MAJAPAHIT
Dalam PowerPoint ini akan dijelaskan.
Dari Pararaton, diketahui bahwa Raja Jayanegara mempunyai julukan Kala Gemet,
yang berarti jahat dan lemah. Julukan ini disematkan karena sang raja memiliki kepribadian yang
kurang baik dan dianggap lemah sebagai penguasa, sehingga banyak yang memberontak. Salah
satu tindakan buruk yang dilakukannya adalah mengurung adik tirinya, Tribhuwana Tunggadewi
dan Rajadewi, agar tidak dinikahi orang lain. Hal ini dilakukan karena Raja Jayanegara ingin
menikahi keduanya supaya tidak perlu khawatir akan kehilangan takhtanya.
Namun, niatnya itu ditentang oleh Gayatri, ibu Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi.
Selama memerintah, sang raja juga kerap merayu istri dari para pejabat istana./
SRI GITARJA
(1328 M -1350 M)
Tribhuwana WijayaTunggadewi atau Sri Gitarja yang akan menjadi raja wanita pertama di
Kerajaan Majapahit. Ia memerintah bersama-sama dengan suaminya, Raden Wijaya II, dan berhasil
memperluas pengaruh Majapahit ke wilayah Bali dan Maluku.
Menurut Kitab Negarakertagama, Gayatri kemudian memerintahkan Tribhuwana
Tunggadewi untuk menggantikannya naik takhta. Sebab, Gayatri yang seharusnya dapat mewarisi
takhta Jayanagara telah menjadi biksuni atau pendeta Buddha. Tribhuwana Tunggadewi memerintah
sebagai ratu bersama suaminya, Kertawardhana.
Pada awal pemerintahannya, yaitu tahun 1331, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta.
Dua pemberontakan tersebut akhirnya dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasanya tersebut,
Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih, jabatan tertinggi kedua setelah raja. Ketika
dilantik menjadi mahapatih pada 1334, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Dalam
sumpahnya itu, Gajah Mada tidak berkehendak menerima hadiah atau anugerah sebelum berhasil
memersatukan nusantara. Sejak Tribhuwana Tunggadewi didampingi oleh Gajah Mada,
kemakmuran kerajaan semakin meningkat. Untuk memenuhi sumpahnya, Gajah Mada membantu
sang ratu dalam perluasan wilayah ke segala penjuru nusantara. Hasilnya, Bali dan beberapa
kerajaan di nusantara dapat ditaklukkan.
HAYAM WURUK
(1350 M - 1389 M)
Raja Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana
alias Cakradhara. Selama memimpin, Hayam Wuruk memiliki gelar Sri Rajasanagara. Ia naik
tahta di usia muda yaitu saat berumur 16 tahun dan menjadi raja keempat menggantikan
Tribhuwana Tunggadewi.
Di masa kepemimpinannya, Hayam Wuruk didampingi seorang mahapatih bernama
Gadjah Mada. Bersama Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun Majapahit ke puncak kejayaan
berdasarkan falsafah kenegaraan: Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa yang
bermakna "Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada kerancuan dalam kebenaran”.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Majapahit berhasil memperluas daerah
kekuasaannya. Kekuasaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk terbentang dari
Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia Timur. Tak hanya
berkuasa, Raja Hayam Wuruk juga menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga.
POLITIK SOSIAL EKONOMI
POLITIK
Prasasti Sukamerta
Prasasti Sukamerta juga dikenal sebagai Prasasti Raden Wijaya
adalah prasasti yang berangka tahun 1208 Saka atau 1296 M.
Prasasti ini berisi tentang penganugerahan sima kepada Petinggi
Desa Sukamerta yang telah membantu pelarian Raden Wijaya
hingga sampai ke Sumenep untuk bertemu Aria Wiraraja.
Prasasti Balawi
Prasasri Balawi dikeluarkan oleh Raden Wijaya dan berisi tentang pengukuhan desa
Balawi sebagai daerah perdikan. Prasasti ini dibubuhi tanda senjata berupa trisula.
Selain itu, Prasasti Balawi ini beraksara Jawa Kuno dan diduga muncul di Dusun
Blawi, Desa Blawirejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan.