengan pemimpin baru.Ditunjuklah Jayadewata atau Prabu
Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Jayadewata yang mendapat gelar Sri
Baduga Maharaja menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut dan terbentuklah Kerajaan Pajajaran.

Kejayaan Pajajaran
Masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ketika pemerintahan Sri Baduga Maharaja.Kejayaan Pajajaran
dibuktikan dengan adanya telaga yang besar yakni Maharena Wijaya. Kemudian banguna jalan yang
menghubungkan antara ibu kota Pakuan dengan Winagiri. Pertahanan ibu kota juga diteguhkan
dengan memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya supaya memantapkan
kegiatan agama. Serta membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran
(formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur upeti
dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.

Kemunduran Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh serangan dari Kasultanan Banten.Selain itu, Maulana
Yusuf telah memboyong Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Kerajaan Pajajaran ke
Kraton Surosowan. Hal ini menandakan bahwa tidak akan ada raja lagi di Kerajaan Pajajaran karena
singgasana raja telah dipindahkan. Akhirnya, Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 dan
Maulana Yusuf naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Sunda.Demikian penjelasan terkait Sejarah
Kerajaan Pajajaran, semoga bermanfaat.

KERAJAAN SRIWIJAYA
Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan
dengan adanya prasasti kedukan Bukit di Palembang (682).Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan
yang kuat di Pulau Sumatera.Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa "Sri" yang artinya
bercahaya dan "Wijaya" berarti kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang
bercahaya atau gemilang.

Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun
671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara
Takus (Provinsi Riau sekarang).Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai
raja pertama.

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di
Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa,
Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya menjadi
pengendali rute perdaganagan lokal yang mengenakaan bea cukai kepadaa setiap kapal yang lewat.
Hal ini karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka.Selain itu, Kerajaan Sriwijaya
juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok dan India.

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan
Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil merebut bandar-
bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan pelayaran.Dengan demikian, tujuan dari
serangan Kerajaan Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada
Sriwijaya.Hal ini menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang
yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang.Tidak hanya itu, kekuatan militer
Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya yang melepaskan
diri.Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13.

KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur yang didirikan oleh Raden
Wijaya (1293 M).Kerajaan kuno di Indonesia ini berdiri pada tahun 1293-1500 Masehi.Kerajaan Hindu
terakhir di Semenanjung Malaya ini dianggap sebagai salah satu negara tersbesar sepanjang sejarah
Indonesia.Dimana wilayah kekuasaannya meliputi, Sumatera, Bali, Borneo, dan Filipina.
Berdirinya Kerajaan Majapahit

Asal mula berdirinya Kerajaan Majapahit yakni adanya serangan dari Jayakatwang (Adipati Kediri)
yang berhasil membunuh Kertanegara (penguasa Kerajaan Singasari terakhir) akibat menolak
pembayaran upeti.Kemudian Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri ke Madura
untuk meminta perlindungan kepada Aryawiraraja. Raden Wijaya diberikan hutan Tarik oleh
Aryawiraraja sebagai daerah kekuasaanya kemudian dijadikan desa baru yang diberi nama
“Majapahit”.

Majapahit endiri berasal dari kata “buah maja” dan “rasa pahit”.Kemudian terdapat pasukan Mongolia
pimpinan Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing tiba di Jawa dengan tujuan menghukum Kertanegara
akibat Kertanegara menolak membayar upeti kepada penguasa Mongolia.Situasi ini dimanfaatkan oleh
Raden Wijaya untuk bekerjasama dengan tentara Mongolia menyerang Jayakatwang.Kemudian pihak
Mongolia menang atas terbunuhnya Jayakatwang.Ketika tentara

