Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 4

Fajri Mardhatillah (18064027)


Farhan Maulana Haj (18064028)
Fauzan Masdia Putra (18064029)
Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato
Ir. Soekarno sebagai anggota Doktrit zu Tyunbi Tjosakai
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) 1 juni 1945 di Jakarta, badan ini kemudian
setelah mengalami penambahan anggota menjadi
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dari uraian tersebut dinyatakan: Panca adalah Lima,
Sila adalah Asas atau Dasar. Untuk Lebih jelas dikutip
bagian pidato beliau tersebut :
“ . . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya adalah
Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima
dasar itu mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.
Sesuai dengan pengertian paham organisme tentang
negara, yakni negara adalah sesuatu yang hidup,
tumbuh,mekar dan dapat mati atau lenyap, maka
pengertian dasar negara meliputi arti sebagai berikut :
a. Basis atau fundament negara
b. Tujuan yang menentukan arah negara
c. Pedoman yang menentukan cara bagaimana negara itu
menjalankan fungsi-fungsinya dalam mencapai tujuan itu.
Istilah presiden soekarno ialah” dasar statis“ dan “ Leitsatar
dinamis “ di kutip sebagai berikut :
“ . . . bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu dasar
yang bisa menjadi meja statis dan yang bisa menjadi Leitstar
dinamis. Leitstar, bintang pimpinan”
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, sebagaimana di tegaskan oleh “ Pembukaan Undang-
undang Dasar Republik Indonesia 1945 :
“ . . . . . maka di susunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar Negara
Republik Indonesia yang berkadaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada (garis dari penulis) : Ketuhanan Yang
Maha Esa . . . . . . . dan seterus nya”
Presiden soekarno dalam uraian “Pancasila Sebagai Dasar Negara” mengartikan dasar Negara itu sebagai
Weltanshauung, demikian beliau berkata :
“ saudara mengerti dan mengetahui, bahwa pancasila adalah saya anggap sebagai dasar dari pada Negara Republik
Indonesia, atau dengan bahasa jerman : satu Weltanscahauung di atas mana kita meletakkan Negara Republik
Indonesia”
Weltanschauung suatu abstraksi, konsepsi atau susunan pengertian-pengertian yang melukiskan asal
mula kekuasaan Negara, tujuan Negara dan cara penyelenggaraan kekuasaan Negara itu, di samping itu
Weltanschauung berarti pandangan(filsafat) hidup dari suatu bangsa atau masyarakat tertentu.
Pancasila dalam kedudukannya ini sering di sebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara
(Philosofische Gronslag) dari negara,ideology negara atau (staatsidee).
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
negara atau dengan lain perkataan pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama segala peraturan
perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang ini, dijabarkan dan diderivasikan
dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila
merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik
Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat,wilayah,serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana kebatinan atau
cita-cita hukum. Sehingga merupakan suatu sumber nilai,norma serta kaidah, baik moral maupun hukum
negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak
tertulis atau convensi.Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum, Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945, kemudian
dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran. Yang meliputi suasana kebatinan dari
UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif
lainnya.

Kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
- Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib
hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum Indonesia
yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelma lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
- Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.
- Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis). Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai dan
golongan fungsional memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum
dalam pokok pikiran ketempat yang bunyinya sebagai berikut :
“ . . . . . Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”.
- Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara negara, para
pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat
dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, karena
masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
zaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negara
sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan
diarahkan asas kerokhanian negara.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tersimpul
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang bunyinya sebagai berikut :
“ . . . . . . maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengertian kata” . . . Dengan berdasar kepada . . . “ hal ini secara yuridis memiliki makna
sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan UUD 1945 tidak
tercantum kata ’Pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat “ . . . dengan berdasar kepada
. . . . “ ini memiliki makna dasar negara adalah Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi
historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI bahwa dasar negara Indonesia itu disebut
dengan istilah Pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.Oleh karena itu
fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.Hal ini sesuai
dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, ketetapan No
XX/MPRS/1966.( Jo Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan No. IX/MPR/1978).
Di jelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta
watak dari bangsa Indonesia. Selanjutnya dikatakannya bahwa cita-cita tersebut adalah
meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu.Kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan,
keadilan social, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk
dan tujuan negara.Cita-cita moral mengenai kehidupan ke masyarakatan dan keagamaan
sebagai pengejawantahan dari budi nurani manusia.
Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-
nilainya bersifat nasional yang mendasari kebudayaanbangsa, maka nilai-nilai
tersebut merupakan perwujudan dari aspirasi (citacitahidup bangsa)
(Muzayin, 1992: 16).
Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena
pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang
ada dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan
keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin,
1992: 16).
Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil
dan tidak adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan Pancasila
sebagai dasar negara menaungi dan memberikan gambaran yang jelas tentang
peraturan tersebut berlaku untuk semua tanpa ada perlakuan diskriminatif
bagi siapapun. Oleh karena itulah, Pancasila memberikan arah tentang hukum
harus menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan
pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
A. Esensi
Dengan berkembangnya dunia dan segala masukan berbagai macam dari luar
negeri ke dalam negara, pancasila sebagai konsep dasar kehidupan rakyat
Indonesia harus diperkuat serta ditanamkan agar kita tidak dijajah oleh bangsa
lain. Memang tidak dijajah dalam hal fisik tetapi dijajah dalam hal
pemikiran yang secara perlahan-lahan membuat berubah rakyat Indonesia dari
sila-sila pancasila itu sendiri.
B. Urgensi
Memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara, bisa menggnakan dua
pendekatan yaiut, Pendekatan institusional dan pendekatan sumber daya
manusia, Pendekatan institusional adalah membentuk dan menyelenggarakan
negara yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila sehingga negara Indonesia
dapat mewujudkan tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya manusiaterdapat pada dua aspek, yaitu
orang-orang yang menjalankan pemerintahan dengan cara melaksanakan nilai-
nilai Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam mengemban tugas dan
brtanggung jawab. Sehingga kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan
yang mengedepankan kepentingan rakyat.
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar
filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib hukum
bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan proklamasi
merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat untuk merdeka
yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di jiwai,
disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari perjuangan
bangsa indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya ditandai
dengan proklamasi. Pada peristiwa proklamasi juga dilakukan penegakan, penyelamatan,
dan pengangkatan derajat nilai-nilai pancasila yang mana pada saat penjajahan nilai-nilai
tersebut telah direndahkan, dilecehkan, serta diinjak-injak.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945
adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia hidup dan tujuan hidup
kita sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari belenggu penjajahan juga tidak
lepas dari besarnya keinginan rakyat Indonesia pada saat itu untuk merdeka, persatuan
dan kesatuan juga berperan penting dalam proses pemerdekaan Indonesia. Dimana
persatuan dan kesatuan juga merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam
pancasila.
A. Hubungan formal
Pncasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan dalam
pembukaan UUD 1945. Dengan demikian cara kehidupan, tanegara tidak
hanya bertopang kepada asas-asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi
dalam perpaduanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan
yang unsurnya berdampak pada pancasila.
B. Hubungan material
1. Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urut-urutan
tertib hukum Indonesia pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib
hukum yang tertinggi, dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada
Pancasila.
2. Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang juga
merupakan sumber hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa hukum
tidak tertulis ini merumerupakan aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis, inilah yang dimaksud dengan konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan .
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 28E
Ayat 1 “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”.
Ayat 2 Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya.
Pasal 29
Ayat 1 “ negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa”.
Ayat 2 “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


Pasal 27(1) “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pasal 28 “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan lisan maupun tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Pasal 30(1) “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikutserta dalam usaha pertahanan dan keamanan
Negara”.
Pasal 31(2) “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya”.
3. Persatuan Indonesia
Pasal 1 “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undang-undang”.
Pasal 32(2) “negara menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya nasional”.
Pasal 35 “bendera negara Indonesia ialah sang merah putih”.
Pasal 36(A) “lambang negara ialah garuda pancasila dan
semboyannya adalah bhineka tunggal ika”.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Pasal 37(3) “untuk mengubah pasal UUD, sidang MPR dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR”.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 34(1) “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”.
Pasal 34(2) “negara mengembangkan sistem jaminan”
A. Bidang ekonomi
Dulu sistem ekonomi dunia menggunakan dua sistem
ekonomi dunia ekstrem, yaitu sistem ekonomi kapitalis dan
juga sistem ekonomi sosialis. Tetapi Bangsa Indonesia
merasa tidak cocok menggunakan dua sistem ekonomi
tersebut, maka Bangsa Indonesia mencari sistem ekonomi
yang menurut para pendiri cocok untuk diterapkan di
Indonesia.
Sistem ini biasa kita sebut dengan sistem ekonomi rakyat.
Pengambilan keputusan dapat dijabarkan sebagai mana
pendapat Gran (1988) bahwa konsepsi pembangunan yang
berdimensi kerakyatan, lebih pada memberi mandate
kepada rakyat yang mempunyai kekuasaan mutlak dalam
menetapkan tujuan mengelola sumber daya maupun dalam
mengarahkan jalannya pembangunan.
B. Bidang politik
Pada kehidupan politik dalam negeri harus
bertujuan untuk merealisasikan tujuan demi harkat
martabat manusia. Karena hal itu didasarkan pada
kenyataan bahwa manusia memiliki peran yang
sangat penting dalam negara. Dalam sistemnya juga
harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan yang biasa disebut dengan Hak Asasi
Manusia (HAM). Hal itu merupakan sebuah
perwujudan hak atas dasar martabat kemanusiaan
sehingga dalam sistem politik negara mampu
menciptakan sistem yang dapat menjamin hak-
hak tersebut.
C. Bidang sosial budaya
Terdapat rumusan dalam sila kedua pancasila yaitu
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Dengan demikian, semua kebijakan sosial budaya
yang harus dikembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia harus menekankan rasa kebersamaan dan
semangat kegotongroyongan. Karena gotong royong
merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang tidak
dimiliki oleh Negara lain pada zaman ini maupun
zaman dahulu.
D. Bidang Hankam
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.
Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara
harus mendasarkan pada tujuan demi terjaminnya
harkat dan martabat manusia. Terutama secara rinci
terjaminnya hak-hak asasi setiap manusia.
Pertahanan dan keamanan bukanlah untuk
kekuasaan sebab kalau demikian sudah dapat
dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai