Prasasti : Prasasti Kudadu, Prasasti Sukamerta, Prasasti Prapancasapura, Prasasti Wringin Pitu,
Prasasti Wurare, Prasasti Balawi, Prasasti Parung, Prasasti Biluluk, Prasasti Karang Bogem, Prasasti
Katiden, dan Prasasti Canggu Prasasti Jiwu.
DI SUSUN OLEH:
HASRAFIL
RINY ANGGRAINI
SITI HAJRAH MANSUR
SRI HERAWATI
WA ODE VELLA
Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit
Tokoh pendiri kerajaan Majapahit bernama Raden Wijaya, ia mendirikan kerajaan ini pada tahun
1293 masehi. Raden Wijaya kemudian menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Kertajasa
Jayawardhana. Namun masa pemerintahannya hanya berlangsung sebentar, sebab setelah 16
tahun memimpin ia kemudian wafat. Penggantinya bernama Kalagemet dengan gelar Sri
Jayanegara.
Ia merupakan putera Raden Wijaya. Berkuasa dari tahun 1309 hingga 1328 masehi. Berakhirnya
kekuasaaan Sri Jayanegara disebabkan karena dibunuh oleh seorang tabib yang memiliki dendam.
Kalagemet kemudian digantikan oleh Tribuwanatunggadewi yang merupakan saudara
perempuannya.
Raja ketiga ini memerintah dari tahun 1328 hingga 1350. Pada masa pemerintahannya, muncul
tokoh pemberani dan kuat bernama Gajah Mada yang kemudian diangkat menjadi Mahapatih
Amangkubumi, sebab berhasil meredam pemberontakan yang terjadi.
Kehidupan politik kerajaan Majapahit sudah teratur dengan baik. Majapahit menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Nusantara, seperti dengan kerajaan China, Champa, Siam
dan Kamboja. Hal ini dibuktikan dari beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pada tahun
1370 hingga 1381, kerajaan Majapahit telah mengirimkan beberapa kali utusan persahabatan ke
kerajaan di China (Tiongkok).
Kekuasaan di kerajaan Majapahit bersifat teritorial dan desentralisasi, didukung dengan birokrasi
yang rinci. Raja Majapahit dianggap sebagai penjelmaan dewa tertinggi, maka memiliki otoritas
politik tertinggi sebagai penguasa. Seorang raja dibantu oleh pejabat-pejabat birokrasi.
Berikut ini susunan pemerintahan dari pusat ke daerah di Kerajaan Majapahit :
Namun terdapat golongan lain di luar lapisan tersebut, yaitu Candala, Melccha, dan
Tuccha. Golongan tersebut merupakan orang-orang terbawah dari lapisan sosial
masyarakat di kerajaan Majapahit. Brahmana adalah kaum pendeta, kesatria merupakan
Pketurunan raja atau pewaris raja, waisya terdiri dari pedagang dan orang-orang yang
menggeluti bidang pertanian dan peternakan, sedangkan kaum Sudra adalah budak.