Anda di halaman 1dari 19

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia.

Nama ini terdiri dari dua kata dari


Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-Undang Dasar 1945.

Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam
beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati bersama sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara oindonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara. Pancasila
sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia takk ada yang mampu
menandinginya. Indonesia yang terdiiri atas berbagai dan suku bangsa dapat dipersatukan
oleh pancasil. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti.
Siapa pun coba menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan seluruh komponen-
komponen kekuatan bangsa dan negara indonesia. Sebagai dasar negara republi indonesia
( way of life ), pancasila nilainilainya telah dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman
dulu. Nilai –nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat – istiadat dan religiusitas yang
diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati diri bangsa indonesia melekat kuat
melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan hidup. Tindak –tanduk sert perilaku
masyarakat nusantara sejak dahulu kala telah tercermin dalam nilainilai pancasila. Untuk
itu, pendiri republik indonesia berusaha merumuskan nilainilai luhur itu kedalam sebuah
ideologi bernama pancaDasar

Pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya, dr. Radjiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita
bentuk ini?”

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat
usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yaitu: Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada
tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia
menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad
Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.

Arti penting Pancasila sebagai dasar negara, berarti Pancasila menjadi pedoman bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah
nilai yang mendasar untuk dijadikan sebagai pedoman peraturan dan dasar dari norma-
norma hukum yang berlaku di Indonesia.

Pun demikian dalam pandangan hidup, Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa sudah tertuang di setiap sila-sila Pancasila. Semua sila Pancasila tersebut
memiliki keterkaitan antar sila. Sarnya arti penting Pancasila sebagai dasar negara
tentunya memberikan makna yang sangat dalam bagi segenap rakyat Indonesia

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari
lahirnya Pancasila. Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman nenek
moyang sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara
masyarakat Indonesia dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan
bersama tersebut sifatnya luhur, tidak boleh diganti ataupun diubah. Masyarakat
pancasila pulalah yang hendak kita wujudkan, artinya suatu masyarakat Indonesia
modern berdasarkan nilai luhur tersebut. Untuk mewujudkan masyarakat pancasila,
diperlukan suatu hukum yang berisi norma- norma, aturan-aturan atau ketentuan-
ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia.
Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.

Dengan ditulisnya makalah ini harapan saya dapat sedikit membantu memberikan
gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk mempelajari pancasila yang
benar. Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang dapat di pertanggung jawabkan
baik secara yuridis, konstitusional, maupun secara objektif – ilmiah. Secara yuridis –
konstitusional artinya karena pancasila adalah dasar negara yang di pergunakan sebagai
dasar mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan negara. Oleh karena itu setiap orang
boleh memberikan pengertian atau tafsiran menurut pendapat sendiri. Secara objektif –
ilmiah artinya karena pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu philoshofical way of
tingting atau philoshophical system sehingga uraian harus logis dan diterima oleh akal
sehat

SUB POKOK BAHASAN:

A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945


Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai kedudukan
kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
fundamental secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR dan DPR.
(Landasan Hukumnya Tap MPRS Nomor XX/MPRS/1966 No Tap MPR No. V/MPR/
1973 dan TAP MPR No. IX/MPR/1978). Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti
membubarkan negara proklamasi. Oleh karena itu, alinea keempat (yang memuat
Pancasila) juga bersifat tetap (tidak dapat diubah), melekat kuat pada kelangsungan hidup
negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan tertib hokum Republik
Indonesia, perumusan otentiknya termuat dalam pembukaan yang telah pasti demi
kepastian hukumnya. Oleh karena itu, Pancasila merupakan substitusi esensial
Pembukaan UUD 1945.

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka
Pancasila diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup kenegaraan. Hubungan
Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 adalah bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan
tidak lain adalah sila-sila Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut antara lain negara
persatuan, negara hendak mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia, Negara yang
berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan dan negara berdasar
atas Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut
merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber
hukum sekaligus sebagai cita hukum (recht-idee), baik tertulis maupun tidak tertulis di
Indonesia. Cita-cita ini secara langsung merupakan cerminan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antara sesama warga bangsa.

Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia
yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian, bangsa
perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di jadikan
ideologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral
luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi
prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah negara pancasila, merupakan satu
keasatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian
pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945. Hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami
dan dihayati oleh setiap orang Indonesia.

Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi penjelasan. Hal itulah
yang termuat dalam penjelasan otentik UU Indonesiaa. Jadi pancasila adalah jiwa, ini
sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan bahwa pokok- pokok
pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita- yang
terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai-
nilai pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.

Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebutr dijelaskan dalam penjelasan otentik
Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang dasar adalah
hukum dasar yang tertulis. Hal ini mengandung pengertian bahwa sebagai hukum,maka
undang-undang dasar adalah mengikat perintah, mengikat tembaga negara dan lembaga
masyarakat dan juga mengikat semua negara indonesia dimana saja dan setiap penduduk
warga Indonesia dan sebagai hukum, maka undang-undang dasar berisi norma-
norma,atura-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakandan ditaati.

UUD bukanlah hukum dasar biasa,melainkan hukum dasar yang merupakan sumber
hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang, peraturan pemerintah atau
keputusan pemerintah, bahkan setiap kebijak sanaan pemerintah haruslah

Berlandaskan atau bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi,yang pada akhirnya
dapat di pertanggung jawaban pada ketentuan UUD 1945.

Dalam kedudukan yang demikianlah,UUD alam kerangka tata urutan atau tata tingkatan
norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang menempati kedudukan
yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang dasar juga berfungsi sebagai alat control
untuk mengecek apakah norma hukum yang redah yang berlaku sesuai atau tidak dengan
ketentuan undang-undang dasar.

Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan undang-undang
dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan
langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar 1945 itu sendiri ialah bahwa;
pembukaan undang-undang dasar 1945 mengandung pokok-pokok pikiran itu diciptakan
oleh undang-undang dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.

Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan
dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar falsafah
negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran terkandung
dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia, keadilan
sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan
dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak
lain adalah sila dari pancasila, sedangkan pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai
luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat
dalam perangkat UUD 1945. Semangat dan yang disemangati pada hakikatnya
merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-auran dasar yang timbul dan

Terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah yang
dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau
pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak
terdapat dalam Undang-Undang dasar.

UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal Aturan
Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat
supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945 mengemukakan bahwa
telah cukuplah kalau Undang-Undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-
garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusatdan lain-lain penyelengaraan negara
untuk menyelenggarakan kehidupan negara. Undang- Undang dasar yang disingkat itu
sangat menguntungkan bagi negara seperti Indonesia ini yang masih harus terus
berkembang secara dinamis, sehingga dengan aturan-aturan pokok itu akan merupakan
aturan yang luwes, kenyal, tidak mudah ketinggalan zaman, sedang aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang yang
lebih mudah caranya membuat, menubah dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel
(elastic)
Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem Undang- Undang
dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan dan dalam
hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan. Yaitu semangat yang
dinamis, positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945.

Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi sebagai
dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yang
dengan jelas menyatakan, “…..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdaar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam Permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi selutuh rakyat Indonesia”.

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI Tahun
1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah sumber
dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal
ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata
lain, isi dan tujuan Peraturan Perundang- undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila.

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan
secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila
secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas
kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam
Pancasila.

1) Hubungan Secara Formal :


Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religigius dan asas- asas kenegaraan yang unsurnya
terdapat dalam Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan sebagai
berikut :

a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah


seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok
kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi,
selain sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang
hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-Pasalnya. Karena
Pembukaan UUD 1945 yang intinya adlah Pancasila tidak tergantung pada batang
tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai
hakikat,sifat,kedudukan dan fungsi sebagai pokok kaedah negara yang
fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara
Republik Indonesia yang di proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
2) Hubungan secara material :
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945,
maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah
dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang
pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara Pancasila
berikutnya tersusunlah piagam jakarta yang di susun oleh panitia 9, sebagai wujud bentuk
pertama pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila,
atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara
material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber nilai,
sumber materi, sumber bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara material yang
merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain
adalah Pancasila Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi batang
tubuh UUD NRI Tahun 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan
berbeda dengan pasal-pasal atau batang tubuh UUD NRI Tahun 1945, yaitu bahwa selain
sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 mempunyai kedudukan atau
eksistensi sendiri. Akibat hukum dari Pembukaan ini adalah memperkuat kedudukan
Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat diubah dengan jalan
hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), bilamana proses perumusan Pancasila dan
Pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis materi yang di bahas oleh BPUPKI
yang pertama-tama adalah dasar filsafat pancasila, baru kemudian pembukaan. Setelah
siding pertama selesai, BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat Negara Pancasila dan
berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia Sembilan yang
merupakan wujud pertama Pembukaan UUD NRI tahun 1945.

Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang hirarkis.Undang- Undang Dasar
bukanlah peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada Dasar pokok bagi UUD,
yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental yang didalamnya
temuat Pancasila. Walaupun UUD itu merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang
tertulis atau konstitusi, namun kedududkannnya bukanlah sebagai landasan hukum yang
terpokok.

Menurut teori dan keadaan,sebagaimana ditunjukkan oleh Bakry (2010: 222), Pokok
Kaidah Negar yang Fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok Kaidah yang
tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan kekuasaan yang ada
dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Walaupun demikian, Pokok Kaidah yang
tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang tegas dan sebagai hukum
positif mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.

Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini diharapkan tetap berupa
pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 tidak dapat diubah,
karena menurut Bakry (201: 222), fakta sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat
diubah. Pembukaan UUD RI tahun 1945 dapat juga tdak digunakan sebagai Pokok
Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan
ketatanegaraa yang pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950.

Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu karena tidak
tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas semingga mudah tidak diketahui
atau tidak diiingat. Walaupun demikian, Pokok Kaidah terulis juga memiliki kekuatan,
yaitu tidak dapat diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan karena bersifat imperative
moral dan terdapat dalm jiwa bangsa Indonesianya (Bakry, 2010: 223).

Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat, dan hukum
etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral negara, yaitu “Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945


Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-
pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila.
Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam
batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.

Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh
UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD
NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD
tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya
popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila
ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum,
tetapi telah menjadi hukum positif.

Sesuai dengan penjelasan UUD NRI tahun 1945, pembukaan mengandung 4 pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran
tersebut adalah sebagai berikut:

A. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap


Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
B. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
C. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
D. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab”.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima
dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa
Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham
golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka
persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara
dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
golongan atau perorangan.

Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945
yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok
pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD
sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran
pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial
merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem
negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia. Kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem
negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab
sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi

Hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran
keempat Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara
(Bakry, 2010; 210).MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945
sebanyak empat kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus
2000, 9 November

2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang tubuh
UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu;

1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara


2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang
meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan
sosial
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara,
bahasa negara, lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan
peralihan, dan tambahan.
Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD NRI
Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang
tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.

1) Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara


a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara
hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan
supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran
dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3Ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan
UUD ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
Ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
2) Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara,
agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
3) Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara,
dan lagu kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika
d. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

C. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT


PADA HAKIKATNYA
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya
dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat
maupun di daerah.

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia, dewasa ini dalam
zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman disintegrasi
selama lebih dari lima puluh tahun. Namun sebaliknya sakralisasi dan penggunaan
berlebihan dari ideologi Negara dalam format politik orde baru banyak menuai kritik dan
protes terhadap pancasila. Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan
garis lurus bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks
implementasinya. Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik
berbangsa dan bernegara bukan hanya bersal dari faktor domestik, tetapi juga dunia
internasional.

Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman globalisasi begitu cepat
menjangkiti negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Gelombang
demokratisasi, hak asasi manusia, neo-liberalisme, serta neo-konservatisme dan
globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia.
Hal demikian bisa meminggirkan pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan
idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.Implementasi pancasila
dalam kehidupam bermasyarakat pada hakikatmya merupakan suatu realisasi praksis
untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun pengimplementasian tersebut di rinci dalam
berbagai macam bidang antara lain POLEKSOSBUDHANKAM.

1. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK.


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia
adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus
segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang
adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2
pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional
bidang politik di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan
negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subyek
pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23) bahwa
yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan
adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara
harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal
ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi
manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di
Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan
atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang
dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar
moral politik.
2. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG EKONOMI.
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang
lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999).
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan
demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Implementasi
pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan
dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang
masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua
pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila
dan kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran
tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia
dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada
kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan
maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto,
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239), yaitu pengembangan ekonomi
bukan hanya mengejar pertumbuhan, melankan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak
bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.
3. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN
BUDAYADalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya
yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia
melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses
reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya
dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain
amuk massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu
dengan yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik. Oleh karena itu
dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu
nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya
bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradap, dan persatuan yang massing-masing merupakan pancaran
dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah
landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut,
maka implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses
pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian,
pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalam
mengembangkan krhidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan
sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab.Pengembangan sosial budaya harus
dilakukan dengan mengangkat nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu
nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai
sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang beradap.
4. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN
KEAMANAN.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal tersebut merupakan
penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila
pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan
kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan
negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada
moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar
dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
(sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan
seluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-
hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan
ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima).
Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam
konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai