Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bintang Satria

NIM : 205030107111041
Kelas : F

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Dasar Negara merupakan serangkaian nilai yang digali dan tumbuh berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sejak berabad- abad lalu yang memuat tentang
beberapa gagasan cita negara dan cita hukum sehingga dijadikan sebagai sumber bagi
penyusunan dasar hukum atau pasal-pasal dalam UUD 1945. Pancasila merupakan
ideologi dasar dalam kehidupan bagi Negara Indonesia. Nama Pancasila diambil dari
kitab Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Panca yang berati lima dan sila yang
berarti prinsis atau asas, jadi pancasila merupakan lima prinsip dasar Negara Indonesia.
Pancasila merupakan rumus dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia dan dijadikan sebagai fundamen untuk mengatur pemerintah
negara, atau sebagai dasar untuk mengatur seluruh penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai dasar negara dapat didasarkan pada tinjauan historis yang
melatarbelakangi lahirnya Pancasila. Pembentukan dasar negara telah dimulai saat ketua
BPUPKI yang mengajukan pertanyaan “Negara Indonesia yang akan kita bentuk itu apa
dasarnya?” kemudian para peserta rapat menafsirkan dan Soekarno menafsirkan :
fundamen, filsafat, pikira yang sedalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam dalamnya untuk
di atasnya didirikan bangunan Indonesia merdeka. Dasar negara tersebut oleh Hatta juga
diartikan sebagai ideology negara yang membimbing politik negara dan hukum tata
negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai berikut :
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan perintah
maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara budi pekerti luhur.
Pancasila menjadi dasar Negara karena diyakini nilai di dalamnya sebagai fitrah yang
tidak mungkin dilepaskan dari bangsa ini. Bung karno mngatakan bahwa sila itu digali
dari budaya bangsa kita yang sudah berusia selama berabad abad. Seperti sejak nenek
moyang kita dulu sudah percaya dan beriman pada Tuhan dan seluruh kekuasannya,
kemudian menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang mempunyai martabat sebagai
makhluk ciptaan Tuhan, serta selalu diikat oleh rasa bersatu dan tolong menolong
dengan sikap gotong royong. Bangsa Indonesia selalu bermusyawarah untuk menjalin
kehidupan bersama yang harmonis, sebagai bentuk penghayatan atas seluruh warga
Negara dan bukan keadilan individual yang membuka pintu bagi terjadinya eksploitasi
oleh manusia terhadap manusia lain. Dalam tinjauan teoritis, kedudukan Pncasila
sebgaai dasar Negara berasal dari realitas Pancasila yang telah menjadi “jiwa bangsa”
Indonesia. Dalam filsafat sejarah jiwa bangsa puncak dari proses dialektika yang terjadi
antar individu dan antar kelompok sehingga dikatakan sebagai pencapaian akal tinggi.
Jiwa Bangsa menjadi panduan dalam mempersepsi dan menyikapi segala bidang
persoalan sekaligus menjadi pembeda antara satu bangsa dengan bansga lain.
Notonegoro menyatakan bahwa Pancasila merupakan cita hukum karena kedudukannya
sebagai pokok kaidah fundamental negara yang mempunyai kekuatan. Sebagai cita
hukum, Pancasila menjadi bintang pemandu seluruh produk hukum nasional. Semua
produk hukum ditujukan untuk mencapai ide ide yag dikandung Pancasila. Hamid
Attamimi juga mengatakan bahwa sebagai dasar negara, Pancasila merupakan kiat
hukum yang menguasai hukum dasar negara baik tertulis maupun tidak tertulis. Dan
Jimly Asshiddiqie berpandangan bahwa Pancasila dalah cita hukum dalam menafsirkan
konstitusi dan sebagai panduan dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh
karena itu Pasal 2 UU Nomor 12 tahun 2012 tentang pembentukan Peraturan Perundang
Undangan, Pancasila ditempatkan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Konsekuensinya yakni semua hukum yang lahir harus berdasar Pancasila.
Pancasila akan senantiasa menjadi ruh atau super power yang menjiwai kegiatan demi
membentuk suatu negara yang baik dan kokoh. Negara dapat dikatakan kokoh ketika
fondasinya kuat, maka suatu negara dapat mewujudkan tujuannya dan bahkan
mendapatkan suatu kejayaan. Jhon Garden mengatakan “ Nilai yang digunakan sebagai
fondasi bukanlah diambil begitu saja dari bangsa lain, tetapi digali dari nilai budaya
bangsa sendiri”. Ir Soekarno pun juga mengatakan bahwa pada intinya jika kita hendak
mau mencari dasar negara maka kita harus menggali sedalam dalamnya pada nilai yang
ada didalam negara. Semua anggota BPUPKI menyampaikan gagasannya yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Dasar Islam (dari kelompok Islam) yang digali
dari ajaran agama Islam, dan Dasar Kebangsaan (dari kelompok Kebangsaan). Titik
temu dari kedua kelompok tersebut akhirnya terwujud dalam pembuatan Pembukaan
UUD 1945 oleh 9 anggota BPUPKI dari kelompok Islam dan Kelompok Kebangsaan,
yang di dalamnya ada rumusan Dasar Negara yaitu Pancasila.Nanti waktu sidang PPKI
tgl 18 – 19 Agustus 1945, sila pertama Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya disepakati dirubah menjadi Ketuhanan yang
Maha Esa. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 dihasilkan oleh Panitia 9
(Kelompok Islam dan Kelompok Nasionalis/Kebangsaan) yang sering disebut Piagam
Jakarta sehingga menjadi Pembukaan UUD 1945, sedangkan pasal-pasal/Batang Tubuh
UUD 1945 dihasilkan oleh Panitia Perancang UUD (Ir Soekarno sebagai Ketua, dengan
beberapa orang anggota).Hasil Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal Batang Tubuh
UUD disahkan oleh BPUPKI dan PPKI (walaupun ada perubahan sila pertama).
Pancasila yang sudah disepakati sebagai dasar Negara tentu saja memiliki peran yang
sangat penting dalam mewujudkan tujuan bernegara seperti yang termaktub dalam
pembukaan UUD NRI 1945 alinea IV. Tujuan bernegara akan terwujud ketika Pancasila
dijadikan pedoman dan benar benar diimplementasikan. Akan tetapi Pancasila belum
sepenuhnya diimplementasikan dalam kehidupan bernegara.
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
1. Bidang Politik
Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan
beradab yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 Pancasila.
Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di
Negara Republik Indonesia.

2. Bidang Ekonomi
Spirit terkandung dalam Pasal 33, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4),
dan (5), serta Pasal 34 UUD 1945 adalah ekspresi dari jiwa nilai-nilai Pancasila, yakni
sila ke-2 dan sila ke-5.

3. Sosial Budaya
Implementasinya dituangkan dalam Pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Ini mengandung
bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia harus
diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan di Indpnesia.

4. Pertahanan dan Keamanan


Implementasinya dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Ini bermaksud
bahwa pancasila dalam membuat kebijakan negara pada bidang pertahanan dan
keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara hukum.

Anda mungkin juga menyukai