Mongolia sedang berpesta merayakan kemenangannya, Raden Wijaya memanfaatkan untuk


menyerang tentara Mongolia.Pada akhirnya, Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Mongolia dari
Jawa dan Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kejayaan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasannya berada dibawah kekuasaan Hayam Wuruk (1350-
1389 M). Berdasarkan isi Kitab Negerakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit pada masa itu hampir
sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai
ke negara-negara tetangga. Namun, terdapat satu daerah yang tidak tunduk pada kekuasaan
Majapahit, yakni Kerajaan Sunda dengan penguasa Sri baduga Maharaja. Ketika Hayam Wuruk ingin
menjadikan Diah Pitaloka (Putri Sri baduga Maharaja) sebagai permaisuri, Gajah Mada tidak
menyetujuinya. Gajah Mada menginginkan putri Sri baduga Maharaja dipersembahkan kepada
Majapahit sebagai upeti. Terjadilah salah paham yang melahirkan peperangan yang pada akhirnya Sri
Baduga gugur dan putri Sunda bunuh diri.

KERAJAAN MATARAM KUNO

Pada masa pemerintahan Sanjaya (717-746 M), Kerajaan Mataram menganut agama Hindu.Raja
Sanjaya memimpin sangat bijaksana sehingga rakyatnya hidup makmur, aman, dan tentram. Hal ini
sesuai dengan prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan emas dan padi.

Setelah meninggalnya Sanjaya, Mataram dipimpin oleh Panangkaran atau Syailendra (746-784 M)
yang menganut agama Budha beraliran Mahayana.Pada saat itu, agama Hindu dan Budha
berkembang bersama di Mataram Kuno.Penganut agama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara,
sedangkan pengikut agama Budha berada dibagian selatan.Kemudian Syailendra digantikan oleh
Rakai Pikatan.

Pada tahun 850, Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya menikah dengan Pramodhawardhani dari
keluarga Syailendra.Hal ini menyebabkan Wangsa Sanjaya kembali memerintah Mataran Kuno dan
berhasil menyingkirkan Wangsa Syailendra.Oleh karena itu, pada masa Rakai Pikatan, Mataram Kuno
berhasil disatukan kembali.Wilayah Mataram berkembang mencapai Jawa Tengan dan Jawa Timur.

Sepeninggal Pikatan, Mataram dikuasai oleh Dyah Balitung (898-910 M). Setelah itu, Mataram
diperintah secara berturut-turut oleh Raja Daksa, Raja Tulodung, dan Raja Wawa (924-919) yang
kemudian digantikan oleh menantunya, Mpu Sindok.

Pada masa Mpu Sindok (929-949), pusat pemerintahan Mataram dipindah ke Jawa Timur karena di
Jawa Tengah terdapat letusan Gunung Merapi yang mengakibatkan Kerajaan Mataram
hancur.Akhirnya Mpu Sindok mendirikan dinasti baru bernama Isyana.

Setelah Mpu Sendok, Mataram dipegang oleh Dharmawangsa (cicit Mpu Sindok) yang berkuasa pada
tahun 990-1016 M. Pada masa ini, Mataram Kuno diserang oleh Sriwijaya atas dasar balas dendam
Sriwijaya sejak Mataram dipegang oleh Rakai Pikatan. Akhirnya pada tahun 1016, Dharmawangsa
meninggal ditangan Sriwijaya. Berakhirlah Kerajaan Mataram Kuno.

1. Jaman Weda

Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500
s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran
tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti
Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya
adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal.Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa
dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut “Rta”.Pada jaman ini, masyarakat dibagi
atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.

2. Jaman Brahmana
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum
brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman
Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya “Tata Cara Upacara” beragama yang teratur. Kitab
Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara
Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.

3. Jaman Upanisad

Pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi
lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam
gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman
orang berfilsafat atas dasar Weda.Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang
kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana.Sejak jaman Purana, pemujaan
Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.

4. Jaman Budha

pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama “Sidharta”, menafsirkan
Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan. Agama Hindu makin lama semakin menyebar mulai dari India
Selatan hingga keluar dari India dengan berbagai cara, sterutama melalui perdagangan bebas
Internasional

Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu


Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada
tugas/ pekerjaan mereka.

- Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para


pendeta.
- Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan
Negara, terdiri dari raja dan keluarganya, para bangsawan, dan prajurit.
- Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak, terdiri dari para
pedagang.
- Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak,
merupakan para pekerja kasar.

 Teori Brahmana
Teori menyatakan bahwa masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia di
bawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini
didasari oleh pengamatan terhadap prasasti-prasasti peninggalan kerajaan
Hindu-Buddha yang kebanyakan menggunakan literasi huruf pallawa dan
bahasa sansekerta. Di India, literasi tersebut hanya dikuasai oleh golongan
Brahmana.
 Teori Waisya
Teori ini menyatakan bahwa berkat peran serta golongan Waisya
(pedagang) yang merupakan golongan terbesar masyarakat India yang
berinteraksi dengan masyarakat Nusantara.
 Teori Ksatria
Teori ini menyatakan golongan bangsawan atau ksatria dari
India yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
 Teori Arus Balik
Teori arus balik adalah teori yang menyatakan bahwa orang
indonesia yang berperan penting dalam penyebaran agama hindu ke
indonesia, teori ini berpendapat bahwa oang indonesia pergi belajar
tentang hindu ke India lalu menyebarkan agama hindu d indonesia.

Teori Brahmana (Cendekiawan)


Pencetus teori Brahmana ini bernama Jc.Van Leur penulis Eropa pada masa
kolonial yang tinggal di Indonesia dan menulis sejarah mengenai Indonesia. Isi
Teori Brahmana ini adalah pendapat mengenai masuknya hindu Budha ke
Indonesia dibawa oleh Kaum Brahmana.

Brahmana adalah suatu golongan dalam agama Hindu, yang terdiri dari orang-
orang cendekiawan, penguasa ilmu dan ajaran adat, adab serta paham
mengenai unsur-unsur keagamaan secara mendalam.Intinya, punya tingkatan
status dari orang biasa pada masa itu.

Teori Brahmana (Cendekiawan)

Pencetus teori Brahmana ini bernama Jc.Van Leur penulis Eropa pada masa
kolonial yang tinggal di Indonesia dan menulis sejarah mengenai Indonesia. Isi
Teori Brahmana ini adalah pendapat mengenai masuknya hindu Budha ke
Indonesia dibawa oleh Kaum Brahmana.
Brahmana adalah suatu golongan dalam agama Hindu, yang terdiri dari orang-
orang cendekiawan, penguasa ilmu dan ajaran adat, adab serta paham
mengenai unsur-unsur keagamaan secara mendalam.Intinya, punya tingkatan
status dari orang biasa pada masa itu.

Teori ini mengemukakan bahwa, proses masuknya hindu dan budha ke


Indonesia dibawa oleh mereka. Van Leur mengambil sampel bukti dari Prasasti
Peninggalan Kerajaan Hindu yang tersebar di seluruh daerah Nusantara.

Karena hampir keseluruhan prasasti yang ditemukan, menggunakan huruf


Pallawa dan berbahasa Saksekerta. Misalnya seperti Prasasti Peninggalan
Kerajaan Sriwijaya , Majapahit dan sejenisnya. Karena masa itu, Aksara Pallawa
hanya dikuasai oleh kaum Brahmana saja.

Selain itu, pada masa tersebut hanya orang-orang dari golongan Brahmana saja
yang berhak menyebarkan ajaran Hindu. Sehingga para pemuka dan petinggi-
petinggi suku di Nusantara mengundang mereka untuk memberi pengajaran dan
pemahaman baru mengenai kepercayaan yang akan dianut oleh masyarakat
mereka.

Karena pada saat itu, masyarakat di Indonesia masih menganut Paham


Animisme dan Dinamisme, yakni kepercayaan yang menganggap benda mati
seperti laut, pohon-pohon besar, batu, bukit dan sejenisnya untuk disembah.Jadi
bisa dianggap, Masuknya Hindu telah merubah kepercayaan mereka, sekaligus
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan lama tersebut.

Teori Waisya (Pedagang)

Penyebaran agama hindu ke indonesia dilakukan oleh para pedagang adalah


teori Waisya. Teori ini dikemukakan oleh NJ.Krom, beliau adalah seorang
orientalis, epigrafis, arkeolog dan peneliti sejarah awal dan budaya tradisional
Indonesia asal Belanda.

Teori Waisya berisi tentang keyakinan mengenai masuknya ajaran hindu dan
budha ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Dimana masyarakat India datang
ke Indonesia untuk Berdagang (Waisya = Golongan terbesar di India), kemudian
perlahan-lahan banyak melakukan interaksi dengan masyarakat Indonesia.

Di zaman dahulu, bila sekelompok orang mengunjungi daerah lain dengan


menggunakan media kapal atau pelayaran, maka mereka akan menetap di
daerah singgahan tersebut dalam waktu yang cukup lama, tentunya akan banyak
terjadi interaksi sosial dengan penghuni setempat.

Karena sistem pelayaran masa lampau bergantung pada keadaan arah angin.
Makanya, para pedagang asal India tersebut hanya akan pulang ke India bila
angin telah berhenbus ke arah India. Selama di Nusantara, mereka terus
melakukan penyebaran ajaran hindu hingga dengan mudah diterima.

Teori Ksatria (Penguasa)

Teori Ksatria dikemukakan oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens.Kasta
Ksatria adalah golongan orang-orang yang berada pada lapisan
kepemerintahan, baik kepala maupun anggota.Orang yang berada dalam
golongan ini sejatinya tidak memiliki harta pribadi, semuanya milik negara.

Berg dkk mengatakan bahwa Teori Ksatria bercerita tentang lapisan penguasa
kerajaan-kerajaan di India (yang runtuh) melarikan diri ke Nusantara, kemudian
mereka mulai membangun kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di Indonesia.

Akibatnya, secara tidak langsung maupun langsung, segala kebijakan dan unsur
lainnya di kerajaan tersebut akan tersalur ke masyarakat lokal, kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, lambat-laun tersebar luas ke

Sejatinya, perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dan India,


rentang waktunya tidak jauh berbeda.Pada abad ke-2 Masehi, banyak kerajaan
di India runtuh karena perang saudara dalam perebutan kekuasaan.

Dan tidak lama setelah itu, berbagai kerajaan bercorak hindu di Indonesia pun
mulai bermunculan, hingga kekuasaan besar seperti Kerajaan Kutai, dan diikuti
oleh yang lainnya di berbagai daerah.

Teori Arus Balik (Pribumi)

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch, yakni seorang ilmuwan dan profesor
ahli Indologi dan Indonesia yang berkebangsaan Belanda. Teori Arus Balik
bercerita tentang makna yang sedikit berbeda dari Brahmana dan Waisya.

Dalam teori ini, Bosch memang mempercayai masuknya hindu Budha ke


Indonesia berasal dari orang India langsung, namun hanya segelintir masyarakat
pribumi saja yang menerima ajaran dari mereka, sedangkan selebihnya tetap
menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Namun karena munculnya ketertarikan, akhirnya mereka lebih memilih belajar


langsung menuju India. Sepulangnya dari sana, mereka kemudian mengajarkan
ilmu yang mereka dapat kepada masyarakat pribumi di Indonesia.

Teori Sudra (Budak)

Teori Masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia yang terakhir bernama
Sudra, dikemukakan oleh Van Faber. Dalam Kasta di India, Sudra artinya Budak.
Mereka merantau ke Indonesia demi menyambung hidup.

Namun tidak ada yang tahu pasti tentang penyebab mereka datang, tinggal dan
menetap di Indonesia.Sepanjang waktu berjalan, interaksi terus terjadi dan kian
membesar, sehingga tersalurnya berbagai bentuk ajaran kebudayaan yang
akhirnya diterima dan dianut oleh masyarakat pribumi.

Anda mungkin juga menyukai